Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Analisis Fisikokimia Antihistamin”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Fisikokimia II

Disusun Oleh:
Mayang Syahrani 260110100098
Mochammad Ferdiansyah 260110120058
Septiyani Mustikawati 260110120059
Fifi Fitriawati 260110120060
Atmedi Surendra 260110120061

Kelas 2012 A

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
CHLORPHENIRAMINE MALEATE
(Klorfeniramin Maleas)

TINJAUAN KIMIA

 STRUKTUR KIMIA

(Ph Eur monograph 0386)

 RUMUS KIMIA (British Pharmacopoeia 2009)

C16H19ClN2.C4H4O4

 BERAT MOLEKUL (British Pharmacopoeia 2009)

390,87

 NAMA IUPAC (The United States Pharmacopeia 2008)

2-[P-kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]piridina maleat (1:1) [113-92-8]

SIFAT FISIKOKIMIA

 KEMURNIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C16H19ClN2.C4H4O4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

 PEMERIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Serbuk hablur, putih; tidak berbau. Larutan mempunyai pH antara 4 dan 5.

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 2


 KELARUTAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam kloroform, sukar larut dalam
benzena dan dalam eter.

 JARAK LEBUR (Farmakope Indonesia ed. IV)

130 oC sampai 135 oC

PENGGUNAAN
(www.Drugbank.ca)

Antagonis reseptor H1; Antihistamin

 INDIKASI

Untuk mengobati rhinitis, urticaria, alergi, asma, common cold dan hay fever

 FARMAKODINAMIK

Pada reaksi alergi, alergen berinteraksi dengan cross-link pada permukaan antibodi
IgE pada sel mast dan basofil. Saat kompleks sel mast-antibodi-antigen terbentuk,
serangkaian peristiwa kompleks terjadi yang akhirnya akan terjadi degranulasi sel dan
pelepasan histamin (dan mediator kimia lain) dari sel mast atau basofil. Saat terjadi
pelepasan, histamin dapat bereaksi dengan jaringan setempat maupun jaringan sekitar
melalui reseptor histamin. Histamin bekerja pada reseptor H 1, menimbulkan pruritis,
vasodilatasi, hipotensi, kemerahan. Sakit kepala, takikardi, dan bronkokonstriksi.

Histamin juga meningkatkan permeabilitas vaskular dan potensi perlukaan.


Klorfeniramin maleat adalah antagonis reseptor H 1 dari golongan alkilamin yang akan
bersaing dengan histamin untuk berikatan pada reseptor H 1 yang berhubungan dengan
salutan pencernaan, pembuluh darah, dan saluran pernapasan. Hal ini efektif untuk
mengurangi bersin sementara, mata gatal dan berair, hidung berlendir yang dapat
menyebabkan hay fever dan alergi lain pada saluran pernafasan.

 MEKANISME KERJA

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 3


Klorfeniramin maleat berikatan dengan reseptor histamin H 1. Hal ini memblokir kerja
dari histamin endogenus, yang nantinya akan mengurangi gejala negatif dari ikatan
histamin dengan reseptor H1 secara sementara.

 FARMAKOKINETIK
Absorbsi : diabsorbsi dengan baik dalam saluran percernaan.
Distribusi : terikat pada protein plasma sebanyak 72%, waktu paruh 21-27 jam

Metabolisme : terutama di hati melalui enzim Sitokrom P450 (CYP450).

 TOKSISITAS

Oral LD50 (rat): 306 mg/kg; Oral LD50 (mice): 130 mg/kg; Oral LD50 (guinea pig): 198
mg/kg. Juga sedikit menghasilkan toksin untuk wanita usia subur (Registry of Toxic
Effects of Chemical Substances. Ed. D. Sweet, US Dept. of Health & Human Services:
Cincinatti, 2010).

ANALISIS

 KUALITATIF

- Penentuan Titik Leleh (British Pharmacopoeia 2009)


130 oC sampai 135 oC
- Spektrofotometri Serapan Inframerah (Farmakope Indonesia ed. IV)
Spektrum serapan Inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Klorfeniramin Maleat BPFI.
- Rotasi Optik (British Pharmacopoeia 2009)
- 0.10° to + 0.10°, diukur dari Larutan S (larutkan 2.0 g zat dalam H2O P dan encerkan
hingga 20 mL dengan pelarut yang sama).
 KUANTITATIF (Farmakope Indonesia ed. IV)

Timbang seksama lebih kurang 500mg, larutkan dalam 20 mL asam asetat glacial P,
tambahkan 2 tetes kristal violet LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan
penetapan blanko.

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 4


DEXCHLORPHENIRAMINE MALEATE
(Deksklorfeniramin Maleas)

TINJAUAN KIMIA

 STRUKTUR KIMIA

(Ph Eur monograph 0386)

 RUMUS KIMIA (British Pharmacopoeia 2009)

C16H19ClN2.C4H4O4

 BERAT MOLEKUL (Farmakope Indonesia Ed. IV)

390,87

 NAMA IUPAC (The United States Pharmacopeia 2008)

[+]-2-[P-kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]piridina maleat (1:1) [2438-32-6]

SIFAT FISIKOKIMIA

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 5


 KEMURNIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Deksklorfeniramin Maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
100,5% C16H19ClN2.C4H4O4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada suhu 65 oC
selama 4 jam.

 PEMERIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Serbuk hablur, putih; tidak berbau.

 KELARUTAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam kloroform, sukar larut dalam
benzena dan dalam eter.

 JARAK LEBUR (Farmakope Indonesia ed. IV)

110 oC sampai 115 oC

PENGGUNAAN
(www.Drugbank.ca)

Antagonis reseptor H1; Antihistamin

 INDIKASI

Untuk mengobati rhinitis, urticaria, alergi, asma, common cold dan hay fever

 FARMAKODINAMIK

Pada reaksi alergi, alergen berinteraksi dengan cross-link pada permukaan antibodi
IgE pada sel mast dan basofil. Saat kompleks sel mast-antibodi-antigen terbentuk,
serangkaian peristiwa kompleks terjadi yang akhirnya akan terjadi degranulasi sel dan
pelepasan histamin (dan mediator kimia lain) dari sel mast atau basofil. Saat terjadi
pelepasan, histamin dapat bereaksi dengan jaringan setempat maupun jaringan sekitar
melalui reseptor histamin. Histamin bekerja pada reseptor H 1, menimbulkan pruritis,
vasodilatasi, hipotensi, kemerahan. Sakit kepala, takikardi, dan bronkokonstriksi.

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 6


Histamin juga meningkatkan permeabilitas vaskular dan potensi perlukaan.
Klorfeniramin maleat adalah antagonis reseptor H 1 dari golongan alkilamin yang akan
bersaing dengan histamin untuk berikatan pada reseptor H 1 yang berhubungan dengan
salutan pencernaan, pembuluh darah, dan saluran pernapasan. Hal ini efektif untuk
mengurangi bersin sementara, mata gatal dan berair, hidung berlendir yang dapat
menyebabkan hay fever dan alergi lain pada saluran pernafasan.

 MEKANISME KERJA

Deksklorfeniramin maleat berikatan dengan reseptor histamin H 1. Hal ini memblokir


kerja dari histamin endogenus, yang nantinya akan mengurangi gejala negatif dari
ikatan histamin dengan reseptor H1 secara sementara.

 FARMAKOKINETIK
Absorbsi : diabsorbsi dengan baik dalam saluran percernaan.
Distribusi : terikat pada protein plasma sebanyak 72%, waktu paruh 21-27 jam

Metabolisme : terutama di hati melalui enzim Sitokrom P450 (CYP450).

 TOKSISITAS

Oral LD50 (rat): 306 mg/kg; Oral LD50 (mice): 130 mg/kg; Oral LD50 (guinea pig): 198
mg/kg. Juga sedikit menghasilkan toksin untuk wanita usia subur (Registry of Toxic
Effects of Chemical Substances. Ed. D. Sweet, US Dept. of Health & Human Services:
Cincinatti, 2010).

ANALISIS

 KUALITATIF

- Penentuan Titik Leleh (British Pharmacopoeia 2009)


110 oC sampai 115 oC
- Spektrofotometri Serapan Inframerah (Farmakope Indonesia ed. IV)
Spektrum serapan Inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Deksklorfeniramin Maleat BPFI.

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 7


- Rotasi Optik (British Pharmacopoeia 2009)
+ 22° to + 23°, diukur dari Larutan S (larutkan 2.0 g zat dalam H2O P dan encerkan
hingga 20 mL dengan pelarut yang sama).
 KUANTITATIF (Farmakope Indonesia ed. IV)

Timbang seksama lebih kurang 500mg, larutkan dalam 20 mL asam asetat glacial P,
tambahkan 2 tetes kristal violet LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan
penetapan blanko.

DIMENHYDRINATE
(Dimenhidrinat)

TINJAUAN KIMIA

 STRUKTUR KIMIA

(Ph Eur monograph 0386)

 RUMUS KIMIA (British Pharmacopoeia 2009)

C17H21NO,C7H7ClN4O2

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 8


 BERAT MOLEKUL (British Pharmacopoeia 2009)

469,97

 NAMA IUPAC (The United States Pharmacopeia 2008)

Garam difenhidramin 8-chlorotheophylline Chloranautine

SIFAT FISIKOKIMIA

 KEMURNIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Dimenhidrinat mengandung tidak kurang dari 53,0 dan tidak lebih dari 55,5 %
C17H21NO, dan tidak kurang dari 44,0% dan tidak lebih dari 47,0% C7H7CIN4O2 ,
masing-masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

 PEMERIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Serbuk hablur putih dan tidak berbau

 KELARUTAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform, agak sukar larut
dalam eter.

 INKOMPATIBILITAS

Dimenhidrinat kemungkinan besar inkompatibel dalam larutan yang mengandung


aminofilin, glikopironium bromida; hidrokortison sodium suksinat, hidroksizin
hidroklorida, beberapa fenotiazin, dan beberapa barbiturat terlarut.

PENGGUNAAN
(www.Drugbank.ca)

Utamanya sebagai antagonis reseptor H1; Antihistamin, juga memiliki efek


antimuskarinik sehingga dapat digunakan sebagai Anti Emetik.

ANALISIS

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 9


 KUALITATIF

- Penentuan Titik Leleh (British Pharmacopoeia 2009)


102o – 107o C
- Analisis Kualitatif USP Official Monograph
 Memenuhi syarat uji identifikasi basa nitrogen organik.
 Larutkan lebih kurang 250 mg dalam 15 ml etanol encer P, tambahkan 15 ml air
dan 2 ml asam sulfat 2N, dinginkan selama 30 menit. Cores bagian dalam wadah
untuk memudahkan penghabluran. Saring campuran, cuci hablur dengan
beberapa ml air es dingin, keringkan. Hablur 8-kloroteofilin akan melebur pada
suhu antara 300o – 305o C disertai peruraian.
 Campur lebih kurang 10 mg 8-kloroteofilin yang diperoleh dalam uji identifikasi
B dengan 1 ml asam klorida P dalam cawan porselen, tambahkan 100 mg kalium
klorat P uapkan di atas tangas uap hingga kering, uapi dengan beberapa tetes
amonia. Residu berwarna ungu yang akan rusak oleh larutan alkali.
 Campur lebih kurang 50 mg 8-kloroteofilin yang diperoleh dari uji identifikasi B
dengan lebih kurang natrium peroksida P dalam krus nikel, panaskan hingga
melebur. Larutkan leburan dalam 20 ml air, asamlan dengan asam nitrat 2N
saring bila perlu. Tambahkan 1 ml perak nitrat ; terbentuk endapan putih yang
larut dalam amonia hidroksida 6N dan mengendap kembali dalam penambahan
asam nitrat P.
- Spektrofotometri Serapan Inframerah (British Pharmacopoeia 2009)

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 10


 KUANTITATIF
 Larutan Sampel : 150 mg dimenhidrinat dalam 75 ml asam asetat glacial
 Analisis :
Titrasi dengan 0,05N asam perklorat (VS. Perform a blank determination). Setiap
ml dari 0,05 N asam perklorat equivalen dengan 12,77 mg diphenhidramine
(C17H21NO).
(USP, Official Monograph hal 155)

CIMETIDINE
(Simetidin)

TINJAUAN KIMIA

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 11


 STRUKTUR KIMIA

(Ph Eur monograph 0386)

 RUMUS KIMIA (British Pharmacopoeia 2009)

C10H16N6S

 BERAT MOLEKUL (British Pharmacopoeia 2009)

252,34

 NAMA IUPAC (The United States Pharmacopeia 2008)


2-Siano-1-metil-3-{2-{{(5-metilimidazol-4-il) Metil}tio}etil)guanidin.

SIFAT FISIKOKIMIA

 KEMURNIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Simetidin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C10H16N6S
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

 PEMERIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Serbuk hablur, putih sampai hampir putih; praktis tidak berbau atau bau merkaptan
lemah.

 KELARUTAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Larut dalam etanol, dalam polietilen glikol 400; Mudah larut dalam metanol; agak sukar
larut dalam isopropanol; sukar larut dalam air dan dalam kloroform; praktis tidak larut
dalam eter.

 JARAK LEBUR (Farmakope Indonesia ed. IV)


ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 12
139 oC sampai 144 oC

 BAKU PEMBANDING
Simetidin BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 110 oC selama 2 jam sebelum
digunakan.

PENGGUNAAN
(www.Drugbank.ca)

Antagonis reseptor H2

 INDIKASI

Simetidin digunakan untuk pengobatan tukak peptikum duodenum, tukak lambung,


esofagitis erosif dan hipersekresi.

 FARMAKOLOGI
Simetidine diabsorpsi secara cepat setelah pemakaian per oral. Bioavailabilitas oral
60-70% setelah mengalami metabolisme lintas pertama di hati.2,7 Waktu untuk
mencapai konsentrasi puncak pada pemberian oral yaitu 45 - 90 menit.
1. Metabolisme : Metabolit utama yaitu sulfoxide.
2. Distribusi : Simetidine terikat dengan protein plasma 15-20%, volume
distribusi 1 L/kg.

3. Eliminasi : Waktu paruh Simetidine 2 jam pada pasien dengan fungsi ginjal
normal. Setelah pemberian IV, 80-90% Cimetidine diekskresi
melalui urin dalam waktu 24 jam. 50-73% diekskresi dalam bentuk
tidak berubah. 10% diekskresi melalui feses.

 MEKANISME KERJA

Simetidin merupakan antagonis kompetitif histamin pada reseptor H2 dari sel


parietal sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung. Simetidin
juga memblok sekresi asam lambung yang disebabkan oleh rangsangan makanan,

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 13


asetilkolin, kafein, dan insulin. Simetidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung
atau usus dan keadaan hipersekresi yang patologis, misal sindrom Zolinger – Ellison.

 FARMAKOKINETIK

Simetidin dapat dicerna secara cepat dalam saluran cerna, kadar plasma tertinggi
dicapai dalam 1 jam bila diberikan dalam keadaan lambung kosong dan 2 jam bila
diberikan bersama – sama dengan makanan.

 DOSIS

Dosis Simetidin adalah 200 – 400 mg.

 STABILITAS PENYIMPANAN

Simetidine tablet, Simetidine HCl larutan oral dan injeksi disimpan pada suhu 15-
300C, dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Sediaan injeksi cimetidine
tidak boleh disimpan dalam freezer karena dapat mengendap;Simetidine HCl secara
fisik dapat tercampurkan dengan sebagian besar cairan infus IV (NaCl 0,9%, Dextrose 5%
atau 10%, Ringer lactate, Sodium Bicarbonate 5%).;Sediaan Simetidine HCl injeksi dalam
NaCl 0,9% stabil selama 24 bulan setelah tanggal produksi. Wadah yang digunakan
terbuat dari PVC.

 EFEK SAMPING
Simetidin dapat menimbulkan efek samping seperti diare, pusing, kelelahan dan
rash.
• Pengaruh Anak
Pihak produsen menyatakan bahwa sehubungan dengan terbatasnya pengalaman
klinis pada anak-anak, maka Simetidine tidak direkomendasikan untuk digunakan
pada anak dibawah usia 12 tahun,;kecuali atas petunjuk dokter dan pertimbangan
manfaat terhadap risiko
• Pengaruh Hasil Lab
Meningkatkan serum creatinine dan serum glucose.
• Pengaruh Kehamilan

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 14


Kategori B Simetidine melewati plasenta dengan cara difusi sederhana. Tidak ada
peningkatan risiko kejadian malformasi kongenital setelah pemakaian Simetidine.
Kelompok reviewer merekomendasikan Simetidine untuk tidak digunakan selama
kehamilan karena adanya risiko feminisasi, seperti yang dijumpai pada beberapa
hewan dan orang tidak hamil. Pihak produsen menganjurkan sebaiknya penggunaan
Simetidine pada ibu hamil dihindari kecuali memang sangat diperlukan.
• Pengaruh Menyusui

Simetidine disekresi lewat ASI.Efek secara klinis pada bayi yang mendapatkan
Simetidine dari ASI belum diketahui. The American Academy of Pediatric
menyatakan aman untuk digunakan pada ibu menyusui. Pihak produsen
menganjurkan sebaiknya dihindari penggunaannya.

 INTERAKSI OBAT

Penggunaan bersama antacid tidak direkomendasikan, karena antacid dapat


mengganggu absorpsi Simetidine. Simetidine menghambat / memperlambat
metabolisme oxidative hepatic drug melalui ikatan dengan microsomal cytochrome
P450; sehingga sebaiknya dihindari pada pasien yang telah rutin menggunakan
warfarin, fenitoin, dan teofilin. Simetidine mengurangi absorpsi Ketoconazole,
Itraconazole, dimana absorpsinya tergantung pada pH asam lambung.

ANALISIS

 KUALITATIF

- Spektrofotometri Serapan Inframerah (British Pharmacopoeia 2009)

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 15


 KUANTITATIF (Farmakope Indonesia ed. IV)

Fase Gerak : 200 ml metanol dan 0,3 ml asam fosforik dalam labu ukur 1000 ml,
larutkan dengan air, saring
Larutan Stok Standard : 0,4 mg/ml USP simetidin dalam methanol dan air (1:4)
Larutan standard : 0,01 mg/ml USP sietidin dalam fase gerak dari larutan stok standar
Sistem Kromatografi
Mode : LC
Detektor : UV 220 nm
Kolom : 3-9mm x 30 cm
Laju alir : 2 ml/menit

Ukuran injeksi : 50 µL
Kesesuaian Sistem
Sampel : Larutan standar
Persyaratan Kesesuaian
Faktor Kapasitas : NLTO. 6
Efisiensi Kolom : NLT 1000

Deviasi Relatif standar : NMT 2.0%


Analisis
Sampel : Larutan Standard an Larutan sampel
Hitung persentase dari C10H16N6S
Hasil = (ru/rs) x (Cs/Cu) x 100
ru : puncak respon larutan sampel
rs : puncak respon larutan standar

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 16


Cs : Konsentrasi USP Simetidin RS dalam larutan standar (mg/ml)

Cu : Konsentrasi Simetidin dalam larutan sampel (mg/ml)


Batas Kriteria : 98.0% - 102.0%
(USP, Official Monograph hal. 67)

RANITIDINE
(Ranitidin)

TINJAUAN KIMIA

 STRUKTUR KIMIA

(Ph Eur monograph 0386)

 RUMUS KIMIA (British Pharmacopoeia 2009)

C13H22N4O3S.HCl

 BERAT MOLEKUL (British Pharmacopoeia 2009)

350,87

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 17


 NAMA IUPAC (The United States Pharmacopeia 2008)
N-{2-{{{5-{(dimetilamino)metil}-2furanin}metil}-2-furanin}metil}tio}etil}-N-metil-2-1,1-
Etenadiamina, hidroklorida.

SIFAT FISIKOKIMIA

 KEMURNIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Ranitidin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C10H16N6S
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

 PEMERIAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Serbuk hablur, putih sampai kuning pucat; praktis tidak berbau, peka terhadap cahaya
dan kelembaban

 KELARUTAN (Farmakope Indonesia ed. IV)

Sangat mudah larut dalam air, cukup larut dalam etanol dan sukar larut dalam
kloroform.

 TITIK LEBUR (Farmakope Indonesia ed. IV)

Melebur pada suhu lebih kurang 140°, disertai peruraian.

 BAKU PEMBANDING
Ranitidin Hidroklorida BPFI, lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60°C
selama 3 jam

PENGGUNAAN
(www.Drugbank.ca)

Antagonis reseptor H2

 INDIKASI

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 18


Ranitidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan
hipersekresi yang patologis, misal sindrom Zollinger–Ellison.

 FARMAKOLOGI

Absorpsi oral 50%. Distribusi volume distribusi untuk fungsi ginjal normal 1,7 L/kg;
Clcr 25-35 ml/menit:1,76 L/kg; penetrasi melalui sawar darah otak minimal berdistribusi
ke dalam ASI. Ikatan dengan protein 15%, dimetabolisme di hati menjadi metabolit N-
oksida, S-oksida, dan N-desmetil.

Bioavailabilitas oral, yaitu 48%. Waktu paruh eliminasi oral untuk fungsi ginjal normal
2,5-3 jam; Clcr 25-35 ml/menit:4-8 jam; waktu paruh eliminasi IV untuk fungsi ginjal
normal 2-2,5 jam.

Waktu untuk mencapai kadar puncak dalam serum melalui oral : 2-3 jam, IM : <=15
menit. Ekskresi di dalam urin melalui oral = 30%, IV = 70% (dalam bentuk tak berubah),
feses (sebagai metabolit).

 MEKANISME KERJA

Ranitidin merupakan antagonis kompetitif histamin yang khas pada reseptor H2


sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar
asam dan volume sekresi lambung.

 FARMAKOKINETIK

Ranitidin diserap 39 – 87 % setelah pemberian oral dan mempunyai masa kerja yang
cukup panjang, pemberian dosis 150 mg efektif menekan sekresi asam lambung selama
8–12 jam. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2–3 jam setelah pemberian oral,
dengan waktu paro eliminasi 2–3 jam.

 DOSIS

Dosis Ranitidin adalah 150–300 mg.

 STABILITAS PENYIMPANAN

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 19


Vial injeksi disimpan pada suhu antara 40C-300C, terlindung dari cahaya. Larutan
jernih tak berwarna sampai berwarna kuning; warna yang agak tua tidak mempengaruhi
potensi. Kantung premixed disimpan pada suhu antara 20C-250C, ;terlindung dari
cahaya. Sirup disimpan pada suhu antara 40C-250C, terlindung dari cahaya. Tablet
disimpan di tempat kering pada suhu antara 150C-300C, terlindung dari cahaya. Larutan
injeksi dalam vial dapat dicampur dengan normal saline atau larutan dekstrosa 5%
dalam air, larutan stabil selama 48 jam pada suhu kamar. Injeksi bolus intermiten
diencerkan sampai maksimum 2,5 mg/ml. Infus intermiten diencerkan sampai dengan
maksimum 0,5 mg/ml. jangan menambahkan obat lain ke dalam kantung premixed.

 EFEK SAMPING

Efek samping Ranitidin HCl antara lain hepatitis, trombositopenia dan leukopenia
yang terpulihkan, sakit kepala dan pusing.

Terbatas dan tidak berbahaya: aritmia, vaskulitis, pusing, halusinasi, sakit kepala,
confusion, mengantuk, vertigo, eritema multiforme, kemerahan, pankreatitis, anemia
haemolitic acquired, agranulositosis, anemia aplastik, granulositopenia, leukopenia,
trombositopenia, pansitopenia, gagal hati, anafilaksis, reaksi hipersensitivitas

 Pengaruh Hasil Lab


Berinteraksi dengan tes sekresi asam lambung, tes alergi pada kulit menggunakan
ekstrak alergen, serum kreatinin, tes protein urin.
 Pengaruh Kehamilan
Kategori B. Ranitidin menembus plasenta, efek teratogenik pada fetus belum
dilaporkan. Hati-hati bila digunakan pada kehamilan.
 Pengaruh Menyusui

Ranitidin berdistribusi ke dalam ASI; gunakan dengan berhati-hati.

 INTERAKSI OBAT

Meningkatkan efek/toksisitas siklosporin (meningkatkan serum kreatinin),


gentamisin (blokade neuromuskuler), glipizid, glibenklamid, midazolam (meningkatkan
konsentrasi), metoprolol, pentoksifilin, fenitoin, kuinidin, triazolam. ;Mempunyai efek

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 20


bervariasi terhadap warfarin. Antasida dapat mengurangi absorpsi ranitidin. Absorpsi
ketokonazol dan itrakonazol berkurang; dapat mengubah kadar prokainamid dan ferro
sulfat dalam serum, mengurangi efek nondepolarisasi relaksan otot, ;cefpodoksim,
sianoklobalamin (absorpsi berkurang), diazepam dan oksaprozin, mengurangi toksisitas
atropin. Penggunaan etanol dihindari karena dapat menyebabkan iritasi mukosa
lambung.

ANALISIS

 KUALITATIF

- Absorpsi Ultraviolet
Analisis panjang gelombang : 229 nm dan 315 nm
Larutan : 10 µg/ml
Medium : air

Kriteria : absorptivitas, dihitung dalam basis kering, tidak


jauh dari 3.0%.

- Spektrofotometri Serapan Inframerah (British Pharmacopoeia 2009)

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 21


 KUANTITATIF (Farmakope Indonesia ed. IV)

Prosedur
Larutan A : tambahkan 8,6 ml dari 50%larutan natrium hidroksida, larutkan
dengan air. Jika dibutuhkan, tambahkan 50% larutan natrium
hidroksida atau asam Fosforik sampai pH 7,1 dan saring.
Larutan B : Asetonitril dan larutan A (2:98)
Larutan C : asetonitril dan larutan A (22:78)
Fase Gerak :

Diluen : Larutan B
Larutan standar : 0,125 mg/ml USP ranitidine Hcl dalam diluen
Sistem kesesuaian larutan : 0,13 mg/ml USP ranitidine Resolution Mixture RS
dalam diluen

Larutan sampel : 0,125 mg/ml Ranitidin HCl dalam diluen


Sistem Kromatografi
Mode : LC
Detektor : UV 230 nm
Kolom : 4-6 mm x 10 cm; 3.5µm L1, stabil pada pH 1 sampai 12
Temperatur kolom : 350C
Laju Alir : 1,5 ml/menit
Ukuran Injeksi : 10 µL

Sistem Kesesuaian
Sampel : Larutan standard an system kesesuaian larutan
Aturan Kesesuaian
Resolusi : NLT 1.5 antara ranitidine N-oksida dan kompleks
ranitidine nitroasetamid

Deviasi standar relative : NMT 1.0% dari ranitidine, larutan standar


Analisis
Sampel : Larutan Standard an Larutan sampel

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 22


Hitung persentase dari C13H22N4O3S
Hasil = (ru/rs) x (Cs/Cu) x 100
ru : puncak respon larutan sampel
rs : puncak respon larutan standar
Cs : Konsentrasi USP Simetidin RS dalam larutan standar (mg/ml)

Cu : Konsentrasi Simetidin dalam larutan sampel (mg/ml)


Batas Kriteria : 97.5% - 102.0%
(USP, Official Monograph hal 27)

ANALISIS FISIKOKIMIA (Anti Histamin) 23

Anda mungkin juga menyukai