Anda di halaman 1dari 31

Preformulasi Obat Infeksi

Saluran Pernafasan &


Antispasmodik
Astrid Lestary 1910212007
Vania Clarissha 1910212008
Diah Permata 1910212021
Obat
Saluran
Pernafasan
Rhinitis alergi
● Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang disebabkan
mediasi oleh reaksi hipersensitivitas atau alergi tipe 1. Rhinitis alergi dapat
terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap
alergen. Menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) rhinitis
alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rhinorrhea,
rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen karena
reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh IgE (Cantani, 2008).
● Rhinitis alergi telah menjadi masalah kesehatan global yang menyerang 5-
50% penduduk di dunia. Prevalensi rinitis alergi di Indonesia mencapai 1,5-
12,4% dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan
rhinitis alergi di masyarakat menjadi masalah baru yang harus ditangani
secara serius karena berdampak pada penurunan kualitas hidup penderitanya
seperti, terjadi penurunan produktivitas kerja, prestasi di sekolah, aktivitas
sosial serta dapat menyebabkan gangguan psikologi (Girish. 2004).
Rhinitis
alergi
● Penanganan yang biasa digunakan untuk Rhinitis alergi adalah terapi
simtomatik salah satunya dengan menggunakan antihistamin oral. Terapi
simtomatik lainnya adalah dekongestan dan steroid keduanya baik
intranasal maupun oral (Bousquet ,2010). Ketiga terapi simtomatik
tersebut sangat membantu dalam mengontrol gejala penderita, namun
banyak menimbulkan efek samping.. Antihistamin golongan pertama
menimbulkan efek sedatif, mulut kering, penambahan berat badan,
penurunan pengecapan dan sakit kepala (Bousquet ,2010).
● Antihistamin oral dapat dibagi menjadi dua kategori utama, nonselektif
dan selektif perifer. Akan tetapi, masing-masing obat harus dipandang
dari efek sedasi spesifiknya karena ada variasa antar obat dalam kategori
yang luas. Efek sedatif sentral mungkin tergantung dari kemampuan
melewati sawar darah otak. (Isofarkot)
Hipotesis
● CTM dalam bentuk sediaan
tablet merupakan obat yang
tepat, efektif, dan efisien dalam
mengatasi penyakit gangguan
saluran pernafasan, khusunya
akibat alergi rhinitis.
Studi Preformulasi Zat Aktif
● Karbinoksamin Maleat

Karbinoksamin (Polistin,Pharbil) adalah derivate piridil dan klor yang digunakan pada
hay fever dengan dosis oral 3-4x sehari 4mg (maleat,bentuk-dl). Bentuk basa bebasnya
berupa cairan menyerupai minyak yang larut dalam lipid. Garam maleatnya berbentuk
kristal putih, larut dalam air dan mudah larut dalam alkohol dan kloroform. Perbedaan
struktur karbinoksamin dengan klorfeniramin terletak pada atom oksigen yang dipisahkan
oleh atom karbon asimetrik dari rantai samping aminoetil.

Indikasi : Alergi seperti dermatosis alergik, uritkaria,pruritus, asma bronkial, rinitis


alergi, rintis vasomotor, konjungtivitis alergi.

Kontraindikasi : Seperti kortikosteroidum, tidak boleh diberikan pada penderita infeksi


jamur sistemik dan infeksi yang tidak dapat diobati dengan antibiotik.

Sediaan beredar : Kenantist (Bristol-Myers SquiBB) (Isofarkot ed. 1. p.444)


Monografi karbinoksamin maleat
Rumus molekul C16H19ClN2O.C4H4O4 (FI V p.608)

Berat molekul 406,86 (FI V)

Nama kimia 2-[p-Kloro-α-[2-(dimetilamino)etoksi]benzil]piridin maleat (1:1) [3505-


38-2] (FI V p.608)

Sinonim CARBINOXAMINE MALEATE


3505-38-2
Carbinoxamine maleate salt
Lergefin
Ciberon (Pubchem)

Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau (FI V p.609)

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan kloroform;
sangat sukar larut dalam eter. (FI V p.609)

Susut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2
pengeringan jam( FI V p.609)

Titik Lebur Antara 116° dan 121°; lakukan penetapan menggunakan zat yang telah
dikeringkan (FI V p.609)

pKa Antara 4,6 dan 5,1; (FI V p.609)

Wadan dan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (FI V p.609)
Penutupan
Prometazin hidroklorida
efek utama: antihistamin dengan efek sedatif
efek samping: sedasi, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik, kelemahan otot, tinnitus,
reaksi alergi, kelainan darah, pengaruh kardiovaskuler atau SPP, sakit kuning, fotosensitivitas
(PIONAS)
indikasi: gejala alergi seperti hay fever, urtikaria, angioedema, rhinitis, dan konjungtivitis
(Martindale ed. 38, p. 638)

kontra indikasi: pasien koma, serangan akut asma, bayi prematur (PIONAS)
dosis: 25 mg, malam hari, bila perlu dinaikkan sampai 50 mg atau 10-20 mg 2-3 kali/hari;
anak dibawah 2 tahun tidak dianjurkan; 2-5 tahun: 5-15 mg/hari (PIONAS)

kelebihan: mudah diabsorpsi setelah pemberian oral maupun intramuskular

kekurangan:
• bioavailabilitas yang rendah, karena mengalami first-pass metabolism yang tinggi di hati
• memberikan efek sedatif
• tidak cocok dengan pasien gangguan jantung
Monografi Prometazin Hidroklorida
Rumus C17H21ClN2S (PubChem)
molekul

Berat 320,9 g/mol (PubChem)


molekul

Sinonim N,N-dimethyl-1-phenothiazin-10-ylpropan-2-amine;hydrochloride

Pemerian serbuk hablur; putih sampai kuning lemah; praktis tidak berbau; jika
dibiarkan lama di udara akan berwarna biru (Kemenkes RI, p. 1062)

Kelarutan sangat mudah larut dalam air, dalam etanol mutlak panas dan dalam
kloroform; praktis tidak larut dalam eter, dalam aseton dan dalam etilasetat
(Kemenkes RI, p. 1062)

Susut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105° C selama 4 jam
pengeringan (Kemenkes RI, p. 1062)

Titik Lebur 228.5 °C (PubChem)

pKa 9,05 (DrugBank)

stabilitas dalam wadah tertutup, terhindar dari cahaya

pH 4,0-5,0
Chlorpheniramine maleat
Chlorpheniramine maleate merupakan antihistamin generasi pertama; derivat propilamin
(alkylamine) yang biasa digunakan sebagai anti alergi. Dosis biasa adalah 4 mg setiap 4-6
jam. Obat ini banyak digunakan dalam pencegahan gejala kondisi alergi seperti rhinitis dan
urtikaria, mengurangi merah, gatal, mata berair, bersin, hidung atau tenggorokan gatal dan
pilek yang disebabkan oleh alergi, demam dan batuk. Umumnya Chlorpheniramine maleate
berikatan dengan reseptor histamin H1 dan memblok aksi histamin endogen, yang
kemudian mengarah ke gejala negatif yang dibawa oleh histamin. Efek sedatif relatif
lemah dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama lainnya. Obat ini diserap
dengan baik setelah pemberian oral, tetapi karena tingkat metabolisme pada mukosa GI dan
hati yang relatif tinggi, hanya sekitar 25-60% dari obat ini tersedia untuk sirkulasi sistemik.
Efek samping yang paling sering terlihat adalah depresi SSP (letargi, mengantuk) dan efek
GI (diare dan muntah). Efek sedatif antihistamin dapat berkurang dengan berjalannya
waktu. Efek antikolinergik yang mungkin terjadi adalah mulut kering dan retensi urin (Ali,
dkk., 2004).
Dosis chlorpheniramine maleate pada dewasa: 4 mg tiap 6 jam, Anak: 6-12 tahun 2 mg tiap
6 jam; 2,5 tahun 1 mg tiap 6 jam (Sukandar dan Andrajati, 2009).

Monografi CTM
Rumus molekul C16H19CIN2.C4H4O4
Berat molekul 390,87
Nama kimia 2-[p-Kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]
Sinonim Chlorpheniramini maleas, Klorfeniramin maleat, Chlor Trimeton (CTM),
Klorfenon
Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau (Depkes RI, p. 154)
Kelarutan Larut dalam 4 bagian air; larut dalam 10 bagian etanol 95% dan dalam 10
bagian kloroform, sukar larut dalam eter dan dalam benzena (Depkes RI, p. 154)

Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105° C selama 3 jam

Titik Lebur Antara 130°C dan 135°C (Ditjen, POM., 1995).


pKa 9,43 (drugbank)
Syarat Chlorpheniramine maleate mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih
dari 100,5% C16H19CIN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Stabilitas Harus terlindung cahaya (Depkes RI, p. 154)

pH pH (2% aqueous solution) 5. pH (1% aqueous solution) 4-5 (Pubchem).

Inkompatibilitas Inkompatibel dengan kalsium klorida, kanamisin sulfat, noradrenaline acid


tartrate, phenobarbital sodium, dan meglumine adipiodone (Depkes RI, p. 154).
Zat aktif terpilih
Sediaan zat aktif terpilih adalah Chlorpheniramin Maleat (CTM), alasannya :
• Karbinoksamin maleat mempunyai efek sedasi yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan CTM, Prometazin HCl juga memiliki efek sedasi yang
relatif tinggi jika dibandingkan dengan CTM.
• Promethazine-HCl umumnya tersedia dalam bentuk tablet konvensional
yang memiliki kelemahan yaitu aksi obat lambat, biovailabilitas rendah,
serta tidak nyaman digunakan untuk pasien pediatric.(Maria,2016)
• Prometazin HCl bioavailabilitasnya rendah, karena mengalami first-pass
metabolism yang tinggi dan tidak cocok dengan pasien gangguan jantung.
• Alasan pemilihan klorfeniramin maleat sebagai bahan aktif ialah
dikarenakan waktu paruh klorfeniramin maleat dalam plasma sekitar 2-4 jam
sehingga obat cepat 4 dieliminasi dari tubuh dan sifat kelarutan
klorfeniramin maleat yang mudah larut dalam air.
Obat
Antispasmodik
Antispasmodik
● Antispasmodik merupakan golongan obat yang memiliki sifat sebagai
relaksan otot polos. Obat yang termasuk dalam kelas ini adalah
antimuskarinik dan relaksan yang dipercaya bekerja langsung di otot halus
usus. Sifat relaksan otot polos dari senyawa antimuskarinik dan obat
antispasmodik lain mungkin bermanfaat untuk Irritable Bowel Syndrome
(IBS) dan penyakit divertikular. (Pionas)
● Meskipun antispasmodik dapat mengurangi spasme usus, tetapi
penggunaannya untuk dispepsia non-tukak, IBS, dan penyakit divertikular
tidak bermanfaat. Manfaat klinik antisekresi lambung obat antimuskarinik
konvensional relatif kecil, Sementara efek sampingnya mirip senyawa
atropin. Selain itu, keberadaannya telah digantikan oleh obat-obat antisekresi
yang lebih kuat dan spesifik, yakni antagonis reseptor-H2 histamin dan
antimuskarinik selektif pirenzepin.(Pionas)
Antispasmodik
Obat golongan antispasmodik adalah obat yang bekerja untuk mengurangi spasme otot tanpa
mempengaruhi gerakannya, misalnya pada NPB, rematik dengan kekakuan otot dan keadaan
spastik lainnya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, sediaan relaksan otot golongan
antispasmodik terbagi atas (Abbruzzese, 2002) :
• Antidepresan, misalnya cyclobenzaprine dan orphenadrine 26
• GABA agonist, misalnya baclofen
• Alpha-2 agonist, misalnya eperisone, tolperisone, dan tizanidine
• Na-channel blocker, misalnya eperisone dan tolperisone
• Ca-channel blocker, misalnya dantrolene. Relaksan otot sering diberikan pada
penanganan NPB akut pada usaha untuk memperbaiki limitasi range of motion awal
akibat spasme otot, idealnya adalah yang tidak berefek sedatif dan dapat memutuskan
lingkaran setan nyeri-spasme-iskemi-nyeri. Pembatasan spasme otot dan perbaikan
range of motion akan mempersiapkan penderita untuk terapi latihan.
Antispasmodik juga diperlukan untuk pereda kejang otot yang dialami pasien ISK (Pratiwi
& Dwi P, 2015)
Hipotesis
● Mebeverin HCl dalam bentuk
sediaan tablet selaput
merupakan salah satu obat
pilihan yang efektif dan efisien
dalam menangani penyakit
aspasmodik dan menjadi obat
antispasmodik.
Studi Preformulasi Zat Aktif
● Mebeverin HCl
Mebeverine hcl merupakan bentuk garam hidroklorida dari mebeverin,
merupakan obat antikolinergik dengan aktivitas spasmolitik. mebeverin berikatan
dan memblok reseptor muskarinik pada sel otot polos pada jaringan target,
seperti GIT, uterus, kandung kemih. mebeverin mencegah kontraksi otot polos
dan menyebabkan relaksasi pada otot polos. hal ini akan mencegah kejang,
meredakan nyeri dan kram pada GIT dan meningkatkan inkontinensia
(PubChem)
Indikasi: terapi tambahan pada gangguan saluran cerna yang ditandai dengan
spasme otot polos
Kontra indikasi: ileus paralitik
efek samping: jarang terjadi, reaksi alergi (ruam, urtikaria, angioedema)
dosis: dewasa dan anak di atas 10 tahun, 135-150 mg 3 kali sehari, 20 menit
sebelum makan
Monografi Mebeverin HCl

Rumus C25H36ClNO5 (PubChem)


molekul

Berat 466 g/mol (PubChem)


molekul

IUPAC 4-[ethyl-[1-(4-methoxyphenyl)propan-2-yl]amino]butyl 3,4-


Name dimethoxybenzoate; hydrochloride

Pemerian serbuk kristal berwarna agak putih

Kelarutan larut dalam air

Titik Lebur 105-107°C

pKa 10,31

stabilitas -
Dicyclomin HCl
Dicyclomine merupakan turunan dari asam karboksilat dan antikolinergik selektif dengan
aktivitas antispasmodik. Dicyclomine memblok asetilkolin dengan berikatan pada reseptor
muskarinik pada otot polos. Dicyclomine memiliki efek relaksasi langsung pada otot polos
sehingga mencegah spasme pada otot di GIT, menurunkan sekresi asam lambung
(PubChem).
indikasi: antispasmodik otot polos yang utamanya diindikasikan untuk pengobatan kondisi
fungsional yang melibatkan spasme otot polos saluran cerna (medicine.org.uk)
kontra indikasi: hipersensitivitas (medicine.org.uk)
efek samping: sedasi, sakit kepala, pusing (medicine.org.uk)
dosis (medicine.org.uk):
● dewasa: 10-20 mg 3 kali sehari sebelum atau sesudah makan
● anak-anak (2-12 tahun): 10 mg 3 kali sehari

Monografi dicyclomine HCl
Rumus C19H36ClNO2
molekul

Berat molekul 345,95 g/mol

sinonim dicycloverine hydrochloride

IUPAC Name 2-(diethylamino)ethyl1-cyclohexylcyclohexane-1


carboxylate;hydrochloride

Pemerian putih atau hampir putih, serbuk kristal

Kelarutan larut dalam air, mudah larut dalam alkohol dan metilen klorida
(European Pharmacopoeia, p.2039)

Titik Lebur 165.0 °C (PubChem)

pKa -

stabilitas -

pH 5-5,5
Hyoscine butylbromide

● Hyoscine butylbromide adalah agen antimuskarinik, antikolinergik yang bekerja secara perifer. Obat
ini digunakan untuk mengobati rasa sakit dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kram perut,
kram menstruasi, atau aktivitas spasmodik lainnya dalam sistem pencernaan. Obat juga efektif untuk
mencegah kejang kandung kemih. Hyoscine butylbromide bukan obat pereda nyeri dalam arti
normal, karena tidak secara langsung mempengaruhi rasa sakit, melainkan bekerja untuk mencegah
terjadinya kram dan kejang.
● Hyoscine butylbromide adalah ester karboksilat yang dihasilkan dari kondensasi formal gugus
karboksi (2S)-3-hydroxy-2-phenylpropanoic acid dengan gugus hidroksi(2R,4S,5S,7s)-9-butyl-7-
hydroxy-9-methyl-3-oxa-9-azoniatricyclo[3.3.1.0(2,4)]nonane. Obat ini memiliki peran sebagai
antagonis muskarinik dan obat antispasmodik. Ini adalah ester karboksilat, epoksida, ion amonium
kuaterner dan alkaloid tropan.
● Hyoscine butylbromide memiliki bioavailabilitas oral yang sangat rendah dengan hanya 0,25-0,82%
yang mencapai sirkulasi sistemik.
● Indikasi: Terapi tambahan gangguan saluran cerna dan saluran kemih yang ditandai dengan
spasmus otot polos.
● Kontra indikasi: hipersensitivitas
● Efek samping: sedasi, mulut kering, penglihatan buram, denyut jantung yang cepat atau tidak
teratur, konstipasi.
Monografi Hyoscine butylbromide
Rumus molekul C21H30BrNO4

Berat molekul 440,4

Synonym Hyoscine N-butylbromide, N-butylscopolammonium


bromide, Scopolamine bromobutylate, Scopolamine
butylbromide, Scopolamine N-butylbromide,
Butylscopolamine bromide

Pemerian Serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih

Kelarutan In water, 908 mg/L at 25 °C


Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam asam
asetat, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam methanol,
sukar larut dalam asetat anhidrat, dan praktis tidak larut
dalam dietil eter.

IUPAC name (1R,2R,4S,5S,7R)-9-butyl-7-{[(2S)-3-hydroxy-2-


phenylpropanoyl]oxy}-9-methyl-3-oxa-9-
azatricyclo[3.3.1.0^{2,4}]nonan-9-ium bromide

pKa 15,15

Titik leleh 139-141 derajat C

pH 5,5 - 6,5

Stabilitas Harus disimpan pada suhu dibawah 30 derajat C dan


terlindung dari cahaya

Inkompatibilitas -

Dosis Oral (namun absorbsinya buruk), 20 mg 4 kali sehari;


Anak 6-12 tahun: 10 mg 3 kali sehari.
Zat aktif terpilih
Zat aktif terpilih adalah Mebeverin HCl, alesannya :
• Mebeverin hcl cepat diabsorpsi setelah pemberian via oral ( Radwan et al.,
1998)
• Memiliki efek samping yang cenderung ringan dan cepat berlalu (NHS,
2019)
• Hyoscine butylbromide memiliki bioavailabilitas oral yang sangat rendah
dengan hanya 0,25-0,82% yang mencapai sirkulasi sistemik, dan memiliki
absorbsi yang buruk.
Sediaan tablet
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang Tablet merupakan sediaan yang paling banyak
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan diproduksi dan digunakan karena hampir sebagian
pengisi (DepKes RI, 1995). Tablet dapat berbeda besar sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet.
baik dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, Keunggulan tablet antara lain:
ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya • volume dan bentuk kecil sehingga mudah
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode dibawa, disimpan dan diangkut
pembuatannya (Ansel, 1989). • memiliki variabilitas sediaan yang rendah,
Tablet memiliki syarat kualitas meliputi kekerasan, keseragaman lebih baik
kerapuhan, kadar zat aktif dan jaminan pelepasan • bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih
obat yang baik dan harus mempunyai kestabilan terjaga
fisikokimia sampai ke tangan pasien. Penampilan • dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan
umum tablet juga harus diperhatikan seperti yang bisa diatur
ukuran, bentuk, warna, bau dan rasa. Kemampuan • merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal
zat aktif lepas dari tablet perlu diketahui supaya dengan pengemasan yang mudah dan murah
kemanjuran suatu tablet dapat dievaluasi (Lachman • rasa yang tidak enak dapat ditutup dengan
dkk., 1994). penyalutan (Lachman dkk., 1994).
Bahan yang akan dikempa harus • Kompaktibel
memenuhi sifat–sifat sebagai
Bahan menjadi kompak
berikut supaya menghasilkan jika dikempa sehingga
sediaan tablet yang baik: dihasilkan tablet yang
cukup keras dan stabil
dalam pengemasan dan
penyimpanan.
• Mudah mengalir
Jumlah bahan yang mengalir dari
hopper ke dalam mesin cetak selalu • Mudah dilepas dari
sama untuk setiap saat, dengan cetakan
demikian bobot tablet tidak Tablet mudah lepas dan
memiliki variasi yang besar. tidak ada bagian yang
melekat pada cetakan
sehingga permukaan halus
dan licin.
Eksipien
2. Bahan pengikat (binder)
Bahan tambahan atau eksipien dalam tablet berfungsi
untuk membantu proses penabletan dalam Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
memperbaiki hasil akhir tablet. Eksipien harus netral, kering maupun cairan selama proses granulasi
tidak berbau, tidak berasa dan jika mungkin tidak basah untuk membentuk granul (Lachman dkk.,
berwarna (Voigt, 1984). 1994). Bahan pengikat ditambahkan dalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesivitas
Eksipien digolongkan sesuai dengan tugas atau antar partikel serbuk membentuk granul sebagai
fungsinya dalam formulasi tablet. Siregar dan massa yang kohesif atau kompak sehingga dapat
Wikarsa (2010) menggolongkan zat tambahan tablet dikempa menjadi tablet. (Siregar dan Wikarsa,
sebagai berikut: 2010).
1. Bahan Pengisi (Filler) 3. Bahan penghancur (disintegrant)
Bahan pengisi ditambahkan atau diperlukan apabila Bahan penghancur adalah bahan yang ditambahkan
dosis obat tidak cukup untuk dikempa menjadi tablet dalam pembuatan tablet dengan maksud untuk
(Lachman dkk., 1994). Bahan pengisi digunakan memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet
untuk menambah bobot tablet dalam hal penyesuaian ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan.
bobot dan ukuran agar sesuai dengan persyaratan. Bahan penghancur akan menarik air ke dalam
Bahan pengisi harus netral secara farmakologis. tablet, mengembang kemudian akan menyebabkan
Bahan pengisi yang lazim digunakan yaitu laktosa, tablet pecah menjadi agregat yang selanjutnya
amilum, manitol, avicel dan garam kalsium seperti akan pecah menjadi partikel-partikel penyusunnya
kalsium karbonat (Siregar dan Wikarsa, 2010). dan larut mengalami disolusi dan absorbsi
sehingga tercapai bioavailabilitas (Lachman dkk.,
1994).
Bahan pelicin
● Bahan pelicin memudahkan proses pengempaan granul menjadi tablet. Bahan
pelicin yang umum digunakan adalah kalsium dan magnesium stearat karena
sangat halus dan hidrofobik. Bahan pelicin dalam pembuatan tablet dapat
berfungsi sebagai berikut:
1. Lubricant/pelincir, yaitu untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara
dinding ruang cetak dengan tepi tablet selama penabletan.
2. Glidan/pelicin, yaitu memperbaiki sifat alir serbuk atau granul dengan
mengurangi gesekan antara partikel-partikel, sehingga lebih mudah mengalir.
3. Anti adherent/anti lekat, untuk mencegah melekatnya serbuk, granul bahkan
tablet pada die dan pada permukaan punch ((Lachman dkk., 1994).
Metode pembuatan tablet
1. Metode granulasi basah (wet granulation)
Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kempa.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan
mencampur homogen zat aktif dan eksipien, membuat massa granul dengan mencampur bahan serbuk dan
cairan pengikat, pengayakan massa basah, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin,
pengempaan (Ansel, 1989).
2. Metode granulasi kering (dry granulation)
Metode granulasi kering diawali dengan menimbang dan mencampur homogeny zat aktif dan eksipien,
menambahkan bahan pengikat kering ke dalam campuran serbuk, memadatkan massa dalam mesin
kompaktor, setelah itu memecahkan bongkahan menjadi pecahanpecahan granul lalu diayak. Bahan pelicin
dan penghancur ditambahkan kedalam granul kemudian massa dikempa menjadi tablet. Metode ini khusus
untuk bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap air dan
panas karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).
3. Metode kempa langsung (direct compression)
Metode ini dilakukan pada bahan-bahan obat atau bahan tambahan yang bersifat mudah mengalir dan
memiliki sifat kohesif yang memungkinkan untuk langsung di tablet tanpa memerlukan proses granulasi.
Tahap-tahapnya yaitu zat aktif bersama-sama dengan bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat
dicampur pelicin hingga homogen lalu dikempa (Ansel, 1989).
Pemeriksaan fisik granul penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu granul sebelum
dilakukan penabletan. Pemeriksaan fisik granul meliputi:
1. Pengetapan
Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibration).
Semakin kecil indeks pengetapan (dalam %), semakin baik sifat alirnya. Granul dengan indeks pengetapan
kurang dari 20%, menunjukkan sifat alir yang makin baik pula (Fassihi dan Kanfer, 1986).
2. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Kecepatan alir
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, kondisi permukaan partikel, kelembaban granul dan adanya
fines. Granul yang baik jika waktu alirnya kurang dari 10 detik untuk 100 gram bahan yang diuji. Pengujian
waktu alir dilakukan dengan cara memasukkan 100 gram campuran ke dalam corong yang ujung tangkainya
diberi tutup, tutup dibuka dan campuran dibiarkan mengalir. Waktu alir lebih dari 10 detik akan mengalami
kesulitan pada waktu penabletan (Fudholi, 1983).
3. Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut maksimum yang didapat antara permukaan tegak bebas dari tumpukan serbuk
dengan bidang horizontal, jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur. Metode sudut
diam menghasilkan sudut dinamis yang paling mendekati situasi manufaktur dimana serbuk-serbuk tersebut
bergerak. Nilai sudut diam yang baik antara 20-40⁰, yang akan memudahkan pengempaan granul menjadi
tablet (Lachman dkk., 1994). Pengujian sudut diam granul dengan memasukkan campuran kedalam silinder,
lalu penutup lubang bagian bawah dibuka. Serbuk akan keluar melalui lubang bagian bawah dan bertahan
pada penyangga dengan membentuk kerucut. Sudut diam dihitung dengan mengukur tinggi kerucut dan
diameter serbuk.
Pemeriksaan kualitas fisik tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari tablet yang dihasilkan.
Pemeriksaan kualitas fisik tablet meliputi:
1. Keseragaman bobot tablet
Keseragaman bobot tablet dipersyaratkan jika tablet yang diuji tidak bersalut dan mengandung 50 mg atau lebih zat
aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih bobot sediaan. Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan
banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang
ditentukan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (DepKes RI, 1995).
2. Kekerasan tablet
Pengujian terhadap kekerasan tablet bertujuan untuk menilai ketahanan tablet terhadap kekuatan mekanik seperti
goncangan dan keretakan tablet pada saat pembuatan, pengemasan, pengepakan juga pada saat transportasi. Pengujian
dilakukan dengan meletakkan tablet pada ujung penekan dengan posisi tegak lurus pada alat kemudian penekan diputar
pelan-pelan hingga tablet pecah. Skala pada alat menunjukkan kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan
kilogram (Lachman dkk, 1994).
3. Kerapuhan tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang menunjukkan kuat tidaknya ikatan partikel bagian tepi dan permukaan tablet
dalam melawan pengikisan dan goncangan mekanik pada saat uji kerapuhan. Besaran yang dipakai adalah % bobot
yang hilang selama pengujian dengan alat friabilator. Kerapuhan diatas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan
dianggap kurang baik (Lachman dkk., 1994).
4. Waktu hancur tablet
Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur dalam medium yang sesuai, kecuali dinyatakan
lain waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput (DepKes RI, 1995).
Thanks!
Do you have any questions?

addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838 yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai