Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SOLID


OBAT GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN

DISUSUN OLEH:
ASTRID LESTARY (1910212007)
VANIA CLARISSHA (1910212008)
DIAH PERMATA (1910212021)

DOSEN PENGAMPU:
APT. IMAM PRABOWO, M.Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar belakang

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk
untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan,
termasuk memperindah tubuh atau bagian tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan
disimpan sedemikian rupa dengan memperhatikan sifat bahan obat yang digunakan,
sehingga efektivitas optimal dan sifat tidak merusaknya, terjamin. Konsentrasi dan
jumlah bahan penolong yang digunakan dalam pembuatannya harus tersatukan dengan
bahan aktifnya (Voigt, 1994).

Teknologi sediaan adalah cara memformulasi atau merancang suatu obat menjadi
bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat adalah bentuk sediaan
yang mengandung zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Berdasarkan bentuknya,
sediaan obat yang beredar dibedakan dalam empat golongan yaitu: sediaan cair, sediaan
padat, sediaan semi padat, dan sediaan gas. Perkembangan teknologi menyebabkan obat
tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya.

Dengan berkembangnya teknologi di bidang farmasi mendorong para farmasis untuk


membuat suatu formulasi yang tepat untuk mengolah bahan alam menjadi suatu bentuk
sediaan yang mudah diterima oleh masyarakat, selain ditinjau dari kualitas yang tetap
harus dipenuhi.Salah satu bentuk sediaan farmasi yang sering dijumpai saat ini yaitu
bentuk sediaan tablet.

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2014, macam-macam sediaan solid pada obat antara lain:
serbuk, granul, tablet,kapsul, pil, suppositoria, dll.

Dewasa ini, produksi sediaan tablet banyak dikembangkan untuk bahan aktif tanaman.
Hal tersebut untuk mendorong perkembangan pengobatan tradisional. Bahan aktif
tanaman yang telah diuji secara in vitro dan in vivo, sangat memungkinkan untuk
dikembangkan dalam berbagai sediaan salah satunya tablet. Tablet memiliki banyak
kelebihan dibandingkan sediaan lain dilihat dari segi penyimpanan, distribusi maupun
saat penggunaan (Sapri et al., 2012).

Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang disebabkan mediasi oleh
reaksi hipersensitivitas atau alergi tipe 1. Rhinitis alergi dapat terjadi karena sistem
kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap alergen. Menurut ARIA (Allergic
Rhinitis and its Impact on Asthma). Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rhinorrhea, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen karena reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh IgE
(Cantani, 2008).

Rhinitis alergi telah menjadi masalah kesehatan global yang menyerang 5-50%
penduduk di dunia. Prevalensi rinitis alergi di Indonesia mencapai 1,5-12,4% dan
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan rhinitis alergi di
masyarakat menjadi masalah baru yang harus ditangani secara serius karena berdampak
pada penurunan kualitas hidup penderitanya seperti, terjadi penurunan produktivitas
kerja, prestasi di sekolah, aktivitas sosial serta dapat menyebabkan gangguan psikologi.
(Girish. 2004).

Penanganan yang biasa digunakan untuk Rhinitis alergi adalah terapi simtomatik salah
satunya dengan menggunakan antihistamin oral. Terapi simtomatik lainnya adalah
dekongestan dan steroid keduanya baik intranasal maupun oral (Bousquet ,2010).
Ketiga terapi simtomatik tersebut sangat membantu dalam mengontrol gejala penderita,
namun banyak menimbulkan efek samping.. Antihistamin golongan pertama
menimbulkan efek sedatif, mulut kering, penambahan berat badan, penurunan
pengecapan dan sakit kepala (Bousquet ,2010).

Antihistamin oral dapat dibagi menjadi dua kategori utama, nonselektif dan selektif
perifer. Akan tetapi, masing-masing obat harus dipandang dari efek sedasi spesifiknya
karena ada variasa antar obat dalam kategori yang luas. Efek sedatif sentral mungkin
tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak. (Isofarkot)

1.2 Tujuan Praktikum


Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat melakukan Studi Preformulasi dengan
penelusuran literatur baik buku literatur ataupun jurnal elektronik sesuai dengan bahan
aktif yang diberikan.

I.3 Hipotesis

CTM dalam bentuk sediaan tablet merupakan obat yang tepat, efektif, dan efisien dalam
mengatasi penyakit gangguan saluran pernafasan, khusunya akibat alergi rhinitis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Preformulasi Zat Aktif

1. Karbinoksamin Maleat

Struktur

(Pubchem)

Rumus molekul C16H19ClN2O.C4H4O4 (FI V p.608)

Berat molekul 406,86 (FI V)

Nama kimia 2-[p-Kloro-α-[2-


(dimetilamino)etoksi]benzil]piridin maleat (1:1)
[3505-38-2] (FI V p.608)

Sinonim CARBINOXAMINE MALEATE


3505-38-2
Carbinoxamine maleate salt
Lergefin
Ciberon (Pubchem)

Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau (FI V p.609)

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut


dalam etanol dan kloroform; sangat sukar larut
dalam eter. (FI V p.609)
Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan
pada suhu 105° selama 2 jam( FI V p.609)

Titik Lebur Antara 116° dan 121°; lakukan penetapan


menggunakan zat yang telah dikeringkan (FI V
p.609)

pKa Antara 4,6 dan 5,1; (FI V p.609)

Wadan dan Penutupan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus


cahaya (FI V p.609)

Karbinoksamin (Polistin,Pharbil) adalah derivate piridil dan klor yang


digunakan pada hay fever dengan dosis oral 3-4x sehari 4mg (maleat,bentuk-
dl).

Bentuk basa bebasnya berupa cairan menyerupai minyak yang larut dalam
lipid. Garam maleatnya berbentuk kristal putih, larut dalam air dan mudah
larut dalam alkohol dan kloroform. Perbedaan struktur karbinoksamin dengan
klorfeniramin terletak pada atom oksigen yang dipisahkan oleh atom karbon
asimetrik dari rantai samping aminoetil.

Indikasi : Alergi seperti dermatosis alergik, uritkaria,pruritus, asma bronkial,


rinitis alergi, rintis vasomotor, konjungtivitis alergi.

Kontraindikasi : Seperti kortikosteroidum, tidak boleh diberikan pada


penderita infeksi jamur sistemik dan infeksi yang tidak dapat diobati dengan
antibiotik.

Sediaan beredar : Kenantist (Bristol-Myers SquiBB) (Isofarkot ed. 1. p.444)

2. Prometazin hidroklorida
Struktur

Rumus molekul C17H21ClN2S (PubChem)

Berat molekul 320,9 g/mol (PubChem)

Sinonim N,N-dimethyl-1-phenothiazin-10-ylpropan-2-
amine;hydrochloride

Pemerian serbuk hablur; putih sampai kuning lemah;


praktis tidak berbau; jika dibiarkan lama di
udara akan berwarna biru (Kemenkes RI, p.
1062)

Kelarutan sangat mudah larut dalam air, dalam etanol


mutlak panas dan dalam kloroform; praktis
tidak larut dalam eter, dalam aseton dan dalam
etilasetat (Kemenkes RI, p. 1062)

Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan


pada suhu 105° C selama 4 jam (Kemenkes RI,
p. 1062)

Titik Lebur 228.5 °C (PubChem)

pKa 9,05 (DrugBank)

stabilitas dalam wadah tertutup, terhindar dari cahaya

pH 4,0-5,0

efek utama: antihistamin dengan efek sedatif


efek samping: sedasi, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik,
kelemahan otot, tinnitus, reaksi alergi, kelainan darah, pengaruh
kardiovaskuler atau SPP, sakit kuning, fotosensitivitas (PIONAS)

indikasi: gejala alergi seperti hay fever, urtikaria, angioedema, rhinitis, dan
konjungtivitis (Martindale ed. 38, p. 638)

kontra indikasi: pasien koma, serangan akut asma, bayi prematur (PIONAS)

dosis: 25 mg, malam hari, bila perlu dinaikkan sampai 50 mg atau 10-20 mg 2-
3 kali/hari; anak dibawah 2 tahun tidak dianjurkan; 2-5 tahun: 5-15 mg/hari
(PIONAS)

kelebihan: mudah diabsorpsi setelah pemberian oral maupun intramuskular

kekurangan:

● bioavailabilitas yang rendah, karena mengalami first-pass metabolism


yang tinggi di hati
● memberikan efek sedatif
● tidak cocok dengan pasien gangguan jantung

3. Chlorpheniramin Maleat (CTM)

Chlorpheniramine maleate merupakan antihistamin generasi pertama; derivat


propilamin (alkylamine) yang biasa digunakan sebagai anti alergi. Dosis biasa
adalah 4 mg setiap 4-6 jam. Obat ini banyak digunakan dalam pencegahan
gejala kondisi alergi seperti rhinitis dan urtikaria, mengurangi merah, gatal,
mata berair, bersin, hidung atau tenggorokan gatal dan pilek yang disebabkan
oleh alergi, demam dan batuk. Umumnya Chlorpheniramine maleate berikatan
dengan reseptor histamin H1 dan memblok aksi histamin endogen, yang
kemudian mengarah ke gejala negatif yang dibawa oleh histamin. Efek sedatif
relatif lemah dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama lainnya.
Obat ini diserap dengan baik setelah pemberian oral, tetapi karena tingkat
metabolisme pada mukosa GI dan hati yang relatif tinggi, hanya sekitar 25-
60% dari obat ini tersedia untuk sirkulasi sistemik. Efek samping yang paling
sering terlihat adalah depresi SSP (letargi, mengantuk) dan efek GI (diare dan
muntah). Efek sedatif antihistamin dapat berkurang dengan berjalannya waktu.
Efek antikolinergik yang mungkin terjadi adalah mulut kering dan retensi urin
(Ali, dkk., 2004).

Dosis chlorpheniramine maleate pada dewasa: 4 mg tiap 6 jam, Anak: 6-12


tahun 2 mg tiap 6 jam; 2,5 tahun 1 mg tiap 6 jam (Sukandar dan Andrajati,
2009).

Struktur

(Pubchem)

Rumus molekul C16H19CIN2.C4H4O4

Berat molekul 390,87

Nama kimia 2-[p-Kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]

Sinonim Chlorpheniramini maleas, Klorfeniramin


maleat, Chlor Trimeton (CTM), Klorfenon

Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau (Depkes RI,


p. 154)

Kelarutan Larut dalam 4 bagian air; larut dalam 10 bagian


etanol 95% dan dalam 10 bagian kloroform,
sukar larut dalam eter dan dalam benzena
(Depkes RI, p. 154)

Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan


pada suhu 105° C selama 3 jam

Titik Lebur Antara 130°C dan 135°C (Ditjen, POM., 1995).

pKa 9,43 (drugbank)

Chlorpheniramine maleate mengandung tidak


Syarat
kurang dari 98% dan tidak lebih dari 100,5%
C16H19CIN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.

Harus terlindung cahaya (Depkes RI, p. 154)


Stabilitas

pH (2% aqueous solution) 5. pH (1% aqueous


pH
solution) 4-5 (Pubchem).

Inkompatibel dengan kalsium klorida,


Inkompatibilitas
kanamisin sulfat, noradrenaline acid tartrate,
phenobarbital sodium, dan meglumine
adipiodone (Depkes RI, p. 154).

2.2 Zat Aktif Terpilih

Sediaan zat aktif terpilih adalah Chlorpheniramin Maleat (CTM), alasannya :

● Karbinoksamin maleat mempunyai efek sedasi yang relatif tinggi jika


dibandingkan dengan CTM, Prometazin HCl juga memiliki efek sedasi yang
relatif tinggi jika dibandingkan dengan CTM.
● Promethazine-HCl umumnya tersedia dalam bentuk tablet konvensional yang
memiliki kelemahan yaitu aksi obat lambat, bioavailabilitas rendah, serta tidak
nyaman digunakan untuk pasien pediatric.(Maria,2016)
● Prometazin HCl bioavailabilitasnya rendah, karena mengalami first-pass
metabolism yang tinggi dan tidak cocok dengan pasien gangguan jantung.
● Alasan pemilihan klorfeniramin maleat sebagai bahan aktif ialah dikarenakan
waktu paruh klorfeniramin maleat dalam plasma sekitar 2-4 jam sehingga obat
cepat 4 dieliminasi dari tubuh dan sifat kelarutan klorfeniramin maleat yang
mudah larut dalam air.

2.3 Sediaan Tablet

Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi (DepKes RI, 1995). Tablet dapat berbeda baik dalam ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung
pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).

Tablet memiliki syarat kualitas meliputi kekerasan, kerapuhan, kadar zat aktif dan
jaminan pelepasan obat yang baik dan harus mempunyai kestabilan fisikokimia sampai
ke tangan pasien. Penampilan umum tablet juga harus diperhatikan seperti ukuran,
bentuk, warna, bau dan rasa. Kemampuan zat aktif lepas dari tablet perlu diketahui
supaya kemanjuran suatu tablet dapat dievaluasi (Lachman dkk., 1994).

Tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan digunakan karena hampir
sebagian besar sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet. Keunggulan tablet antara
lain:

● volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
● memiliki variabilitas sediaan yang rendah, keseragaman lebih baik
● bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
● dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan yang bisa diatur
● merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan yang
mudah dan murah
● rasa yang tidak enak dapat ditutup dengan penyalutan (Lachman dkk., 1994).

Bahan yang akan dikempa harus memenuhi sifat–sifat sebagai berikut supaya
menghasilkan sediaan tablet yang baik;

1. Mudah mengalir
Jumlah bahan yang mengalir dari hopper ke dalam mesin cetak selalu sama
untuk setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak memiliki variasi yang
besar.

2. Kompaktibel

Bahan menjadi kompak jika dikempa sehingga dihasilkan tablet yang cukup
keras dan stabil dalam pengemasan dan penyimpanan.

3. Mudah dilepas dari cetakan

Tablet mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan sehingga
permukaan halus dan licin.

Bahan tambahan atau eksipien dalam tablet berfungsi untuk membantu proses
penabletan dalam memperbaiki hasil akhir tablet. Eksipien harus netral, tidak berbau,
tidak berasa dan jika mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984).

Eksipien digolongkan sesuai dengan tugas atau fungsinya dalam formulasi tablet.
Siregar dan Wikarsa (2010) menggolongkan zat tambahan tablet sebagai berikut:

1. Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi ditambahkan atau diperlukan apabila dosis obat tidak cukup
untuk dikempa menjadi tablet (Lachman dkk., 1994). Bahan pengisi
digunakan untuk menambah bobot tablet dalam hal penyesuaian bobot dan
ukuran agar sesuai dengan persyaratan. Bahan pengisi harus netral secara
farmakologis. Bahan pengisi yang lazim digunakan yaitu laktosa, amilum,
manitol, avicel dan garam kalsium seperti kalsium karbonat (Siregar dan
Wikarsa, 2010).

2. Bahan Pengikat (binder)

Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering maupun cairan


selama proses granulasi basah untuk membentuk granul (Lachman dkk.,
1994). Bahan pengikat ditambahkan dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan kohesivitas antar partikel serbuk membentuk granul sebagai
massa yang kohesif atau kompak sehingga dapat dikempa menjadi tablet.
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
3. Bahan penghancur (disintegrant)

Bahan penghancur adalah bahan yang ditambahkan dalam pembuatan tablet


dengan maksud untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika
kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur akan menarik air
ke dalam tablet, mengembang kemudian akan menyebabkan tablet pecah
menjadi agregat yang selanjutnya akan pecah menjadi partikel-partikel
penyusunnya dan larut mengalami disolusi dan absorbsi sehingga tercapai
bioavailabilitas (Lachman dkk., 1994).

4. Bahan pelicin

Bahan pelicin memudahkan proses pengempaan granul menjadi tablet. Bahan


pelicin yang umum digunakan adalah kalsium dan magnesium stearat karena
sangat halus dan hidrofobik. Bahan pelicin dalam pembuatan tablet dapat
berfungsi sebagai berikut:

1) Lubricant/pelincir, yaitu untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara


dinding ruang cetak dengan tepi tablet selama penabletan.
2) Glidan/pelicin, yaitu memperbaiki sifat alir serbuk atau granul dengan
mengurangi gesekan antara partikel-partikel, sehingga lebih mudah
mengalir.
3) Anti adherent/anti lekat, untuk mencegah melekatnya serbuk, granul
bahkan tablet pada die dan pada permukaan punch ((Lachman dkk.,
1994).

Metode pembuatan tablet yang biasa digunakan, yaitu:

1. Metode granulasi basah (wet granulation)

Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan


dalam memproduksi tablet kempa. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur
homogen zat aktif dan eksipien, membuat massa granul dengan mencampur
bahan serbuk dan cairan pengikat, pengayakan massa basah, pengeringan,
pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, pengempaan (Ansel, 1989).

2. Metode granulasi kering (dry granulation)


Metode granulasi kering diawali dengan menimbang dan mencampur
homogen zat aktif dan eksipien, menambahkan bahan pengikat kering ke
dalam campuran serbuk, memadatkan massa dalam mesin kompaktor, setelah
itu memecahkan bongkahan menjadi pecahan pecahan granul lalu diayak.
Bahan pelicin dan penghancur ditambahkan kedalam granul kemudian massa
dikempa menjadi tablet. Metode ini khusus untuk bahan yang tidak dapat
diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap air dan
panas karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan
(Ansel, 1989).

3. Metode kempa langsung (direct compression)

Metode ini dilakukan pada bahan-bahan obat atau bahan tambahan yang
bersifat mudah mengalir dan memiliki sifat kohesif yang memungkinkan
untuk langsung di tablet tanpa memerlukan proses granulasi. Tahap-tahapnya
yaitu zat aktif bersama-sama dengan bahan pengisi, bahan penghancur, bahan
pengikat dicampur pelicin hingga homogen lalu dikempa (Ansel, 1989).

Pemeriksaan fisik granul penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu granul
sebelum dilakukan penabletan. Pemeriksaan fisik granul meliputi:

1. Pengetapan

Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan


(tapped) dan getaran (vibration). Semakin kecil indeks pengetapan (dalam %),
semakin baik sifat alirnya. Granul dengan indeks pengetapan kurang dari 20%,
menunjukkan sifat alir yang makin baik pula (Fassihi dan Kanfer, 1986).

2. Waktu alir

Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat. Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel,
kondisi permukaan partikel, kelembaban granul dan adanya fines. Granul yang
baik jika waktu alirnya kurang dari 10 detik untuk 100 gram bahan yang diuji.
Pengujian waktu alir dilakukan dengan cara memasukkan 100 gram campuran
ke dalam corong yang ujung tangkainya diberi tutup, tutup dibuka dan
campuran dibiarkan mengalir. Waktu alir lebih dari 10 detik akan mengalami
kesulitan pada waktu penabletan (Fudholi, 1983).
3. Sudut diam

Sudut diam merupakan sudut maksimum yang didapat antara permukaan tegak
bebas dari tumpukan serbuk dengan bidang horizontal, jika sejumlah granul
atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur. Metode sudut diam menghasilkan
sudut dinamis yang paling mendekati situasi manufaktur dimana serbuk-
serbuk tersebut bergerak. Nilai sudut diam yang baik antara 20-40⁰, yang akan
memudahkan pengempaan granul menjadi tablet (Lachman dkk., 1994).
Pengujian sudut diam granul dengan memasukkan campuran kedalam silinder,
lalu penutup lubang bagian bawah dibuka. Serbuk akan keluar melalui lubang
bagian bawah dan bertahan pada penyangga dengan membentuk kerucut.
Sudut diam dihitung dengan mengukur tinggi kerucut dan diameter serbuk.

Pemeriksaan kualitas fisik tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari tablet
yang dihasilkan. Pemeriksaan kualitas fisik tablet meliputi:

1. Keseragaman bobot tablet

Keseragaman bobot tablet dipersyaratkan jika tablet yang diuji tidak bersalut
dan mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau
lebih bobot sediaan. Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan
banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari
semua tablet sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia Edisi
IV (DepKes RI, 1995).

2. Kekerasan tablet

Pengujian terhadap kekerasan tablet bertujuan untuk menilai ketahanan tablet


terhadap kekuatan mekanik seperti goncangan dan keretakan tablet pada saat
pembuatan, pengemasan, pengepakan juga pada saat transportasi. Pengujian
dilakukan dengan meletakkan tablet pada ujung penekan dengan posisi tegak
lurus pada alat kemudian penekan diputar pelan-pelan hingga tablet pecah.
Skala pada alat menunjukkan kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan
kilogram (Lachman dkk, 1994).

3. Kerapuhan tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang menunjukkan kuat tidaknya ikatan
partikel bagian tepi dan permukaan tablet dalam melawan pengikisan dan
goncangan mekanik pada saat uji kerapuhan. Besaran yang dipakai adalah %
bobot yang hilang selama pengujian dengan alat friabilator. Kerapuhan diatas
1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman dkk.,
1994).

4. Waktu hancur tablet

Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur dalam
medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
bersalut selaput (DepKes RI, 1995).

Eksipien

1. Disintegran

Magnesium aluminium silikat (Rowe et al., 2009: p. 393-396; PubChem)

Struktur

Rumus molekul Al2Mg2O15Si5

Berat molekul 482.99 g/mol

Sinonim Aluminii magnesii silicas; aluminosilicic acid,


magnesium salt; aluminum magnesium silicate;
Carrisorb; Gelsorb; Magnabrite; magnesium
aluminosilicate; magnesium aluminum silicate,
colloidal; magnesium aluminum silicate, complex
colloidal; Neusilin; Pharmasorb; silicic acid, aluminum
magnesium salt; Veegum.

Pemerian putih hingga putih krim, tidak berbau, tidak berasa,


serbuk halus

Kelarutan praktis tidak larut dalam alkohol, air, dan pelarut


organik

Inkompatibilitas Tidak stabil pada lingkungan asam dengan pH


dibawah 3,5. Mengabsorpsi beberapa obat seperti
amfetamine sulfate, tolbutamide, warfarin sodium,
diazepam, dan diclofenac sodium

Stabilitas Magnesium aluminum silicate stabil dalam kondisi


kering, rentang pH yang luas, menyerap beberapa
substansi organik, kompatibel dengan pelarut organik.
Disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
dan kering.

pH 9-10

konsentrasi 2-10%

Sodium starch glycolate (Rowe et al., 2009: p. 663-665)

Struktur

Rumus molekul C2H3NaO3

Berat molekul 98,03 g/mol

Sinonim Carboxymethyl starch, sodium salt; carboxymethyl


amylum natricum; Explosol; Explotab; Glycolys;
Primojel; starch carboxymethyl ether, sodium salt;
Tablo; Vivastar P.

Pemerian serbuk putih atau hampir putih; sangat higroskopik

Kelarutan Praktis tidak larut dalam methylene chloride.


Membentuk translucent suspension dalam air

Inkompatibilitas inkompatibel dengan asam askorbat

Stabilitas Sodium starch glycolate stabil walaupun sangat


higroskopik dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat untuk melindungi dari kelembaban dan
perubahan suhu, yang mungkin menyebabkan caking

pH 5,5-7,5

konsentrasi 2-8%

HPMC (Rowe et al., 2009: p. 326-328)

Struktur

(sumber: Sciencedirect.com)

Rumus molekul C56H108O30

Berat molekul 1261,4 g/mol

Sinonim Hypromellose

Pemerian
Bubuk tidak berbau dan berasa, dengan atau krem-
putih berserat atau granular berwarna.

Kelarutan
Larut dalam air dingin membentuk koloid kental,
praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan
eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometana, dan campuran metanol dan
diklorometana

Inkompatibilitas Incompatible dengan beberapa oxidizing agents

Stabilitas HPMC stabil pada pH 3 hingga 11, bersifat netral,


serta viskositasnya yang stabil meski disimpan pada
jangka waktu yang lama

pH 5-8

konsentrasi 4-10%

Methyl cellulose

Struktur

(sumber: PubChem)

Rumus molekul C29H54O16

Berat molekul 658,7 g/mol

Sinonim Benecel; Cellacol; Culminal MC; E461; Mapolose;


Methocel; methylcellulosum; Metolose; Tylose;
Viscol.

Pemerian putih, serbuk fibrous atau granul; tidak berbau; tidak


berasa
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam aseton, metanol, kloroform,
etanol (95%), eter, larutan garam jenuh, toluena, dan
panas air. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam
campuran yang setara volume etanol dan kloroform.
Di air dingin, metilselulosa membengkak dan
menyebar perlahan untuk membentuk bening hingga
opalescent, kental, dispersi koloid

Inkompatibilitas aminacrine hydrochloride; chlorocresol; mercuric


chloride; phenol; resorcinol; tannic acid; silver
nitrate; cetylpyridinium chloride; p-hydroxybenzoic
acid; p aminobenzoic acid; methylparaben;
propylparaben; dan butylparaben.

Stabilitas stabil terhadap alkali dan asam encer pada pH 3-11,


suhu ruangan.

pH 5-8

konsentrasi 2-10%

2. Filler

Calcium Lactate (Rowe et al., 2009: p. 91-92)


Struktur

Rumus molekul C6H10CaO6

Berat molekul 218.22 g/mol (PubChem)

Sinonim Calcii lactas pentahydricus; calcium bis(2-


hydroxypropanoate) pentahydrate; calcium dilactate;
calcium lactate (1:2) hydrate; calcium lactate (1:2)
pentahydrate; E327; 2-hydroxypropanoic acid, calcium
salt; lactic acid, calcium salt; mixture of calcium (2R)-,
(2S)- and (2RS)-2-hydroxypropanoates pentahydrates;
propanoic acid, 2-hydroxy-, calcium salt (2:1),
hydrate; Puraca

Pemerian
Serbuk atau granul putih : praktis tidak berbau : bentuk
pentahidrat sedikit mekar pada suhu 120° menjadi
bentuk anhidrat.

Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
ethanol

Inkompatibilitas Garam kalsium, termasuk laktat, dapat menunjukkan


ketidakcocokan fisik dengan fosfat dalam makanan
atau sediaan terapeutik, untuk Misalnya dalam
campuran pakan enteral
Stabilitas Kalsium laktat bisa ada di sejumlah keadaan hidrasi,
yaitu
dicirikan sebagai anhydrous, monohydrate, trihydrate,
dan pentahydrate. Dehidrasi bentuk pentahidrat terjadi
dengan cepat
suhu 558C ke atas. Dehidrasi dilaporkan
disertai dengan hilangnya beberapa kristalinitas.
menghancurkan tablet
kekuatan dilaporkan berkurang setelah dehidrasi
kalsium laktat pentahidrat

pH 6-8

konsentrasi

Sucrose (Rowe dkk, 2009, p. 703-704)

Struktur

Rumus molekul C12H22O11

Berat molekul 342.30 g/mol (PubChem)

Sinonim Beet sugar; cane sugar; a-D-glucopyranosyl-b-D-


fructofuranoside; refined sugar; saccharose;
saccharum; sugar.

Pemerian Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau


berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak
berbau; rasa manis; stabil di udara. Larutannya netral
terhadap lakmus.
Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
ethanol

Inkompatibilitas Serbuk sukrosa bisa terkontaminasi oleh logam berat,


yang dapat mengakibatkan inkompatibilitas dengan
bahan aktif misalnya asam askorbat. Sukrosa bisa
terkontaminasi dengan sulfit dari proses penyulingan.
Dengan kand penyulingan. Dengan kandungan sulfit
yang tinggi, ungan sulfit yang tinggi, perubahan warna
dapat perubahan warna dapat ter/adi pada tablet salut
gula; untuk warna khusus yang digunakan pada salut
gula kandungan maksimum sulfit dihitung sebagai
sulfur adalah " ppm. Dalam ppm. Dalam bentuk
larutan bentuk larutan atau as atau asam terkonsentrasi,
sukrosa konsentrasi, sukrosa terhidrolisis terhidrolisis
atau berin0ersi men/adi dekstrosa dan fruktosa (gula
invert)

Stabilitas Air : Sukrosa larut dapat terfermentasi oleh


mikroorganisme
Udara : Stabil pada kelembaban yang cukup
Panas : Stabil pada suhu ruang

pH stabilitas maksimum pada pH 9

konsentrasi

Microcrystalline Cellulose (Pubchem)


Struktur

Rumus molekul C14H26O11

Berat molekul 370.35 g/mol (PubChem)

Sinonim Cellulose, microcrystalline


Cellulose gel
SCHEMBL825024
LS-180739
Q80294
Avicel

Pemerian Halus, putih atau hampir putih, tidak berbau, kristal


mengalir bebas
bubuk

Kelarutan
Tidak larut dalam air dan etanol. Praktis tidak larut
atau tidak larut dalam larutan natrium hidroksida (50 g
/ L)

Inkompatibilitas tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi yang kuat

Stabilitas Material higroskopis yang stabil. Disimpan di


wadah tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan
kering

pH 5-7.5

konsentrasi 20-50%
3. Binder

Lactose Monohidrat (Rowe 2009, P.364)

Struktur

Rumus molekul C12H24O12

Berat molekul 360.31 g/mol

Sinonim Lactose monohydrate


5989-81-1
alpha-Lactose monohydrate
alpha-D-Lactose monohydrate
a-Lactose monohydrate

Pemerian
serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis

Kelarutan Laktosa mudah larut dalam air mendidih dan tidak


larut dalam etanol dan kloroform

Inkompatibilitas Bereaksi dengan surfaktan anion, menyebabkan


kelingangan aktivitasnya. Inkompatibel dengan garam
dari ion besi polivalen, seperti aluminium, timbal.

Stabilitas Laktosa monohidrat dapat berubah warna menjadi


kecokelatan pada penyimpanan, reaksi tersebut dapat
dipercepat oleh suasana hangat dan lembab

pH
konsentrasi

PVP (Polivinyl Pirolidin) (Rowe 2009, p. 581-582)

Struktur

Rumus molekul C6H13NOP2

Berat molekul 177.12 g/mol

Sinonim Povinil Pirolidon, Povidon

Pemerian
Serbu sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak
atau hampir tidak berbau, higroskopik

Kelarutan
Larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol,
dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
dan minyak.

Inkompatibilitas Ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa


kompleks. Kompatibel terhadap gerak organik alami,
resin sintetik dan senyawa lainnya. Akan terbentuk
senyawa sulfathiazole, sodium salisilat, asam salisilat,
fenol barbital dan komponen lainnya

Stabilitas Stabil pada suhu 110 – 130 0C ; Mudah terurai dengan


adanya udara dari luar ; Dapat bercampur dengan air ;
Stabil bila disimpan ditempat kering.

pH 3-7

konsentrasi 0,5-5%

CMC (Carboxy Methyl Celullose) (Rowe dkk, 2009)

Struktur

Rumus molekul C8H16NaO8

Berat molekul 263.2 g/mol

Sinonim Aquacel
Aquaplast
Carboxymethyl Cellulose
Carboxymethylcellulose
Carboxymethylcellulose Sodium
Carboxymethylcellulose, Sodium
carmellose sodium
Cellolax
Cellulose, Carboxymethyl
Cethylose
Croscarmellose Sodium
Polycell
Ruspol
Sodium Carboxymethylcellulose
Sodium, Carboxymethylcellulose
Sodium, Carmellose
Sodium, Croscarmellose (Pubchem)

Pemerian
Natrium karboksimetilselulosa terjadi sebagai warna
putih hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
bubuk granular. Itu higroskopis setelah pengeringan.
(Rowe et al, 2009)

Kelarutan
Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan
larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut
organik.

Inkompatibilitas CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan


dengan kationik seperti acriflavine, gentian violet,
thiamin, Pharmagel A, germisida kuartener, alkaloid,
hampir semua antibiotik dan logam berat (seperti Al,
Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na tidak tersatukan dengan
larutan asam kuat, FeCl3 (garam-garam besi yang larut
air), alumunium sulfat dan banyak elektrolit

Stabilitas terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam


keadaan kering dengan mempertahankan suhu pada
160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi penurunan
viskositas secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan
yang dibuat dari bahan yang telah disterilkan
memburuk. Sterilisasi larutan dengan pemanasan juga
menyebabkan penurunan viskositas, tetapi hal ini tidak
terlalu dipermasalahkan. Bila suatu larutan dipanaskan
dalam autoklaf pada 125o C selama 15 menit dan
dibiarkan menjadi dingin, viskositas menurun sekitar
25 %. Oleh Karena itu, bila menghitung jumlah CMC
Na yang akan dipakai dalam sediaan yang akan
disterilkan hal ini harus dipertimbangkan.

pH 1 % larutan dalam air mempunyai pH 6 – 8,5. Stabil


pada range pH 5 – 10. Viskositas mucilago CMC Na
menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10. Mucilago
lebih peka terhadap perubahan pH daripada
metilselulosa.

konsentrasi 1.0 – 6.0%

4. Lubrikan

Sodium Lauryl Sulfate (Rowe et al., 2009: p. 651-653)

Struktur

Rumus molekul C12H25NaO4S

Berat molekul 288.38 g/mol

Sinonim Dodecyl alcohol hydrogen sulfate, sodium salt;


dodecyl sodium sulfate; dodecylsulfate sodium salt;
Elfan 240; lauryl sodium sulfate; lauryl sulfate, sodium
salt

Pemerian
kristal berwarna putih atau krem hingga kuning pucat,
serpihan, atau bubuk yang terasa halus, seperti sabun,
rasa pahit, dan bau samar zat berlemak

Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter

Inkompatibilitas Bereaksi dengan surfaktan anion, menyebabkan


kelingangan aktivitasnya. Inkompatibel dengan garam
dari ion besi polivalen, seperti aluminium, timbal.

Stabilitas Sodium lauryl sulfate stabil pada penyimpanan dengan


kondisi normal, namun dalam bentuk larutan, pada
kondisi ekstrem, seperti pH 2,5 akan mengalami
hidrolisis menjadi lauryl alcohol dan sodium bisulfate.
disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan
kering.

pH

konsentrasi 1-2%

Magnesium stearat (Rowe et al., 2009: p. 404-405)

Struktur

(Sumber: PubChem)

Rumus molekul [CH3(CH2)16COO]2Mg

Berat molekul 591,24 g/mol

Sinonim Dibasic magnesium stearate; magnesium distearate;


magnesii stearas; magnesium octadecanoate;
octadecanoic acid; magnesium salt; stearic acid;
magnesium salt; Synpro 90.

Pemerian
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa, mudah
mengalir
Kelarutan
praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), air, eter;
agak larut dalam benzena hangat dan etanol (95%)
hangat

Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, alkali, dan garam


besi. Tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan
kebanyakan garam alkaloid

Stabilitas stabil dan disimpan dalam wadah tertutup rapat, di


tempat sejuk dan kering

pH

konsentrasi 0,25-5%

Starch 1500

Struktur -

Rumus molekul (C6H10O5)n

Berat molekul -

Sinonim -

Pemerian
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan
tidak larut dalam air

Inkompatibilitas -

Stabilitas higroskopis, disimpan dalam wadah tertutup rapat, di


tempat sejuk dan kering

pH 4,5-7

konsentrasi 4-15%
Mekanisme aksi starch 1500 sebagai bahan penghancur adalah dengan cara
pengembangan(swelling) yaitu apabila tablet terkena air maka bahan penghancur akan
mengembang akibatnya granul atau partikel penyusun tablet akan terdesak dan
akhirnya hancur. Starch 1500 juga merupakan superdisintegrant yang efektif dan
relatif inert walaupun kelembabannya tinggi.

Stearic acid (Rowe et al., 2009: p. 697-699)

Struktur

(Sumber: PubChem)

Rumus molekul C18H36O2

Berat molekul 284.47 g/mol

Sinonim Acidum stearicum; cetylacetic acid; Crodacid; Cristal


G; Cristal S; Dervacid; E570; Edenor; Emersol; Extra
AS; Extra P; Extra S; Extra ST; 1-heptadecane
carboxylic acid; Hystrene; Industrene; Kortacid 1895;
Pearl Steric; Pristerene; stereophanic acid; Tegostearic

Pemerian
keras, putih atau agak kuning, terkadang mengkilap,
kristal padat atau putih atau serbuk putih kekuningan.
Sedikit berbau dan rasa seperti lemak

Kelarutan
mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida,
kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksan,
dan propilen glikol; praktis tidak larut dalam air
Inkompatibilitas Inkompatibel hampir dengan semua besi hidroksida
dan mungkin inkompatibel dengan agen pengoksidasi
dan agen pereduksi.

Stabilitas disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan


kering

pH -

konsentrasi 1-3%

5. Glidant

Talc (HOPE 6th ed., p 728)

Struktur

Rumus molekul H2Mg3O12Si4

Synonyms Altalc; E553b; hydrous magnesium calcium


silicate; hydrous magnesium silicate;
Imperial; Luzenac Pharma; magnesium
hydrogen metasilicate; Magsil Osmanthus;
Magsil Star; powdered talc; purified French
chalk; Purtalc; soapstone; steatite;
Superiore; talcum.

Berat molekul 379,27 g/mol


Pemerian Bubuk kristal halus; putih hingga putih
keabuan; tidak berbau

Kelarutan Praktis tidak larut dalam dilute acids dan


alakli; pelarut organic dan air

Stabilitas Talk merupakan material yang stabil dan


dapat dipanaskan hingga suhu 160oC tidak
lebih dari 1 jam.

Inkompatibilitas Incompatible dengan senyawa kuartener


ammonium

Kegunaan Glidant dan lubrikan = 1.0 – 10.0%

Colloidal Silicon Dioxide (HOPE 6th , 2009. p. 185)


Struktur

Rumus molekul SiO2

Berat molekul 60.08

Synonyms Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P;


colloidal silica; fumed silica; fumed silicon
dioxide; hochdisperses silicum dioxid;
SAS; silica colloidalis anhydrica; silica sol;
silicic anhydride; silicon dioxide colloidal;
silicon dioxide fumed; synthetic amorphous
silica;

Wacker HDK.

Pemerian Siliko submikroskopis dengan ukuran


partikel sekitar 15 nm; tidak berbau; tidak
berasa; berwarna putih-kebiruan

Kelarutan Praktis tidak larut dalam pelarut organic, air


dan asam, kecuali asam hydrofluoric; larut
dalam larutan panas alkali hydroxide.

Stabilitas Bersifat higroskopis tetapi dapat menyerap


air dalam jumlah besar. Ketika digunakan
dalam system air pada pH 0 – 7.5 efektif
dalam meningkatkan viskositas
Inkompatibilitas Incompatible dengan diethylbestrol

Konsentrasi Glidant = 0.1 – 1%

Magnesium oksida (HOPE 6th , 2009. p. 400-401)

Struktur molekul

Rumus molekul MgO

Berat molekul 40.30

Synonyms Calcined magnesia; calcinated magnesite;


Descote; E530; Magcal; Magchem 100;
Maglite; magnesia; magnesia monoxide;
magnesiausta; magnesii oxidum leve;
magnesii oxidum ponderosum; Magnyox;
Marmag; Oxymag; periclase.

Pemerian Serbuk halus, putih, tidak berbau

Kelarutan Larut dalam asam dan larutan garam


ammonium; sedikit larut dalam air.

Stabilitas Stabil pada suhu dan tekanan normal.


Bersifat higroskopis dan menyerap dengan
cepat air dengan karbondioksida saat
terpapar udara.

Inkompatibilitas Magnesium oksida adalah senyawa basa


dan dengan demikian dapat bereaksi
dengan senyawa asam dalam keadaan padat
untuk membentuk garam seperti Mg atau
menurunkan obat alkaline-labile.

Kegunaan glidant

6. Antiadherent

Cellulose microcrystalline

Struktrur molekul

Rumus molekul C14H26O11

Berat molekul 370,35

Pemerian Bubuk kristal berwarna putih, tidak


berbau, tidak berasa.

Kelarutan Slightly soluble in 5% w/v sodium


hydroxide solution; practically insoluble
in water, dilute acids, and most organic
solvents.

Sabilitas Stabil dalam hygroscopic material.


Harus disimpan dalam wadah tertutup di
tempat yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas Incompatible with strong oxidizing


agents.

Konsentrasi 5-20%
Bab III

Metode Praktikum

3.1 Alat

3.2 Bahan

3.3 Formulasi

Nama Bahan % Kegunaan

Chlorpheniramine maleat zat aktif

Starch 1500 disintegran

Microcrystalline cellulose pengisi

PVP binder/pengikat

antiadherent

Aerosil glidant

Magnesium stearat lubrikan

Alasan Pemilihan Bahan

1. Starch 1500

Starch 1500 memiliki sifat alir yang baik

2. Microcrystalline cellulose

diketahui memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang sangat baik


3. Aerosil
Karakteristiknya dapat menyerap kelembaban

4. magnesium stearat

magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan karena umumnya lebih efektif


daripada lubrikan larut air dan dapat digunakan dengan konsentrasi lebih
rendah

3.4 Evaluasi
Bab IV

Pembahasan Formulasi
Daftar Pustaka

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim,

F., Edisi keempat, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Bousquet, J,2010. Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma. Allergy ,

Cantani A (2008). Atopic dermatitis. Dalam: Pediatric allergy, asthma and

immunology. Germany: Springer

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Fassihi, A. R., dan Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow

Properties on Tablet Weight Variation in Drug Development Industrial


Pharmacy, Marcel Dekker Inc, Afrika.

Fudholi, 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direct, Majalah Medika, No. 7,

Tahun ke-9.

Girish, K.S., H.P. Mohanakumari, S. Nagaraju, B.S. Vishwanath. and K. Kemparaju.

2004. Hyaluronidase and protease activities from Indian snake venoms:


Neutralization by Mimosa pudica root extract. Fitoterapia

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi

Kedua, UI Press : Jakarta.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar Dasar

Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sapri S, Setiawan D, Khairunnisa R. 2012. Pengaruh Penggunaan Pati Biji Cempedak

(Artocarpus Champeden Lour) Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik


Tablet Parasetamol Secara Granulasi Basah. Journal of Tropical Pharmacy and
Chemistry.

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani, N.,
Edisi V, Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.

kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kemenkes RI, p. 1062
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SOLID
OBAT ANTISPASMODIK

DISUSUN OLEH:
ASTRID LESTARY (1910212007)
VANIA CLARISSHA (1910212008)
DIAH PERMATA (1910212021)

DOSEN PENGAMPU:
APT. IMAM PRABOWO, M.Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar belakang

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk
untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan,
termasuk memperindah tubuh atau bagian tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan
disimpan sedemikian rupa dengan memperhatikan sifat bahan obat yang digunakan,
sehingga efektivitas optimal dan sifat tidak merusaknya, terjamin. Konsentrasi dan
jumlah bahan penolong yang digunakan dalam pembuatannya harus tersatukan dengan
bahan aktifnya (Voigt, 1994).

Teknologi sediaan adalah cara memformulasi atau merancang suatu obat menjadi
bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat adalah bentuk sediaan
yang mengandung zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Berdasarkan bentuknya,
sediaan obat yang beredar dibedakan dalam empat golongan yaitu: sediaan cair, sediaan
padat, sediaan semi padat, dan sediaan gas. Perkembangan teknologi menyebabkan obat
tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya.

Dengan berkembangnya teknologi di bidang farmasi mendorong para farmasis untuk


membuat suatu formulasi yang tepat untuk mengolah bahan alam menjadi suatu bentuk
sediaan yang mudah diterima oleh masyarakat, selain ditinjau dari kualitas yang tetap
harus dipenuhi.Salah satu bentuk sediaan farmasi yang sering dijumpai saat ini yaitu
bentuk sediaan tablet.

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2014, macam-macam sediaan solid pada obat antara lain:
serbuk, granul, tablet,kapsul, pil, suppositoria, dll.

Antispasmodik merupakan golongan obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot
polos. Obat yang termasuk dalam kelas ini adalah antimuskarinik dan relaksan yang
dipercaya bekerja langsung di otot halus usus. Sifat relaksan otot polos dari senyawa
antimuskarinik dan obat antispasmodik lain mungkin bermanfaat untuk Irritable Bowel
Syndrome (IBS) dan penyakit divertikular. (Pionas)

Meskipun antispasmodik dapat mengurangi spasme usus, tetapi penggunaannya untuk


dispepsia non-tukak, IBS, dan penyakit divertikular tidak bermanfaat. Manfaat klinik
antisekresi lambung obat antimuskarinik konvensional relatif kecil, Sementara efek
sampingnya mirip senyawa atropin. Selain itu, keberadaannya telah digantikan oleh
obat-obat antisekresi yang lebih kuat dan spesifik, yakni antagonis reseptor-H2
histamin dan antimuskarinik selektif pirenzepin.(Pionas)

Obat golongan antispasmodik adalah obat yang bekerja untuk mengurangi spasme otot
tanpa mempengaruhi gerakannya, misalnya pada NPB, rematik dengan kekakuan otot
dan keadaan spastik lainnya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, sediaan relaksan otot
golongan antispasmodik terbagi atas (Abbruzzese, 2002) :

● Antidepresan, misalnya cyclobenzaprine dan orphenadrine 26


● GABA agonist, misalnya baclofen
● Alpha-2 agonist, misalnya eperisone, tolperisone, dan tizanidine
● Na-channel blocker, misalnya eperisone dan tolperisone
● Ca-channel blocker, misalnya dantrolene. Relaksan otot sering diberikan
pada penanganan NPB akut pada usaha untuk memperbaiki limitasi range of
motion awal akibat spasme otot, idealnya adalah yang tidak berefek sedatif
dan dapat memutuskan lingkaran setan nyeri-spasme-iskemi-nyeri.
Pembatasan spasme otot dan perbaikan range of motion akan mempersiapkan
penderita untuk terapi latihan.

Antispasmodik juga diperlukan untuk pereda kejang otot yang dialami pasien ISK
(Pratiwi & Dwi P, 2015)

1.2 Tujuan Praktikum

Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat melakukan Studi Preformulasi dengan


penelusuran literatur baik buku literatur ataupun jurnal elektronik sesuai dengan bahan
aktif yang diberikan.
I.3 Hipotesis
Mebeverin HCl dalam bentuk sediaan tablet selaput merupakan salah satu obat pilihan
yang efektif dan efisien dalam menangani penyakit spasmodik dan menjadi obat
antispasmodik..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Preformulasi Zat Aktif

1. Mebeverin HCl

mebeverine hcl merupakan bentuk garam hidroklorida dari mebeverin,


merupakan obat antikolinergik dengan aktivitas spasmolitik. mebeverin
berikatan dan memblok reseptor muskarinik pada sel otot polos pada jaringan
target, seperti GIT, uterus, kandung kemih. mebeverin mencegah kontraksi
otot polos dan menyebabkan relaksasi pada otot polos. hal ini akan mencegah
kejang, meredakan nyeri dan kram pada GIT dan meningkatkan inkontinensia
(PubChem)

Struktur

Rumus molekul C25H36ClNO5 (PubChem)

Berat molekul 466 g/mol (PubChem)

IUPAC Name 4-[ethyl-[1-(4-methoxyphenyl)propan-2-


yl]amino]butyl 3,4-dimethoxybenzoate;
hydrochloride

Pemerian serbuk kristal berwarna agak putih

Kelarutan larut dalam air

Titik Lebur 105-107°C

pKa 10,31

stabilitas -

Indikasi: terapi tambahan pada gangguan saluran cerna yang ditandai


dengan spasme otot polos
Kontra indikasi: ileus paralitik

efek samping: jarang terjadi, reaksi alergi (ruam, urtikaria,


angioedema)

dosis: dewasa dan anak di atas 10 tahun, 135-150 mg 3 kali sehari, 20


menit sebelum makan

2. Dicyclomine HCl

Dicyclomine merupakan turunan dari asam karboksilat dan


antikolinergik selektif dengan aktivitas antispasmodik. Dicyclomine
memblok asetilkolin dengan berikatan pada reseptor muskarinik pada
otot polos. Dicyclomine memiliki efek relaksasi langsung pada otot
polos sehingga mencegah spasme pada otot di GIT, menurunkan
sekresi asam lambung (PubChem).

Struktur

Rumus molekul C19H36ClNO2

Berat molekul 345,95 g/mol

sinonim dicycloverine hydrochloride

IUPAC Name 2-(diethylamino)ethyl 1-


cyclohexylcyclohexane-1-
carboxylate;hydrochloride

Pemerian putih atau hampir putih, serbuk kristal

Kelarutan larut dalam air, mudah larut dalam


alkohol dan metilen klorida (European
Pharmacopoeia, p.2039)

Titik Lebur 165.0 °C (PubChem)

pKa -

stabilitas -

pH 5-5,5

indikasi: antispasmodik otot polos yang utamanya diindikasikan untuk


pengobatan kondisi fungsional yang melibatkan spasme otot polos
saluran cerna (medicine.org.uk)

kontra indikasi: hipersensitivitas (medicine.org.uk)

efek samping: sedasi, sakit kepala, pusing (medicine.org.uk)

dosis (medicine.org.uk):

dewasa: 10-20 mg 3 kali sehari sebelum atau sesudah makan

anak-anak (2-12 tahun): 10 mg 3 kali sehari

3. Hyoscine butylbromide (Pubchem, drugbank, JP 16th ed p 1378,


pionas)

Hyoscine butylbromide adalah agen antimuskarinik, antikolinergik


yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan untuk mengobati rasa
sakit dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kram perut, kram
menstruasi, atau aktivitas spasmodik lainnya dalam sistem pencernaan.
Obat juga efektif untuk mencegah kejang kandung kemih. Hyoscine
butylbromide bukan obat pereda nyeri dalam arti normal, karena tidak
secara langsung mempengaruhi rasa sakit, melainkan bekerja untuk
mencegah terjadinya kram dan kejang.

Hyoscine butylbromide adalah ester karboksilat yang dihasilkan dari


kondensasi formal gugus karboksi (2S)-3-hydroxy-2-phenylpropanoic
acid dengan gugus hidroksi

(2R,4S,5S,7s)-9-butyl-7-hydroxy-9-methyl-3-oxa-9-
azoniatricyclo[3.3.1.0(2,4)]nonane. Obat ini memiliki peran sebagai
antagonis muskarinik dan obat antispasmodik. Ini adalah ester
karboksilat, epoksida, ion amonium kuaterner dan alkaloid tropan.

Hyoscine butylbromide memiliki bioavailabilitas oral yang sangat


rendah dengan hanya 0,25-0,82% yang mencapai sirkulasi sistemik.

Struktur

Rumus molekul C21H30BrNO4

Berat molekul 440,4

Synonym Hyoscine N-butylbromide, N-


butylscopolammonium bromide, Scopolamine
bromobutylate, Scopolamine butylbromide,
Scopolamine N-butylbromide,
Butylscopolamine bromide

Pemerian Serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih

Kelarutan In water, 908 mg/L at 25 °C


Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam asam asetat, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam methanol, sukar larut dalam
asetat anhidrat, dan praktis tidak larut dalam
dietil eter.

IUPAC name (1R,2R,4S,5S,7R)-9-butyl-7-{[(2S)-3-hydroxy-

2-phenylpropanoyl]oxy}-9-methyl-3-oxa-9-
azatricyclo[3.3.1.0^{2,4}]nonan-9-ium
bromide
pKa 15,15

Titik leleh 139-141 derajat C

pH 5,5 - 6,5

Stabilitas Harus disimpan pada suhu dibawah 30 derajat


C dan terlindung dari cahaya

Inkompatibilitas -

Dosis Oral (namun absorbsinya buruk), 20 mg


4 kali sehari; Anak 6-12 tahun: 10 mg 3
kali sehari.
Indikasi: Terapi tambahan gangguan saluran cerna dan saluran kemih
yang ditandai dengan spasme otot polos.

Kontra indikasi: hipersensitivitas

Efek samping: sedasi, mulut kering, penglihatan buram, denyut


jantung yang cepat atau tidak teratur, konstipasi.

2.2 Zat Aktif Terpilih

Zat aktif terpilih adalah Mebeverin HCl, alesannya :

● Mebeverin hcl cepat diabsorpsi setelah pemberian via oral ( Radwan et al.,
1998)
● Memiliki efek samping yang cenderung ringan dan cepat berlalu (NHS, 2019)
● Hyoscine butylbromide memiliki bioavailabilitas oral yang sangat rendah
dengan hanya 0,25-0,82% yang mencapai sirkulasi sistemik, dan memiliki
absorbsi yang buruk.

2.3 Sediaan Tablet

Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi (DepKes RI, 1995). Tablet dapat berbeda baik dalam ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung
pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).

Tablet memiliki syarat kualitas meliputi kekerasan, kerapuhan, kadar zat aktif dan
jaminan pelepasan obat yang baik dan harus mempunyai kestabilan fisikokimia sampai
ke tangan pasien. Penampilan umum tablet juga harus diperhatikan seperti ukuran,
bentuk, warna, bau dan rasa. Kemampuan zat aktif lepas dari tablet perlu diketahui
supaya kemanjuran suatu tablet dapat dievaluasi (Lachman dkk., 1994).

Tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan digunakan karena hampir
sebagian besar sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet. Keunggulan tablet antara
lain:

● volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
● memiliki variabilitas sediaan yang rendah, keseragaman lebih baik
● bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
● dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan yang bisa diatur
● merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan yang
mudah dan murah
● rasa yang tidak enak dapat ditutup dengan penyalutan (Lachman dkk., 1994).

Bahan yang akan dikempa harus memenuhi sifat–sifat sebagai berikut supaya
menghasilkan sediaan tablet yang baik;

1. Mudah mengalir

Jumlah bahan yang mengalir dari hopper ke dalam mesin cetak selalu sama
untuk setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak memiliki variasi yang
besar.

2. Kompaktibel

Bahan menjadi kompak jika dikempa sehingga dihasilkan tablet yang cukup
keras dan stabil dalam pengemasan dan penyimpanan.

3. Mudah dilepas dari cetakan

Tablet mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan sehingga
permukaan halus dan licin.

Bahan tambahan atau eksipien dalam tablet berfungsi untuk membantu proses
penabletan dalam memperbaiki hasil akhir tablet. Eksipien harus netral, tidak
berbau, tidak berasa dan jika mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984).
Eksipien digolongkan sesuai dengan tugas atau fungsinya dalam formulasi
tablet. Siregar dan Wikarsa (2010) menggolongkan zat tambahan tablet
sebagai berikut:

1. Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi ditambahkan atau diperlukan apabila dosis obat tidak cukup
untuk dikempa menjadi tablet (Lachman dkk., 1994). Bahan pengisi
digunakan untuk menambah bobot tablet dalam hal penyesuaian bobot dan
ukuran agar sesuai dengan persyaratan. Bahan pengisi harus netral secara
farmakologis. Bahan pengisi yang lazim digunakan yaitu laktosa, amilum,
manitol, avicel dan garam kalsium seperti kalsium karbonat (Siregar dan
Wikarsa, 2010).

2. Bahan Pengikat (binder)

Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering maupun cairan


selama proses granulasi basah untuk membentuk granul (Lachman dkk.,
1994). Bahan pengikat ditambahkan dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan kohesivitas antar partikel serbuk membentuk granul sebagai
massa yang kohesif atau kompak sehingga dapat dikempa menjadi tablet.
(Siregar dan Wikarsa, 2010).

3. Bahan penghancur (disintegrant)

Bahan penghancur adalah bahan yang ditambahkan dalam pembuatan tablet


dengan maksud untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika
kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur akan menarik air
ke dalam tablet, mengembang kemudian akan menyebabkan tablet pecah
menjadi agregat yang selanjutnya akan pecah menjadi partikel-partikel
penyusunnya dan larut mengalami disolusi dan absorbsi sehingga tercapai
bioavailabilitas (Lachman dkk., 1994).

4. Bahan pelicin

Bahan pelicin memudahkan proses pengempaan granul menjadi tablet. Bahan


pelicin yang umum digunakan adalah kalsium dan magnesium stearat karena
sangat halus dan hidrofobik. Bahan pelicin dalam pembuatan tablet dapat
berfungsi sebagai berikut:

1) Lubricant/pelincir, yaitu untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara


dinding ruang cetak dengan tepi tablet selama penabletan.
2) Glidan/pelicin, yaitu memperbaiki sifat alir serbuk atau granul dengan
mengurangi gesekan antara partikel-partikel, sehingga lebih mudah
mengalir.
3) Anti adherent/anti lekat, untuk mencegah melekatnya serbuk, granul
bahkan tablet pada die dan pada permukaan punch ((Lachman dkk.,
1994).

Metode pembuatan tablet yang biasa digunakan, yaitu:

1. Metode granulasi basah (wet granulation)

Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan


dalam memproduksi tablet kempa. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur
homogen zat aktif dan eksipien, membuat massa granul dengan mencampur
bahan serbuk dan cairan pengikat, pengayakan massa basah, pengeringan,
pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, pengempaan (Ansel, 1989).

2. Metode granulasi kering (dry granulation)

Metode granulasi kering diawali dengan menimbang dan mencampur


homogeny zat aktif dan eksipien, menambahkan bahan pengikat kering ke
dalam campuran serbuk, memadatkan massa dalam mesin kompaktor, setelah
itu memecahkan bongkahan menjadi pecahanpecahan granul lalu diayak.
Bahan pelicin dan penghancur ditambahkan kedalam granul kemudian massa
dikempa menjadi tablet. Metode ini khusus untuk bahan yang tidak dapat
diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap air dan
panas karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan
(Ansel, 1989).

3. Metode kempa langsung (direct compression)


Metode ini dilakukan pada bahan-bahan obat atau bahan tambahan yang
bersifat mudah mengalir dan memiliki sifat kohesif yang memungkinkan
untuk langsung di tablet tanpa memerlukan proses granulasi. Tahap-tahapnya
yaitu zat aktif bersama-sama dengan bahan pengisi, bahan penghancur, bahan
pengikat dicampur pelicin hingga homogen lalu dikempa (Ansel, 1989).

Pemeriksaan fisik granul penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu


granul sebelum dilakukan penabletan. Pemeriksaan fisik granul meliputi:

1. Pengetapan

Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan


(tapped) dan getaran (vibration). Semakin kecil indeks pengetapan (dalam %),
semakin baik sifat alirnya. Granul dengan indeks pengetapan kurang dari 20%,
menunjukkan sifat alir yang makin baik pula (Fassihi dan Kanfer, 1986).

2. Waktu alir

Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat. Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel,
kondisi permukaan partikel, kelembaban granul dan adanya fines. Granul yang
baik jika waktu alirnya kurang dari 10 detik untuk 100 gram bahan yang diuji.
Pengujian waktu alir dilakukan dengan cara memasukkan 100 gram campuran
ke dalam corong yang ujung tangkainya diberi tutup, tutup dibuka dan
campuran dibiarkan mengalir. Waktu alir lebih dari 10 detik akan mengalami
kesulitan pada waktu penabletan (Fudholi, 1983).

3. Sudut diam

Sudut diam merupakan sudut maksimum yang didapat antara permukaan tegak
bebas dari tumpukan serbuk dengan bidang horizontal, jika sejumlah granul
atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur. Metode sudut diam menghasilkan
sudut dinamis yang paling mendekati situasi manufaktur dimana serbuk-
serbuk tersebut bergerak. Nilai sudut diam yang baik antara 20-40⁰, yang akan
memudahkan pengempaan granul menjadi tablet (Lachman dkk., 1994).
Pengujian sudut diam granul dengan memasukkan campuran kedalam silinder,
lalu penutup lubang bagian bawah dibuka. Serbuk akan keluar melalui lubang
bagian bawah dan bertahan pada penyangga dengan membentuk kerucut.
Sudut diam dihitung dengan mengukur tinggi kerucut dan diameter serbuk.

Pemeriksaan kualitas fisik tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari
tablet yang dihasilkan. Pemeriksaan kualitas fisik tablet meliputi:

1. Keseragaman bobot tablet

Keseragaman bobot tablet dipersyaratkan jika tablet yang diuji tidak bersalut
dan mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau
lebih bobot sediaan. Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan
banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari
semua tablet sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia Edisi
IV (DepKes RI, 1995).

2. Kekerasan tablet

Pengujian terhadap kekerasan tablet bertujuan untuk menilai ketahanan tablet


terhadap kekuatan mekanik seperti goncangan dan keretakan tablet pada saat
pembuatan, pengemasan, pengepakan juga pada saat transportasi. Pengujian
dilakukan dengan meletakkan tablet pada ujung penekan dengan posisi tegak
lurus pada alat kemudian penekan diputar pelan-pelan hingga tablet pecah.
Skala pada alat menunjukkan kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan
kilogram (Lachman dkk, 1994).

3. Kerapuhan tablet

Kerapuhan merupakan parameter yang menunjukkan kuat tidaknya ikatan


partikel bagian tepi dan permukaan tablet dalam melawan pengikisan dan
goncangan mekanik pada saat uji kerapuhan. Besaran yang dipakai adalah %
bobot yang hilang selama pengujian dengan alat friabilator. Kerapuhan diatas
1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman dkk.,
1994).

4. Waktu hancur tablet

Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur dalam
medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
bersalut selaput (DepKes RI, 1995).

Eksipien

7. Disintegran

Magnesium aluminium silikat (Rowe et al., 2009: p. 393-396; PubChem)

Struktur

Rumus molekul Al2Mg2O15Si5

Berat molekul 482.99 g/mol

Sinonim Aluminii magnesii silicas; aluminosilicic acid,


magnesium salt; aluminum magnesium silicate;
Carrisorb; Gelsorb; Magnabrite; magnesium
aluminosilicate; magnesium aluminum silicate,
colloidal; magnesium aluminum silicate, complex
colloidal; Neusilin; Pharmasorb; silicic acid, aluminum
magnesium salt; Veegum.

Pemerian putih hingga putih krim, tidak berbau, tidak berasa,


serbuk halus

Kelarutan praktis tidak larut dalam alkohol, air, dan pelarut


organik

Inkompatibilitas Tidak stabil pada lingkungan asam dengan pH


dibawah 3,5. Mengabsorpsi beberapa obat seperti
amfetamine sulfate, tolbutamide, warfarin sodium,
diazepam, dan diclofenac sodium

Stabilitas Magnesium aluminum silicate stabil dalam kondisi


kering, rentang pH yang luas, menyerap beberapa
substansi organik, kompatibel dengan pelarut organik.
Disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
dan kering.

pH 9-10

konsentrasi 2-10%

Sodium starch glycolate (Rowe et al., 2009: p. 663-665)

Struktur

Rumus molekul C2H3NaO3

Berat molekul 98,03 g/mol

Sinonim Carboxymethyl starch, sodium salt; carboxymethyl


amylum natricum; Explosol; Explotab; Glycolys;
Primojel; starch carboxymethyl ether, sodium salt;
Tablo; Vivastar P.

Pemerian serbuk putih atau hampir putih; sangat higroskopik

Kelarutan Praktis tidak larut dalam methylene chloride.


Membentuk translucent suspension dalam air

Inkompatibilitas inkompatibel dengan asam askorbat

Stabilitas Sodium starch glycolate stabil walaupun sangat


higroskopik dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat untuk melindungi dari kelembaban dan
perubahan suhu, yang mungkin menyebabkan caking

pH 5,5-7,5

konsentrasi 2-8%

HPMC (Rowe et al., 2009: p. 326-328)

Struktur

(sumber: Sciencedirect.com)

Rumus molekul C56H108O30

Berat molekul 1261,4 g/mol

Sinonim Hypromellose

Pemerian
Bubuk tidak berbau dan berasa, dengan atau krem-
putih berserat atau granular berwarna.

Kelarutan
Larut dalam air dingin membentuk koloid kental,
praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan
eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometana, dan campuran metanol dan
diklorometana

Inkompatibilitas Incompatible dengan beberapa oxidizing agents

Stabilitas HPMC stabil pada pH 3 hingga 11, bersifat netral,


serta viskositasnya yang stabil meski disimpan pada
jangka waktu yang lama

pH 5-8
konsentrasi 4-10%

Methyl cellulose

Struktur

(sumber: PubChem)

Rumus molekul C29H54O16

Berat molekul 658,7 g/mol

Sinonim Benecel; Cellacol; Culminal MC; E461; Mapolose;


Methocel; methylcellulosum; Metolose; Tylose;
Viscol.

Pemerian putih, serbuk fibrous atau granul; tidak berbau; tidak


berasa

Kelarutan
Praktis tidak larut dalam aseton, metanol, kloroform,
etanol (95%), eter, larutan garam jenuh, toluena, dan
panas air. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam
campuran yang setara volume etanol dan kloroform.
Di air dingin, metilselulosa membengkak dan
menyebar perlahan untuk membentuk bening hingga
opalescent, kental, dispersi koloid

Inkompatibilitas aminacrine hydrochloride; chlorocresol; mercuric


chloride; phenol; resorcinol; tannic acid; silver
nitrate; cetylpyridinium chloride; p-hydroxybenzoic
acid; p aminobenzoic acid; methylparaben;
propylparaben; dan butylparaben.

Stabilitas stabil terhadap alkali dan asam encer pada pH 3-11,


suhu ruangan.

pH 5-8

konsentrasi 2-10%

8. Filler

Calcium Lactate (Rowe et al., 2009: p. 91-92)

Struktur

Rumus molekul C6H10CaO6

Berat molekul 218.22 g/mol (PubChem)

Sinonim Calcii lactas pentahydricus; calcium bis(2-


hydroxypropanoate) pentahydrate; calcium dilactate;
calcium lactate (1:2) hydrate; calcium lactate (1:2)
pentahydrate; E327; 2-hydroxypropanoic acid, calcium
salt; lactic acid, calcium salt; mixture of calcium (2R)-,
(2S)- and (2RS)-2-hydroxypropanoates pentahydrates;
propanoic acid, 2-hydroxy-, calcium salt (2:1),
hydrate; Puraca

Pemerian
Serbuk atau granul putih : praktis tidak berbau : bentuk
pentahidrat sedikit mekar pada suhu 120° menjadi
bentuk anhidrat.

Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
ethanol

Inkompatibilitas Garam kalsium, termasuk laktat, dapat menunjukkan


ketidakcocokan fisik dengan fosfat dalam makanan
atau sediaan terapeutik, untuk Misalnya dalam
campuran pakan enteral

Stabilitas Kalsium laktat bisa ada di sejumlah keadaan hidrasi,


yaitu
dicirikan sebagai anhydrous, monohydrate, trihydrate,
dan pentahydrate. Dehidrasi bentuk pentahidrat terjadi
dengan cepat
suhu 558C ke atas. Dehidrasi dilaporkan
disertai dengan hilangnya beberapa kristalinitas.
menghancurkan tablet
kekuatan dilaporkan berkurang setelah dehidrasi
kalsium laktat pentahidrat

pH 6-8

konsentrasi

Sucrose (Rowe dkk, 2009, p. 703-704)


Struktur

Rumus molekul C12H22O11

Berat molekul 342.30 g/mol (PubChem)

Sinonim Beet sugar; cane sugar; a-D-glucopyranosyl-b-D-


fructofuranoside; refined sugar; saccharose;
saccharum; sugar.

Pemerian Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau


berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak
berbau; rasa manis; stabil di udara. Larutannya netral
terhadap lakmus.

Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
ethanol

Inkompatibilitas Serbuk sukrosa bisa terkontaminasi oleh logam berat,


yang dapat mengakibatkan inkompatibilitas dengan
bahan aktif misalnya asam askorbat. Sukrosa bisa
terkontaminasi dengan sulfit dari proses penyulingan.
Dengan kand penyulingan. Dengan kandungan sulfit
yang tinggi, ungan sulfit yang tinggi, perubahan warna
dapat perubahan warna dapat ter/adi pada tablet salut
gula; untuk warna khusus yang digunakan pada salut
gula kandungan maksimum sulfit dihitung sebagai
sulfur adalah " ppm. Dalam ppm. Dalam bentuk
larutan bentuk larutan atau as atau asam terkonsentrasi,
sukrosa konsentrasi, sukrosa terhidrolisis terhidrolisis
atau berin0ersi men/adi dekstrosa dan fruktosa (gula
invert)
Stabilitas Air : Sukrosa larut dapat terfermentasi oleh
mikroorganisme
Udara : Stabil pada kelembaban yang cukup
Panas : Stabil pada suhu ruang

pH stabilitas maksimum pada pH 9

konsentrasi

Microcrystalline Cellulose (Pubchem)

Struktur

Rumus molekul C14H26O11

Berat molekul 370.35 g/mol (PubChem)

Sinonim Cellulose, microcrystalline


Cellulose gel
SCHEMBL825024
LS-180739
Q80294
Avicel

Pemerian Halus, putih atau hampir putih, tidak berbau, kristal


mengalir bebas
bubuk
Kelarutan
Tidak larut dalam air dan etanol. Praktis tidak larut
atau tidak larut dalam larutan natrium hidroksida (50 g
/ L)

Inkompatibilitas tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi yang kuat

Stabilitas Material higroskopis yang stabil. Disimpan di


wadah tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan
kering

pH 5-7.5

konsentrasi 20-50%

9. Binder

Lactose Monohidrat (Rowe 2009, P.364)

Struktur

Rumus molekul C12H24O12

Berat molekul 360.31 g/mol

Sinonim Lactose monohydrate


5989-81-1
alpha-Lactose monohydrate
alpha-D-Lactose monohydrate
a-Lactose monohydrate

Pemerian
serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis

Kelarutan Laktosa mudah larut dalam air mendidih dan tidak


larut dalam etanol dan kloroform

Inkompatibilitas Bereaksi dengan surfaktan anion, menyebabkan


kelingangan aktivitasnya. Inkompatibel dengan garam
dari ion besi polivalen, seperti aluminium, timbal.

Stabilitas Laktosa monohidrat dapat berubah warna menjadi


kecokelatan pada penyimpanan, reaksi tersebut dapat
dipercepat oleh suasana hangat dan lembab

pH

konsentrasi

PVP (Polivinyl Pirolidin) (Rowe 2009, p. 581-582)

Struktur

Rumus molekul C6H13NOP2

Berat molekul 177.12 g/mol

Sinonim Povinil Pirolidon, Povidon


Pemerian
Serbu sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak
atau hampir tidak berbau, higroskopik

Kelarutan
Larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol,
dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
dan minyak.

Inkompatibilitas Ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa


kompleks. Kompatibel terhadap gerak organik alami,
resin sintetik dan senyawa lainnya. Akan terbentuk
senyawa sulfathiazole, sodium salisilat, asam salisilat,
fenol barbital dan komponen lainnya

Stabilitas Stabil pada suhu 110 – 130 0C ; Mudah terurai dengan


adanya udara dari luar ; Dapat bercampur dengan air ;
Stabil bila disimpan ditempat kering.

pH 3-7

konsentrasi 0,5-5%

CMC (Carboxy Methyl Celullose) (Rowe dkk, 2009)

Struktur

Rumus molekul C8H16NaO8


Berat molekul 263.2 g/mol

Sinonim Aquacel
Aquaplast
Carboxymethyl Cellulose
Carboxymethylcellulose
Carboxymethylcellulose Sodium
Carboxymethylcellulose, Sodium
carmellose sodium
Cellolax
Cellulose, Carboxymethyl
Cethylose
Croscarmellose Sodium
Polycell
Ruspol
Sodium Carboxymethylcellulose
Sodium, Carboxymethylcellulose
Sodium, Carmellose
Sodium, Croscarmellose (Pubchem)

Pemerian
Natrium karboksimetilselulosa terjadi sebagai warna
putih hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
bubuk granular. Itu higroskopis setelah pengeringan.
(Rowe et al, 2009)

Kelarutan
Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan
larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut
organik.

Inkompatibilitas CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan


dengan kationik seperti acriflavine, gentian violet,
thiamin, Pharmagel A, germisida kuartener, alkaloid,
hampir semua antibiotik dan logam berat (seperti Al,
Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na tidak tersatukan dengan
larutan asam kuat, FeCl3 (garam-garam besi yang larut
air), alumunium sulfat dan banyak elektrolit

Stabilitas terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam


keadaan kering dengan mempertahankan suhu pada
160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi penurunan
viskositas secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan
yang dibuat dari bahan yang telah disterilkan
memburuk. Sterilisasi larutan dengan pemanasan juga
menyebabkan penurunan viskositas, tetapi hal ini tidak
terlalu dipermasalahkan. Bila suatu larutan dipanaskan
dalam autoklaf pada 125o C selama 15 menit dan
dibiarkan menjadi dingin, viskositas menurun sekitar
25 %. Oleh Karena itu, bila menghitung jumlah CMC
Na yang akan dipakai dalam sediaan yang akan
disterilkan hal ini harus dipertimbangkan.

pH 1 % larutan dalam air mempunyai pH 6 – 8,5. Stabil


pada range pH 5 – 10. Viskositas mucilago CMC Na
menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10. Mucilago
lebih peka terhadap perubahan pH daripada
metilselulosa.

konsentrasi 1.0 – 6.0%

10. Lubrikan

Sodium Lauryl Sulfate (Rowe et al., 2009: p. 651-653)

Struktur

Rumus molekul C12H25NaO4S

Berat molekul 288.38 g/mol

Sinonim Dodecyl alcohol hydrogen sulfate, sodium salt;


dodecyl sodium sulfate; dodecylsulfate sodium salt;
Elfan 240; lauryl sodium sulfate; lauryl sulfate, sodium
salt

Pemerian
kristal berwarna putih atau krem hingga kuning pucat,
serpihan, atau bubuk yang terasa halus, seperti sabun,
rasa pahit, dan bau samar zat berlemak

Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter

Inkompatibilitas Bereaksi dengan surfaktan anion, menyebabkan


kelingangan aktivitasnya. Inkompatibel dengan garam
dari ion besi polivalen, seperti aluminium, timbal.

Stabilitas Sodium lauryl sulfate stabil pada penyimpanan dengan


kondisi normal, namun dalam bentuk larutan, pada
kondisi ekstrem, seperti pH 2,5 akan mengalami
hidrolisis menjadi lauryl alcohol dan sodium bisulfate.
disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan
kering.

pH

konsentrasi 1-2%

Magnesium stearat (Rowe et al., 2009: p. 404-405)


Struktur

(Sumber: PubChem)

Rumus molekul [CH3(CH2)16COO]2Mg

Berat molekul 591,24 g/mol

Sinonim Dibasic magnesium stearate; magnesium distearate;


magnesii stearas; magnesium octadecanoate;
octadecanoic acid; magnesium salt; stearic acid;
magnesium salt; Synpro 90.

Pemerian
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa, mudah
mengalir

Kelarutan
praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), air, eter;
agak larut dalam benzena hangat dan etanol (95%)
hangat

Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, alkali, dan garam


besi. Tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan
kebanyakan garam alkaloid

Stabilitas stabil dan disimpan dalam wadah tertutup rapat, di


tempat sejuk dan kering

pH

konsentrasi 0,25-5%
Starch 1500

Struktur -

Rumus molekul (C6H10O5)n

Berat molekul -

Sinonim -

Pemerian
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan
tidak larut dalam air

Inkompatibilitas -

Stabilitas higroskopis, disimpan dalam wadah tertutup rapat, di


tempat sejuk dan kering

pH 4,5-7

konsentrasi 4-15%

Mekanisme aksi starch 1500 sebagai bahan penghancur adalah dengan cara
pengembangan(swelling) yaitu apabila tablet terkena air maka bahan penghancur akan
mengembang akibatnya granul atau partikel penyusun tablet akan terdesak dan
akhirnya hancur. Starch 1500 juga merupakan superdisintegrant yang efektif dan
relatif inert walaupun kelembabannya tinggi.

Stearic acid (Rowe et al., 2009: p. 697-699)


Struktur

(Sumber: PubChem)

Rumus molekul C18H36O2

Berat molekul 284.47 g/mol

Sinonim Acidum stearicum; cetylacetic acid; Crodacid; Cristal


G; Cristal S; Dervacid; E570; Edenor; Emersol; Extra
AS; Extra P; Extra S; Extra ST; 1-heptadecane
carboxylic acid; Hystrene; Industrene; Kortacid 1895;
Pearl Steric; Pristerene; stereophanic acid; Tegostearic

Pemerian
keras, putih atau agak kuning, terkadang mengkilap,
kristal padat atau putih atau serbuk putih kekuningan.
Sedikit berbau dan rasa seperti lemak

Kelarutan
mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida,
kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksan,
dan propilen glikol; praktis tidak larut dalam air

Inkompatibilitas Inkompatibel hampir dengan semua besi hidroksida


dan mungkin inkompatibel dengan agen pengoksidasi
dan agen pereduksi.

Stabilitas disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan


kering

pH -
konsentrasi 1-3%
Bab III

Metode Praktikum

3.1 Alat

3.2 Bahan

3.3 Formulasi

Nama bahan % Kegunaan

Hyoscine butyl bromide Zat aktif

Lactose monohydrate Binder/pengikat

Starch (maize) Diluent/pengisi

Povidone (PVP K-30) Disintegrant

Purified water Pengencer

Magnesium stearat Lubricant

Pregelatinized starch Diluent/pengisi


(starch 1500)

Alasan pemilihan bahan

3.4 Evaluasi
Bab IV

Pembahasan Formulasi
Daftar Pustaka

Abbruzzese G, 2002. The Medical management of Spasticity. Eur J Neurol 9 (suppl 1) ;

30-4.

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim,

F., Edisi keempat, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Bousquet, J,2010. Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma. Allergy ,

Cantani A (2008). Atopic dermatitis. Dalam: Pediatric allergy, asthma and

immunology. Germany: Springer

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Fassihi, A. R., dan Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow

Properties on Tablet Weight Variation in Drug Development Industrial


Pharmacy, Marcel Dekker Inc, Afrika.

Fudholi, 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direct, Majalah Medika, No. 7,

Tahun ke-9.

Girish, K.S., H.P. Mohanakumari, S. Nagaraju, B.S. Vishwanath. and K. Kemparaju.

2004. Hyaluronidase and protease activities from Indian snake venoms:


Neutralization by Mimosa pudica root extract. Fitoterapia

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi

Kedua, UI Press : Jakarta.

Radwan et al. 1998. Mebeverine hydrochloride. ANALYTICAL PROFILES OF DRUG

SUBSTANCES AND EXCIPIENTS, 25, p. 200

NHS. 2019. Mebeverine.

https://www.nhs.uk/medicines/mebeverine/#:~:text=Like%20all%20medicines
%2C%20mebeverine%20can,itchy%20skin%20rash%20or%20swelling.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar Dasar

Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sapri S, Setiawan D, Khairunnisa R. 2012. Pengaruh Penggunaan Pati Biji Cempedak

(Artocarpus Champeden Lour) Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik


Tablet Parasetamol Secara Granulasi Basah. Journal of Tropical Pharmacy and
Chemistry.

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani, N.,

Edisi V, Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.

PubChem. ____. Dicyclomine. Available at: Dicyclomine | C19H35NO2 - PubChem

PubChem. ____. Mebeverine hydrochloride. Available at:


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Mebeverine-hydrochloride

EDQM Council of Europe. 2013. European Pharmacopoeia 8th Edition. EDQM:


Strasbourg, p. 2039

Anda mungkin juga menyukai