DISUSUN OLEH:
WIWIT ZURIATI UNO(P2500215001)
FIHRINA MOHAMAD(P2500215002)
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
mereview
berbagai
metode
yang
dapat
dilakukan
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE) [2,3,4]
1. Deskripsi tentang CAPE
CAPE (Caffeic Acid Phenetyl Ester) merupakan senyawa
sederhana yang mulai dikenal ketika campuran caffeic ester asam
termasuk phenethyl ester diidentifikasi sebagai prinsip utama dari
anti jamur dan anti bakteri. Selain itu CAPE merupakan salah satu
komponen yang terkandung dalam propolis memiliki efek sebagai
antiinflamasi,
anti
viral,
anti
kanker,
imonomodulator
dan
phenethyl
acrylate, Capeee
Rumus molekul : C7H16O4
Berat molekul
Rumus struktur
3-(3,4-dihydroxyphenyl)
Kelarutan
Pemerian
Penguraian
: Ketika
dipanaskan
sampai
dekomposisi
atopik
individu
(hipersensitif)
(16
dari
25,
64%)
anti
peradangan
pada
kaki
tikus
menunjukkan
NADPH-oxidase
ornithine
decarboxilase,
memiliki
aktivitas
anti
inflamasi
dimana
efisiensi
yang
terdapat
pada
propolis
didapatkan
dengan
telah
memformulasi
CAPE
yang
stabil.
Perbedaan
utama
antara
emulsi
dan
emulsi
membutuhkan
energi
yang
besar
sedangkan
mikroemulsi tidak.
Mikroemulsi terbentuk secara spontan dengan tetesan rata-rata
diameter 10-140 nm. Mikroemulsi mengandung fase minyak, fase air
dan surfaktan. Surfaktan konvensional terdiri dari bagian polar dan
non polar. Mikroemulsi bentuknya asimetris, menyerupai bentuk
ellipsoid yang tersebar luas. Mikroemulsi dapat diterapkan sebagai
pembawa membran cair untuk mengangkut zat lipofilik melalui media
air atau untuk membawa zat hidrofilik di media lipoidal. Ukuran
partikel jauh lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak,
mikroemulsi yang transparan dan struktur tidak dapat diamati melalui
mikroskop optik.
Formulasi
berdasarkan
mikroemulsi
memiliki
beberapa
adalah
sistem
termodinamika
stabil
dan
mikroemulsi
sebagai
sistem
pengiriman
dapat
Jika
jumlah
menstabilkan tetesan.
besar
surfaktan/kosurfaktan
untuk
minyak
dan
surfaktan
melimpah
tetapi
yang
benar
diwilayah
antarmuka.
Surfaktan
kationik,
d surfaktan anionik.
4. Co-surfaktan
Telah ditemukan bahwa rantai tunggal surfaktan sendiri tidak dapat
mengurangi tegangan antar muka cukup untuk mengaktifkan
mikroemuls adanya co-surfaktan menurunkan tegangan antarmuka,
memiliki fleksibilitas yang cukup untuk mengambil lekukan yang
berbeda dan diperlukan untuk membentuk mikroemulsi atas
berbagai komposisi. Jika lapisan surfaktan tunggal diinginkan,
pelarut, dan
memungkinkan
ataupun
mikron,
secara
konvensional
dilakukan
dengan
glycol
(PEG),
sodium
dodecyl
sulfate,
proteins,
carbohydrates, lecithin, and PEG-lipid (e.g., PEG-ceramide, d-tocopheryl polyethylene glycol 1000 succinate (TPGS)).
2) Emulsifikasi PLGA dengan teknik Salting Out
Pada metode ini, polimer dilarutkan dalam pelarut organic jenuh
air yang mengandung obat.Pelarut organic jenuh air yang biasa
digunakan seperti aseton atau tetrohidrofuran.Campuran tersebut
kemudain dituang kedalam fase air PVA yang mengandung garam
(magnesium sulfat atau kalsium sulfat sambil diaduk menggunakan
stirrer sehingga terbentuk single emultion minyak dalam air. Emulsi
yang terbentuk didilusi dengan penambahan sejumlah air sambil
diaduk selama semalam pada suhu ruang dan diperoleh emulsi
dengan ukuran nano (micron).Pengadukan ini menyebabkan pelarut
organiknya hilang dan reduksi komponen garam.Metode ini dinilai
cukup tinggi efisiensi penyerapan obat dan metodenya
lebih
Sumber: Pulmonary Drug Delivery Advanced and Challenges. John Wiley & Sons.Ltd.
India. 2012
BAB III
RANCANGAN FORMULA
III.1 Rencana bahan yang digunakan sediaan
a.
b.
c.
d.
e.
senyawa
nanopartikel
tersebut
disaring
pada
b.
Encapsulati
on Efficiency
(EE)
sediaan
dengan
metode
ElectronMicroscopy (SEM).
e. uji in vitro pelepasan CAPE dari formulasi s
f. Uji toksisitas bahan-bahan yang digunakan.
g. Analisis statistik
2. Aktivitas Biologi
a. Uji in vitro
b. Uji in vivo
Scanning
BAB IV
PEMBAHASAN
Makalah ini mencoba menguraikan suatu rancangan formula
bentuk sediaan mikroemulsi dengan teknik salting out terhadap senyawa
obat Caffeic Acid Phenethyl Ester(CAPE) dengan aktivitas antioksidan,
yang dipolimerisasi dengan poly(lactide-co-glycolide) (PLGA). CAPE
merupakan komponen bioaktif alami yaitu sebagai polifenol hidrofobik
yang terkandung hampir di semua tanaman, dengan jumlah terbanyak
dapat diperoleh dari cairan yang dihasilkan lebah yaitu propolis.
Berbagai aktivitas biologis CAPE telah banyak diteliti baik secara in
vitro maupun in vivo.Hasil penelitian dari tahun ke tahun menunjukkan
bahwa CAPE merupakan salah satu senyawa alami yang sangat
berpotensi sebagai antimikroba, antioksidan, anti-inflamasi, antitumor dan
antikanker.Selain itu, belum ada laporan tentang adanya efek sitotoksik
terhadap penggunaan CAPE, sehingga masih dianggap senyawa alami
yang aman untuk digunakan (Ghulam Murtaza, 2014). Pemaanfaatan
CAPE alami dalam produksi besar perlu dipertimbangkan, karena isolasi
CAPE dari ekstrak propolis hanya menghasilkan 1-5% rendamen, dan
proses purifikasinya berlangsung lama sehingga dinilai kurang ekonomis.
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut telah disintesis analog
CAPE dengan aktivias biologi yang sama, digunakan serta lebih murah
kemampuan
50x
lebih
efektiv
dalam
mereduksi
atau
berukuran
nano
(nanoteknologi)
dan
ukuran
tersebut
meyebabkan waktu tersedianya obat dalam darah lebih lama dan ketika
dicoating
dengan
surfaktan
PLGA tidak
cepat
didegradasi
serta
larutan
PCA
yang
mengandung
senyawa
garam
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. CAPE merupakan komponen bioaktif yang terkandung hampr
disemua tanaman dengan jumlah terbanyak dapat diperoleh dari
cairan yang dihasilkan lebah (propolis), memiliki berbagai aktivitas
biologi seperti antiinflamasi, antitumor, anti kanker, antimikroba dan
antioksidan.
2. CAPE memiliki bioavailabilitas yang rendah, karena mudah
didegradasi oleh enzim esterase dalam darah sehingga cepat
dibersihkan di darah dan menyebabkan waktu paruhnya singkat
sehingga ketersediaannya di darah sedikit dan mempengaruhi efek
terapeutiknya. Selain itu, kelarutan CAPE dalam air rendah karena
merupakan senyawa polifenol hidrofobik.
3. CAPE memiliki potensi yang besar sebagai senyawa obat sehingga
perlu dilakukan pengembangan formulasi sediaan yang dapat
memperbaiaki
bioavailabilitasnya
melalui
formulasi
sediaan
biokompatibel,
dan
tidak
toksik
dan
dapat
DAFTAR PUSTAKA
1. X.
Wang,
J.
Pang,
J.
A.
Maffucci
et
al.,
2009.
mucoadhesive
gel
containingpropolis.
International
Poly(lactide-co-glycolide)
Nanoparticles
by
Mixing
17. A.F.N.
Ramos,Miranda
J.L.
Propolis:
review
of
its