Anda di halaman 1dari 11

Jurnal 1

The part 1 of this page talks about:

 Komposisi dan potensi kulit buah kakao: Kulit buah kakao adalah bagian
luar dari buah kakao yang dibuang saat pengolahan biji kakao. Penulis
menemukan bahwa data tentang penggunaannya dalam literatur sebagai
bahan kosmetik sangat jarang1. Dalam penelitian ini, ekstrak kulit buah
kakao diteliti untuk potensi sebagai bahan kosmetik.
 Aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah kakao (CPE): Komposisi CPE
ditentukan menggunakan UHPLC. Kapasitas antioksidan diukur
menggunakan uji penangkapan radikal 1,2-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH),
uji pemutihan β-karoten (BCB) dan uji daya reduksi besi (FRAP). CPE
menunjukkan aktivitas antioksidan yang baik, berdasarkan mekanisme uji
dibandingkan dengan asam askorbat (AA) dan ekstrak kulit pinus standar
(PBE).
 Aktivitas anti-kerut dan penghambatan tirosinase CPE: Pengaruh
menghambat terhadap enzim degradasi kulit dilakukan menggunakan uji
elastase dan kolagenase. Efek pemutihan kulit CPE ditentukan berdasarkan
uji tirosinase jamur dan efek penyaringan sinar matahari (UV-absorbansi
pada panjang gelombang 200-400 nm). CPE menunjukkan aktivitas yang
lebih baik terhadap enzim elastase dan kolagenase dibandingkan dengan
PBE dan AA2. CPE juga menghambat enzim tirosinase lebih tinggi daripada
asam kojik dan AA, meskipun lebih rendah daripada PBE3. CPE
menginduksi proliferasi saat diuji pada sel fibroblas manusia pada
konsentrasi rendah. CPE juga menunjukkan potensi sebagai tabir surya
UVB meskipun kinerjanya rendah sebagai agen tabir surya UVA.
 Kesimpulan: Oleh karena itu, CPE memiliki potensi tinggi sebagai bahan
kosmetik karena efek anti-kerut, pemutihan kulit, dan tabir surya.

Bagian 2 dari halaman ini membahas tentang:

 Aktivitas antioksidan ekstrak kulit kakao: Ekstrak kulit kakao (CPE)


menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada ekstrak kulit
pinus standar (PBE) dengan menggunakan uji DPPH dan β-karoten, tetapi
lebih rendah dengan menggunakan uji FRAP, berdasarkan nilai EC50. CPE
mengandung senyawa fenolik, flavonoid, dan asam lemak yang
berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan.
 Inhibisi elastase dan kolagenase oleh CPE: CPE menghambat aktivitas
elastase dan kolagenase, enzim yang bertanggung jawab atas degradasi
elastin dan kolagen di lapisan dermis kulit. CPE memiliki aktivitas inhibisi
yang lebih tinggi daripada PBE, meskipun lebih rendah daripada asam
askorbat (AA) sebagai kontrol positif1. CPE mengandung senyawa
terpenoid, flavonol, dan resveratrol yang berperan sebagai inhibitor elastase
dan kolagenase.
 Potensi pemutih kulit dan pelindung UV dari CPE: CPE mampu
menghambat aktivitas tirosinase, enzim yang mengkatalisis produksi
melanin yang menyebabkan pigmentasi kulit. CPE memiliki aktivitas
inhibisi yang lebih tinggi daripada asam kojik (KA) dan AA, tetapi lebih
rendah daripada PBE berdasarkan nilai IC50. CPE juga memiliki potensi
sebagai agen pelindung sinar UVB, dengan menyerap sinar UVB pada
panjang gelombang 290-308 nm. CPE memiliki penyerapan yang lebih
rendah pada sinar UVA (315-400 nm), sehingga perlu dikombinasikan
dengan agen pelindung UVA lainnya untuk perlindungan spektrum luas.
 Viabilitas sel menggunakan fibroblas dermal manusia: CPE
menunjukkan viabilitas sel yang tinggi pada konsentrasi yang diuji (3,9-
1000 μg/ml), menunjukkan bahwa ekstrak tidak bersifat toksik terhadap sel
fibroblas dermal manusia dewasa (HDFa). Nilai IC90 CPE adalah yang
terendah, menunjukkan bahwa konsentrasi rendah ekstrak sudah cukup
untuk mempertahankan pertumbuhan sel hingga 90%.

Jurnal 2

Ringkasan halaman ini adalah:

 Penelitian tentang hand body lotion dari lemak kakao dan polifenol:
Dokumen ini menjelaskan penelitian tentang kualitas dan efek penambahan
polifenol ke hand body lotion yang dibuat dari lemak kakao. Lotion ini
bertujuan untuk meningkatkan kelembaban, kehalusan, dan perlindungan
kulit dari kerusakan UVB.
 Bahan dan metode: Dokumen ini menjelaskan bahan yang digunakan
dalam penelitian, seperti lemak kakao, polifenol dari biji kakao, minyak
zaitun, asam stearat, gliserin, dan novemer sebagai emulsifier. Dokumen ini
juga menjelaskan metode ekstraksi, formulasi, dan pengujian lotion.
 Hasil dan pembahasan: Dokumen ini menyajikan hasil dari uji kualitas dan
efek lotion. Dokumen ini menunjukkan bahwa lotion memiliki karakteristik
yang baik seperti kadar air, pH, viskositas, dan keamanan mikrobiologis.
Dokumen ini juga menunjukkan bahwa lotion dapat meningkatkan hidrasi
kulit, kadar sebum, kehalusan, dan elastisitas kulit. Dokumen ini juga
memiliki potensi untuk melindungi kulit dari penuaan dan kerusakan yang
diinduksi oleh UVB.

Jurnal 3

Bagian 1 dari halaman ini membahas tentang:


 Kandungan polifenol kakao: Kakao mengandung berbagai senyawa
polifenol, terutama katekin, antosianidin, dan proantosianidin, yang
memiliki aktivitas antioksidan dan biologis. Kandungan polifenol kakao
dipengaruhi oleh asal dan proses pembuatan produk akhirnya.
 Biodisponibilitas polifenol kakao: Polifenol kakao dapat diserap di usus
kecil atau dimetabolisme oleh mikroflora usus besar. Epikatekin adalah
senyawa yang paling banyak diserap, sedangkan oligomer proantosianidin
lebih sulit diserap. Kandungan lemak dalam kakao dapat meningkatkan
bioaksesibilitas polifenol kakao.
 Sifat antioksidan polifenol kakao: Polifenol kakao dapat menangkap
radikal bebas, menghambat peroksidasi lipid, meningkatkan kapasitas
antioksidan plasma, dan melindungi LDL dari oksidasi. Polifenol kakao juga
dapat meningkatkan resistensi terhadap stres oksidatif dan mencegah
kerusakan DNA akibat oksidan.
 Efek polifenol kakao pada metabolisme karbohidrat dan lipid: Polifenol
kakao dapat menghambat enzim pencernaan karbohidrat dan lipid,
menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin,
menurunkan kolesterol total dan LDL, dan meningkatkan kolesterol HDL.
Polifenol kakao juga dapat memodulasi ekspresi gen yang terlibat dalam
metabolisme glukosa dan kolesterol.
 Efek polifenol kakao pada penyakit kardiovaskular: Polifenol kakao
dapat menurunkan tekanan darah, menghambat agregasi platelet,
mengurangi peradangan, meningkatkan fungsi endotel, dan menstimulasi
sintesis NO. Polifenol kakao juga dapat menghambat aktivitas lipoxygenase,
metaloproteinase matriks, dan faktor pertumbuhan transformasi-β1 yang
terlibat dalam proses aterosklerosis. Polifenol kakao juga berhubungan
dengan penurunan risiko mortalitas kardiovaskular.

Bagian 2 dari halaman ini membahas tentang:

 Efek pada fungsi trombosit. Polifenol kakao dapat meningkatkan


konsentrasi plasma epikatekin dan katekin, yang menurunkan fungsi
trombosit dan adhesi. Polifenol kakao juga dapat meningkatkan diameter
arteri koroner, fungsi vaskular koroner, dan vasodilasi endotelium-dependen
.
 Efek pada hipertensi arteri. Polifenol kakao dapat mengatur ketersediaan
NO, yang mempengaruhi fungsi endotel dan tekanan darah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kakao dapat menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolik, baik pada orang sehat maupun dengan
prehipertensi/hipertensi tahap 1 . Polifenol kakao juga dapat menghambat
aktivitas enzim angiotensin converting enzyme, yang berperan dalam
pengaturan tekanan darah .
 Efek pada sistem kekebalan. Polifenol kakao dapat merangsang sistem
kekebalan bawaan dan peristiwa awal dalam kekebalan adaptif. Mereka
dapat mempengaruhi pelepasan sitokin proinflamasi dan antiinflamasi,
seperti IL-1β, IL-2, IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, TNF-α, TGF-β, dan GM-CSF.
Mereka juga dapat menghambat aktivasi faktor transkripsi nuklir NF-κB,
yang terlibat dalam ekspresi gen inflamasi .
 Efek antiinflamasi. Polifenol kakao dapat mengurangi produksi mediator
inflamasi seperti leukotrien, prostaglandin, NO, dan COX-2. Mereka juga
dapat mengurangi ekspresi molekul adhesi vaskular dan seluler, seperti
VLA-4, CD40, CD36, P-selectin, ICAM-1, dan E-selectin. Mereka juga
dapat melindungi terhadap kerusakan DNA oksidatif yang disebabkan oleh
stres oksidatif. Mereka juga dapat mengurangi stres oksidatif gingival pada
model periodontitis eksperimental .
 Efek pencegahan kanker. Polifenol kakao dapat melindungi sel dari
radikal oksigen aktif dan apoptosis yang diinduksi oleh hidrogen peroksida.
Mereka juga dapat menghambat transformasi sel neoplastik yang diinduksi
oleh TPA dengan menekan aktivitas kinase MEK, ERK, JNK, p38 MAPK,
Akt, dan p90 ribosomal s6 kinase. Mereka juga dapat menghambat ekspresi
COX-2 dan VEGF serta aktivasi AP-1 dan NF-κB. Mereka juga dapat
menghambat proliferasi sel dengan memblokir siklus sel di fase G2/M dan
menurunkan aktivitas enzim poliamina biosintesis. Mereka juga memiliki
efek antimutagenik dengan menghambat aktivasi metabolik karsinogen oleh
CYP1A. Mereka juga dapat meningkatkan ekspresi CYP1A1 pada sel
kanker payudara dan meningkatkan efektivitas tamoxifen sebagai terapi
kombinasi [80–89].

Bagian 3 dari halaman ini membahas tentang:

 Efek polifenol kakao pada penyakit kardiovaskular: Polifenol kakao


memiliki sifat antioksidan, yang memberikan berbagai efek positif terhadap
gangguan patologis, termasuk penyakit kardiovaskular, proses inflamasi,
dan kanker. Polifenol kakao menginduksi vasodilatasi koroner,
meningkatkan konsentrasi NO endotelial untuk menginduksi relaksasi
vaskular, meningkatkan fungsi vaskular, dan mengurangi adhesi trombosit.
Polifenol kakao juga menurunkan kadar LDL-kolesterol dan oksidasinya
sambil meningkatkan HDL-kolesterol.
 Efek anti-inflamasi polifenol kakao: Polifenol kakao memiliki aktivitas
anti-inflamasi, terutama terhadap IBD, melalui penghambatan berbagai
faktor transkripsi dan sitokin. Efek ini juga menghasilkan efek
kemopreventif terhadap penyakit kronis lainnya seperti kanker dengan
menghambat pertumbuhan berbagai garis sel kanker. Efek yang menarik
adalah efek polifenol pada kanker kolon. Polifenol kakao melindungi
terhadap IBD dan mencegah perkembangannya menjadi kanker. Selain itu,
polifenol kakao juga menyebabkan kematian sel non-apoptotik,
menghentikan siklus sel di fase G2/M, yang memperkuat efek
antiproliferatif mereka.
 Efek polifenol kakao pada metabolisme karbohidrat: Polifenol kakao
dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat dengan berbagai cara, seperti
menghambat aktivitas enzim pencernaan karbohidrat, meningkatkan
sensitivitas insulin, menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan profil
lipid serum. Polifenol kakao juga dapat memodulasi respon imun dan
peradangan yang terkait dengan sindrom metabolik dan obesitas.

Bagian 4 halaman ini membahas tentang:

 Polifenol kakao dan kesehatan vaskular: Polifenol kakao dapat


meningkatkan fungsi endotel, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi
risiko penyakit kardiovaskular. Polifenol kakao juga dapat menghambat
aktivitas enzim pengubah angiotensin yang berperan dalam pengaturan
tekanan darah.
 Polifenol kakao dan peradangan: Polifenol kakao dapat menekan ekspresi
mediator peradangan, seperti sitokin, prostaglandin, dan faktor transkripsi
nuklir kappa B. Polifenol kakao juga dapat mengurangi stres oksidatif dan
kerusakan DNA pada sel-sel usus.
 Polifenol kakao dan kanker: Polifenol kakao memiliki aktivitas anti-
klastogenik, anti-apoptotik, anti-proliferatif, dan anti-angiogenik. Polifenol
kakao dapat menghambat aktivitas enzim sitokrom P450 yang terlibat dalam
metabolisme karsinogen. Polifenol kakao juga dapat mempengaruhi ekspresi
gen yang terkait dengan proliferasi sel, diferensiasi, siklus sel, dan
apoptosis.
 Polifenol kakao dan kesehatan lainnya: Polifenol kakao memiliki efek
positif pada kesehatan gigi, gusi, otak, hati, kulit, dan sistem kekebalan
tubuh. Polifenol kakao juga dapat membantu mengatasi sindrom kelelahan
kronis, meningkatkan kognisi, mencegah malaria, dan melindungi dari
infeksi bakteri.

Jurnal 4

This document talks about:

 Chocolate and antioxidants: The document reports a study that shows how
dark chocolate can increase the antioxidant capacity and ()epicatechin
content of blood plasma, which may have health benefits for cardiovascular
diseases.
 Milk and flavonoids: The document also shows how milk can interfere
with the absorption of flavonoids from chocolate, either by adding milk
during consumption or by making milk chocolate. This may reduce the
antioxidant activity and protective effects of chocolate in vivo.
 Implications and suggestions: The document suggests that milk may
impair the antioxidant activity of other flavonoid-rich foods as well, and that
dietary habits should be considered when assessing the association between
flavonoids, antioxidants and degenerative diseases.
Jurnal 5

Dokumen ini membahas tentang:

 Nutrikosmetik: Sebuah konsep baru dalam bidang kosmetik, yang berupa


konsumsi makanan atau suplemen oral untuk memberikan manfaat
penampilan. Nutrikosmetik merupakan hasil persimpangan antara
kosmesutikal dan nutraseutikal.
 Kosmesutikal dan nutraseutikal: Dua kategori produk yang populer di
kalangan konsumen karena menawarkan manfaat kesehatan dan pencegahan
penyakit. Kosmesutikal adalah produk topikal yang dapat mengubah kondisi
kulit tanpa dianggap obat. Nutraseutikal adalah bahan makanan atau bagian
dari makanan yang dapat memberikan manfaat medis atau kesehatan.
 Karotenoid dan polifenol: Dua kelas bahan yang sering digunakan sebagai
nutraseutikal, nutrikosmetik, dan kosmesutikal. Karotenoid adalah molekul
lipofilik yang meliputi beta-karoten, likopen, lutein, dan zeaksantin.
Polifenol adalah antioksidan yang banyak terdapat dalam buah-buahan,
sayuran, cokelat, dan minuman seperti teh dan anggur. Kedua kelas bahan
ini memiliki aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, dan fotoprotektif yang
dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi UV.

Jurnal 6

Bagian 1 dari halaman ini membahas tentang:

 Kakao Malaysia: Halaman ini menjelaskan tentang potensi kakao


Malaysia, terutama klon PBC123 dan PBC140, yang memiliki hasil tinggi
dan tahan terhadap penyakit dan hama. Kakao Malaysia juga memiliki
kandungan polifenol yang tinggi, yang dapat memberikan manfaat
kesehatan dan kecantikan.
 Senyawa antioksidan: Halaman ini menguji aktivitas antioksidan dari
ekstrak biji kakao yang tidak difermentasi, yang mengandung senyawa
fenolik seperti epikatekin dan katekin. Ekstrak tersebut menunjukkan
kemampuan mereduksi besi (FRAP) yang tinggi, yang menunjukkan
kapasitas antioksidan yang tinggi.
 Aktivitas anti-kolagenase dan anti-elastase: Halaman ini juga menguji
efek ekstrak biji kakao terhadap enzim kolagenase dan elastase, yang
bertanggung jawab atas penuaan kulit. Ekstrak tersebut menunjukkan
aktivitas penghambatan yang signifikan terhadap kolagenase, tetapi kurang
terhadap elastase. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut dapat
melindungi kolagen dari kerusakan dan meningkatkan elastisitas kulit.
Jurnal 7

Ringkasan halaman ini adalah:

 Tujuan penelitian: Halaman ini menjelaskan tentang penelitian yang


bertujuan untuk menguji potensi ekstrak biji coklat sebagai inhibitor
tirosinase untuk bahan aktif pencerah kulit1.
 Metode penelitian: Halaman ini menjelaskan metode penelitian yang
meliputi preparasi ekstrak biji coklat dengan maserasi menggunakan etanol
70%, penetapan kadar flavonoid total dengan metode aluminium klorida,
dan uji aktivitas inhibitor tirosinase dengan menggunakan enzim tirosinase
dari jamur Agaricus bisporus dan substrat L-DOPA dan L-tirosin.
 Hasil dan pembahasan: Halaman ini menyajikan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji coklat memiliki kadar flavonoid
total sebesar 0,05% b/b dan aktivitas inhibitor tirosinase dengan nilai IC50
untuk reaksi monofenolase sebesar 352,05 μg mL-1 dan untuk reaksi
difenolase sebesar 836,20 μg mL-12. Nilai IC50 tersebut lebih besar
daripada asam kojat sebagai kontrol positif, yang menunjukkan bahwa
ekstrak biji coklat kurang efektif dalam menghambat enzim tirosinase3.
 Kesimpulan: Halaman ini menyimpulkan bahwa ekstrak etanol biji coklat
memiliki potensi sebagai bahan alam untuk digunakan dalam formulasi krim
pemutih karena memiliki aktivitas inhibitor tirosinase, meskipun tidak lebih
baik daripada asam kojat4.

Jurnal 8

Ringkasan halaman ini adalah:

 Polifenol kakao dan kesehatan: Halaman ini mengulas tentang manfaat


biologis dan klinis dari polifenol kakao, yang merupakan senyawa utama
yang terkandung dalam kakao dan cokelat hitam. Polifenol kakao memiliki
aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, dan fotoprotektif yang dapat
melindungi sistem kardiovaskular, imun, dan saraf dari berbagai penyakit.
 Mekanisme aksi polifenol kakao: Halaman ini menjelaskan mekanisme
molekuler yang terlibat dalam efek polifenol kakao pada sel-sel dan
jaringan. Polifenol kakao dapat mempengaruhi jalur sinyal seperti reseptor
toll-like 4/NF-κB/STAT, eNOS/NO/cGMP, MAPK, dan Sirt. Polifenol
kakao juga dapat memodulasi mikrobiota usus dan produksi metabolitnya.
 Aplikasi klinis polifenol kakao: Halaman ini menyajikan bukti-bukti dari
studi klinis yang mengevaluasi efek polifenol kakao pada fungsi endotel,
tekanan darah, agregasi platelet, inflamasi, stres oksidatif, fungsi trombosit,
fungsi kognitif, dan kesehatan kulit. Halaman ini juga membahas potensi
terapi polifenol kakao untuk penyakit kardiovaskular, inflamasi, dan
neurodegeneratif.

Jurnal 9

Ringkasan halaman ini adalah:

 Polifenol kakao dan pengaruhnya pada parameter yang terlibat dalam


restrukturisasi kulit ex vivo: Halaman ini menjelaskan tentang penelitian
yang mengevaluasi efek ekstrak polifenol kakao pada struktur kulit dengan
menggunakan model ex vivo eksplan kulit manusia. Penelitian ini mengukur
parameter seperti morfologi kulit umum, ekspresi glikosaminoglikan (GAG)
dan kolagen tipe I, III, dan IV.
 Model ex vivo dan produk yang diuji: Halaman ini menjelaskan model ex
vivo yang digunakan dalam penelitian, yaitu eksplan kulit yang dipotong
dari plastik abdominal wanita Kaukasia berusia 39-68 tahun dan
dipertahankan dalam kondisi kultur sel. Halaman ini juga menjelaskan
produk yang diuji, yaitu ekstrak polifenol kakao (Acticoa) yang memiliki
kandungan polifenol 45%, dengan 5,17% epikatekin dan 0,75% katekin.
Ekstrak tersebut dicampur dengan mentega kakao (Mycryo) untuk
membentuk formula yang dioleskan secara topikal pada eksplan kulit.
 Teknik histologi dan analisis gambar: Halaman ini menjelaskan teknik
histologi yang digunakan untuk memproses eksplan kulit setelah perlakuan,
yaitu fiksasi, dehidrasi, impregrasi parafin, pemotongan, pewarnaan,
imunopewarnaan, dan observasi mikroskopis. Halaman ini juga menjelaskan
analisis gambar yang dilakukan untuk mengukur persentase permukaan
yang diduduki oleh GAG atau kolagen tipe I, III, dan IV di dermis papilar
atau dekat dengan persambungan dermo-epidermal (DEJ).
 Hasil dan pembahasan: Halaman ini menyajikan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa polifenol kakao memiliki efek positif pada struktur
kulit setelah diterapkan selama minimal 5 hari. Polifenol kakao
meningkatkan ketebalan epidermis, kepadatan kolagen di dermis papilar,
ekspresi GAG dan kolagen tipe I, III, dan IV. Konsentrasi polifenol kakao
yang memberikan restrukturisasi kulit terbaik adalah antara 0,50% dan
0,75%. Efek polifenol kakao dibandingkan dengan krim anti-penuaan
komersial (Future Perfect) dan menunjukkan efikasi yang setara atau lebih
baik. Selain itu, mentega kakao memiliki efek penguat pada aktivitas
polifenol kakao.
 Kesimpulan: Halaman ini menyimpulkan bahwa polifenol kakao memiliki
potensi sebagai bahan kosmetik karena efek restrukturisasi kulit mereka.
Tahap selanjutnya dapat mencakup evaluasi pengaruh mereka pada
kelembaban kulit dan restrukturisasi in vivo, perlindungan dari paparan UV,
dan mekanisme aksi biokimia mereka.
Jurnal 10

Ringkasan halaman ini adalah:

 Ekstraksi polifenol biji kakao: Halaman ini menjelaskan tentang penelitian


yang bertujuan untuk mengekstraksi polifenol dari biji kakao basah sebagai
antioksidan dan pewarna alami12. Penelitian ini menggunakan empat jenis
pelarut (metanol, etanol, etil asetat, dan asam asetat) dan tiga suhu (suhu
ruang, 40°C, dan 55°C) untuk menguji pengaruhnya terhadap rendemen,
total polifenol, aktivitas antioksidan, dan stabilitas pigmen antosianin yang
dihasilkan3.
 Hasil dan pembahasan: Halaman ini menyajikan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa jenis pelarut mempengaruhi ekstraksi polifenol kakao,
sedangkan suhu ekstraksi tidak berpengaruh4. Pelarut asam asetat
memberikan rendemen ekstrak tertinggi, sedangkan pelarut metanol
memberikan kandungan total polifenol dan aktivitas antioksidan tertinggi.
Pigmen antosianin hasil ekstraksi stabil pada pH rendah dan tinggi, tetapi
tidak stabil pada pH moderat. Pelarut etanol memberikan stabilitas pigmen
terbaik terhadap oksidator dan reduktor5.
 Kesimpulan dan saran: Halaman ini menyimpulkan bahwa polifenol biji
kakao memiliki potensi sebagai bahan alami untuk digunakan dalam
formulasi krim pemutih karena memiliki aktivitas inhibitor tirosinase.
Kondisi ekstraksi terbaik yang dapat digunakan adalah ekstraksi
menggunakan pelarut etanol karena efektifitasnya yang tinggi dan
keamanannya untuk produk pangan. Halaman ini juga memberikan saran
untuk penelitian selanjutnya, seperti evaluasi pengaruh polifenol kakao pada
kelembaban kulit, perlindungan dari paparan UV, dan mekanisme aksi
biokimia mereka.

Jurnal 11

Ringkasan halaman ini adalah:

 Cokelat dan perlindungan kulit dari sinar UV: Halaman ini melaporkan
sebuah penelitian yang menunjukkan bagaimana cokelat hitam dapat
meningkatkan kapasitas antioksidan dan kandungan epikatekin plasma
darah, yang dapat memberikan manfaat kesehatan untuk penyakit
kardiovaskular. In summary, our study revealed that HF chocolate protects the skin from
harmful UV effects. The physiological relevance of the measured MED increase as
demonstrated in our study is not only a reduced sunburn risk, but might also indicate a
consequently reduced risk for later sequelae of UV-induced skin damage such as extrinsic
skin aging and skin cancer. Further studies are warranted to look into the longterm effects.
 Susu dan flavonoid: Halaman ini juga menunjukkan bagaimana susu dapat
mengganggu penyerapan flavonoid dari cokelat, baik dengan menambahkan
susu saat konsumsi atau dengan membuat cokelat susu. Hal ini dapat
mengurangi aktivitas antioksidan dan efek perlindungan cokelat in vivo.
 Implikasi dan saran: Halaman ini menyarankan bahwa susu dapat
mengganggu aktivitas antioksidan makanan lain yang kaya flavonoid, dan
bahwa kebiasaan makan harus dipertimbangkan saat menilai hubungan
antara flavonoid, antioksidan, dan penyakit degeneratif.

Jurnal 12

Dokumen ini membahas tentang:

 Polifenol kakao dan kesehatan: Halaman ini mengulas tentang manfaat


biologis dan klinis dari polifenol kakao, yang merupakan senyawa utama
yang terkandung dalam kakao dan cokelat hitam. Polifenol kakao memiliki
aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, dan fotoprotektif yang dapat
melindungi sistem kardiovaskular, imun, dan saraf dari berbagai penyakit.
 Mekanisme aksi polifenol kakao: Halaman ini menjelaskan mekanisme
molekuler yang terlibat dalam efek polifenol kakao pada sel-sel dan
jaringan. Polifenol kakao dapat mempengaruhi jalur sinyal seperti reseptor
toll-like 4/NF-κB/STAT, eNOS/NO/cGMP, MAPK, dan Sirt. Polifenol
kakao juga dapat memodulasi mikrobiota usus dan produksi metabolitnya.
 Aplikasi klinis polifenol kakao: Halaman ini menyajikan bukti-bukti dari
studi klinis yang mengevaluasi efek polifenol kakao pada fungsi endotel,
tekanan darah, agregasi platelet, inflamasi, stres oksidatif, fungsi trombosit,
fungsi kognitif, dan kesehatan kulit. Halaman ini juga membahas potensi
terapi polifenol kakao untuk penyakit kardiovaskular, inflamasi, dan
neurodegeneratif.

Jurnal 13

Ringkasan halaman ini adalah:

 Efek produk kakao dan polifenolnya pada kinerja olahraga dan


kerusakan otot serta peradangan yang diinduksi oleh olahraga:
Halaman ini mengulas studi klinis yang meneliti efek konsumsi kakao dan
cokelat yang kaya polifenol pada parameter kesehatan yang terkait dengan
olahraga, seperti stres oksidatif, peradangan, dan pemulihan otot.
 Strategi pencarian literatur: Halaman ini menjelaskan strategi pencarian
literatur yang digunakan untuk mengidentifikasi studi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi tertentu. Dua basis data elektronik, yaitu
PubMed dan Web of Science, dikonsultasikan dengan menggunakan kata
kunci yang berhubungan dengan kakao, polifenol, olahraga, dan biomarker.
 Efek kakao pada stres oksidatif, peradangan, dan pemulihan: Halaman
ini menyajikan hasil dari tiga belas studi intervensi yang melibatkan total
200 atlet terlatih. Hasilnya menunjukkan bahwa asupan kakao akut, sub-
kronis, dan kronis dapat mengurangi stres oksidatif yang diinduksi oleh
olahraga tetapi tidak peradangan, sementara efeknya pada kinerja dan
pemulihan olahraga masih kontroversial.
 Diskusi dan kesimpulan: Halaman ini membahas temuan-temuan tersebut
dalam konteks mekanisme aksi polifenol kakao dan implikasinya bagi
kesehatan atlet. Halaman ini juga menyarankan penelitian lebih lanjut untuk
mengklarifikasi peran suplementasi kakao dalam modulasi respon inflamasi
terhadap olahraga.

Junal 14

Anda mungkin juga menyukai