Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM NON-STERIL

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUIDA-SEMI SOLIDA


FA 3132

Sirop Rekonstitusi Amoksisilin 120 mg/5 ml

Tanggal Praktikum : Rabu, 20 September 2017


Tanggal Pengumpulan : Rabu, 27 September 2017

Disusun oleh :
Kelompok L-II-1
Jessica Benita Nathania P. 10715040
Rizka Apriliana Kumalasari 10715047
Aldi Budiman 10715059
Mutiara Hasanah 10715068
Cornelia Pradhita Lyman 10715090

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA-SEMI SOLIDA


PROGRAM STUDI SAINS & TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA-SEMISOLIDA
NON STERIL

Amoksisilin 120 mg/5 mL

KELOMPOK :L-II-1 SHIFT : Rabu

I. TUJUAN
1. Merancang dan membuat sediaan suspensi rekonsitusi Amoxicillin 120 mg/5mL
sesuai dengan persyaratan dan stabilitas zat aktif.

2. LATAR BELAKANG
Suspensi rekonsitusi adalah sediaan suspensi dalam bentuk serbuk yang nantinya
harus didispersikan (direkonstitusikan) terlebih dahulu sebelum digunakan. Pendispersi
yang biasa digunakan dalam sediaan ini adalah aqua pro injeksi. Tujuan pembuatan
suspensi rekonsitusi adalah menjaga stabilita bahan aktif selama masa penyimpanan.
Beberapa zat aktif seperti contohnya amoksisilin dapat terhidrolisis oleh air sehingga
jika terdispersi dalam air selama penyimpanan, zat aktif terkait dapat terurai dan
mengurangi efikasi dari sediaan. Pada umumnya, sediaan suspensi rekonsitusi dipakai
dengan waktu pemakaian terbatas setelah dicampurkan dengan pendispersi. Waktu
rekonsitusi atau waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan granul suspensi
rekonsitusi dengan fasa pendispersi haruslah singkat atau cepat. Karena itu, dibutuhkan
bahan pensuspensi yang mudah bercampur dan mengembang di dalam pendispersinya.
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan beta laktam yang biasa digunakan
untuk mengobati beberapa jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti tonsillitis,
bronchitis, pneumonia, gonorrhea, dan infeksi telinga, hidung, tenggorokan, kulit, atau
saluran urine. Cara kerja amoksisilin adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri
Gram positif. Amoksisilin menjadi cross-linkage polimerisasi peptidoglikan.
Dosis amoksisilin yang biasa diberikan kepada pasien adalah sebagai berikut.

Dosis Frekuensi Rute Instruksi

Dewasa 375-1000 mg 8 jam Oral Harus dihabiskan


Pedriatik
0-1 tahun 100 mg
1-3 tahun 125 mg 8 jam Oral
3-10 tahun 250 mg

3. PERMASALAHAN FARMASETIKA
A. Preformulasi Zat Aktif

Zat Aktif Amoksisilin


Struktur
Kimia

(Sumber: https://kelincicoklatdiary.files.wordpress.com/2011/01/001.png)
Pemerian Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau (FI IV hal.95)

Serbuk mikrokristalin putih atau hampir putih, hampir tidak berbau (The
Pharmaceutical Codex 12th Edition Hal.729)
Kelarutan Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzene, dalam karbon
tetraklorida, dan dalam kloroform (FI IV hal.95)
pH Larutan tanpa buffer stabil pada pH 5,8, dan larutan dalam larutan
buffer sitrat paling stabil pada pH 6,5 (The Pharmaceutical Codex
12th Edition Hal.730)
Antara 3,5 dan 6,0 (FI IV Hal 96)

Stabilita Mudah terhidrolisis dalam air. Dalam kondisi basa, cincin beta laktam
terdegradasi membentuk asam penisiloat yang akan terurai secara
bertahap menjadi asam peniloat dengan dekarboksilasi. Laju reaksinya
merupakan orde satu. Dalam kondisi asam, amoksisilin terhidrolisis
membentuk asam penisilenat. (The Pharmaceutical Codex 12th Edition
Hal.730)

Inkompabilitas Teradsorpsi dari larutan oleh attapulgite dan alumunium magnesium


silikat (veegum) tapi tidak oleh magnesium trisilikat dan kaolin pada
rentang pH 2,1-3,2. (The Pharmaceutical Codex 12th Edition Hal. 730)
Kegunaan Antibiotik
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali
(FI IV hal.95)
Kesimpulan : Amoksisilin dibuat dalam bentuk sediaan suspensi (kelarutan jauh
lebih kecil dari dosis). Suspensi yang dibuat adalah rekonstitusi karena zat aktif
mudah terhidrolisis.
B. Permasalahan Farmasetika dan Penyelesaiannya
Permasalahan Farmasetika Penyelesaian Masalah
Kelarutan amoksisilin dalam air jauh Dibuat bentuk sediaan suspense
lebih kecil daripada dosis yang ingin
dibuat
Amoksisilin mudah terhidrolisis oleh air. Dibuat bentuk sediaan suspensi
rekonstitusi.
Amoksisilin memiliki rasa tidak enak Ditambahkan eksipien penutup rasa
(pahit) sehingga dapat menurunkan seperti pemanis (sukrosa) dan
kepatuhan pasien. flavoring agent (perisa strawberry).
Sediaan merupakan dosis ganda Ditambahkan pengawet yaitu natrium
sehingga berpotensi tercemar oleh benzoate
mikroba.
Sediaan harus mudah didispersikan saat Ditambahkan pengikat (PVP) dan
proses rekonstitusi agar tidak suspending agent (Na CMC-FSH)
mempengaruhi dosis dan efikasi. untuk meningkatkan viskositas sediaan
sehingga zat aktif tidak mudah
mengendap namun mudah
didispersikan.
Serbuk rekonstitusi (granul) harus Ditambahkan adsorben (Aerosil)
memiliki kadar air yang rendah (1-2%)

C. Preformulasi Eksipien
1) CMC Na-FSH

Struktur Molekul

Berat Molekul 90000-700000


Pemerian Serbuk granul putih atau hampir putih, tidak berbau, tidak
memiliki rasa.
Titik Leleh 230-300oC
Berat Jenis 0,4 g/cm3 untuk serbuk
Kelarutan Praktis tidak larut dalam asam encer.
Stabilita Higroskopis, stabil pada pH 3.5-11.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan oksidator kuat.
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup rapat dalam keadaan sejuk
dan kering.
Fungsi Suspending Agent.
Pustaka Handbook of Pharmaceutical Excipients, th ed., hal.
134-136
2) Polivinil Pirolidon (PVP)

Nama Zat PVP


Struktur

Pemerian Serbuk halus, berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau,
serbuk higroskopis.
(HOPE 6th Edition Hal.582)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol 95%.
(HOPE 6th Edition Hal.582)
Stabilita Warna menjadi gelap dengan pemanasan suhu tinggi. Mudah
ditumbuhi kapang karena higroskopik sehingga perlu ditambah
antimikroba
(HOPE 6th Edition Hal.582)
Inkompatibel dengan larutan garam inorganik, resin alami maupun
Inkompatibilitas
sintetik
(HOPE 6th Edition Hal.582)

Pengikat granul
Kegunaan
1) Sukrosa

Nama Zat Sukrosa


Struktur

Pemerian Kristal tidak berwarna, berbentuk massa kristal atau block kristal,
atau berupa bubuk kristal berwarna putih; tidak berwarna dan memiliki
rasa manis. (HOPE 6th Edition Hal.703-706)
Kelarutan Larut dalam 400 bagian etanol, 170 bagian etanol 95%, 0,5 bagian air
dan 0,2 bagian air mendidih (100C). (HOPE 6th Edition Hal.703-706)
Stabilita Stabilitas baik pada suhu ruang dan kelembapan relatif sedang.
Sukrosa akan menyerap 1% kelembapan ketika suhu mencapai 90C.
Sukrosa akan menjadi karamel ketika dipanaskan pada temperatur di
atas 160C. Pada suhu 110-145C, akan menyebabkan inversi
membentuk dekstrosa dan fruktosa. (HOPE 6th Edition Hal.703-706)
Inkompatibilitas Serbuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan keberadaan logam berat
yang dapat menyebabkan inkompatibilitas dengan zat aktif seperti
asam askorbat. Sukrosa juga dapat terkontaminasi oleh sulfit dari
proses penyulingan. Dengan konsentrasi sulfit yang besar, perubahan
warna dapat terjadi pada tablet yang disalut gula. Keberadaan asam
kuat dapat menghidrolisis sukrosa atau sukrosa terinversi menjadi
dekstrosa dan fruktosa. (HOPE 6th Edition Hal.703-706)
Kegunaan Pemanis

2) Aerosil 200

Nama Zat Aerosil 200


Struktur
Pemerian Serbuk amorf, ringan, warna putih kebiruan, tidak memiliki rasa dan
bau. (HOPE 6th Edition Hal.186)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, membentuk dispersi koloidal dengan air.
(HOPE 6th Edition Hal.186)
Stabilita Higroskopik, menyerap volume air dalam jumlah cukup besar tanpa
menjadi cair.
Pada pH diatas 7.5, viskositas dari koloid berkurang.
(HOPE 6th Edition Hal.187)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan dietilstilbestrol
(HOPE 6th Edition Hal.187)

Adsorben
Kegunaan

3) Etanol

Pemerian Cairan jernih, mudah menguap, memiliki bau khas dan rasa terbakar.
(HOPE 6th Edition Hal.17)
Struktur

Kelarutan Dapat bercampur dengan air. (HOPE 6th Edition Hal.17)


Stabilitas -
Inkompatibilitas Pada kondisi asam, mudah bereaksi dengan oksidator. Dapat
mengendapkan garam organik dan gom akasia. (HOPE 6th Edition
Hal.17-18)
Kegunaan Cairan penggranul

4) Kalium Sorbat

Pemerian Serbuk kristal putih dengan sedikit bau khas. (HOPE 6th Edition
Hal.579)
Struktur

Kelarutan Larut dalam 1,72 bagian air (HOPE 6th Edition Hal.580)
Stabilitas -
Inkompatibilitas Aktifitas antimikroba berkurang dengan keberadaan surfaktan non-ionik
dan plastik. (HOPE 6th Edition Hal.580)
Kegunaan Pengawet

5) Aquadestilata

Nama Zat Aquadestilata


Pemerian Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. (HOPE 6th Edition
Hal.766-770)
Kelarutan Dapat bercampur dengan sebagian besar pelarut polar. (HOPE 6th
Edition Hal.766-770)
Stabilita Air stabil dalam semua kondisi fisik (es, cairan, dan uap). (HOPE 6th
Edition Hal.766-770)
Inkompatibilitas Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat dan bahan
lain yang dapat mengalami hidrolisis. Air dapat bereaksi kuat dengan
logam alkali dan dengan cepat dengan logam alkali tanah dan
oksidanya seperti kalsium oksida atau magnesium oksida. Air juga
bereaksi dengan garam anhidrat membentuk garam hidrat, dengan
beberapa bahan organik dan kalsium karbida. (HOPE 6th Edition
Hal.766-770)

Pendispersi
Kegunaan

6) Pewarna merah

7) Perisa strawberry

4. KESIMPULAN FORMULA
5. Kesimpulan Formula
No. Bahan Jumlah Fungsi/alasan penambahan
bahan
1. Amoksisilin 120mg/5mL Antibiotik

2. CMC Na 1% volume total Suspending agent

3. Sukrosa 20% (w/w) Pemanis


2 % terhadap
4. PVP serbuk yang akan Pengikat dalam granulasi

digranulasi
5. Kalium Sorbat 0,1-0,2% b/v Pengawet
6. Essens strawberry 15 tetes Perasa
7. Merah karmin 0,022 gram Pewarna

8. Aerosil 1 % terhadap Adsorban


massa granul

9. Etanol 120 ml Pembuat massa granul


6. PENIMBANGAN
Jumlah sediaan yang dibuat :2
Volume sediaan tiap botol : 100 mL
Volume terpindahkan tiap botol : 2 % dari 100 mL : 2 mL
Volume total sediaan tiap botol : 102 mL
Volume sediaan yang akan dibuat : 400 mL

No. Nama Zat Jumlah per sediaan Jumlah yang ditimbang


(100 mL) (400 mL)

Amoksisilin
1. 2,4 gram 9,6 gram
120mg/5mL

CMC Na
2. 0,815 3,26 gram
(1% dari volume total)

Sukrosa
3. 20 gram 80 gram
(20%)

PVP
4. (2% terhadap serbuk yang 0,45 gram 1,8 gram
akan digranulasi)

Kalium Sorbat
5. 100 mg 400 mg
(0,1% b/v)

6. Essens strawberry 15 tetes 15 tetes

7. Merah karmin 0,0055 0,022 gram

Aerosil

8. 0,269 1,076
(1 % terhadap massa
granul)
9. Etanol 120 ml 40 ml

7. PROSEDUR PEMBUATAN
- Kalibrasi botol sediaan 102 mL (dilebihkan 2% volume) dan keringkan.
Kalibrasi dilakukan dengan menambahkan air ke dalam gelas ukur sebanyak
volume yang diinginkan. Kemudian air dipindahkan ke dalam wadah yang akan
dikalibrasi dan ditandai pada batas volume dengan memperhatikan meniskus.
Wadah yang telah ditara atau dikalibrasi dibilas dengan aquades sebelum
digunakan.
- Amoksisilin ditimbang sebanyak 9,6 gram, kalium sorbat ditimbang sebanyak 400
mg, sukrosa ditimbang sebanyak 80 gram dan PVP ditimbang sebanyak 1,8 gram.
- Amoksisilin dan sukrosa digerus dalam mortar yang berbeda (mortar A untuk sukrosa
dan mortar B untuk amoksisilin)
- Kalium Sorbat dicampurkan ke dalam mortar B dengan pencampuran geometris.
- Sukrosa dicampurkan ke dalam campuran dalam mortar B dengan pencampuran
geometris, gerus halus dan homogenkan.
- PVP sebanyak 1,8 gram dicampurkan secara geometris ke mortar B
- Merah karmin sebanyak 0,022 gram dicampurkan ke mortar B secara geometris
- essens strawberry dilarutkan dalam 120 mL etanol 95% (dituangkan sedikit demi
sedikit). Kemudian diteteskan secara merata ke dalam campuran dalam mortar B
sambil dilakukan pencampuran hingga terbentuk massa granul(padatan kompak yang
dapat dibelah menjadi beberapa bagian, tidak kembali ke bentuk serbuk). Massa
granul diayak di atas pengayak ukuran 16 mesh dan digerus sedikit demi sedikit.
- Massa granul dikeringkan sampai kadar air kurang dari 2% dengan didiamkan pada
suhu kamar. Dilakukan pengukuran kadar air dan massa granul ditimbang.
- Sejumlah CMC Na FSH dan aerosil ditimbang dan ditambahkan pada massa granul,
lalu dicampurkan hingga homogen dan masukkan ke dalam botol sediaan
- Tutup botol sediaan kemudian botol di kocok. Botol diberi etiket dan dikemas dalam
kemasan sekunder.
Evaluasi sedimentasi
- Masukan 100 mL sediaan yang telah direkonstitusi ke dalam tabung sedimentasi.
- Amati dan ukur Hv / Ho pada tabung sedimentasi pada waktu sedimen1 hari, 2 hari, 3
hari dan 4 hari.
Perhitungan granulasi supensi rekonstitusi

Amoksisilin trihidrat 9,6 gram

Sukrosa 80 gram

Kalium sorbat 0,4 gram

Merah karmin 0,022 gram

Total serbuk 90,022 gram

Massa PVP = 2 % x 90,022 gram = 1,8 gram

Massa granul teoritis = bobot serbuk + bobot pengikat

= 90,022 gram +1,8 gram

= 131,822 gram

Jumlah sediaan yang dapat dibuat secara teoritis adalah sebagai berikut

Jumlah botol teoritis = total volume/volume 1 botol

= 400 ml/102 ml

= 3,92 botol

Berat granul yang didapat : 107,6


Kadar air : 1,7%
Berat granul nyata : 107,6 gram (1,7% x 107,6 gram) = 105,7708
gram
Jumlah botol yang dapat diisi : 107,6 gram/ 131,822 gram x 3,92 gram =
3,1997
Total volume yang harus dibuat (untuk acuan perhitungan jumlah suspending agent):
= 3,1997/3,92 x 102 ml
= 83,257 ml
Massa CMC Na FSH yang ditambahkan : 0,01 x 83,257 x 4 = 3,26 gram
Massa Aerosil yang ditambahkan : 0,01 x 107,6 gram = 1,076 gram
Jumlah serbuk per botol : (107,6 + 3,26 + 1,076) / 3,1997= 34,983 gram
8. HASIL PERCOBAAN
A. Tabel Hasil Pengamatan Sediaan Suspensi Rekonstitusi Amoksisilin
Pengamatan pada hari ke-

Jumat, 22 Senin, 25 Rabu, 26


September 2017 September 2017 September 2017

Sediaan berwarna Sediaan berwarna Sediaan berwarna


Warna
merah muda merah muda merah muda

Sediaan berbau Sediaan berbau Sediaan berbau


Bau
strawberry strawberry strawberry

Rasa Manis Manis Manis

pH 5,57 5,11 5,73

terjadi Terjadi sedimentasi Terjadi sedimentasi


Tidak
Pengendapan
pengendapan setinggi 4,4 cm setinggi 4,9 cm

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi


Pertumbuhan
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
mikroba
mikroba mikroba mikroba

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

Caps-locking capslocking pada capslocking pada capslocking pada

botol sediaan botol sediaan botol sediaan

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi


Kristalisasi
kristalisasi kristalisasi kristalisasi

B. Evaluasi Sediaan In Process Control (IPC)


IPC

No Evaluasi Prinsip Hasil Evaluasi Syarat

1 Organoleptik Dilihat bau, rasa, dan Sediaan berbau strawberry, Sediaan


warna sediaan apakah rasa manisdan bewarna merah berbau
sudah sesuai dengan yang muda strawberry,
diinginkan. dan berwarna
merah muda

3 pH Diukur pH sediaan 5,57 3,5- 6


menggunakan pH meter.
Evaluasi Sediaan untuk serbuk

No Evaluasi Prinsip Hasil Evaluasi Syarat

1 Kadar air Dilakukan pengukuran 1,7 % <2%


kadar air massa granul
sediaan

C. Evaluasi Sediaan Akhir


No Evaluasi Prinsip Hasil Evaluasi Syarat

1 Organoleptik Dilihat bau, rasa, dan Sediaan berbau strawberry, Sediaan


warna sediaan apakah rasa manis dan berwarna merah berbau
sudah sesuai dengan muda strawberry,
yang diinginkan. dan berwarna
merah muda

2 Waktu Waktu yang


rekonstitusi dibutuhkan untuk
granul dan suspending
agent yang 1 menit 5 detik (65 detik) 30 detik

ditambahkan
terdispersi secara
sempurna
2 Volume Volume sediaan diukur Volume
Terpindahkan dengan gelas ukur dan sediaan 102
dibandingkan dengan 100 ml mL
volume yang tertera
pada etiket.
3 Berat Jenis Berat jenis sediaan -
ditentukan dengan 3 1
=
piknometer dengan 2 1
pembanding aquadest.
25,086 13,45
Bobot jenis larutan uji =
24,047 13,45
dihitung dengan rumus
= 2,098 gr/ml
3 1
=
2 1
4 Viskositas Viskositas sediaan Sifat aliran menyerupai Sifat aliran
ditentukan dengan tiksotrofik tiksotrofik
viskometer Brookfield

5 Penetapan Digunakan Uji tidak dilakukan Kadar zat


kadar kromatografi gas aktif sesuai
dimana waktu retensi dengan yang
suatu puncak zat uji tertera pada
dalam kromatografi etiket (120
harus sama dengan mg/5 ml)
waktu retensi larutan
baku pada kondisi
seperti yang tertera
pada monografi.
6 Penetapan pH pH sediaan ditentukan Hari 1 : 5,57 3,5-5,5
sediaan dengan pH meter. Hari 4 : 5,11 (sesuai pH
Hari 5: 5,73 sediaan di
kompendial)

7 Pertumbuhan Sediaan disimpan dan Tidak ada pertumbuhan Tidak ada


Mikroba diamati ada tidaknya mikroba. pertumbuhan
pertumbuhan mikroba. mikroba.

8. Uji Kebocoran Wadah sediaan Tidak ada kebocoran pada Tidak ada
Wadah dibalikkan untuk wadah. kebocoran
melihat apakah wadah pada wadah.
yang dipakai bocor
atau tidak.
9. Uji Cap- Uji dilakukan untuk Tidak terbentuk kristal gula Tidak
locking membuktikan apakah pada mulut botol. terbentuk
dalam sediaan dapat kristal gula
terjadi cap-locking pada mulut
pada tutup sediaan. botol.
Jika terjadi cap-locking
artinya gula menempel
pada tutup sediaan
telah mengkristal.
10 Volume Amati dan ukur Hv/Ho Hari kesatu Hv/Ho = 1
sedimentasi pada tabung Hv/Ho = 1 atau
sedimentasi pada (tidak ada endapan) mendekati 1,
waktu 10,20,30 1 Hari keempat sediaan dapat
hari, 2 hari dan 3 hari Hv/Ho = 0,71 redispersable.
3,5/7,9=0,71
Hari kelima
Hv/Ho = 0,37
3/7,9= 0,37
Hasil Penentuan Viskositas dan Sifat Aliran
Instrumen yang digunakan : Viskometer Brookfield LV
Spindle yang digunakan : Spindle nomor 3
Viskositas : skala yang terbaca x faktor alat
F/A (tekanan geser) : skala yang terbaca x 7,187 dyne/cm
dv/dx (kecepatan geser) : tekanan geser / viskositas

rpm Skala Faktor Alat Viskositas F/A dv/dx


0.5 0.5 2000 1000 3,5935 0,003593
1 5 1000 5000 35,935 0,007187
2.5 8 400 3200 57,496 0,01797
5 14 200 2800 100,618 0,035935
10 24 100 2400 172,488 0,07187
20 39 50 1950 280,293 0,14374
50 72 20 1440 517,464 0,35935
100 89 10 890 639,643 0,7187
100 92 10 920 661,204 0,7187
50 72.5 20 1450 521,0575 0,35935
20 38 50 1900 273,106 0,14374
10 24 100 2400 172,488 0,07187
5 13 200 2600 93,431 0,035935
2.5 7 400 2800 50,309 0,01796
1 3 1000 3000 21,561 0,007187
0.5 0.5 2000 1000 3,5935 0,003593

Kurva rheologi suspensi rekonstitusi amoksisilin

Kurva Kecepatan Geser terhadap


Tekanan Geser
0.8
0.7
0.6
0.5
dv/dx

0.4
0.3 0.5-100
0.2 100-0.5
0.1
0
0 200 400 600 800
F/A

Kurva Viskositas terhadap Tekanan


Geser
6000
5000
4000
Viskositas

3000
0.5-100
2000
100-0.5
1000
0
0 200 400 600 800
F/A

Berdasarkan grafik, sifat aliran suspensi rekonstitusi amoksisilin adalah tiksotropik


plastik.
9. ANALISIS TITIK KRITIS PEMBUATAN SEDIAAN
- CMC-Na FSH yang digunakan harus larut dalam waktu sekitar 30 detik(waktu
rekonstitusi).
- Waktu rekonstitusi sekitar 30 detik
- Kadar air dalam granul harus kurang dari atau sama dengan 2%.
- Serbuk yang dicampurkan harus benar-benar homogen dan ukurannya harus relatif
seragam.

10. PEMBAHASAN
Amoksisilin adalah antibiotik golongan beta laktam (turunan penisilin) yang
sering digunakan untuk infeksi bakteri. Adapun struktur kimia dari amoksisilin
yaitu:

Gambar 10.1. Struktur Amoksisilin


(Sumber: http://www.mpbio.com/product.php?pid=02190145&country=100)
Amoksisilin memiliki sifat sukar larut dalam air sehingga bentuk sediaan yang
dibuat tidak dapat larutan. Selain itu, amoksisilin mudah terhidrolisis sehingga
amoksisilin harus dibuat dalam bentuk sediaan rekonstitusi sehingga kontak dengan
air dapat diminimalisir selama masa penyimpanan. Dengan kedua sifat tersebut,
bentuk sediaan yang cocok untuk amoksisilin adalah suspensi rekonstitusi dan
tablet. Tetapi sediaan suspensi lebih dipilih karena konsumsi untuk pasien,
khususnya pediatrik dan geriatrik, lebih mudah sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien dalam konsumsi sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Dosis
yang biasa digunakan adalah:
Dosis Frekuensi Rute Instruksi

Dewasa 375-1000 mg 8 jam Oral


Pedriatik Harus dihabiskan
0-2 tahun 100 mg
1-3 tahun 125 mg 8 jam Oral
3-10 tahun 250 mg
Tabel 10.1. Dosis Amoksisilin

Dalam pembuatan suspensi rekonstitusi amoksisilin, terdapat beberapa titik


kritis yang harus diperhatikan. Pertama, amoksisilin memiliki rasa yang pahit dan
bau menusuk khas antibiotik sehingga dapat mengurangi kepatuhan dan penerimaan
pasien. Kedua, suspensi rekonstitusi yang dibuat merupakan sediaan dosis ganda
(multiple dose) sehingga memungkinkan pertumbuhan mikroba pada sediaan selama
masa terapi. Ketiga, pada proses pembuatan suspensi kering/rekonstitusi digunakan
teknik granulasi dimana serbuk harus kompak dan kalis sebelum digranulasi.
Selanjutnya, granul yang terbentuk harus memiliki kadar air di bawah 2% agar
stabilita zat aktif tetap terjaga selama penyimpanan. Terakhir, sediaan suspensi
haruslah viskos agar partikel yang terdispersi tidak cepat mengendap dan membatu
pada dasar botol sehingga dosis sediaan tidak lagi sesuai dengan spesifikasi.
Masalah diatas dapat diselesaikan dengan penambahan eksipien yang sesuai dan
kompatibel. Rasa dan bau tidak enak amoksisilin dapat ditutupi dengan pemanis
berupa sukrosa dan perisa stroberi. Untuk meningkatkan ketertarikan dan
keberterimaan pasien dapat ditambahkan pewarna merah sesuai dengan perisa yang
digunakan. Pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan dapat dicegah dengan
penambahan pengawet yaitu kalium sorbat yang kompatibel dengan zat aktif
maupun eksipien lain. Dalam proses granulasi, untuk membuat serbuk menjadi
kompak dan kalis ditambahkan zat pengikat berupa PVP. Dipilih PVP karena
kompatibel dengan zat aktif dan mempunyai sifat pengikat yang baik. Selanjutnya
untuk mengatasi masalah kadar air yang rendah (<2%) selama penyimpanan,
digunakan adsorben yaitu aerosil yang dapat menyerap kelembaban saat masa
penyimpanan. Terakhir, untuk meningkatkan viskositas sediaan ini ditambahkan
eksipien berupa suspending agent. Suspending agent yang digunakan adalah CMC
Na FSH. Dipilih CMC Na FSH karena kompatibel dengan sediaan, viskositas yang
dihasilkan tidak terlalu tinggi dan bersifat tiksotropik, serta mudah terbasahi dan
terdispersi dalam air saat proses rekonstitusi.
Dalam proses pembuatan suspensi rekonstitusi amoksisilin, titik paling kritis
adalah saat proses granulasi. Proses granulasi dilakukan agar sediaan yang
dihasilkan memiliki bentuk yang sama, sifat aliran yang lebih baik sehingga mudah
terbasahi saat proses rekonstitusi, dan tidak bulky saat dipindahkan ke dalam botol.
Granulasi yang dilakukan menggunakan cara kering, dimana eksipien pengikat
massa granul (PVP) langsung dicampurkan hingga homogen ke serbuk sediaan lalu
ditetesi dengan etanol untuk memunculkan sifat mengikat dari PVP. Keuntungan
dari penggunaan cara kering adalah kita mengetahui secara pasti jumlah PVP yang
ditambahkan untuk mengikat massa granul sehingga reprodusibilitas dari sediaan
menjadi lebih baik. Namun kelemahannya adalah kita tidak dapat mengetahui
apakah seluruh PVP yang ditambahkan sudah terlarut saat diteteskan etanol, serta
etanol yang ditambahkan dapat terlalu banyak yang menjadikan kandungan air
dalam granul dapat menjadi terlalu tinggi. Kadar air yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan sulitnya proses pengeringan sebelum pengemasan sediaan.
Pada proses granulasi, pertama-tama dilakukan penimbangan bahan yang akan
dibentuk granul, yaitu zat aktif amoksisilin sebanyak 9,6 gram, sukrosa sebanyak 80
gram, kalium sorbat sebanyak 0,04 gram, PVP sebanyak 1,8 gram, dan merah
karmin sebanyak 0,022 gram. Lalu sukrosa yang telah ditimbang digerus terlebih
dahulu hingga halus, kemudian ditambahkan amoksisilin, kalium sorbat, PVP, dan
pewarna merah karmin dimasukkan ke dalam mortar satu demi satu, lalu
dicampurkan hingga homogen. Pewarna merah karmin ditambahkan untuk melihat
apakah campuran bahan sudah homogen atau belum. Setelah seluruh granul
tercampur hingga homogen, dilakukan proses granulasi. Perisa strawberry yang
dilarutkan dalam etanol diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam granul sambil terus
menggenggam granul dengan tangan hingga terbentuk massa granul yang kompak
dan kalis, yaitu saat granul dapat digenggam dengan tangan dan saat dibagi menjadi
dua bagian tidak ada serbuk-serbuk yang berjatuhan. Jumlah etanol yang
ditambahkan harus dipantau agar tidak terlalu banyak, karena jika terlalu banyak,
kadar air yang berada dalam masa granul akan tinggi. Pada proses pembuatan,
ditambahkan 120 mL etanol ke dalam masa granul untuk proses granulasi.
Penambahan etanol relatif banyak karena terjadi kesalahan teknis saat penimbangan
sukrosa yang harusnya 80 gram menjadi 120 gram sehingga PVP yang ditambahkan
juga menjadi kurang, menyebabkan sulitnya terbentuk granul yang kalis. Kemudian
setelah terbentuk granul yang kalis, massa granul yang terbentuk diayak dengan
menggunakan ayakan 16 mesh. Pengayakan dilakukan dengan cara sedikit massa
granul diambil dalam bentuk kepalan, kemudian diletakkan di atas ayakan dan
ditekan kuat satu arah dengan botol bersisi rata.
Setelah granul diayak dengan ayakan mesh, dilakukan IPC sifat organoleptis dan
pengukuran kadar air dalam granul dengan menggunakan alat moisture balance.
Untuk sifat organoleptik, secara keseluruhan sudah sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Warna serbuk adalah kemerahan, beraroma strawberry, dan serbuk
berasa manis. Idealnya granul yang baik memiliki kandungan kadar air 1-2%. Dari
hasil pengukuran kadar air dengan moisture balance didapatkan kadar air dalam
granul hasil granulasi lebih dari 5% karena penambahan etanol yang terlalu banyak
tadi.. Untuk mengurangi kadar air dalam granul, granul dikeringkan dengan cara
dihamburkan pada kain batis serta diangin-anginkan selama kurang lebih 30 menit
supaya air yang terdapat dalam granul dapat lebih cepat menguap. Kemudian
setelah dilakukan usaha pengeringan pertama, kadar air dalam granul diukur
kembali. Namun dari hasil pembacaan didapatkan bahwa kadar air dalam granul
meningkat menjadi 1,7%. Granul telah sesuai dengan spesifikasi ideal yang baik
karena proses pengeringan dilakukan dengan benar.
Setelah proses granulasi dilakukan, granul yang didapatkan ditimbang. Dari
hasil granulasi didapatkan granul 131,822 gram dengan kadar air 1,7%. Hasil ini
kemudian digunakan untuk menghitung jumlah Na CMC FSH dan aerosil yang
harus ditambahkan. Berdasarkan perhitungan, didapatkan bahwa Na CMC FSH
yang dibutuhkan adalah 3,26 gram dan aerosil yang harus ditambahkan adalah 1,076
gram. Kemudian aerosil dan Na CMC FSH yang telah ditimbang ditambahkan ke
dalam granul hasil granulasi. Ketika Na CMC FSH dan aerosil ditambahkan ke
dalam campuran granul, terbentuk partikel putih aerosil yang tidak bercampur
dengan granul lainnya, sedangkan untuk pencampuran dengan granul hasil granulasi
tidak boleh dilakukan penggerusan karena dapat merusak tekstur granul. Karena
terdapat partikel putih yang tidak bercampur, ukuran serbuk menjadi tidak homogen
dan sediaan tidak seluruhnya berwarna merah. Agar hal ini tidak terjadi, seharusnya
Na CMC FSH dan aerosil yang akan dimasukkan ke dalam granul digerus terlebih
dahulu agar ukurannya seragam (homogen) baru kemudian dicampurkan ke dalam
granul.
Kemudian serbuk dikemas ke dalam botol. Dari hasil perhitungan didapatkan
untuk memenuhi spesifikasi kekuatan sediaan, satu botol sediaan harus berisi
34,983 gram serbuk. Setelah serbuk dikemas ke dalam botol, botol diberi etiket dan
dikemas ke kemasan sekunder. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan.
Evaluasi pertama yang dilakukan adalah waktu rekonstitusi. Waktu rekonstitusi
sediaan yang baik sejak air dimasukkan ke dalam botol hingga serbuk terdispersi
sempurna adalah dibawah 30 detik. Dari hasil evaluasi, waktu rekonstitusi produk
akhir lebih dari 1 menit 5 detik (65 detik). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan tidak
memenuhi syarat waktu rekonstitusi yang baik. Penyebab dari hal tersebut adalah
tidak terbentuknya tekstur granul yang sempurna dan juga botol yang digunakan
untuk merekonstitusi memiliki ukuran yang pas-pasan (ruang udara relatif kecil)
sehigga proses rekonstitusi tidak berjalan dengan lancar (masih terdapat endapan
serbuk).
Kemudian setelah serbuk direkonstitusi dilakukan juga uji volume terpindahkan.
Pada uji volume terpindahkan didapatkan hasil volume botol pertama adalah 100
mL. Hasil uji ini memenuhi syarat, dimana volume terpindahkan dari wadah tidak
kurang dari 100% dan tidak kurang dari 95% dari yang tercantum pada etiket (100
mL).
Untuk evaluasi dilakukan juga uji pH yang diamati pada hari pertama, keempat,
dan kelima. hari pertama pH sediaan adalah 5,57, pada hari keempat pH sediaan
adalah 5,11, dan pada hari kelima pH sediaan adalah 5,73. Terjadi fluktuasi pH pada
ketiga hari pengamatan tersebut. Antara hari pertama dan hari keempat terjadi
penurunan pH sedangkan diantara hari keempat dan kelima terjadi kenaikan pH. Hal
ini dapat terjadi karena tidak terdapat mekanisme dapar dan dispersi yang tidak
merata saat pengukuran dilakukan. Fluktuasi pH tidak menyebabkan perubahan
yang signifikan karena masih dalam rentang pH stabilita sediaan. Jika fluktuasi pH
tinggi, dapat ditambahkan dapar pada suspensi terkait.
Selama rentang waktu hari pertama hingga hari kelima juga dilakukan
pengamatan sifat fisik sediaan. Pada evaluasi sifat organoleptis, sifat organoleptis
sediaan dari hari pertama hingga kelima tidak mengalami perubahan yang berarti.
Warna sediaan adalah merah dengan aroma dan rasa stroberi. Lalu pada botol
sediaan juga tidak terjadi cap-locking meskipun terdapat sukrosa didalam sediaan.
Selain itu juga dilakukan evaluasi tinggi sedimentasi. Selama waktu pengamatan
pada hari keempat dan kelima, pengukuran Hv/H0 masing-masing 0,71 dan 0,37.
Hal ini menunjukkan kurangnya viskositas dari sediaan sehingga partikel terdispersi
mudah mengendap. Tetapi hal tersebut tidak terlalu berpengaruh pada dosis karena
sedimen yang terbentuk dapat diredispersi kembali (tidak caking). Untuk
meningkatkan waktu pengendapan dapat digunakan lebih banyak suspending agent
agar viskositas sediaan akan bertambah.
Evaluasi juga dilakukan untuk menentukan sifat aliran dari sediaan suspensi
rekonstitusi yang dihasilkan. Suspensi yang baik mempunyai sifat aliran tiksotropik.
Penentuan sifat aliran sediaan dilakukan menggunakan viskometer Brookfield tipe
LV dengan spindle nomor 3. Pengukuran dilakukan pada kecepatan 0.5, 1, 2.5, 5,
10, 20, 50 dan 100 rpm. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali: pada kecepatan
0.5 sampai 100 rpm dan pada kecepatan 100 sampai 0.5 rpm. Skala yang terbaca
pada setiap rpm dikalikan dengan faktor alat memberikan nilai viskositas,
sedangkan dengan 7,187 dyne/cm memberikan nilai tekanan geser. Nilai kecepatan
geser didapatkan dengan membagi tekanan geser dengan viskositas. Untuk
menentukan sifat aliran sediaan, dibuat kurva kecepatan geser (dv/dx) terhadap
tekanan geser (F/A) suspensi rekonstitusi amoksisilin. Berdasarkan kurva yang
dibuat, sifat aliran sediaan suspensi rekonstitusi amoksisilin adalah aliran
tiksotropik plastik. Sifat aliran tiksotropik plastik sesuai dengan sifat aliran yang
seharusnya dimiliki oleh suspensi. Aliran tiksotropik plastik dapat terjadi karena
aliran dari bahan yang digunakan, terutama CMC Na FSH sebagai suspending agent
memiliki sifat aliran tiksotropik yang sangat mempengaruhi sifat aliran sediaan
akhir.
Saran untuk proses pembuatan kedepan lebih diperhatikan lagi proses
penimbangan bahan yang sesuai dengan formula. Selain itu jika granul yang harus
dimasukkan ke dalam botol banyak, gunakan botol yang lebih besar agar proses
rekonstitusi dapat berlangsung lebih tepat dan sempurna. Lebih dari itu formula
yang dibuat dalam percobaan ini sudah tepat.

I. KESIMPULAN
1. Formulasi yang tepat untuk sediaan suspensi rekonstitusi amoksisilin 120 mg/5
cc yaitu

No. Nama Zat Jumlah per Kegunaan Bahan


sediaan
(100 mL)
1. Amoksisilin 120mg/5mL 2,4 gram Zat aktif
CMC Na Suspending agent
2. 0,815
(1% dari volume total)

Sukrosa Pemanis
3. 20 gram
(20%)
PVP Pengikat massa granul
4. (2% terhadap serbuk yang 0,45 gram
akan digranulasi)
Kalium Sorbat Pengawet
5. 100 mg
(0,1% b/v)
6. Perisa
Essens strawberry 15 tetes

7. Pewarna
Merah karmin 0,0055

Aerosil Adsorben

8. 0,269
(1 % terhadap massa
granul)

9. Etanol 120 ml Pelarut PVP

2. Berdasarkan evaluasi sediaan, sediaan suspensi rekonstitusi amoksisilin 120


mg/5 cc tidak layak.

11. DAFTAR PUSTAKA


Sweetman, Sean C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference 36th ed.
London:Pharmaceutical Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta: Departemen Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (Halaman 17
18, 95, 99)
Lund, Watter. 1994. The Pharmaceutical Codex, Principle and Practice of
Pharmaceutics 12nd Edition. London: The Pharmaceutical Press. Halaman
729-730.
th
Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 Ed. London:
Pharmaceutical Press. (Halaman 17-18, 119-120, 186-187, 582-583, 627-628,
703-706, 766-770)
Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan.
Dan Efek Sampingnya Edisi 6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. (Halaman
70)

Anda mungkin juga menyukai