Oleh:
Intervensi Rasional
1) Perhatikan Hb/Ht sebelum dan 1) Nilai bandingan membantu
setelah kehilangan darah. Kaji menentukan beratnya
status nutrisi, tinggi dan berat kehilangan darah. Status yang
badan. ada sebelumnya dari kesehatan
yang buruk meningkatkan
luasnya cedera dari kekurangan
oksigen
2) Pantau tanda vital; catat derajat 2) Luasnya keterlibatan hipofisis
dan durasi episode hipovolemi. dapat dihubungkan dengan
derajat dan durasi hipotensi.
Peningkatan frekuensi
pernafasan dapat menunjukkan
upaya untuk mengatasi asidosis
metabolik.
3) Perhatikan tingkat kesadaran dan 3) Perubahan sensorium adalah
adanya perubahan perilaku. indikator dini dari hipoksia.
Sianosis, tanda lanjut, mungkin
tidak tampak sampai kadar PO2
turun dibawah 50 mmHg.
4) Kaji warna dasar kuku, mukosa 4) Pada kompensasi vasokonstriksi
mulut, gusi, dan lidah; perhatikan dan pirau organ vital, sirkulasi
suhu kulit. pada pembuluh darah perifer
diturunkan, yang mengakibatkan
sianosis dan suhu kulit dingin.
5) Pantau analisa gas darah (GDA) 5) Membantu dalam mendiagnosa
dan kadar pH (derajat keasaman). derajat hopoksia jaringan atau
asidosis yang diakibatkan dari
terbentuknya asam laktat dari
metabolisme anaerob.
6) Berikan terapi oksigen sesuai 6) Memaksimalkan ketersediaan
kebutuhan. oksigen untuk tansport sirkulasi
ke jaringan.
7) Pasang jalan nafas; penghisap 7) Memudahkan pemberian
sesuai indikasi. oksigen.
2.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan
dimana rencana keperawatan yang telah di tentukan di laksanakan,
membagi implementasi menjadi 3 fase, yaitu fase persiapan, fase
implementasi yang berorientasi pada tujuan dan fase terminasi.
Pada setiap implementasi yang di lakukan perawat harus memantau
dan mencatat respon klien dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
penyedia perawatan lainnya.
Implementasi pada klien dengan asfiksia neonatorum secara teoritis
di laksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah di tetapkan
untuk masing masing diagnose keperawatan yang mungkin muncul
(Hidayat Alimul, 2006).
2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana
proses evaluasi ini di lakukan terus menerus, di perlukan untuk
menentukan seberapa baik rencana keperawatan bekerja. Evaluasi
merupakan proses yang interaktif dan continue, karna setiap tindakan
keperawatan yang di lakukan, respon klien di catat dan di evaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang di harapkan. Kemudian, berdasarkan
pada respon klien tersebut di lakukan revisi intervensi keperawatan dan
atau revisi hasil, mungkin di perlukan. Evaluasi di klasifikasikan sebagai
berikut:
2.5.1 Evaluasi formatif
Evaluasi yang diberikan pada saat memberikan intervensi dengan
respon segera
2.5.2 Evaluasi somatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status
pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang di laksanakan
pada tahap perencanaan. Evaluasi terdiri dari:
S (Subyektif)
O (Objektif)
A (Assesment atau penilaian)
P (Planning atau rencana)
I (Intervensi)
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai:
a. Tercapai : perilaku klien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan pada tujuan.
b. Tercapai sebagian : pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik
yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA