Anda di halaman 1dari 6

Potensi Tanaman Rempah PaCeZing (Pala, Cengkeh, Zingiberaceae) sebagai Olahan

Minuman Serbuk Herbal dalam Upaya Peningkat Sistem Imun Tubuh dan Pemerataan
Peningkatan Ekonomi di Desa Taludaa Kec. Bone Kabupaten Bone Bolango
Indonesia mempunyai berbagai macam jenis rempah rempah yang mendunia dikelilingi
oleh lautan dan memiliki begitu banyak sungai yang tersebar di berbagai penjuru negeri,
Kepulauan Nusantara atau Indonesia sering kali dikatakan sebagai Negeri Bahari. Namun, faktor
apa saja yang menjadikan sebutan Negeri Bahari melekat pada Indonesia? Salah satu alasan
yang menujukkan bahwa Kepulauan Nusantara menyimpan daya tarik tersendiri bagi berbagai
bangsa di dunia untuk berlayar dan berdagang sampai ke sini, yang pada akhirnya menuntun
pada terjadinya interaksi antarbangsa adalah rempah-rempah Indonesia yang mendunia.
Sekitar 11 % jenis tumbuhan dunia ada di hutan tropis Nusantara. Jumlahnya lebih dari
30.000 spesies, yang sebagian di antaranya dipergunakan dan dikenal sebagai rempah. Rempah-
rempah merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang potensi manfaatnya sangat besar
dalam komoditi pangan, namun membawa nilai jual, dan gaya hidup untuk peradaban
global. Selain itu rempah menjadi penghela perkembangan ekonomi, sosial budaya, dan politik
dalam skala lokal dan global. Para pedagang mempertaruhkan nyawa dan kekayaannya untuk
memasarkannya, juru masak meramunya untuk melezatkan hidangan, para tabib ahli kesehatan
meraciknya untuk pengobatan, para raja mengirim ekspedisi mengarungi samudra untuk
mendapatkannya, hubungan antarmanusia menjadi global dan sejarah peradaban manusia
dibangun.
Salah satu manfaat yang secara turun temurun sampai saat ini terus dimanfaatkan adalah
rempah-rempah. Pemanfaatan rempah sebagai obat tradisional untuk pengobatan sendiri
cenderung meningkat. Pada tahun 1999 baru mencapai 20,5 persen, sementara itu menurut hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) di tahun 2001 angkanya menjadi 31,7 persen dan 9,8
% memilih cara pengobatan tradisional lainnya. Observasi awal didaerah masyarakat komoditas
pangan rempah merupakan langkah awal untuk mengetahui suatu tumbuhan berkhasiat obat.
Menurut Rifai (1998), kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri
budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga kemungkinan besar persepsi dan konsepsi
masyarakat terhadap sumberdaya alam (rempah) di lingkungannya berbeda, termasuk dalam
pemanfaatan rempah sebagai obat tradisional.
Secara internasional obat-obat tradisional yang menggunakan bahan-bahan dari
tumbuhan lebih maju. Sebagai langkah awal yang sangat membantu untuk mengetahui suatu
tumbuhan rempah berkhasiat obat adalah dari pengetahuan masyarakat tradisional secara turun
temurun (Dharma, 2001). Menurut Rifai (1998), kelompok etnik tradisional di Indonesia
mempunyai ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga
kemungkinan besar persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumberdaya alam khususnyas
rempah rempah di lingkungannya berbeda, termasuk dalam pemanfaatan rempah sebagai obat
tradisional.
Desa Taludaa kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu daerah yang masih
menjaga tradisi leluhur dalam memanfaatkan rempah –rempah sebagai obat untuk mengobati
suatu penyakit maupun mencegah penyakit. Selain menjaga tradisi, masyarakat juga sangat
menghargai sekaligus berguru pada alam sehingga mereka memiliki potensi pengetahuan yang
besar tentang tumbuhan rempah sebagai obat. Potensi Sektor Pertanian di wilayah Bone Bolango
berdasarkan data  BPMPTSP Provinsi Gorontalo ini terdiri dari beberapa komoditas pertanian
yaitu Komoditas Pertanian tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, kacang tanah, kacang
hijau, kacang kedelei, ubi jalar dan ubi kayu; Komoditas tanaman hortikultura terdiri dari
bawang merah, bawang daun, petsai/sawi, cabe rawit, tomat, terong, ketimun, kangkung, bayam
dan kacang panjang; Komoditas tanaman perkebunan antara-lain Kelapa, Kakao, Kemiri,
Jambu, Kapuk, Pala, Cengkih, Kopi, Aren, Vanili, Kayu Manis; dan Komoditas Tanaman Buah-
buahan  yaitu Alpokat, Belimbing, duku, langsat, Durian, Jambu Biji, Jambu air, Jeruk
Siam/Keprok, Jeruk Besar, mangga, Nangka, nenas, Pepaya, Pisang, Rambutan, Sirsak, dan
Sukun.
Keanekaragaman hayati Indonesia di berbagai daerah khususnya desa taludaa memiliki
keberagaman yang sangat berpengaruh besar pada bidang ekonomi dan kesehatan. tak hanya
berasal dari tanaman endemik, seperti pala dan cengkeh. Banyak juga bibit-bibit tanaman rempah
lain yang tumbuh subur tersebar diseluruh nusantara di Indonesia, misalnya lada, suku
zingiberaceae seperti jahe, kunyit, lengkuas, dan temu. Pengembangan rempah-rempah sebagai
obat tradisional di Desa Taludaa Kabupaten Bone Bolango mendapat dukungan dari pemerintah
daerah sebagai upaya peningkatan dan pemerataan peningkatan ekonomi dan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat perlu dilestarikan kembali. Potensi rempah-rempah di Gorontalo
menarik perhatian untuk dikaji lebih dalam agar meningkatkan apresiasi dan pemahaman
masyarakat terhadap banyaknya potensi rempah yang mengandung kearifan lokal sebagai ciri
khas suatu bangsa yang bermanfaat pada ketahanan nasional. banyaknya rempah - rempah yang
dapat dengan mudah ditemui disekitar warga ini, memiliki potensi untuk diolah menjadi
minuman serbuk tradisioanl. Salah satu cara mengolah tanaman rempah adalah dengan
menjadikannya suatu minuman serbuk herbal. Dengan memanfaatkan transfer pembelajaran
kepada masyarakat sekitar dalam menerapkan teknologi sederhana pada pengolahan rempah-
rempah yang nantinya dapat diterapkan oleh kelompok tani dan dasa wisma yang nantinya dapat
meningkatkan pendapatan keluarga.
Minuman rempah serbuk herbal merupakan minuman yang hampir disukai masyarakat
karena masih mempertahankan bau khas dari rempah rempah yang juga masih mengandung
komponen senyawa yang beragam dan bermanfaat sebagai penyembuhan dan pencegahan suatu
penyakit. salah satunya dalam meningkatkan sistem imun tubuh. Jenis rempah-rempah yang
dikonsumsi yang dijual dalam kemasan dan diproduksi oleh pedagang besar farmasi dengan
harga yang tinggi sehingga tidak semua masyarakat mampu membeli dan mengolah minuman
tersebut karena keterbatasan pengetahuan.
Melalui program Lomba Jalur Rempah penulisan artikel “Bumi Rempah Nusantara untuk
Dunia: Rekonstruksi dan Revitalisasi Jalur Rempah,” yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan Kemeterian Pendidikan dan
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah upaya yang perlu di sebarluaskan melalui tulisan dan
media sosial dalam memperkenalkan kembali budaya dan pemanfaatan rempah sebagai jalur
nusantara untuk dunia dan diharapkan masyarakat sekitar memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengolah rempah - rempah sebagai minuman serbuk (Pala, Cengkeh,
Zingiberaceae) dalam Upaya Peningkat Sistem Imun Tubuh dan Pemerataan Peningkatan
Ekonomi demi kebangaan dan kesejahteraan bangsa.
Berdasarkan hasil observasi dari wawancara dengan kelompok masyarakat yang
dianggap masih mempunyai pengetahuan yang potensial tentang tanaman obat dan
pemanfaatannya, yaitu tamohunema, bahwa masyarakat Desa Taludaa kec. Bone Kabupaten
Bone Bolango masih melakukan pemanfaatan tananaman rempah-rempah sebagai terapi obat dan
pencegahan suatu penyakit. Rempah-rempah dan herba digunakan secara luas dalam berbagai
kehidupan karena kandungan senyawa kimia dan bahan aktif yang dikandungnya. Tanaman
rempah dan herba menghasilkan akar, rimpang, batang, bunga, buah, biji yang dapat
dikomersialkan dalam bentuk kering maupun basah, seluruh bagian mentah atau ekstraknya.
Tahapan pembuatan Olahan Minuman Serbuk Herbal pertama dilakukan pemilihan bahan
utama dalam keadaan segar dan baik. Kemudian bahan baku dikupas kulitnya dengan
menggunakan pisau, dan dibersihkan atau dicuci sampai bersih. Bahan baku yang sudah dicuci,
lalu ditimbang. Kemudian diblender dengan perbandingan bahan dan air sebanyak 1 : 2. Setelah
diblender, bahan baku disaring, lalu dipisahkan antara pati dan filtratnya. Filtrat bahan baku
dimasukkan kedalam wadah dan didiamkan selama 5 menit. Selanjutnya filtrat ditambahkan
dengan gula pasir dengan massa yang sama dengan massa bahan baku yang digunakan. Setelah
itu campuran tersebut dituang ke dalam wajan dan dipanaskan di atas kompor dengan api sedang
untuk menghindari gosong dan diaduk sampai mengental. Setelah camuran tersebut mengental
tuang ke dalam wadah hingga mengeras dan membentuk kristal. Kristal yang terbentuk itu lalu
dihancurkan dengan mesin parut listrik dengan tujuan agar proses pemecahan berlangsung
dengan baik dan kristal dapat berubah menjadi bubuk sehingga mudah larut dengan air saat
diseduh. Setelah serbuk terbentuk sebelum dikemas dilakukan terlebih dahulu beberapa uji
sederhanan dengan uji organoleptiknya yaitu dengan parameter yang diamati antara lain aroma,
rasa, tekstur, warna, dan penerimaan masyarakat. Setelah hasil uji organoletik dikatakan baik
maka serbuk tersebut dikemas dengan kemasan yang menarik dan praktis sehingga minuman
herbal instan dapat dengan mudah dan praktis untuk dinikmati rasa dan khasiatnya
Beberapa jenis rempah-rempah yang digunakan saat ini sebagai terapi diantaranya
1. Pala, Myristica fragrans banyak dibudidayakan dan diperjual belikan karena mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi. Pala telah menarik perhatian dunia Eropa pada masa lampau dan
menjadi salah satu sebab bagi kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara. Semua bagian dari
buah pala dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi. Nilai ekonomi pala terutama
berasal dari buah. Namun demikian, jika dikelola dengan baik kulit batang dan daun tanaman
pala adalah sumber minyak atsiri. Kayu dari batang utama tanaman pala jarang dijual sebagai
kayu bangunan. Bagian utama yang bermanfaat dan digunakan secara luas sebagai rempah
adalah biji, dan daging buah pala. Pala terutama diketahui bermanfaat sebagai obat karena
kemampuan dan kandungan kimia yang dimilikinya. Pala terutama dilaporkan berfungsi
dalam penyembuhan berbagai penyakit, antara lain mencegah kanker, memulihkan dan
memelihara kerusakan fungsi hati, mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas, mengobati
rasa sakit yang disertai bengkak.. Senyawa yang terkandung pada pala diantaranya flavonoid.
Dapat disarankan bahwa flavonoid yang ada secara alami, termasuk myricetin berfungsi
sebagai penghambat SARS- CoV 2.
2. Cengkeh, Syzygium aromaticum (L) berasal dari Indonesia dan saat ini dibudidayakan secara
luas di Amerika, Asia dan Afrika. Cengkeh adalah salah satu tanaman bernilai ekonomi
tinggi dalam ekosistem kebun dan pekarangan rumah. Bagian utama yang dimanfaatkan
adalah bunga. Cengkeh sengaja ditanam sebagai salah satu tanaman pokok diantara berbagai
jenis tanaman kebun lainnya. Cengkeh di perkebunan rakyat terutama ditanam untuk
memenuhi industri rokok (kretek) tradisional, kosmetik, kesehatan, makanan dan minyak
atsiri. Produksi cengkeh dari tahun ke tahun fluktuatif, namun menunjukkan pendapatan
ekonomi yang semakin meningkat (Semua bagian tumbuhan cengkeh, terutama daun dan
bunga bersifat aromatik.
Kandungan kimia cengkeh telah diteliti oleh berbagai ahli karena potensinya. Cengkeh
dikenal sebagai salah satu sumber senyawa fenolik sebagai flavonoid, hidroxibenzoic acids,
hidroxicinamic acids dan hidroxiphenyl propens.
Bagian tanaman Cengkeh dimanfaatkan secara luas, masyarakat mengenal bunga kering
cengkeh dalam minuman dan pembuatan kue. Manfaat cengkeh bagi kesehatan antara lain
adalah membantu mengatasi dan mengobati sakit gigi, peradangan, mengatasi mual dan
muntah, meningkatkan sistem pencernaan, dan meredakan batuk untuk pemakaian luar,
cengkeh dimanfaatkan untuk mengatasi jerawat, menghilangkan noda di kulit, mengobati
campak dan sumber anti oksidan yang bermanfaat dalam menjaga kesehatan wajah dan kulit.
3. Zingiberaceae
a. Kunyit Curcuma domestica (Val.) merupakan tanaman herbal yang mengandung
senyawa curcumin, polifenol, catechin. Sebesar 3- 14 %. Kurkumin merupakan pigmen
berwarna kuning yang mempunyai kegunaan sepereti antibakteri, antioksidan, dan
antihepatoloksik sebagai molekul anti-kanker, anti-inflamasi (Dewi, dkk. 2016).
b. Jahe (Zingiber officinale) sendiri merupakan rempah-rempah yang memiliki antioksidan
tinggi dan mampu menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan
sel-sel kanker dengan sangat efektif. (Pebinigrum, dkk, 2018).
c. Temulawak (Curcuma xhantorriza) juga mengandung zat aktif curcuminoide dan ukanon
jenis A, B, C dan D yang berfungsi merangsang daya tahan tubuh. Tanaman ini di
beberapa Negara tertentu telah dipatenkan sebagai obat untuk AIDS, namun sebenarnya
fungsi utama curcuminoide dan ukanon adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Sehingga tanaman ini dikategorikan sebagai imunostimulator atau sebagai peningkat
daya tahan tubuh (Pamadyo, dkk. 2014).
Banyaknya kegunaan rempah khususnya dalam bidang kesehatan meningkatkan jumlah
kebutuhan permintaan rempah dikancah pasar baik eksport rempah di seluruh dunia sehingga
rempah-reampah berkontribusi terhadap potensi pendapatan ekonomi yang dapat dioptimalkan
oleh masyarakat petani dan pemilik kebun. Jika diupayakan dengan baik, budidaya rempah dan
herba adalah salah satu strategi dalam pembangunan masyarakat desa. Budidaya rempah dan
herba di kebun-pekarangan rumah sangat cocok bagi keluarga petani di desa karena beberapa
alasan strategis, antara lain adalah sebagai penunjang ekonomi pendapatan keluarga, Biaya
operasional yang rendah, Tidak memerlukan modal dan teknologi yang mahal, Dapat dikerjakan
oleh anggota keluarga disela-sela waktu luang, Mendukung kesehatan dan pemenuhan gizi bagi
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai