Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi

elemen spesies atau senyawa-senyawa yang ada didalam sampel dengan

cara mengetahui analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk

mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dialam suatu

sampel.

Senyawa fenol merupakan zat pada tumbuhan yang memiliki

cincin aromatik dengan salah satu atau lebih gugus hidroksil sebagian

besar senyawa fenolik larut dalam air. Senyawa ini secara alami berkaitan

dengan gula dalam bentuk glikosida dan ditemukan didalam vakuola

tanaman. Didalam terdapat sekitar 8000 jenis tanaman yang megandung

senyawa fenol dan setengahnya adalah flavonoid. Flavonoid memiliki

struktur yang hampir sama, sesuai dengan atom CIS dari inti-heterosiklik

dari flavon jika disamakan dengan bentuk utama dari fenolik seperti

metuksi secara tradisional untuk mengobati maupun sustiren lainnya.

Manfaat dalam bidang farmasi yaitu dalam peracikan obat paling

penting untuk mempelajari hal ini, agar kita dapat mengetahui zat apa saja

atau senyawa-senyawa apa saja yang terkandung didalam obat tersebut.


B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini yaitu mengetahui dan memahami

golongan obat fenol dari sampel murni dan sampel sediaan.

2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah :

a. Untuk menentukan golongan obat fenol berdasarkan reaksi dan

pereaksi umum

b. Untuk menentukan jenis obat golongan fenol berdasarkan reaksi

dengan pereaksi khusus

c. Untuk menentukan dan mengenali obat dari sampel murni atau

sampel campuran.

C. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan yaitu analisis kualitatif golongan fenol dengan

menggunakan sampel murni dan sediaan farmasi dengan berbagai

percobaan seperti pengamatan organoleptik, uji kelarutan, uji pemijaran,

reaksi pendahuluan dan reaksi spesifik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Fenol adalah sekelompok senyawa organik yang gugus

hidroksilnya (OH-) langsung melekat pada korban cincin benzen. Aktivitas

kuat dalam reaksi subtitus aromatik elektrofilik terletak pada gugus OH -nya

karena ikatan karbon sp3 lebih kuat daripada ikatan oleh ikatan karbon sp 3

maka ikatan C-O dalam fenol tidak mudah diputuskan, sendiri tahan

terhadap oksidasi karena pembentukan suatu gugus karbonil

mengakibatkan di karbonnya penstabil aromatik. Fenol umumnya diberi

nama menurut senyawa induknya (Schmidt,1998).

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih

asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di

mana fenol dapat melepaskan H. Pada keadaan yang sama, alkohol

alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan

pelengkapan orbital antara satu- satunya pasangan oksigen dan sistem

aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan

menstabilkan anionnya (Suminar, 1992).

Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau

asam benzoat dengan proses Raschig. Fenol juga dapat diperoleh

sebagai hasil dari oksidasi batu bara (Suminar, 1999). Fenol merupakan

komponen utama pada antiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal


sebagai TCP (Trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi

beberapa anestesis oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol berfungsi

dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi

rumput liar, dan lainnya). Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan

pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka (Suminar, 1999).

Kimia fenol telah diketahui lama sebelum pengetahuan kimia

organik, sehingga banyak fenol misalkan misalnya dikenal sebagai cranol.

Berlawanan dengan alkohol, fenol-fenol memiliki sifat lebih asam

dibandingkan alkohol dan air, karena ini teroksidasi dimantapkan oleh

resonansi muatan negatif pada hidroksida atau alusida tetap tinggal pada

atom hidrogen sedangkan pada ion trioksida muatan ini dapat

didelokasikan pada posisi Orto dan pada anion bensin melalui resonansi

(Amina,1992).

Fenol umumnya diberi nama menurut senyawa induk kimiawi fenol

telah diketahui lama sebelum pengetahuan kimia organik, sehingga fenol

banyak mempunyai nama-nama umum, motif fenol misalnya, diketahui

sebagai krosol dari kpuco + terdiri dari batubara atau kayu yang

mengandung saat ini berlawanan dengan alkohol, fenol-fenol dalam

golongan asam yang lebih luas daripada air (Hart,1983).


Gugus hidroksil adalah gugus pengaktif yang kuat sehingga fenol

akan mengalami reaksi subtitusi elektrolit pada kondisi yang rusak

sekalipun titik misalnya fenol dapat dititrasi dengan memperlakukannya

dengan asam nitrat encer dan akan memberikan paling banyak isomer

nitrofenol (Ganjar, 2007).

Klasifikasi fenol berdasarkan atom carbon ( Vermerris, 2006) :

1. Struktur Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu salah satu

memiliki gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik

benzena. Ribuan senyawa fenolik di alam telah diketahui strukturnya

antara lain fenolik sederhana, fenol propanoid, lignin, dan asam ferulas.

2. Senyawa Fenolik Sederhana

Golongan senyawa-senyawa yang termasuk fenolik sederhana

antara lain meliputi guilikol, vanilin dan sol. Umumnya radikal fenolsi yang

terbentuk dari senyawa golongan fenolik sederhana mengalami

pengopekan pada posisi Orto atau paru terhadap gugus hidroksi fenotitik

posisi ini lebih disukai sehingga memudahkan radikal lain untuk berikatan

pada posisi tersebut.

3. Fenol propanolol

Banner propanol merupakan senyawa fenol di alam yang

mempunyai cincin aromatik dengan rantai samping terdiri dari tiga atom

karbon. Golongan fenil propanoid yang paling tersebar luas adalah asam

hidroksinamat, yaitu suatu senyawa yang merupakan bangunan dasar


lignin. 4 macam asam hidroksi sinamat banyak terdapat dalam tumbuhan,

keempat senyawa tersebut yaitu asam fenilat, sinapat, kafeal dan P.

Kumara.

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 g/100 mL.

Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion

H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadi anion

peroksida C6H3O- yang dapat dilarutkan dalam air titik dibandingkan

dengan alkohol alifatik lainnya fenol bersifat lebih asam hal ini dibuktikan

dengan mereaksikan fenol dengan NaOH di mana fenol dapat

melepaskan H+ titik pada keadaan yang sama alkohol alifatik lainnya, fenol

bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan

NaOH dimana fenol dapat melepaskan H+ pada keadaan yang sama

alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu

(Fasenden, 1997).

Pelepasan ion diakibatkan perlengkapan orbital antara suhunya

pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendekorasi bebas negatif

melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya (Fasenden, 1997).

Ada tiga golongan fenol berdasarkan atom H yang digantikan oleh

gugus OH yaitu (Soleman, 2001) :

1. Fenol monovalen. Suatu senyawa fenol yang jika satu atom H pada inti

aromatik diganti oleh satu gugus OH

2. Fenol devalen suatu senyawa fenol yang jika 1 atom H pada inti

aromatik diganti oleh dua gugus hidroksil.


3. Fenol trivalen, suatu senyawa fenol yang jika 3 atom H pada inti

aromatik diganti oleh 3 gugus OH

Senyawa fenol merupakan polutan yang sering ditemukan,

sumber penareman di laut berasal dari tumpukan minyak mentah,

tumpukan bahan bakar kapal maupun pembuatan limbah industri minyak

bumi kehadiran senyawa fenol di laut dapat membahayakan kehidupan

biota laut karena fenol bersifat toksik senyawa fenol juga didegradasi oleh

mikroba pengurai fenol namun jumlah dan kemampuan mikroba tanpa

terbatas. Bila gugus OH minus terikat pada atom karbon alifatik (etanol)

dan bila terikat pada cincin aromatik sifat kimia keduanya itu berbeda

(Hart,1983).

Ada dua perbedaan mendasar antara fenol dan alkohol pertama

bahwa fenol bersifat asam sedangkan alkohol tidak asam kedua adalah

gugus OH pada alkohol alifatik dan subtitusikan sedangkan OH pada

fenol tidak dapat di subtitusikan karena terikat pada cincin aromatik

(Kimia Dasar, 2005).

Senyawa fenol memiliki sifat dan karakteristik yaitu agar sukar

larut dalam air pada suhu 0 sampai 65°C dan melarut sempurna pada

suhu di atas 65,3°C, sangat larut dalam alkohol, benzena, kloroform eter

dan hampir semua pelarut organik, pada suhu ruang fenol memiliki ciri

fisik berupa kristal putih dan perlakuan berubah menjadi merah muda

apabila terkena paparan panas atau cahaya, senyawa fenol dengan

protein membentuk kompleks melalui ikatan hidrogen yang dapat


mengakibatkan kerja enzim serta bersifat toksik terhadap beberapa

serangga dan atau hama (Otmar, 1962).


B. Uraian bahan

1. Alkohol (FI III : 106)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, etyl alkohol

RM/BM : C3H6O/ 46,67 g/mol

RB :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap

dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,

mudah terbakar, dan memberikan nyala biru yang

tidak sesuai

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kelarurtan P

dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

2. Amonia Hidroksida (FI. III : 86)

Nama resmi : AMMONIA

Nama lain : Amonia hidroksida

RM/BM : NH4OH / 35,05 g/mol

RB :
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,

menusuk kuat

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat baik

Kegunaan : Sebagai Pereaksi

3. Aquadest (FI. III : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

RM/BM : H2O / 18,09 g/mol

RB :

Pemerian : Air jernih tidak berwarna, tidak berasa dan tidak

berbau.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat baik

Kegunaan : Sebagai Pelarut

4. Asam Klorida (FI III : 53)

Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam Klorida

RM/BM : Hcl/ 36,5 g/mol

RB :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau merangsang jika

diencerkan, 2 bagian air, asap.


Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam

air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

5. Asam Nitrat (FI III : 78)

Nama resmi : ACIDUM NITRAS

Nama lain : Asam nitrat

RM/BM : HNO3 / 63 g/mol

RB :

Pemerian : Cairan berasap, jernih, tidak berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

6. Asam Sulfat (FI III : 58)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama lain : Asam sulfat

RM/BM : H2SO4 / 98,81 g/mol

RB :
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak

berwarna jika ditambahkan kedalam air

menimbulkan panas.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol dan

menimbulkan rasa panas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

7. Besi (III) klorida (FI III : 106)

Nama resmi : FERRI CHLORIDA

Nama lain : Besi (III) klorida

RM/BM : FeCl3 / 102,5 g/mol

RB :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas

warna jingga dan garam hidrat yang telah

berpengaruh oleh kelembaban

Kelarutan : Larut dalam air, larutan berpotensi berwarna

jingga

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

8. Formaldehid (FI IV : 157)

Nama resmi : FORMALDEHID


Nama lain : Formaldehida

RM/BM : HCHO / 30,63 g/mol

RB :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, uap dapat mengeluarkan

air mata

Kelarutan : Larut dalam air

Kegunaan : Sebagai pereaksi

9. Gliserol Guaikolat (FI III : 272)

Nama resmi : GLYCERYUS GUAICOLAT

Nama lain : Gliserin guaikolat

RM/BM : C10H14O4 / 190,22 g/mol

RB :

Pemerian : Serbuk hablur putih hingga agak keabuan, hampir

tidak berbau lemah

Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%), dalam

kloroform P, dan dalam gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel


10. Natrium Hidroksida (FI III : 705)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium hidroksida

RM/BM : NaOH / 92,00 g/mol

RB :

Pemerian : Bentuk batang, butiran, warna hablur atau keping,

kering, keras, rapuh, putih, mudah meleleh,

basah.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%)P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

11. Resorsinol (FI III : 556)

Nama resmi : RESORCINOLUM

Nama lain : Resorsinol

RM/BM : C6H8O2 / 110,11 g/mol

RB :

Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau serbuk hablur putih

dan hampir putih, bau khas rasa manis.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu

batang pengaduk, cawan porselin, gelas kimia, pipet tetes, pipet skala,

sendok tanduk, rak tabung dan tabung reaksi.

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, alkohol

(C2H6O), amonia hidroksida (NH4OH), aquadest (H2O), asam klorida (HCl),

asam nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), air dingin, air panas, besi (III)

klorida (FeCl3), formaldehid (H5NO), gliseril guaikolat (C10H14O4), natrium

hidroksida (NaOH), dan resorsinol (C6H8O2).

B. Cara Kerja

1. Uji organoleptik

Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan sampel guiakolat murni

dan asam resorsinol murni kedalam masing-masing cawan porselin,

diamati bau, warna, rasa dan bentuk

2. Uji kelarutan

Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan sampel guiakolat murni

dan asam resorsinol murni kedalam masing-masing tabung reaksi,

kemudian ditambahkan pelarut air panas, air dingin, HCl, NaOH dan

etanol kedalam masing-masing tabung yang berisi sampel guiakolat murni

dan asam resorsinol murni. Diamati kelarutan masing-masing sampel

dalam pelarut.
3. Uji pemijaran

Disiapkan alat dan bahan, diambil sampel guiakolat murni dan

asam resorsinol murni, kemudian dipijarkan diatas nyala api. Diamati

warna uap, bau uap dan sifat leleh dari masing-masing sampel.

4. Reaksi pendahuluan

a. FeCl3

Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan sampel murni (guiakolat

dan resorsinol) dan sampel sediaan (GG sediaan dan Thymol) kedalam

tabung kemudian ditambahkan air dingin dan FeCl 3 menghasilkan warna

lemah atau hilang.

b. Uji korek api

Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan sampel murni (guiakolat

dan resorsinol) kedalam cawan porselin yang berisi HCl encer kemudian

dimasukkan batang korek api menghasilkan warna positif.

5. Uji reaksi spesifik

a. Thymol

Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan sampel thymol kedalam

tabung kemudian ditambahkan FeCl3 menghasilkan warna kining tidak

jelas.

b. Resorsinol

Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan sampel murni (guiakolat

dan resorsinol) dan sampel sediaan (GG sedian dan Thymol) kedalam

tabung kemudian ditambahkan FeCl3 menghasilkan warna biru atau


merah coklat. Kemudian dimasukkan sampel murni (guiakolat dan

resorsinol) dan sampel sediaan (GG sediaan dan Thymol) kedalam

tabung kemudian ditambahkan H2SO4 dan formaldehid menghasilkan

warna violet.

c. Guaikolat

Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan sampel murni dan sampel

sediaan kedalam tabung reaksi. Percobaan pertama sampel guaikolat dan

GG sediaan ditambahkan FeCl 3 menghasilkan warna biru atau merah

coklat. Percobaan kedua sampel guaikolat dan GG sediaan ditambahkan

H2SO4 dan formaldehid menghasilkan warna violet. Percobaan ketiga

sampel guaikolat dan GG sediaan ditambahkan HNO 3 menghasilkan

warna merah, jingga, dan kuning.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Uji Organoleptik
Sampel Rasa Warna Bau Bentuk
GG murni Khas Orange Khas Serbuk
Resorsinol Khas Ungu Khas Kristal

2. Uji Kelarutan
Sampel Air dingin Air panas HCl NaOH Etanol
GG murni Tidak Tidak Tidak
Tidak larut Tidak larut
larut larut larut
Tidak Tidak
Resorsinol Tidak larut Tidak larut Larut
larut larut

3. Uji Pemijaran

Sampel Warna uap Bau uap Sifat leleh


GG murni Putih Bau khas Tidak meleleh
Resorsinol Putih Bau khas Mudah meleleh

4. Reksi Pendahuluan
Sampel Pereaksi Hasil
GG murni FeCl3 + air dingin + etanol Kuning
GG sediaan FeCl3 + air dingin + etanol Kuning
Resorsinol FeCl3 + air dingin + etanol Kuning
Thymol FeCl3 + air dingin + etanol Kuning
Korek api Dicelupkan dalam HCl encer -
5. Reaksi Spesifik
Sampel Pereaksi Hasil
GG murni - FeCl3 Merah coklat

- H2SO4 + formaldehid Violet

GG sediaan - FeCl3 Merah

- H2SO4 + formaldehid Violet

- HNO3 Jingga

Resorsinol - FeCl3 Kuning

- NH4OH Kuning coklat

Thymol FeCl3 Kuning tidak jelas

B. Pembahasan
Fenol adalah sekelompok senyawa organik yang gugus

hidroksilnya (OH-) langsung melekat pada korban cincin benzen. Aktivitas

kuat dalam reaksi subtitus aromatik elektrofilik terletak pada gugus OH -nya

karena ikatan karbon sp3 lebih kuat daripada ikatan oleh ikatan karbon sp 3

maka ikatan C-O dalam fenol tidak mudah diputuskan, fenol sendiri tahan

terhadap oksidasi karena pembentukan suatu gugus karbonil

mengakibatkan di karbonnya penstabil aromatik. Fenol umumnya diberi

nama menurut senyawa induknya (Schmidt,1998).

Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menentukan

golongan obat fenol berdasarkan reaksinya yang menggunakan pereaksi

umum dan khusus serta mengenali jenis obat dari suatu sampel murni dan

sampel sediaan.

Uji organoleptik bertujuan untuk mengenali bentuk, warna, bau,

rasa dari suatu sampel yang digunakan yaitu Resorsinol dan guaikolat

murni. Sampel resorsinol hasilnya yaitu memiliki bentuk kristal, bau khas,

warna putih, tidak berasa. Hal ini sesuai dengan literatur (FI III, 1979)

yang menyatakan bahwa resorsinol berbentuk kasar (jarum) berwarna

putih, dengan bau yang khas. Sedangkan pada sampel guaikolat

diperoleh hasil yaitu berwarna jingga, tidak berbau, rasa pahit, berbentuk

serbuk. Hal ini sesuai dengan literatur (FI III, 1979) yang menyatakan

bahwa guaikolat berbentuk serbuk halus dan tidak berbau, serta memiliki

rasa yang pahit.


Uji kelarutan bertujuan untuk mengetahui jumlah maksimum zat

yang dapat larut dengan pelarut tertentu dan beberapa pelarut yaitu air

dingin, air panas, HCl, NaOH, dan etanol. Hasil yang diperoleh pada

guaikolat murni yaitu tidak larut air panas, air dingin, HCl, NaOH, dan

etanol. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (FI III, 1979) yang menyatakan

bahwa guaikolat larut dalam air, metanol, kloroform, dan polietilen glikol,

agak sukar larut dalam gliserin. Pada sampel resorsinol hasil yang

diperoleh yaitu tidak larut dalam air dingin, air panas, HCl, NaOH, dan

larut pada etanol. Hal ini sesuai dengan literatur (FI III,1979) yang

menyatakan bahwa resorsinol larut dalam 1 bagian etanol, larut dalam

etanol, larut dalam gliserol, dan minyak lemak.

Uji pemijaran bertujuan untuk mengetahui presentase zat uji yang

mudah menguap dan hilang pada kondisi dipijarkan. Hasil yang diperoleh

pada guaikolat yaitu uapnya warna putih, berbau khas dan tidak mudah

meleleh. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (FI III,1979) yang

menyatakan bahwa gliseril guaikolat mudah meleleh pada suhu lebur

antara 78C dan 82C. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena

praktikan tidak teliti dalam mengamati titik lebur pada saat proses

pemijaran sampel. Sampel resorsinol diperoleh sampel hasil yaitu warna

uap putih, bau khas dan mudah meleleh. Hal ini telah sesuai dengan

literatur (FI III,1979) yang menyatakan bahwa resorsinol meleleh pada

suhu 109C dan 111C dan sisa pemijaran tidak lebih dari 0,1 %.
Uji reaksi pendahuluan bertujuan untuk mengetahui jenis

golongan obat fenol dengan menggunakan sampel murni dan sampel

sediaan. Pada sampel GG murni dan sediaan ditambahkan FeCl 3 dan air

dingin serta etanol menghasilkan warna kuning lemah. Tujuan

ditambahkan FeCl3 dan etanol yaitu untuk mengetahui apakah terjadi

reaksi antara gugus OH pada strukturnya. Hal ini tidak sesuai dengan

literatur (Susanti, 2018) yang menyatakan bahwa uji kualitatif senyawa

fenol dilakukan dengan cara menambahkan FeCl3 yang ditandai dengan

terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam pekat, yang terjadi

ketika FeCl3 bereaksi dengan gugus hidroksil yang ada pada senyawa

fenol.

Reaksi yang terjadi :

+ + (Warna ungu)
(Guaikolat) (Besi (III) klorida) (Etanol)

Sampel resorsinol dan thymol ditambah FeCl 3 dan etanol

memberikan warna kuning. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (Susanti,

2018) yang menyatakan bahwa uji kualitatif senyawa fenol dilakukan

dengan cara menambahkan FeCl3 yang ditandai dengan terbentuknya

warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam pekat, yang terjadi ketika FeCl3

bereaksi dengan gugus hidroksil yang ada pada senyawa fenol.

Reaksi yang terjadi :


+ + (Warna ungu)
(Resorsinol) (Besi (III) klorida) (Etanol)

Uji korek api bertujuan untuk menentukan jenis golongan obat

fenol yang terdapat dalam sampel murni dan sampel sediaan, sampel

ditambahkan HCl kemudian dicelupkan batang korek api. Hasil yang

diperoleh baik untuk sampel GG murni dan sediaan serta resorsinol dan

thymol tidak berubah warna. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (Renata,

2009) yang menyatakan bahwa batang korek api mengandung lignin yang

mudah dibasahi, HCl encer dicelupkan kedalam larutan, maka akan

berubah warna jingga. Ketidaksesuaian ini diakibatkan kesalahan

praktikan atau kurangnya pereaksi yang digunakan.

Reaksi spesifik bertujuan untuk menentukan jenis zat yang

terdapat dalam sediaan sampel. Pada sampel GG murni dan GG sediaan

yang direaksikan dengan FeCl 3 menghasilkan warna merah, dan ketika

direaksikan dengan H2SO4 dan formaldehid menghasilkan warna violet.

Hal ini sesuai dengan literatur (Schunak, Mayer, dan Haake, 1990) yang

menyatakan bahwa formaldehida dengan adanya asam kromotropat dan

dengan asam sulfat pekat maka dalam beberapa menit akan terjadi

pewarnaan violet atau ungu, reaksi kromotropat mengikuti prinsip

kondensasi senyawa fenol dengan formaldehida membentuk senyawa

berwarna (Dibenzo [C,H] Xanten), pewarnaan disebabkan terbentuknya

ion karbonium-oksonium yang stabil karena mesomeri.


Reaksi yang terjadi :

+ (Warna merah)
(Guaikolat) (Besi (III) klorida)

+ + (Warna violet)
(Guaikolat) (Asam sulfat) (Formaldehid)

Sampel resorsinol dan thymol Ketika direaksikan dengan Fecl3

menghasilkan warna kuning. Hal ini telah sesuai dengan literatur (Susanti,

2018) yang menyatakan bahwa uji kualitatif senyawa fenol dilakukan

dengan cara menambahkan FeCl3 yang ditandai dengan terbentuknya

warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam pekat, yang terjadi ketika FeCl3

bereaksi dengan gugus hidroksil yang ada pada senyawa fenol.

Reaksi yang terjadi :

+ (Warna kuning)
(Resorsinol) (Besi (III) klorida)

Resorsinol direaksikan dengan NH4OH menghasilkan warna

kuning coklat. Hal ini juga telah sesuai dengan literatur (Tim Dosen, 2020)

yang menyatakan bahwa reosorsinol direaksikan dengan NH 4OH

menghasilkan warna kuning coklat, dan ketika direaksikan dengan HCl,

maka resorsinol menjadi warna kuning. Hal ini telah sesuai dengan
literatur (Tim Dosen. 2020) yang menyatakan bahwa resorsinol ketika

direaksikan dengan HCl menghasilkan warna kuning.

Reaksi yang terjadi :

+ (Warna kuning coklat)


(Resorsinol) (Amonia hidroksida)

+ HCl (Warna kuning)


(Resorsinol) (Asam, klorida)

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Uji organoleptik, uji kelarutan, dan uji pemijaran diperoleh hasil bahwa

gliseril guaikolat dan resorsinol merupakan obat golongan fenol.

2. Uji pendahuluan dan uji spesifik dengan menggunakan sampel murni

diperoleh hasil bahwa gliseril guaikolat dan resorsinol merupakan obat

golongan fenol.

3. Uji pendahuluan dan uji spesifik dengan menggunakan sampel sediaan

diperoleh hasil bahwa GG sediaan dan thymol merupakan obat

golongan fenol.

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih didampingi pada saat praktikum agar

dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Amina. 1992. Kimia untuk universitas jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979. Farmakope


Indonesia Edisi III. Departemen kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979. Farmakope


Indonesia Edisi IV. Departemen kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Fessenden, R.J. dan fessenden, J.S. 1997. Dasar-dasar kimia Organik.


Binarupa Aksara. Jakarta.

Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Susanti, N.M.P., Luh Putu Mirah Kusuma Dewi, Harlina Setiawati


Manurung, I Made Gelgel Wirasuta., 2018. identifikasi senyawa
golongan fenol dari ekstraksi etanol daun sirih hijau (Piper betle
Linn) Dengan Metode KLT-Spektro Fotodensitometri. Jurnal
Metamorfosa, 2017 : 4(1) : 108-113.

Schunack,W., Mayer,K., dan Haake, M.,1990, Senyawa Obat, Buku


Pelajaran Kimia Farmasi. Universitas Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.

Schmidt, F.H. 1985. Pengantar Oceomonografi. Universitas Indonesia


Press. Jakarta.

Vermerris, W., Nicholson, R. 2006. Phenolik Compound Biochemistry.


Nueva york. USA.

LAMPIRAN
A. Gambar

1. Uji Organoleptik

GG Murni Resorsinol

2. Uji Kelarutan

a b c d e
a b c d e
GG murni Resorsinol
Keterangan : Keterangan :
a. air dingin a. air dingin
b. air panas b. air panas
c. HCl c. HCl
d. NaOH d. NaOH
e. Etanol e. Etanol

3. Uji Pemijaran
GG murni Resorsinol

4. Reaksi Pendahuluan

a b c d

Keterangan : Keterangan :
a. GG murni + FeCl3 +air dingin +
etanol
b. GG sediaan + FeCl3+air dingin + a. Resorsinol + HCl
etanol b. Thymol+ HCl
c. Resorsinol + FeCl3 +air dingin +
etanol
d. Thymol+ FeCl3 +air dingin + etanol

5. Reaksi Spesifik
a. GG murni

Keterangan : Keterangan :

FeCl3 H2SO4 + Formaldehid

b. GG sediaan

Keterangan : Keterangan : Keterangan :

FeCl3 H2SO4 + Formaldehid HNO3

c. Resorsinol dan Thymol


a b

Keterangan : Keterangan :
a. Resorsinol + FeCl3 Thymol + FeCl3
b. Resorsinol + NH4OH
B. Komposisi dan Pembuatan Bahan

1. HCl 0,1 M

Komposisi :

- HCl pekat 1mL

- Aquadest 100mL

Disiapkan alat dan bahan, Isi Labu takar ukuran 100 mL dengan

aquades sebanyak 10 ml, lalu tambahkan 1 mL asam klorida pekat secara

perlahan. Kocok sebentar kemudian tambahkan aquades sampai 100 ml

atau sampai tanda batas pada labu takar. Pada pengenceran asam

klorida pekat, selalu labu takar diisi aquadest terlebih dahulu untuk

menghindari perubahan panas yang spontan yang bisa menghasilkan

letupan.

2. NaOH

Timbang NaOH 4 gram, masukkan kedalam gelas piala 250 ml,

larutkan dengan aquadest hingga larut. Masukkan ke dalam labu takar

1000 ml,tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga

homogen.

3. FeCl3

Komposisi :

- FeCl3 5 g

- Aquadest 100mL

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang FeCl3 sesuai perhitungan, lalu

diencerkan dalam gelas kimia lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
aquadest sebanyak setengah dari labu takar lalu dikocok. Ditambahkan

lagi aquadest hingga tanda batas, dikocok hingga homogen. Dipindahkan

larutan yang dibuat kedalam botol coklat yang telah disediakan.

4. NH4OH

Komposisi :

- NH4OH 10 mL

- Aquadest 100mL

Diambil NH4OH sebanyak 10 mL, lalu diencerkan dalam gelas kimia

dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL aquadest sebanyak setengah

dari labu takar lalu dikocok. Ditambahkan lagi aquadest hingga batas tera,

dikocok hingga homogen. Dipindahkan larutan yang dibuat kedalam botol

coklat yang telah disediakan.

5. HNO3

Komposisi :

- HNO3 10 mL

- Aquadest 100mL

Diambil HNO3 sebanyak 10 mL, lalu diencerkan dalam gelas kimia

dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL aquadest sebanyak setengah

dari labu takar lalu dikocok. Ditambahkan lagi aquadest hingga batas tera,

dikocok hingga homogen. Dipindahkan larutan yang dibuat kedalam botol

coklat yang telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai