Anda di halaman 1dari 30

1.

SALBUTAMOL

SALBUTAMOL
NAMA GENERIK
Salbutamol
NAMA KIMIA
2Hydroxy 4-1-cl Hydroxy - 2tert-Butylamino-1-(4-hydroxy-3-hydroxymethylphenyl)ethanol. (1)
STRUKTUR KIMIA
C13H21NO3
SIFAT FISIKOKIMIA
Serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih. Larut dalam alkohol, sedikit larut
dalam air. Terlindung dari cahaya. (1)
SUB KELAS TERAPI
Obat Untuk Saluran Napas
FARMAKOLOGI
Onset of action: peak effect: sediaan dalam bentuk nebulization/oral inhalation: 0.5-2 jam,
sediaan oral: 2-3 jam. ;Duration of Action: sediaan dalam bentuk nebulization/oral inhalation: 34 jam, sediaan oral: 4-6 jam. Salbutamol mengalami metabolisme di hati menjadi bentuk sulfat
yang tidak aktif. ;T eliminasi: sediaan dalam bentuk inhalasi: 3-8 jam, sediaan oral: 3.7-5 jam.
Ekskresi melalui urin (30% dalam bentuk yang tidak berubah). (4)
STABILITAS PENYIMPANAN
HFA aerosol: simpan pada suhu 15C sampai 25C. Larutan inhalasi simpan pada suhu 2C
sampai 25C, jangan digunakan apabila cairan berubah warna atau menjadi keruh. ;Gunakan
dalam waktu 1 minggu setelah dibuka Nebulization 0.5% solution: simpan pada suhu 2C
sampai 30C. ;Sediaan dalam bentuk sirup: simpan pada suhu 2C sampai 30C. (4)
;Sediaan dalam bentuk tablet: simpan pada suhu 2C-25C. (2)
KONTRA INDIKASI
Reaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol, adrenergic amines. (2)
EFEK SAMPING
Efek samping yang sering terjadi antara lain :;Kardiovaskular : Palpitasi, Takiaritmia;Endocrine
metabolic : Hipokalemia;Neurologic : Tremor;Psychiatric : Nervousness;Sedangkan efek
samping yang cukup parah meliputi :;Dermatologic : Erythema multiforme, Stevens-Johnson
syndrome. (2)

INTERAKSI MAKANAN
Batasi penggunaan Caffein (dapat menyebabkan stimulasi CNS). (4)
INTERAKSI OBAT
Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek bronkodilasi mungkin terjadi jika
salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi. ;Peningkatan efek pada kardiovaskular
dengan penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic
(misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan. ;Peningkatkan risiko terjadinya
malignant arrhythmia jika salbutamol digunakan bersamaan dengan inhaled anesthetic
(contohnya: enflurane, halothane).;Penurunan efek: ;Penggunaan bersama dengan BetaAdrenergic Blocker (contohnya: Propranolol) dapat menurunkan efek Salbutamol. ;Level/efek
Salbutamol dapat turun bersama dengan penggunaan: Aminoglutethimide, Carbamazepine,
Nafcillin, Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin, Rifamycins dan obat lain yang dapat
menginduksi CYP3A4.4
PENGARUH ANAK
Lihat leaflet dari pabrik mengenai keamanan penggunaan pada anak-anak. Pabrik produsen
Ventolin menyatakan penggunaan inhalasi aerosol pada anak-anak perlu dilakukan dengan
supervisi orang dewasa. (3)
PENGARUH HASIL LAB
Meningkatkan renin, meningkatkan aldosterone. (4)
PENGARUH KEHAMILAN
Termasuk dalam kategori C. (2);Untuk penggunaan bronkodilator pada terapi asma, inhalasi
Salbutamol masih dapat direkomendasikan sebagai inhalasi Beta-2 Agonist yang dipilih.
(2);Salbutamol dapat masuk ke dalam plasenta, sehingga dapat menyebabkan: tocolytic effects,
fetal tachycardia, fetal hypoglycemia secondary to maternal hyperglycemia dengan pemakaian
oral maupun intravena. (4)
PENGARUH MENYUSUI
Pengaruh terhadap bayi belum dapat dipastikan sehingga perlu dipertimbangkan antara risk dan
benefit. (2);Tidak diketahui apakah terdistribusi dalam ASI. (2,3);Pada penggunaan inhaler hanya
sedikit yang masuk dalam sirkulasi sistemik ibu, sehingga secara teoritis jumlah yang terekskresi
dalam ASI sangat sedikit. (2)
PARAMETER MONITORING
Tes fungsi paru (misalnya FEV1, peak flow), tekanan darah, detak jantung, stimulasi CNS, kadar
gula darah, kadar potasium dalam darah, gejala asma, arterial atau capillary blood gases (apabila
keadaan pasien mengkhawatirkan). (4)

BENTUK SEDIAAN
Sirup 2 mg/5ml, 1 mg/5ml, Easyhaler 200 mcg/dosis, 200 dosis MDI 10 ml, 0.1 mg/tiap Semprot
Aerosol Inhalasi, 0.5 mg/ml Injeksi,;Inhaler Dosis 200 dan Dosis 400, 2.5 mg/2.5 ml NaCl
Digunakan Dengan Nebulizer. (5,6). Tablet 2 mg, 4 mg, dan 8 mg, Serbuk Inhalasi, Kapsul 2 mg,
Kaplet 4 mg
PERINGATAN
1. Kelainan pada sistem cardiovascular , khususnya coronary insufficiency, cardiac arrhythmias,
and hipertensi; dapat menyebabkan perubahan pada pulse rate, tekanan darah,
electrocardiogram;2. Kelainan convulsive ;3. Diabetes mellitus ;4. Hyperthyroidism ;5.
Hypokalemia. (2)
INFORMASI PASIEN
Penggunaan inhalasi :;Informasikan kepada pasien tentang cara penggunaan,
pembersihan/perawatan dan penyimpanan inhaler dan spacer (bila pasien menggunakan spacer).
(2);Kocok inhaler setiap kali sebelum dipakai;Hindari semprotan ke dalam mata;Lakukan test
semprotan ke udara pertama kali sebelum digunakan. Bila inhaler tidak digunakan dalam waktu
>2 minggu, lakukan 4 kali semprotan dulu ke udara sebelum digunakan. (4);Kumur mulut
dengan air setelah inhalasi. Diberitahukan kepada pasien untuk segera menghubungi dokter bila
dijumpai efek-efek samping atau kondisi yang bertambah parah. (2);Penggunaan Oral :;diminum
dengan air satu jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. (4)
MONITORING
1. Teknik penggunaan inhalasi yang benar;2. Perbaikan gejala asma;3. Tes fungsi paru. (2)
{BOTTOM

obat AMINOFILIN (AMINOPHYLLINE)


NAMA GENERIK
Aminofilin
NAMA KIMIA
Theophyllinum et Ethylenediaminum
STRUKTUR KIMIA
(C7H8N4O2)2,C2H4(NH2)2
KETERANGAN
Larutan Aminofilin bersifat basa. Apabila pH <8, akan terbentuk kristal dari Teofilin. ;Obat-obat

yang tidak stabil dalam suasana basa atau dapat menurunkan pH dibawah nilai kritis, jangan
dicampur dengan Aminofilin. (1);Aminofilin merupakan campuran stabil dari kombinasi Teofilin
dan Ethylendiamnie. (7)
SIFAT FISIKOKIMIA
Serbuk berwarna putih atau sedikit kekuningan. Bersifat anhydrous atau tidak mengandung lebih
dari 2 molekul air. ;Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4%
teofilin anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrous ethylenediamine.;Larut
dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh karbon dioksida), tidak larut dalam dehydrated
alkohol. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. (1)
SUB KELAS TERAPI
Obat Untuk Saluran Napas
FARMAKOLOGI
Absorpsi;Oral, tablet: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak 10 mcg/mL (range
5-15 mcg/mL) adalah 1-2 jam setelah pemberian dosis 5mg/kg pada dewasa. Adanya makanan
tidak mempengaruhi absorpsi.2;Distribusi;Vd: 0.45 L/kg (range 0.3 L/kg-0.7 L/kg);Protein
binding: 40%, khususnya dengan albumin. (2);Metabolisme;Hepatic; isoenzyme P450 CYP1A2,
CYP2E1, CYP3A3; pasien lebih dari 1 tahun, 90% metabolisme terjadi di hati.;Metabolit aktif:
3-methylxanthine; ;caffeine (tidak ditemukan pada pasien dewasa, diduga dapat terakumulasi
pada neonatus dan dapat menyebabkan efek farmakologi). (2);Ekskresi;Pada ginjal: (pasien
dengan usia lebih dari 3 tahun), 10% tidak berubah; (neonatus), 50% tidak berubah. Teofilin,
terdialisis pada hemodialysis; tidak terdialisis pada peritoneal dialysis. 3-methylxanthine,;Ginjal:
(pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), merupakan rute utama. (2)
STABILITAS PENYIMPANAN
Sediaan oral: Tablet harus di simpan pada suhu ruang 20C-25C, terlindung cahaya dan
lembab;Sediaan parenteral: Simpan pada suhu 15C-30C, terlindung dari cahaya. Simpan
dalam kardus sampai pada waktu ingin digunakan. Aminofilin merupakan larutan yang stabil
pada suhu ruangan. ;Pada pH 3.5-8.6, stabilitas dalam suhu kamar pada konsentrasi tidak kurang
dari 40 mg/mL dapat dijaga hingga 48 jam. Stabilitas Aminofilin dalam plastic syringes 5
jam. ;Aminofilin bersifat basa (pH sekitar 8.8) sehingga memiliki kecenderungan untuk
meluluhkan plastik dan karet, oleh karena itu tidak direkomendasikan penyimpanan dalam
plastic syringes dalam waktu lama. (2);Larutan tidak boleh digunakan bila terjadi perubahan
warna atau bila terbentuk kristal. (4)
KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine. (2)

EFEK SAMPING
Efek samping yang sering terjadi :;Saluran cerna : diare, mual dan muntah;Neurologi : pusing,
sakit kepala, insomnia, dan tremor;Renal : diuresis;Efek samping serius :;Cardiovascular : Atrial
fibrilasi, Bradiaritmia apabila administrasi terlalu cepat dapat menyebabkan Cardiac arrest,
;Takiaritmia Dermatologic : Erythroderma;Gastrointestinal : Necrotizing enterocolitis in fetus
OR newborn;Immunologic : Immune hypersensitivity reaction;Neurologic : perdarahan pada
intracranial, kejang. (2)
INTERAKSI MAKANAN
Hindari konsumsi Caffein yang berlebihan. Hindari diet protein dan karbohidrat yang berlebihan.
Batasi konsumsi charcoal-broiled foods. (4)
INTERAKSI OBAT
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar Teofilin: ;Propanolol, Allopurinol (>600mg/day),
Erythromycin, Cimetidin, Troleandomycin, Ciprofloxacin (golongan Quinolon yang lain),
kontrasepsi oral, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker, ;Kortikosteroid, Disulfiram, Efedrin,
Vaksin Influenza, Interferon, Makrolida, Mexiletine, Thiabendazole, Hormon Thyroid,
Carbamazepine, Isoniazid, Loop diuretics. ;Obat lain yang dapat menghambat Cytochrome P450
1A2, seperti: Amiodaron, Fluxosamine, Ketoconazole, Antibiotik Quinolon). (4);Obat-obat yang
dapat menurunkan kadar Teofilin: ;Phenytoin, obat-obat yang dapat menginduksi CYP 1A2
(seperti: Aminoglutethimide, Phenobarbital, Carbamazepine, Rifampin), Ritonavir, IV
Isoproterenol, Barbiturate, Hydantoin, Ketoconazole, ;Sulfinpyrazone, Isoniazid, Loop Diuretic,
Sympathomimetics. (4)
PENGARUH ANAK
Neonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun mengalami penurunan
clearance; risiko terjadinya "fatal theophylline toxicity" meningkat.(2)
PENGARUH HASIL LAB
Teofilin menyebabkan reaksi positif palsu terhadap peningkatan kadar asam urat apabila diukur
dengan menggunakan metode Bittner atau Colorimetric tetapi tidak demikian halnya apabila
diukur dengan menggunakan metode Uricase. ;Penelitian in vitro yang telah dilakukan dengan
metode pengukuran menggunakan spektrofotometri menunjukkan peningkatan palsu kadar
teofilin dalam darah akibat pengaruh penggunaan furosemide, sulfathiazole, fenilbutazon,
;probenesid, theobromin, kafein, coklat, dan asetaminofen. Tidak demikian halnya apabila
metode pengukuran yang digunakan adalah HPLC.3
PENGARUH KEHAMILAN
Termasuk dalam kategori C. (2);Teofilin dapat melewati plasenta, efek obat yang tidak
dikehendaki dapat terlihat pada bayi yang baru lahir. ;Metabolisme Teofilin dapat mengalami

perubahan selama kehamilan sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar Teofilin dalam darah.
(4)
PENGARUH MENYUSUI
Tereksresi pada air susu. American Academy of Pediatrics menyatakan "compatible with
breastfeeding".2,4 Pengaruh terhadap bayi kecil. (2)
PARAMETER MONITORING
1. Penurunan gejala asma;2. Test fungsi paru;3. Serum Teofilin (rentang normal: 10-20 mcg/mL).
(2)
BENTUK SEDIAAN
Tablet 225 mg, Ampul 10ml (5,6)
PERINGATAN
1.usia: neonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun, usia lanjut (lebih dari 60
tahun) mengalami penurunan clearance; risiko terjadinya "fatal theophylline toxicity"
meningkat;2.active peptic ulcer; memperparah ulcer ;3.cardiac arrhythmias (tidak termasuk
bradiaritmia);memperparah keadaan ;4.penggunaan obat lain yang menghambat atau
mempengaruhi metabolisme teofilin ; meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius
dan potensi efek samping yang fatal;5.congestive heart failure; mengurangi clearance teofilin,
meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal
akibat keracunan teofilin;6.peningkatan dosis harus didasarkan pada kadar puncak theophyllin
pada saat steady state ;7.demam; 102 derajat Fahrenheit (38.8 derajat celcius) atau lebih yang
terjadi selama 24 jam (atau bahkan lebih), atau peningkatan suhu yang lebih rendah yang terjadi
selama periode waktu yang lama; ;penurunan clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya
efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin ;
8.hipotiroid;menurunkan clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang
serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin (8).;hipotiroid;menurunkan
clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek
samping yang fatal akibat keracunan teofilin;9.penyakit hati, sirosis, hepatitis akut; mengurangi
clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek
samping yang fatal akibat keracunan teofilin;10. Pulmonary edema (acute) atau cor pulmonale,
mengurangi clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping;yang serius dan
potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin;11. Kejang memperparah kondisi yang
sedang terjadi;12. Sepsis dengan kelainan multi-organ, mngurangi clearance teofilin,
meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal
akibat keracunan teofilin
INFORMASI PASIEN
Oral:;Kegunaan obat :;Penggunaan obat: sesuai yang dianjurkan doker; dapat diminum pada saat

perut kosong atau bersama makanan. ;Bila diminum pada saat perut kosong, maka seterusnya
diminum pada saat perut kosong, bila diminum bersama makanan maka seterusnya diminum
bersama makanan. ;Bila lupa minum obat: Gunakan secepatnya pada saat ingat. Bila saat ingat,
sudah hampir waktunya untuk minum dosis berikutnya, maka tidak perlu minum dosis
sebelumnya, cukup minum dosis berikutnya. Jangan mendobel dosis. ;Penyimpanan obat
;Tanyakan pada dokter atau apoteker mengenai obat dan makanan lain yang perlu dihindari.
Konsultasikan ke dokter bila terjadi efek samping. (2);Injeksi Obat dan makanan apa yang harus
dihindari. Beritahukan pada dokter obat, makanan, vitamin atau herbal apa saja yang sedang
digunakan. Bila mengalami efek samping, beritahukan pada dokter. (2)
MEKANISME AKSI
Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara
relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway
stimuli). ;Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi
disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE
IV. ;Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas molekular yang lain.
Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan uptake Ca
melalui Adenosin-mediated Chanels.2
MONITORING
1.Perbaikan pada gejala asma,;2.Tes fungsi paru, ;3.Rentang terapeutik teofilin adalah 10 sampai
20 mcg/mL, ;4.Serum teofilin (ambil sampel darah pada waktu kadar puncak yang diharapkan);
setelah awal pemberian terapi, sebelum dosis ditingkatkan, jika tanda terjadinya toksisitas
Teofilin muncul, ;atau dengan terjadinya perubahan status penyakit atau terapi obat. (2)

TEOFILIN
NAMA GENERIK
Teofilin
NAMA KIMIA
Anhydrous theophylline 3,7-Dihydro-1,3-dimethylpurine-2,6(1H)-dione atau 1,3 dimethyl
xanthine
STRUKTUR KIMIA
C7H8N4O2
GB STRUKTUR KIMIA
235

SIFAT FISIKOKIMIA
USP 29: bersifat anhidrous atau mengandung 1 molekul air. Berupa serbuk kristal putih dan tidak
berbau. Sedikit larut dalam air, lebih larut dalam air panas, sedikit larut dalam alkohol,eter, dan
klorofrom, sangat larut dalam larutan bersifat basa hidroksida dan dalam amonia.1
SUB KELAS TERAPI
Antiasma
KELAS TERAPI
Saluran nafas, obat untuk
DOSIS PEMBERIAN OBAT
Cara pemberian:2 1.Sediaan dalam bentuk kapsul lepas lambat dapat dibuka dan dapat
dicampurkan dengan makanan yang lunak dan tidak panas, misalnya: puding, telan segera dan
jangan dikunyah. Tidak direkomendasikan untuk membagi-bagi isi kapsul.2.Jangan memecah
atau mengunyah sediaan lepas lambat.3. Untuk menjaga konsistensi kadar obat dalam darah,
sediaan lepas lambat harus selalu diminum selalu sebelum makan, atau selalu setelah makan.
Bronchial Asthma oral:4 Dosis awal yang harus diberikan untuk mencapai kadar dalam darah 10
mcg/mL adalah: a. pada pasien yang belum mendapatkan teofilin dalam 24 jam terakhir: 46mg/kg b. pada pasien yang telah mendapatkan teofilin dalam 24 jam terakhir: berikan 1/2 dari
loading dose atau 2-3 mg/kg dapat diberikan jika kadar dalam darah tidak diketahui. Setiap
pemberian 1mg/kg terjadi peningkatan kadar dalam darah sebesar 2 mcg/mL.;Bronchial Asthma
untuk 3 hari pertama, teofilin oral:4 usia < 1tahun: 0,2 mg/kg x (usia dalam minggu) + 5 usia 1-9
tahun: 16 mg/kg sampai dengan maks 400mg/24 jam usia 9-12 tahun: 16 mg/kg sampai dengan
maks 400mg/24 jam usia 12-16 tahun: 16 mg/kg sampai dengan maks 400mg/24 jam Dewasa:
400mg/24 jam. Bronchial Asthma untuk 3 hari kedua, teofilin oral:4 usia < 1tahun: 0,2 mg/kg x
(usia dalam minggu) + 5 usia 1-9 tahun: 20 mg/kg usia 9-12 tahun: 16 mg/kg sampai dengan
maks 600mg/24 jam usia 12-16 tahun: 16 mg/kg sampai dengan maks 600mg/24 jam Dewasa:
600mg/24 jam. Bronchial Asthma dosis pemeliharaan, teofilin oral:4 usia < 1tahun: 0,3 mg/kg x
(usia dalam minggu) + 8 usia 1-9 tahun: 22 mg/kg usia 9-12 tahun: 20 mg/kg sampai dengan
maks 800mg/24 jam usia 12-16 tahun: 18 mg/kg sampai dengan maks 900mg/24 jam Dewasa:
900mg/24 jam. Bronchial Asthma peningkatan dosis:4 dosis dapat ditingkatkan sekitar 25%
dengan interval waktu 2-3 hari selama dosis tersebut masih dapat ditoleransi atau sampai dosis
maksimum tercapai ;Dosis untuk pengobatan Acute Bronchospasm; dosis untuk 12 jam pertama:
4 bayi usia 6 minggu-6 bulan: 0,5 mg/kg/jam anak usia 6 bulan-1 tahun: 0,6-0,7 mg/kg/jam anak
usia 1-9 tahun: 0,95 mg/kg/jam (1,2 mg/kg/jam) anak usia 9-16 tahun dan dewasa muda perokok:
0,79 mg/kg/jam (1 mg/kg/jam) Dewasa sehat dan tidak merokok: 0,55 mg/kg/jam (0,7
mg/kg/jam) pasien yang lebih tua dan pasien dengan cor pulmonale: 0,47 mg/kg/jam (0,6
mg/kg/jam) pasien dengan gagal jantung kongestif: 0,39 mg/kg/jam (0,5 mg/kg/jam). Dosis
untuk pengobatan Acute Bronchospasm; dosis setelah 12 jam pertama:4 anak usia 1-9 tahun:
0,79 mg/kg/jam (1 mg/kg/jam) anak usia 9-16 tahun dan dewasa muda perokok: 0,63 mg/kg/jam

(0,8 mg/kg/jam) Dewasa sehat dan tidak merokok: 0,39 mg/kg/jam (0,5 mg/kg/jam) pasien yang
lebih tua dan pasien dengan cor pulmonale: 0,24 mg/kg/jam (0,3 mg/kg/jam) pasien dengan
gagal jantung kongestif: 0,08-0,16 mg/kg/jam (0,1-0,2 mg/kg/jam) ;Dosis pemeliharaan untuk
gejala akut: pemberian oral: 4 bayi prematur atau bayi baru lahir sampai dengan usia 6 minggu
(untuk apnea/bradikardia): 4mg/kg/hari bayi usia 6 minggu-6 bulan: 10 mg/kg/hari bayi 6 bulan1 tahun: 12-18 mg/kg/hari anak usia 1-9 tahun: 20-24 mg/kg/hari anak usia 9-12 tahun dan
remaja merokok atau pengguna marijuana, serta dewasa perokok: 16 mg/kg/hari remaja yang
tiak merokok: 13 mg/kg/hari dewasa yang tidak merokok: 10 mg/kg/hari (tidak boleh lebih dari
900 mg/hari) Cardiac decompensation, cor pulmonale, dan/atau liver dysfunction: 5mg/kg/hari
(tidak boleh lebih dari 400 mg/hari
FARMAKOLOGI
Absorbsi dengan rute oral dalam bentuk eliksir dan tablet terjadi dengan cepat dan sempurna.
Waktu yang dibuthkan untuk mencapai kadar puncak adalah 1-2 jam. Pemberian tablet lepas
lambat: waktu untuk mencapai kadar puncak (400mg tablet) 8,1 jam 3,7 jam (pada saat puasa)
sampai dengan 12,8 jam 4,2 jam (pada saat adanya makanan). Keberadaan makanan
memberikan sedikit pengaruh pada proses absorpsi( oral, eliksir dan tablet).2
STABILITAS PENYIMPANAN
Stabilitas: sediaan eliksir dan tablet atau kapsul lepas lambat harus disimpan dalam suhu 25oC.2
Jangan gunakan larutan jika terjadi perubahan warna atau terdapat kristal dalam larutan.4
KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas terhadap teofilin, atau kompoonen lain dalam sediaan. Memiliki riwayat alergi
terhadap jagung atau larutan yang mengandung dextrose.2
EFEK SAMPING
Efek Samping yang sering muncul: gastrointestinal: mual, muntah, neurologik: sakit kepala,
insomnia, tremor, psikiatrik: lekas marah, kegelisahan. ;Efek pada ginjal: diuresis Efek samping
yang serius: kardiovaskuler: atrial fibrilasi, tachyarrhythmia dermatologik: stevens-Johnson
syndrome. Neurologik: perdarahan intrakranial, kejang.2;Efek lain yang muncul : peningkatan
serum AST (SGOT). Reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria, pruritus, angiodema, sindrom
SIADH.3
INTERAKSI MAKANAN
Makanan tidak mempengaruhi absorbsi sediaan cair, sediaan lepas lambat. ;Namun makanan
mungkin dapat menginduksi percepatan pelepasan dari sediaan lepas lambat, sehingga dapat
menyebabkan peningkatan kadar obat dalam serum dan potensial toksisitas.4
INTERAKSI OBAT
Major: Bupropion, cimetidine, ciprofloxacin, enoxacin, erythromycin, ethinyl estradiol,

etintidine, etonogestrel, fluvoxamine, halothane, idrocilamide, imipenem, levofloxacin,


mestranol, mexiletine, norelgestromin, norethindrone, norgestrel, pefloxacin, peginterferon alfa2a, rofecoxib, thiabendazole, troleandomycin, zileuton. ;Moderate: Adenosine, adinazolam,
alprazolam, aminoglutethimide, amiodarone, azithromycin, bromazepam, brotizolam, cannabis,
carbamazepine, chlordiazepoxide, clobazam, clonazepam, clorazepate, diazepam, disulfiram,
estazolam, flunitrazepam, flurazepam, fosphenytoin, halazepam, interferon alfa-2a, ipriflavone,
isoproterenol, ketazolam, lorazepam, lormetazepam, medazepam, methotrexate, midazolam,
nilutamide, nitrazepam, oxazepam, pancuronium, pentoxifylline, phenobarbital, phenytoin,
piperine, prazepam, propafenonequazepam, rifampin, rifapentine, riluzole, ritonavir,
secobarbital, tacrine, tacrolimus, telithromycin, temazepam, ticlopidine, triazolam, viloxazine,
zafirlucast.2;Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar Teofilin: Propanolol, Allopurinol
(>600mg/day), Erythromycin, Cimetidin, Troleandomycin, Ciprofloxacin (golongan Quinolon
yang lain), kontrasepsi oral, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker, Kortikosteroid, Disulfiram,
Efedrin, Vaksin Influenza, Interferon, Makrolida, Mexiletine, Thiabendazole, Hormon Thyroid,
Carbamazepine, Isoniazid, Loop diuretics. Oabt lain yang dapat menghambat Cytochrome P450
1A2, seperti: Amiodaron, Fluxosamine, Ketoconazole, Antibiotik Quinolon, dapat meningkatkan
kadar Theofilin.4;Obat-obat yang dapat menurunkan kadar Teofilin: Phenytoin, obat-obat yang
dapat menginduksi CYP 1A2 (seperti: Aminoglutethimide, Phenobarbital, Carbamazepine,
Rifampin), Ritonavir, IV Isoproterenol, Barbiturate, Hydantoin, Ketoconazole, Sulfinpyrazone,
Isoniazid, Loop Diuretic, Sympathomimetics.4
PENGARUH ANAK
Tidak ada data
PENGARUH HASIL LAB
Teofilin menyebabkan reaksi positif palsu terhadap peningkatan kadar asam urat apabila diukur
dengan menggunakan metode Bittner atau Colorimetric tetapi tidak demikian halnya apabila
diukur dengan menggunakan metode Uricase. ;Penelitian in vitro yang telah dilakukan dengan
metode pengukuran menggunakan spektrofotometri menunjukkan peningkatan palsu kadar
teofilin dalam darah akibat pengaruh penggunaan furosemide, sulfathiazole, fenilbutazon,
probenesid, theobromin, kafein, coklat, dan asetaminofen. Tidak demikian halnya apabila metode
pengukuran yang digunakan adalah HPLC.3
PENGARUH KEHAMILAN
Faktor risiko C.4
PENGARUH MENYUSUI
Berdasarkan WHO dan American Academy of Pediatrics Rating: kompatibel dengan ibu
meyusui.Sedangkan berdasarkan Thomson Lactation Rating: risiko pada bayi minimum.2

PARAMETER MONITORING
1. Penurunan gejala asma 2. Test fungsi paru 3. Serum Teofilin (rentang normal: 10-20
mcg/mL).2
BENTUK SEDIAAN
Tablet, eliksir, tablet lepas lambat. 5
PERINGATAN
1.usia: neonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun, usia lanjut (lebih dari 60
tahun) mengalami penurunan clearance; risiko terjadinya "fatal theophylline toxicity"
meningkat.2 2.active peptic ulcer; memperparah ulcer.2 3.cardiac arrhythmias (tidak termasuk
bradiaritmia);memperparah keadaan. 4.penggunaan obat lain yang menghambat atau
mempengaruhi metabolisme teofilin ; meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius
dan potensi efek samping yang fatal. 5.congestive heart failure; mengurangi clearance teofilin,
meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal
akibat keracunan teofilin.6.peningkatan dosis harus didasarkan pada kadar puncak theophyllin
pada saat steady state. 7.demam; 102 derajat Fahrenheit (38.8 derajat celcius) atau lebih yang
terjadi selama 24 jam (atau bahkan lebih), atau peningkatan suhu yang lebih rendah yang terjadi
selama periode waktu yang lama; penurunan clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya
efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin.
8.hipotiroid;menurunkan clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang
serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin. 9.penyakit hati, sirosis,
hepatitis akut; mengurangi clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang
serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin.10.pulmonary edema (acute)
atau cor pulmonale; mengurangi clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping
yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin. 11.kejang;
memperparah kondisi yang sedang terjadi . 12.sepsis dengan kelainan multi-organ; mengurangi
clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek
samping yang fatal akibat keracunan teofilin. 13.shock; mengurangi clearance teofilin,
meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal
akibat keracunan teofilin.14.Penghentian merokok; mengurangi clearance teofilin, meningkatkan
risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan
teofilin. Catatan : merokok (cigarettes, marijuana) dapat menurunkan serum teofilin4; oleh
karena itu dengan penghentian merokok, serum teofilin dapat meningkat.. 15. bayi kurang dari 3
bulan dengan penurunan fungsi ginjal menyebabkan berkurangnya clearance teofilin dan
meningkatkan risiko toksisitas teofilin yang parah. 16. keracunan yang parah tidak selalu harus
didahului munculnya efek samping ringan atau sedang
KASUS TEMUAN
Teofilin kontraindikasi pada pasien yang memiliki alergi terhadap teofilin atau kafein atau
teobromin.3

INFORMASI PASIEN
Oral: Kegunaan obat Penggunaan obat: sesuai yang dianjurkan doker; dapat diminum pada saat
perut kosong atau bersama makanan. Bila diminum pada saat perut kosong, maka seterusnya
diminum pada saat perut kosong, bila diminum bersama makanan maka seterusnya diminum
bersama makanan. Bila lupa minum obat: Gunakan secepatnya pada saat ingat. ;Bila saat ingat,
sudah hampir waktunya untuk minum dosis berikutnya, maka tidak perlu minum dosis
sebelumnya, cukup minum dosis berikutnya. Jangan mendobel dosis. Penyimpanan obat
Tanyakan pada dokter atau apoteker mengenai obat dan makanan lain yang perlu dihindari.
Konsultasikan ke dokter bila terjadi efek samping.2 ;Injeksi Obat dan makanan apa yang harus
dihindari. Beritahukan pada dokter obat, makanan, vitamin atau herbal apa saja yang sedang
digunakan. Bila mengalami efek samping, beritahukan pada dokter.2;Segera laporkan kepada
dokter/apoteker apabila mengalami tanda dan gejala toksisitas teofilin, seperti: muntah, aritmia,
kejang. Jangan menghentikan atau merubah dosis yang telah diberikan tanpa sepengaetahuan
dokter.2
MEKANISME AKSI
Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara
relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway
stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi
disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE
IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas molekular yang lain.
Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan uptake Ca
melalui Adenosin-mediated Chanels.2
MONITORING
1.Perbaikan pada gejala asma, 2.Tes fungsi paru, 3.Rentang terapeutik teofilin adalah 4.Serum
teofilin (ambil sampel darah pada waktu kadar puncak yang diharapkan); setelah awal pemberian
terapi, sebelum dosis ditingkatkan, jika tanda terjadinya toksisitas Teofilin muncul, atau dengan
terjadinya perubahan status penyakit atau terapi obat.2 10 sampai 20 mcg/mL,
FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)
Teofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek antara lain
merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama
bronkus

TERBUTALIN SULFAT
NAMA GENERIK
Terbutalin Sulfat

NAMA KIMIA
2-tert-Butylamino-1-(3.5-dihydrophenyl)ethanol sulfate. (4)
STRUKTUR KIMIA
(C12H19NO3)2. H2SO4
SIFAT FISIKOKIMIA
Serbuk kristal warna putih sampai putih abu-abu, tidak berbau atau sedikit berbau seperti asam
asetat. (4,6);Mudah larut dalam air, larut dalam HCl 0,1 N, sedikit larut dalam alkohol, tidak
larut dalam kloroform. (4,6);Injeksi terbutalin sulfat : non pirogen, larutan dalam air, NaCl
digunakan untuk adjust tonisitas (3-5). HCl juga dapat digunakan untuk adjust pH sampai pH 4.
(6)
SUB KELAS TERAPI
Obat Untuk Saluran Napas
FARMAKOLOGI
Absorpsi (2,4,5,6) : 33-50% dosis oral diabsorpsi di saluran cerna. Obat diabsorpsi dengan baik
setelah pemberian subkutan. ;Bioavailabilitas (tablet) 103% terhadap larutan. OOA: oral 30-45
menit; inhalasi 5 menit; subkutan 6-15 menit. tmax ? oral : larutan = 1,5 jam (0,5-3 jam), tablet=
2 jam (1-3 jam), subkutan 0,25 mg = 20 menit, 0,5 mg = 0,5 jam (0,08-1 jam). ;DOA : oral
sampai 8 jam, efek maksimum dicapai 2-3 jam; inhalasi 3-4 jam.;Distribusi (6) : konsentrasi
yang terdistribusi ke dalam ASI kurang lebih sama dengan konsentrasi dalam plasma, tetapi
diperkirakan yang terdistribusi ke dalam ASI kurang dari 1% dosis.;Metabolisme (2,6):
dimetabolisme sebagian di hati, terutama dalam bentuk konjugat sulfat.
STABILITAS PENYIMPANAN
Simpan di suhu kamar (15-30C), terlindung dari panas, cahaya, dingin, dalam wadah tertutup
rapat. (4,5,6);Jangan digunakan bila larutan berubah warna. (6);Daluwarsa injeksi : 2 tahun,
tablet : 3 tahun dari tanggal produksi. (6)
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap terbutalin / simpatomimetik amin. (2);Cardiac arrhythmias yang
berhubungan dengan takikardi. (5)
EFEK SAMPING
Tremor (terutama di tangan), sakit kepala, otot kaku, palpitasi, takikardi, aritmia, gangguan tidur
dan perilaku pada anak. (1,2,4,6);Paradoxical bronchospasm, urtikaria, dan angioderma pernah
dilaporkan. Hipokalemia terutama pada dosis tinggi. (1)

INTERAKSI OBAT
Toksisitas meningkat dengan MAO inhibitor, antidepresan trisiklik. (5,6);Efek menurun dengan
beta bloker. (5);Risiko hipokalemia meningkat dengan kortikosteroid, diuretik, xantin. (4);Obatobat simpatomimetik yang lain kemungkinan akan meningkatkan efek samping pada
kardiovaskular. (6);Kombinasi dengan teofilin berpotensi menimbulkan aritmia jantung. (6)
PENGARUH ANAK
Dapat digunakan sebagai alternatif terapi dari epinephrine pada serangan asma akut.
(6);Produsen tidak merekomendasikan untuk digunakan pada anak-anak di bawah 12 tahun. (6)
PENGARUH KEHAMILAN
Kategori B.2,5;Efek samping yang serius seperti hipokalemia sesaat, peningkatan laju jantung,
aritmia jantung, iskemik otot jantung, edema paru, hipoglikemi, hiperglikemi sesaat, terjadi pada
wanita hamil yang mendapat terbutalin sulfat. ;Juga dilaporkan terjadinya hipoglikemi dan
peningkatan laju jantung pada neonatus. (6)
PENGARUH MENYUSUI
Jumlah yang dieksresi melalui ASI sangat sedikit, tetapi meskipun demikian penggunaan pada
ibu menyusui harus hati-hati dan hanya jika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada
risikonya pada bayi. (1,6)
PARAMETER MONITORING
Serum potassium (4,5), glukosa, laju jantung, tekanan darah, laju pernafasan, FEV1, peak flow.
(5)
BENTUK SEDIAAN
Tablet 2,5 mg;Sirup 1,5 mg/5 ml, Ampul 0,5 mg/ml;Canister 0,25 mg/Semprot, Aerosol 0,25
mg/Semprot, Respules 2,5 mg/ml, Turbuhaler 0,25 mg, 0,5 mg. (3)
PERINGATAN
Penyakit kardiovaskular, konvulsi, diabetes melitus, hipertensi, hipertiroid, hipokalemia. (2,6)
INFORMASI PASIEN
Informasikan kepada pasien tentang cara penggunaan, pembersihan / perawatan dan
penyimpanan inhaler. Kocok inhaler setiap kali sebelum dipakai. Hindari semprotan ke dalam
mata. ;Lakukan test semprotan ke udara pertama kali sebelum digunakan atau jika tidak
digunakan dalam waktu yang lama. Kumur mulut dengan air setelah inhalasi.2;Diberitahukan
kepada pasien untuk segera menghubungi dokter bila dijumpai efek-efek samping atau kondisi
bertambah parah. (2)

MEKANISME AKSI
Terbutalin menstimulasi reseptor beta adrenergik di sistem saraf simpatetik sehingga
menyebabkan relaksasi smooth muscle di bronchial tree dan peripheral vasculature. Efek pada
reseptor alfa adrenergik sedikit atau tidak ada. (6)
MONITORING
Perbaikan gejala;Cara / teknik penggunaan inhaler.;Efek samping yang terjadi.

IPATROPIUM BROMIDA
NAMA GENERIK
Ipatropium Bromida
NAMA KIMIA
(IR,3r,5S,8r)-8-Isopropyl-3-[()-tropoloxy]tropanium bromide monohydrate. (4)
STRUKTUR KIMIA
C20H30BrNO3.H2O
SIFAT FISIKOKIMIA
Serbuk kristal warna putih atau hampir putih. (4);Larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol,
sangat mudah larut dalam metanol. (4);pH larutan 1% dalam air = 5.0 - 7.5. (4,6)
SUB KELAS TERAPI
Obat Untuk Saluran Napas
FARMAKOLOGI
Absorpsi : setelah oral inhalasi, hanya sedikit yang diabsorpsi dari permukaan paru atau saluran
cerna ke dalam sirkulasi sistemik. (2,6);Bioavailabilitas (oral inhalation) sekitar 2-7%. OOA 1-3
menit, DOA = 4 jam, efek maksimum 1,5-2 jam. (5,6);Distribusi (2,6) : 0-9% terikat dengan
albumin plasma dan a1-acid glycoprotein secara in vitro.;Metabolisme (2) : sebagian
dimetabolisme melalui hidrolisis ester;Ekskresi (2) : feses, ginjal (dewasa 3.7-5.6% dalam
bentuk tidak berubah, anak 6-18 th 8.6-11.1% dalam bentuk tidak berubah. Waktu paruh
eliminasi 1.6 jam
STABILITAS PENYIMPANAN
Disimpan pada suhu 15-30C, hindari paparan dengan kelembaban yang tingi
(5,6);Terlindung dari panas/api (6);Jika disimpan sesuai petunjuk, inhaler akan stabil selama 18
bulan dari tanggal pembuatan (6)
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap ipratropium. (2,5,6);Hipersensitif terhadap soya lecithin (aerosol). (2,5,6)

EFEK SAMPING
Mulut kering, mual, konstipasi, sakit kepala, takikardi, fibrilasi atrial. (1)
INTERAKSI MAKANAN
Beberapa bentuk sediaan mengandung soya lecithin. Jangan diberikan pada pasien yang alergi
terhadap soya lecithin / kedelai / kacang. (5,6);Betelnut kemungkinan dapat menurunkan efek
antikolinergik Ipratropium. (2)
INTERAKSI OBAT
Antimuskarinik : harus diperhatikan bila digunakan bersamaan karena berpotensi untuk
terjadinya interaksi. (6);Kombinasi albuterol dan inhaler ipratropium harus diperhatikan bila
digunakan bersamaan dengan obat golongan beta adrenergik yang lain karena meningkatkan
risiko efek samping pada kardiovaskular. (6);Secara teori, interaksi dengan alkaloid belladonna :
meningkatkan efek antikolinergik; dengan Cisaprid : menghilangkan / menurunkan efikasi
Cisaprid. (2)
PENGARUH ANAK
Keamanan dan efektivias inhalasi pada anak-anak di bawah 12 tahun belum dibuktikan (6)
PENGARUH KEHAMILAN
Kategori B. (1,2,5);Tidak diketahui berbahaya. (1);Efek teratogenik tidak diamati di studi pada
hewan. (5)
PENGARUH MENYUSUI
Jumlah yang dieksresi melalui ASI sangat sedikit. (1);Penggunaan pada ibu menyusui harus
diperhatikan. (6)
BENTUK SEDIAAN
Inhaler 20 mcg/Semprot. (3);Inhalation Solution 250 mcg/ml (3)
PERINGATAN
Bledder-neck obstruction, narrow-angle glaucoma, hipertrofi prostat (Benign Prostatic
Hyperplasia), myasthenia gravis (2,5);Tidak diindikasikan untuk terapi awal bronkospasma akut
(5)
INFORMASI PASIEN
Disarankan pada pasien untuk menggunakan obat secara konsisten selama periode terapi untuk
mendapatkan manfaat terapi yang maksimal. (6);Diberitahukan kepada pasien bahwa obat ini
tidak memberikan perbaikan gejala simptomatik dengan segera / cepat dan sebaiknya tidak
digunakan pada kondisi bronkospasme akut. (6);Informasikan kepada pasien tentang cara
penggunaan, pembersihan / perawatan dan penyimpanan inhaler. Kocok inhaler setiap kali

sebelum dipakai. Hindari semprotan ke dalam mata. ;Lakukan test semprotan ke udara pertama
kali sebelum digunakan atau jika tidak digunakan dalam waktu yang lama. Kumur mulut dengan
air setelah inhalasi. (2);Jika ada dosis yang lupa / terlewatkan dan hampir mendekati waktu untuk
dosis berikutnya, lewatkan dosis yang terlupakan tadi dan gunakan dosis berikutnya.
(2);Diberitahukan kpd pasien utk segera menghubungi dokter bila dijumpai efek samping atau
kondisi bertambah parah. (2)
MEKANISME AKSI
Ipratropium bromida adalah antagonis kolinergik asetilkolin pada reseptor kolinergik, yang
memblok asetilkolin di saraf parasimpatetik otot bronkus, menyebabkan stimulasi guanyl cyclase
dan menekan peningkatan cGMP ;(mediator bronkokonstriksi), sehingga menimbulkan
bronkodilatasi. (2,5,6);Aktivitas antimuskarinik pada otot bronkus lebih besar dibandingkan pada
kelenjar sekret. (6)
MONITORING
Teknik penggunaan inhaler yang tepat. (2);Pengurangan gejala asma (inhalasi). (2)

METIL PREDNISOLON
NAMA GENERIK
Metil Prednisolon
NAMA KIMIA
21-(acetyloxy)-11,17-dihydroxy-6-methyl-, (6(alpha), 11(beta))pregna-1,4-diene-3,20-dione
GB STRUKTUR KIMIA
111
SIFAT FISIKOKIMIA
Metilprednisolon asetat merupakan serbuk kristalin berwarna putih, tidak berbau, meleleh pada
215 dengan sedikit penguraian. ;Larut dalam dioksan, sedikit larut dalam aseton, etanol,
metanol, kloroform, dan sedikit sekali larut dalam eter. ;Metilprednisolon praktis tidak larut
dalam air. BM 416,51
SUB KELAS TERAPI
Hormon, Obat Endokrin Lain dan Kontraseptik
FARMAKOLOGI
Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison),
umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy) dalam kondisi defisiensi
adrenokortikal. ;Sedangkan analog sintetiknya (prednison, metilprednisolon) terutama digunakan
karena efek immunosupresan dan anti radangnya yang kuat.;Glukokortikoid menyebabkan

berbagai efek metabolik. Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor
spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ sasaran, membentuk
kompleks hormon-reseptor. ;Kompleks hormon-reseptor ini kemudian akan memasuki nukleus
dan menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis protein
tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ sasaran, sehingga diperoleh,;
misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid, meningkatnya
reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif , dan efek anti
radang.
STABILITAS PENYIMPANAN
Tablet dan serbuk untuk injeksi disimpan pada suhu 15 - 30C;Cairan/suspensi untuk injeksi
disimpan pada suhu lebih rendah
KONTRA INDIKASI
Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat
lainnya.
EFEK SAMPING
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :;- Retensi cairan tubuh;- Retensi natrium;Kehilangan kalium;- Alkalosis hipokalemia;- Gangguan jantung kongestif;Hipertensi;Gangguan Muskuloskeletal :;- Lemah otot;- Miopati steroid;- Hilangnya masa otot;Osteoporosis;- Putus tendon, terutama tendon Achilles;- Fraktur vertebral;- Nekrosis aseptik
pada ujung tulang paha dan tungkai;- Fraktur patologis dari tulang panjang;Gangguan
Pencernaan : ;- Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan perdarahan;Borok esophagus (Ulcerative esophagitis);- Pankreatitis;- Kembung;Peningkatan SGPT
(glutamate piruvat transaminase serum), SGOT (glutamate oksaloasetat transaminase serum),
dan enzim fosfatase alkalin serum. Umumnya tidak tinggi dan bersifat reversibel, akan turun
kembali jika terapi dihentikan. ;Gangguan Dermatologis :;- Gangguan penyembuhan luka;- Kulit
menjadi tipis dan rapuh;- Petechiae dan ecchymoses;- Erythema pada wajah;- Keringat
berlebihan;Gangguan Metabolisme :;- Kesetimbangan nitrogen negatif, yang disebabkan oleh
katabolisme protein;Gangguan Neurologis :;- Tekanan intrakranial meningkat disertai
papilledema (pseudo-tumor cerebri), biasanya setelah terapi;- Konvulsi;- Vertigo;- Sakit
kepala;Gangguan Endokrin : ;- Menstruasi tak teratur;- Cushingoid;- Menurunnya respons
kelenjar hipofisis dan adrenal, terutama pada saat stress, misalnya pada trauma, pembedahan atau
Sakit;- Hambatan pertumbuhan pada anak-anak;- Menurunnya toleransi karbohidrat;Manifestasi diabetes mellitus laten;- Perlunya peningkatan dosis insulin atau OHO (Obat
Hipoglikemik Oral) pada pasien yang sedang dalam terapi diabetes mellitus;- Katarak
subkapsular posterior;- Tekanan intraokular meningkat;- Glaukoma;- Exophthalmos;Lainlain :;Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi anafilaktik atau hipersensitivitas

INTERAKSI OBAT
Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin
dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan
bersama-sama obat-obat tersebut, maka dosis ;kortikosteroid harus ditingkatkan untuk
mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan.;Obat-obat seperti troleandomisin and
ketokonazol dapat menghambat metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan
klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan, maka dosis
kortikosteroid ;harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid.;Kortikosteroid dapat
meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan secara kronis. Hal ini dapat
menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan
meningkatkan risiko toksisitas salisilat. ;Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila
diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia.
;Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan
adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan
apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid. ;Oleh sebab itu indeks koagulasi harus
selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.
PENGARUH ANAK
Dapat terjadi penghambatan pertumbuhan yang tak dapat pulih kembali, oleh sebab itu tidak
boleh diberikan jangka panjang.
PENGARUH KEHAMILAN
Faktor risiko kehamilan FDA : Kategori C
BENTUK SEDIAAN
Tablet, Kaptab, Serbuk injeksi, Cairan Injeksi
PERINGATAN
Penyuntikan dosis besar intra vena secara cepat dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskular.;Pasien yang sedang dalam terapi imunosupresan sangat rentan terhadap infeksi,
antara lain infeksi oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain. Oleh sebab itu harus benarbenar dijaga agar terhindar dari sumber infeksi.;Kortikosteroid dapat menutupi gejala-gejala
infeksi atau penyakit lain, dan infeksi baru dapat saja terjadi dalam periode penggunaannya.
;Terapi kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior,
glaucoma, yang juga dapat merusak syaraf penglihatan, dan dapat memperkuat infeksi mata
sekunder yang disebabkan oleh virus ataupun jamur. ;Pemberian vaksin hidup atau vaksin hidup
yang dilemahkan, merupakan kontraindikasi untuk pasien yang sedang mendapat terapi
kortikosteroid dosis imunosupresan.;Vaksin yang dibunuh atau dinonaktifkan dapat saja
diberikan, tetapi responnya biasanya tidak memuaskan;Pemberian kortikosteroid pada pasien
hipotiroidism ataupun sirosis biasanya menunjukkan efek kortikosteroid yang lebih

kuat;Kortikosteroid harus diberikan secara sangat berhati-hati pada pasien dengan herpes
simpleks okular karena risiko terjadinya perforasi kornea
INFORMASI PASIEN
Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus menghindari
sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak berjalan baik. Apabila mendapat
infeksi, harus segera mendapat pertolongan medis tanpa tunda.
MEKANISME AKSI
Menekan sistem imun, anti radang.

DEKSAMETASON
NAMA GENERIK
Deksametason
NAMA KIMIA
Dexamethasone
STRUKTUR KIMIA
C22H29FO5
KETERANGAN
Deksametason dan derivatnya, deksametason sodium fosfat dan deksametason asetat, merupakan
glukokortikoid sintetik yang digunakan sebagai anti-inflamasi atau imunosupresan. ;Sebagai
glukokortikoid, deksametason 20-30 kali lebih poten dibanding hidrokortison dan 5-7 kali lebih
poten dibanding prednison.
SIFAT FISIKOKIMIA
Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan
dalam metanol; sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter.
SUB KELAS TERAPI
Antialergi
FARMAKOLOGI
Pemberian oral : absorpsi cepat, efek puncak tercapai dalam 1-2 jam. Onset dan durasi bentuk
injeksi berkisar 2 hari-3 minggu, tergantung cara pemberian (IA atau IM dan tergantung luasnya
suplai darah pada tempat tersebut. ;Mengalami metabolisme di hati menjadi bentuk inaktif.
Waktu paruh eliminasi pada fungsi ginjal normal adalah 1,8-3,5 jam. Ekskresi: dikeluarkan
melalui urin dan feses

STABILITAS PENYIMPANAN
Larutan Injeksi : Simpan dalam temperatur ruang; hindari dari cahaya dan penyimpanan beku.
Stabilitas injeksi setelah dicampur pelarut adalah 24 jam pada suhu 25C, sedang dalam
refrigrator (4C) : 2 hari. ;Injeksi dapat diencerkan dalam 50-100 mL NS atau D5W.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap deksametason atau komponen lain dalam formulasi; infeksi jamur
sistemik, cerebral malaria; jamur, atau penggunaan pada mata dengan infeksi virus (active ocular
herpes simplex). ;Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperparah sindroma Cushing.
Pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang atau absorpsi sistemik dari preparat topikal
dapat menekan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) dan ;atau manifestasi sindroma Cushing
pada beberapa pasien. Namun risiko penekanan HPA pada penggunaan deksametason topikal
sangat rendah. Insufisiensi adrenal akut dan kematian dapat terjadi apabila pengobatan sistemik
dihentikan mendadak.
EFEK SAMPING
Kardiovaskuler : Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, CHF, kolaps sirkulasi,
edema, hipertens, ruptur miokardial (post-MI), syncope, tromboembolisme, vasculitis. ;Susunan
saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan tekanan
intracranial, insomnia, malaise, neuritis, pseudotumor cerebri, perubahan psikis, kejang,
vertigo. ;Dermatologis : Akne, dermatitis alergi, alopecia, angioedema, kulit kering, erythema,
kulit pecah-pecah, hirsutism, hiper-/hipopigmentasi, hypertrichosis, perianal pruritus (pemberian
IV), ;petechiae, rash, atrofi kulit, striae, urticaria, luka lama sembuh.
INTERAKSI MAKANAN
Makanan : Deksametason akan berinterferensi dengan kalsium. Batasi minum kopi.
INTERAKSI OBAT
Substrat CYP3A4 (minor) : Induktor CYP2A6 (lemah), 2B6 (lemah), 2C8 (lemah), 2C9 (lemah),
3A4 (lemah). ;Aminoglutethimide : Dapat menurunkan kadar/efek deksametason, melalui
induksi enzim mikrosomal. ;Antasida : Meningkatkan absorpsi kortikosteroid, selang waktu
pemberian 2 jam. ;Antikolinesterase : Pemberian bersama akan menimbulkan rasa lemah pada
penderita myasthenia gravis. ;Anti jamur Azole : Dapat meningkatkan kadar kortikosteroid.
;Barbiturat : Akan menurunkan kadar/efek deksametason. ;Penghambat saluran kalsium
(nondihidropiridin) : Kemungkinan meningkatkan kadar kortikosteroid. ;Siklosporin :
Kortikosteroid dapat meningkatkan kadar siklosporin dan sebaliknya, siklosporin dapat
meningkatkan kadar kortikosteroid. ;Estrogen : Kemungkinan meningkatkan kadar
kortikosteroid. ;Fluorokuinolon : Penggunaan bersamaan akan meningkatkan risiko ruptur
tendon, terutama pada usia lanjut. ;Isoniazid : Konsentrasi isoniazid akan turun. ;Antibiotika
makrolida : Kemungkinan meningkatkan kadar/efek deksametason. ;Penghambat
neuromuskuler : Pemberian bersama akan meningkatkan risiko miopati. ;Antiinflamasi non

steroid : Hati-hati karena meningkatkan efek samping pada saluran pencernaan. ;Rifampisin :
Menurunkan kadar/efek deksametason. ;Vaksin (mati) : Deksametason menurunkan efek vaksin.
Pada pasien dengan terapi kortikosteroid > 14 hari, tunggu setidaknya 1 bulan sebelum diberikan
imunisasi. ;Vaksin hidup : Deksametason meningkatkan risiko infeksi. Penggunaan vaksin hidup
kontraindikasi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah.
PENGARUH ANAK
Terapi kortikosteroid kronik pada anak-anak dapat berinterferensi dengan pertumbuhan dan
perkembangan. ;Pada penggunaan topikal yang luas, dapat menyebabkan toksisitas berupa
penekanan Hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA), sindroma Cushing, dan peningkatan tekanan
intracranial.
PENGARUH HASIL LAB
Penggunaan jangka panjang menyebabkan gangguan elektrolit (hipernatremia, hipokalemia,
hipokalsemia) dan hiperglikemia
PENGARUH KEHAMILAN
Deksametason diklasifikasikan dalam kategori C. ;Komplikasi, termasuk cleft palate, bayi lahir
mati, dan aborsi prematur, pernah dilaporkan pada wanita hamil dengan pengobatan
kortikosteroid sistemik. ;Anak yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat terapi obat ini semasa
hamil harus dilakukan pemantauan tanda-tanda insufisiensi adrenal. ;Kortikosteroid topikal tidak
boleh digunakan dalam jumlah besar, pada daerah yang luas dan jangka waktu lama pada ibu
hamil.
PENGARUH MENYUSUI
Kortikosteroid terdistribusi dalam ASI; oleh karena itu ibu-ibu menyusui yang mendapat
kortikosteroid sistemik disarankan untuk sementara tidak menyusui lebih dulu.
PARAMETER MONITORING
Kalium, Natrium, Kalsium, Glukosa darah
BENTUK SEDIAAN
Tablet & Injeksi
PERINGATAN
Gunakan hati-hati pada pasien hipotiroid, sirosis, hipertensi, gagal jantung atau gangguan
tromboemboli, pasien diabetes, glaukoma, katarak, TBC atau pasien berisiko osteoporosis. ;Hatihati pada pasien dengan gangguan pencernaan (divertikulitis, ulkus peptik, kolitis ulseratif)
karena potensial terjadi perforasi. Hati-hati digunakan pada infark miokard akut (kortikosteroid
dikaitkan dengan ruptur miokard). ;Gunakan hati-hati pada penurunan fungsi ginjal dan hati.

Karena risiko efek samping pada usila, gunakan kortikosteroid dengan dosis sekecil mungkin
dan periode sesingkat mungkin.
INFORMASI PASIEN
Jangan menggunakan obat lain tanpa sepengetahuan dokter. Minum obat sesuai anjuran, jangan
menambah dosis atau menghentikan obat secara mendadak tanpa konsultasi dengan dokter.
;Oral: Minum sewaktu atau sesudah makan. Hindari alkohol dan batasi minum kopi atau obatobat stimulan. Dokter mungkin akan menyarankan untuk minum lebih banyak vitamin, mineral
atau besi. ;Apabila anda penyandang diabetes, pantau kadar glukosa (mungkin perlu
penyesuaian/penambahan dosis). Anda akan lebih mudah terkena infeksi dan pada beberapa
orang dapat mengalami lambung perih (makan sedikit namun sering dan jaga kebersihan
mulut). ;Laporkan pada dokter bila mengalami gangguan tidur, tanda-tanda infeksi (mis. luka
tidak sembuh-sembuh), peningkatan berat badan yang drastis dan sakit perut berkepanjangan.
Hamil/menyusui: informasikan pada dokter.
MEKANISME AKSI
Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator
inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon imun.
MONITORING
Kadar glukosa darah, kadar kalium dan PFTs
Adrenalin

2.3.1. Pengertian

Adrenalin (epinefrin) yang merupakan zat adrenergikini dengan efek alfa + beta adalah
Bronkchodilata terkuat dengan kerja cepat tetapi singkat yang digunakan untuk serangan asma
yang hebat. Seringkali senyawa ini dikombinasikan dengan tranguillizer peroral guna melawan
r4asa takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral, adrenalin tidak aktif.
Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak
tubuh kita. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti

suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi
detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan.

2..3.2. Mekanisme Adrenalin

Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteriel dan
memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan
berakhir dalam waktu pendek. Betabloker akan selalu juga menghambat frekuensi dan konduksi
jantung pada dosis terapi dan morfin juga selalu akan mengurangi rasa sakit dan menghambat
pernapasan dalam dosis lebih besar. Semua reaksi ini merupakan dose-dependent reactions yang
nyata. Dengan demikian banyak obat lain bisa kita golongkan kedalamnya seperti kontaseptif
oral, insulin, dsb. Obat sejenis ini termasuk daftar Obat Esensial.

2.3.3. Mekanisme Kombinasi Adrenalin + adrenalin

Penambahan adrenalin akan memperpanjang bwaktu paruh obat sehingga midriasis pada
mata berlangsung lama.

2.3.4. Efek samping

Efek samping berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala) dan terhadap jantung
(palpasi,aritmia), terutama pada dosis lebih tinggi. Timbul hiperglikemia, karena efek anti
diabetika oral diperlemah.

1. Pembuluh darah
Tonus otot polos vascular diatur oleh adrenoreseptor; oleh karena itu, katelokamin
menjadi penting dalam mengatur tahanan vaskuler perifer dan kapasitas vena.. pembuluh
darah kulit dan daerah splanknikus didominasi oleh reseptor alfa dan akan berkontraksi
bila ada adrenalin.
2. Jantung
Efek langsung pada jantung ditentukan terutama oleh reseptor beta. Reseptor beta
meningkatkan kalsium kedalam sel otot jantung, dengan segala akibat perubahan listrik
dan mekaniknya.

3. Tekanan darah
Efek obat simpatomimetik terhadap tekanan darah dapat diuraikan berdasarkan efeknya
terhadap jantung, tahanan vaskuler perifer, dan aliran balik vena.
4. Mata
Otot dilator pupil radialis iris mengandung reseptor alfa; oleh karena itu aktivitas dengan
obat seperti adrenalin akan menyebabkan meridiasis. Pacu alfa dan beta berefek penting
pada tekanan dalam bola mata.

2.4. Percobaan
2.4.1. Alat dan Bahan

Kelinci/ rabbit : jantan/ betina yang berwarna putih

Larutan 1,5% Atropin

Larutan 0,5% adrenalin HCl

Pipet tetes

Pupilometer

Lampu senter

Kapas

Jam

2.4.2. Pelaksanaan

Sebelum percobaan dilakukan, maka diobservasi terlebih dahulu oculi dextra/ sinistra kelinci dan
interval waktu tertentu tentang hal-hal :

Diameter pupil (dalam mm) jarak horizontal kedua pinggir paling lateral pupil

Besar bola mata : normal, exopthalmus, enaphalimus

Reflek ancaman (reflek kornea)

Reflek cahaya

Sekresi kelenjar air mata

Konsistensi bola mata

Kelainan gerakan bola mata

Kelainan palpebra

2.4.3. Pengamatan

Tetesi mata kanan kelinci dengan 3 tetes larutan atropine dan mata kiri dengan larutan
adrenalin (dilakukan pada waktu yang bersamaan) perhatikan efeknya.
Sepuluh menit kemudian teteskan pada mata kanan 3 tetes larutan adrenalin dan mata kiri 3
tetes larutan adrenalin, perhatikan efeknya. Catatlah hasil pengamatan pada kertas lampiran dari
hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan tentang efek kombinasi atropine dan adrenalin.
Cara Kerja Adrenalin

Adrenalin bekerja dengan mengurangi bronchospasme atau konstriksi otot-otot yang


mengelilingi saluran udara paru-paru.
Mengurangi bronchospasme berarti akan membuat saluran udara tetap terbuka sehingga
memungkinkan aliran udara berjalan lebih baik.
Adrenalin paling sering diberikan sebagai suntikan, tetapi juga tersedia sebagai obat inhalasi.
Efek Samping

Adrenalin bersifat non-spesifik, yang berarti juga menimbulkan dampak di luar sistem tubuh
yang sedang dirawat.
Selain untuk mengurangi bronchospasme, adrenalin juga bisa menyebabkan stimulasi jantung
dan tremor.
Reaksi Cepat

Adrenalin bereaksi sangat cepat, sehingga ideal digunakan untuk situasi darurat seperti ketika
terjadi anafilaksis parah.
Obat asma umumnya membutuhkan resep dari dokter. Namun, Anda bisa menemukan adrenalin
inhaler di apotek atau toko obat tanpa resep dokter.
Darurat Ketersediaan

Adrenalin biasanya tersedia di bagian gawat darurat dan ambulan untuk menangani kasus darurat
asma atau ketika terjadi anafilaksis.[]
Klasifikasi Asma Berdasarkan Etiologi
(1) Asma Bronkiale Tipe Atopik (Ekstrinsik)

Asma timbul karena seseorang yang atopi akibat pemaparan alergen.


Alergen yang masuk tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran
pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja
sebagai antigen presenting cells (APC). Setelah alergen diproses dalam sel
APC, kemudian oleh sel tersebut, alergen dipresentasikan ke sel Th. Sel APC
melalui penglepasan interleukin I (II-1) mengaktifkan sel Th. Melalui
penglepasan Interleukin 2 (II-2) oleh sel Th yang diaktifkan, kepada sel B
diberikan signal untuk berproliferasi menjadi sel plasthma dan membentuk
IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh
karena kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE.
Sel eosinofil, makrofag dan trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi
dengan afinitas yang lemah. Orang yang sudah memiliki sel-sel mastosit dan
basofil dengan IgE pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan gejala.
Orang tersebut sudah dianggap desentisisasi atau baru menjadi rentan
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang
sudah ada pada permukaan mastofit dan basofil. Ikatan tersebut akan
menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi perubahan dalam sel
yang menurunkan kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel.
Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah
mediator yang sudah terkandung dalam granul-granul (preformed) di dalam
sitoplasma yang mempunyai sifat biologik, yaitu histamin, Eosinophil
Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), trypase
dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi
oleh histamin.

Hiperreaktifitas bronkus yaitu bronkus yang mudah sekali mengkerut


(konstriksi) bila terpapar dengan bahan / faktor dengan kadar yang rendah
yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-apa, misalnya
alergen (inhalan, kontaktan), polusi, asap rokok / dapur, bau-bauan yang
tajam dan lainnya baik yang berupa iritan maupun yang bukan iritan.
Dewasa ini telah diketahui bahwa hiper rektifitas bronkus disebabkan oleh
inflamasi bronkus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil
ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan bilas bronkus pasien asthma
bronkiale sebagai bronkhitis kronik eosinofilik. Hiper reaktifitas berhubungan
dengan derajad berat penyakit. Di klinik adanya hiperreaktifitas bronkhus

dapat dibuktikan dengan uji provokasi yang menggunakan metakolin atau


histamin.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas saat ini penyakit asthma dianggap
secara klinik sebagai penyakit bronkhospasme yang reversibel, secara
patofisiologik sebagai suatu hiper reaksi bronkus dan secara patologik
sebagai suatu peradangan saluran nafas.
Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan dindingnya,
infiltrasi sel radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang
menyebabkan getaran silia dan mukus di atasnya sehingga salah satu daya
pertahanan saluran nafas menjadi tidak berfungsi lagi. Ditemukan pula pada
pasien asthma bronkiale adanya penyumbatan saluran nafas oleh mukus
terutama pada cabang-cabang bronkhus
.
Akibat dari bronkhospasme, oedema mukosa dan dinding bronkhus
serta hipersekresi mukus maka terjadi penyempitan bronkhus dan
percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak, nafas berbunyi
(wheezing) dan batuk yang produktif.
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu
keadaan stress yang akan merangsang HPA axis. HPA axis yang terangsang
akan meningkatkan adeno corticotropic hormon (ACTH) dan kadar kortisol
dalam darah. Peningkatan kortisol dalam darah akan mensupresi
immunoglobin A (IgA). Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk
melisis sel radang menurun yang direspon oleh tubuh sebagai suatu bentuk
inflamasi pada bronkhus sehingga menimbulkan asma bronkiale.
(2) Asma Bronkiale Tipe Non Atopik (Intrinsik)
Asma non alergenik (asma intrinsik) terjadi bukan karena pemaparan
alergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran
nafas atas, olah raga atau kegiatan jasmani yang berat, serta tekanan jiwa
atau stress psikologik. Serangan asma terjadi akibat gangguan saraf otonom
terutama gangguan saraf simpatis yaitu blokade adrenergik beta dan
hiperreaktifitas adrenergik alfa. Dalam keadaan normal aktifitas adrenergik
beta lebih dominan daripada adrenergik alfa. Pada sebagian penderita asma
aktifitas adrenergik alfa diduga meningkat yang mengakibatkan
bronkhokonstriksi sehingga menimbulkan sesak nafas.
Reseptor adrenergik beta diperkirakan terdapat pada enzim yang
berada dalam membran sel yang dikenal dengan adenyl-cyclase dan disebut
juga messengner kedua. Bila reseptor ini dirangsang, maka enzim adenylcyclase tersebut diaktifkan dan akan mengkatalisasi ATP dalam sel menjadi
35 cyclic AMP. cAMP ini kemudian akan menimbulkan dilatasi otot-otot

polos bronkus, menghambat pelepasan mediator dari mastosit / basofil dan


menghambat sekresi kelenjar mukus. Akibat blokade reseptor adrenergik
beta maka fungsi reseptor adrenergik alfa lebih dominan akibatnya terjadi
bronkhus sehingga menimbulkan sesak nafas. Hal ini dikenal dengan teori
blokade adrenergik beta. (baratawidjaja, 1990).
(3) Asma Bronkiale Campuran (Mixed)
Pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun
ekstrinsik.

Anda mungkin juga menyukai