Disusun oleh :
Kelompok L-II-1
Jessica Benita Nathania P. 10715040
Rizka Apriliana Kumalasari 10715047
Aldi Budiman 10715059
Mutiara Hasanah 10715068
Cornelia Pradhita Lyman 10715090
I. TUJUAN
1. Merancang dan membuat sediaan suspensi rekonsitusi Amoxicillin 120 mg/5mL
sesuai dengan persyaratan dan stabilitas zat aktif.
2. LATAR BELAKANG
Suspensi rekonsitusi adalah sediaan suspensi dalam bentuk serbuk yang nantinya
harus didispersikan (direkonstitusikan) terlebih dahulu sebelum digunakan. Pendispersi
yang biasa digunakan dalam sediaan ini adalah aqua pro injeksi. Tujuan pembuatan
suspensi rekonsitusi adalah menjaga stabilita bahan aktif selama masa penyimpanan.
Beberapa zat aktif seperti contohnya amoksisilin dapat terhidrolisis oleh air sehingga
jika terdispersi dalam air selama penyimpanan, zat aktif terkait dapat terurai dan
mengurangi efikasi dari sediaan. Pada umumnya, sediaan suspensi rekonsitusi dipakai
dengan waktu pemakaian terbatas setelah dicampurkan dengan pendispersi. Waktu
rekonsitusi atau waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan granul suspensi
rekonsitusi dengan fasa pendispersi haruslah singkat atau cepat. Karena itu, dibutuhkan
bahan pensuspensi yang mudah bercampur dan mengembang di dalam pendispersinya.
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan beta laktam yang biasa digunakan
untuk mengobati beberapa jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti tonsillitis,
bronchitis, pneumonia, gonorrhea, dan infeksi telinga, hidung, tenggorokan, kulit, atau
saluran urine. Cara kerja amoksisilin adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri
Gram positif. Amoksisilin menjadi cross-linkage polimerisasi peptidoglikan.
Dosis amoksisilin yang biasa diberikan kepada pasien adalah sebagai berikut.
3. PERMASALAHAN FARMASETIKA
A. Preformulasi Zat Aktif
(Sumber: https://kelincicoklatdiary.files.wordpress.com/2011/01/001.png)
Pemerian Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau (FI IV hal.95)
Serbuk mikrokristalin putih atau hampir putih, hampir tidak berbau (The
Pharmaceutical Codex 12th Edition Hal.729)
Kelarutan Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzene, dalam karbon
tetraklorida, dan dalam kloroform (FI IV hal.95)
pH Larutan tanpa buffer stabil pada pH 5,8, dan larutan dalam larutan
buffer sitrat paling stabil pada pH 6,5 (The Pharmaceutical Codex
12th Edition Hal.730)
Antara 3,5 dan 6,0 (FI IV Hal 96)
Stabilita Mudah terhidrolisis dalam air. Dalam kondisi basa, cincin beta laktam
terdegradasi membentuk asam penisiloat yang akan terurai secara
bertahap menjadi asam peniloat dengan dekarboksilasi. Laju reaksinya
merupakan orde satu. Dalam kondisi asam, amoksisilin terhidrolisis
membentuk asam penisilenat. (The Pharmaceutical Codex 12th Edition
Hal.730)
C. Preformulasi Eksipien
1) CMC Na-FSH
Struktur Molekul
Pemerian Serbuk halus, berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau,
serbuk higroskopis.
(HOPE 6th Edition Hal.582)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol 95%.
(HOPE 6th Edition Hal.582)
Stabilita Warna menjadi gelap dengan pemanasan suhu tinggi. Mudah
ditumbuhi kapang karena higroskopik sehingga perlu ditambah
antimikroba
(HOPE 6th Edition Hal.582)
Inkompatibel dengan larutan garam inorganik, resin alami maupun
Inkompatibilitas
sintetik
(HOPE 6th Edition Hal.582)
Pengikat granul
Kegunaan
1) Sukrosa
Pemerian Kristal tidak berwarna, berbentuk massa kristal atau block kristal,
atau berupa bubuk kristal berwarna putih; tidak berwarna dan memiliki
rasa manis. (HOPE 6th Edition Hal.703-706)
Kelarutan Larut dalam 400 bagian etanol, 170 bagian etanol 95%, 0,5 bagian air
dan 0,2 bagian air mendidih (100C). (HOPE 6th Edition Hal.703-706)
Stabilita Stabilitas baik pada suhu ruang dan kelembapan relatif sedang.
Sukrosa akan menyerap 1% kelembapan ketika suhu mencapai 90C.
Sukrosa akan menjadi karamel ketika dipanaskan pada temperatur di
atas 160C. Pada suhu 110-145C, akan menyebabkan inversi
membentuk dekstrosa dan fruktosa. (HOPE 6th Edition Hal.703-706)
Inkompatibilitas Serbuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan keberadaan logam berat
yang dapat menyebabkan inkompatibilitas dengan zat aktif seperti
asam askorbat. Sukrosa juga dapat terkontaminasi oleh sulfit dari
proses penyulingan. Dengan konsentrasi sulfit yang besar, perubahan
warna dapat terjadi pada tablet yang disalut gula. Keberadaan asam
kuat dapat menghidrolisis sukrosa atau sukrosa terinversi menjadi
dekstrosa dan fruktosa. (HOPE 6th Edition Hal.703-706)
Kegunaan Pemanis
2) Aerosil 200
Adsorben
Kegunaan
3) Etanol
Pemerian Cairan jernih, mudah menguap, memiliki bau khas dan rasa terbakar.
(HOPE 6th Edition Hal.17)
Struktur
4) Kalium Sorbat
Pemerian Serbuk kristal putih dengan sedikit bau khas. (HOPE 6th Edition
Hal.579)
Struktur
Kelarutan Larut dalam 1,72 bagian air (HOPE 6th Edition Hal.580)
Stabilitas -
Inkompatibilitas Aktifitas antimikroba berkurang dengan keberadaan surfaktan non-ionik
dan plastik. (HOPE 6th Edition Hal.580)
Kegunaan Pengawet
5) Aquadestilata
Pendispersi
Kegunaan
6) Pewarna merah
7) Perisa strawberry
4. KESIMPULAN FORMULA
5. Kesimpulan Formula
No. Bahan Jumlah Fungsi/alasan penambahan
bahan
1. Amoksisilin 120mg/5mL Antibiotik
digranulasi
5. Kalium Sorbat 0,1-0,2% b/v Pengawet
6. Essens strawberry 15 tetes Perasa
7. Merah karmin 0,022 gram Pewarna
Amoksisilin
1. 2,4 gram 9,6 gram
120mg/5mL
CMC Na
2. 0,815 3,26 gram
(1% dari volume total)
Sukrosa
3. 20 gram 80 gram
(20%)
PVP
4. (2% terhadap serbuk yang 0,45 gram 1,8 gram
akan digranulasi)
Kalium Sorbat
5. 100 mg 400 mg
(0,1% b/v)
Aerosil
8. 0,269 1,076
(1 % terhadap massa
granul)
9. Etanol 120 ml 40 ml
7. PROSEDUR PEMBUATAN
- Kalibrasi botol sediaan 102 mL (dilebihkan 2% volume) dan keringkan.
Kalibrasi dilakukan dengan menambahkan air ke dalam gelas ukur sebanyak
volume yang diinginkan. Kemudian air dipindahkan ke dalam wadah yang akan
dikalibrasi dan ditandai pada batas volume dengan memperhatikan meniskus.
Wadah yang telah ditara atau dikalibrasi dibilas dengan aquades sebelum
digunakan.
- Amoksisilin ditimbang sebanyak 9,6 gram, kalium sorbat ditimbang sebanyak 400
mg, sukrosa ditimbang sebanyak 80 gram dan PVP ditimbang sebanyak 1,8 gram.
- Amoksisilin dan sukrosa digerus dalam mortar yang berbeda (mortar A untuk sukrosa
dan mortar B untuk amoksisilin)
- Kalium Sorbat dicampurkan ke dalam mortar B dengan pencampuran geometris.
- Sukrosa dicampurkan ke dalam campuran dalam mortar B dengan pencampuran
geometris, gerus halus dan homogenkan.
- PVP sebanyak 1,8 gram dicampurkan secara geometris ke mortar B
- Merah karmin sebanyak 0,022 gram dicampurkan ke mortar B secara geometris
- essens strawberry dilarutkan dalam 120 mL etanol 95% (dituangkan sedikit demi
sedikit). Kemudian diteteskan secara merata ke dalam campuran dalam mortar B
sambil dilakukan pencampuran hingga terbentuk massa granul(padatan kompak yang
dapat dibelah menjadi beberapa bagian, tidak kembali ke bentuk serbuk). Massa
granul diayak di atas pengayak ukuran 16 mesh dan digerus sedikit demi sedikit.
- Massa granul dikeringkan sampai kadar air kurang dari 2% dengan didiamkan pada
suhu kamar. Dilakukan pengukuran kadar air dan massa granul ditimbang.
- Sejumlah CMC Na FSH dan aerosil ditimbang dan ditambahkan pada massa granul,
lalu dicampurkan hingga homogen dan masukkan ke dalam botol sediaan
- Tutup botol sediaan kemudian botol di kocok. Botol diberi etiket dan dikemas dalam
kemasan sekunder.
Evaluasi sedimentasi
- Masukan 100 mL sediaan yang telah direkonstitusi ke dalam tabung sedimentasi.
- Amati dan ukur Hv / Ho pada tabung sedimentasi pada waktu sedimen1 hari, 2 hari, 3
hari dan 4 hari.
Perhitungan granulasi supensi rekonstitusi
Sukrosa 80 gram
= 131,822 gram
Jumlah sediaan yang dapat dibuat secara teoritis adalah sebagai berikut
= 400 ml/102 ml
= 3,92 botol
ditambahkan
terdispersi secara
sempurna
2 Volume Volume sediaan diukur Volume
Terpindahkan dengan gelas ukur dan sediaan 102
dibandingkan dengan 100 ml mL
volume yang tertera
pada etiket.
3 Berat Jenis Berat jenis sediaan -
ditentukan dengan 3 1
=
piknometer dengan 2 1
pembanding aquadest.
25,086 13,45
Bobot jenis larutan uji =
24,047 13,45
dihitung dengan rumus
= 2,098 gr/ml
3 1
=
2 1
4 Viskositas Viskositas sediaan Sifat aliran menyerupai Sifat aliran
ditentukan dengan tiksotrofik tiksotrofik
viskometer Brookfield
8. Uji Kebocoran Wadah sediaan Tidak ada kebocoran pada Tidak ada
Wadah dibalikkan untuk wadah. kebocoran
melihat apakah wadah pada wadah.
yang dipakai bocor
atau tidak.
9. Uji Cap- Uji dilakukan untuk Tidak terbentuk kristal gula Tidak
locking membuktikan apakah pada mulut botol. terbentuk
dalam sediaan dapat kristal gula
terjadi cap-locking pada mulut
pada tutup sediaan. botol.
Jika terjadi cap-locking
artinya gula menempel
pada tutup sediaan
telah mengkristal.
10 Volume Amati dan ukur Hv/Ho Hari kesatu Hv/Ho = 1
sedimentasi pada tabung Hv/Ho = 1 atau
sedimentasi pada (tidak ada endapan) mendekati 1,
waktu 10,20,30 1 Hari keempat sediaan dapat
hari, 2 hari dan 3 hari Hv/Ho = 0,71 redispersable.
3,5/7,9=0,71
Hari kelima
Hv/Ho = 0,37
3/7,9= 0,37
Hasil Penentuan Viskositas dan Sifat Aliran
Instrumen yang digunakan : Viskometer Brookfield LV
Spindle yang digunakan : Spindle nomor 3
Viskositas : skala yang terbaca x faktor alat
F/A (tekanan geser) : skala yang terbaca x 7,187 dyne/cm
dv/dx (kecepatan geser) : tekanan geser / viskositas
0.4
0.3 0.5-100
0.2 100-0.5
0.1
0
0 200 400 600 800
F/A
3000
0.5-100
2000
100-0.5
1000
0
0 200 400 600 800
F/A
10. PEMBAHASAN
Amoksisilin adalah antibiotik golongan beta laktam (turunan penisilin) yang
sering digunakan untuk infeksi bakteri. Adapun struktur kimia dari amoksisilin
yaitu:
I. KESIMPULAN
1. Formulasi yang tepat untuk sediaan suspensi rekonstitusi amoksisilin 120 mg/5
cc yaitu
Sukrosa Pemanis
3. 20 gram
(20%)
PVP Pengikat massa granul
4. (2% terhadap serbuk yang 0,45 gram
akan digranulasi)
Kalium Sorbat Pengawet
5. 100 mg
(0,1% b/v)
6. Perisa
Essens strawberry 15 tetes
7. Pewarna
Merah karmin 0,0055
Aerosil Adsorben
8. 0,269
(1 % terhadap massa
granul)