Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PASIEN

Identitas Pasien

Nama : AHM

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 34 tahun

BB/TB : 58 kg/168 cm

Pekerjaan : PNS

Pendidikan terakhir : SMP

Alamat : Jalan Kandala Jakarta Timur

Riwayat Penyakit

Keluhan saat ini: urin berwarna merah, sering merasa kesemutan dan demam

dan menggigil.

Keluhan Utama: Batuk berdahak sejak 1 bulan terakhir, sering demam di malam

hari. Riwayat Penyakit Sekarang: TB kambuhan setelah dilakukan tes BTA (+)

Riwayat penyakit dahulu /lainnya / kondisi khusus: TB 1 tahun yang

lalu Riwayat penyakit keluarga: tidak ada

Riwayat lingkungan, sosial dan gaya hidup: perokok aktif

Riwayat pengobatan: Pernah menggunakan obat TB (selama 6 bulan) setahun

yang lalu dan sudah dinyatakan sembuh. Sekarang tidak menggunakan obat

apapun

Riwayat alergi obat: tidak ada

Informasi lain terkait pengobatan:-


Laporan Hasil

Pemeriksaan

Nama: Amir

Usia: 34

tahun

Berat badan: 58 kg

Tinggi Badan: 168

cm

Alamat: Jalan kandala Jakarta

Timur Tanggal Pemeriksaan: 25

Oktober 2021

Hasil Pemeriksaan

Jenis Hasil Nilai Rujukan

pemeriksaan

Tanda Vital
Tekanan darah 130/80 mmg/dL <140/80 mg/dL

Suhu 38oC 37oC

Darah

Leukosit 23 x 103/mm3 4-10 x 103/ mm3

Hb 11,0 g/dL 11,0 - 16,0 g/dL

Trombosit 200 x 103/µL 150 – 400 x

103/µL

SGOT 40 U/L 0-37 U/L

SGPT 45 U/L 0-40 U/L

BUN 23 mg/dL 10 – 24 mg/dL

Creatinin 1,3 mg/dL 0,5 – 1,5mg/dL

GDP 182 mg/dL 120 – 126 mg/dL

GD2PP 288 mg/ <200 mg/dL

Catatan Pengobatan

24-10-2021 25-10-2021

No. Nama Obat Dosis Rute P SI S M P SI S M

1. Rifampisin 1xsehari Oral 🗸 🗸

450 mg

2. INH 300 mg 1xsehari Oral 🗸 🗸

3. Pirazinamid 1xsehari Oral 🗸 🗸

500mg

4. Glipizid 5 mg 2xsehari Oral 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸


Nama : Nurjannah Akmal

Nim : 20031014012

Kelas : 20A11

RESUME

1. pengertian TBC

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari

kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien

TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Pasien TB dengan BTA negatif

juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. Infeksi akan terjadi apabila orang

lain menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut. Pada

waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak

(droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak

(Kemenkes RI, 2014).

Kebijakan Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan melalui penggalangan kerja

sama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat

dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB (Kemenkes RI, 2014).

2. Etiologi

Penyebab infeksi adalah kompleks M.tuberculosis. Kompleks ini termasuk

M.tuberculosis dan M.africanum terutama berasal dari manusia dan M.bovis yang berasal dari

sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakatan dengan

tuberculosis. Etimologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur. Analisis genetic sequence

dengan menggunakan teknik PCR sangat membantu identifikasi non kultur (Kunoli, 2013).
Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) antara lain adalah sebagai berikut:

a. Berbentuk batang dengan panjang 1- 10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron, berwarna

merah pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan ZN.

b. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.

c. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa.

d. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama

pada suhu antara 4ºC sampai -70 ºC.

e. Sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet akan mati dalam

beberapa menit.

f. Dalam dahak pada suhu 30 - 37 ºC akan mati lebih kurang 1 minggu.

g. Dapat bersifat dormant (’’tidur’’ / tidak berkembang). (KemkesRI, revisi 2015)

3. Patofisiologi

Seseorang yang menghirup bakteri M. tuberculosis yang terhirup akan menyebabkan

bakteri tersebut masuk ke alveoli melalui jalan nafas, alveoli adalah tempat bakteri berkumpul

dan berkembang biak. M. tuberculosis juga dapat masuk ke bagian tubuh lain seperti ginjal,

tulang, dan korteks serebri dan area lain dari paru-paru (lobus atas) melalui sistem limfa dan

cairan tubuh. Sistem imun dan sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan cara

melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menekan bakteri, dan limfosit spesifik tuberkulosis

menghancurkan (melisiskan) bakteri dan jaringan normal. Reaksi tersebut menimbulkan

penumpukan eksudat di dalam alveoli yang bisa mengakibatkan bronchopneumonia. Infeksi

awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri (Kenedyanti &

Sulistyorini, 2017).

Interaksi antara M. tuberculosis dengan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi

membentuk granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi

oleh makrofag. Granulomas diubah menjadi massa jaringan jaringan fibrosa, Bagian sentral

dari massa tersebut disebut ghon tuberculosis dan menjadi nekrotik membentuk massa seperti

keju. Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen kemudian
bakteri menjadi dorman. Setelah infeksi awal, seseorang dapat mengalami penyakit aktif

karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit dapat juga

aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman dimana bakteri yang sebelumnya tidak

aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubrcle memecah sehingga menghasilkan

necrotizing caseosa di dalam bronkhus. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara,

mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerah menyembuh

membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, menyebabkan

terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut (Sigalingging et al., 2019).

4. faktor resiko

Resiko penyakit tuberkulosis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebagai

berikut:

a. Umur menjadi faktor utama resiko terkena penyakit tuberkulosis karena kasus tertinggi

penyakit ini terjadi pada usia muda hingga dewasa. Indonesia sendiri di perkirakan 75%

penderita berasal dari kelompok usia produktif (15-49 tahun).

b. Jenis kelamin: penyakit ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita, karena

sebagian besar laki laki mempunyai kebiasaan merokok.

c. Kebiasaan merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah untuk

terserang penyakit terutama pada laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok dan

meminum alkohol.

d. Pekerjaan, hal ini karena pekerjaan dapat menjadi faktor risiko kontak langsung dengan

penderita. Risiko penularan tuberkulosis pada suatu pekerjaan adalah seorang tenaga

kesehatan yang secara kontak langsung dengan pasien walaupun masih ada beberapa

pekerjaan yang dapat menjadi faktor risiko yaitu seorang tenaga pabrik.

e. Status ekonomi juga menjadi faktor risiko mengalami penyakit tuberkulosis, masyarakat

yang memiliki pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak memenuhi

syarat-syarat kesehatan (Sejati & Sofiana, 2015).

f. Faktor lingkungan merupakan salah satu yang memengaruhi pencahayaaan rumah,


kelembapan, suhu, kondisi atap, dinding, lantai rumah serta kepadatan hunian. Bakteri

M. tuberculosis dapat masuk pada rumah yang memiliki bangunan yang gelap dan tidak

ada sinar matahari yang masuk. (Budi et al., 2018).

5. Tanda dan gejala

Gejala umum tuberkulosis adalah sebagai berikut:

a. Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas;

b. Demam meriang lebih dari sebulan;

c. Batuk lebih dari dua minggu, batuk ini bersifat nonremitting (tidak pernah reda atau

intensitas semakin lama semakin parah) (Tsani, 2011);

d. Dada terasa nyeri;

e. Sesak napas;

f. Nafsu makan tidak ada atau berkurang;

g. Mudah lesu atau malaise;

h. Berkeringat malam walaupun tanpa aktifitas fisik; serta

i. Dahak bercampur darah (Rahmaniati & Apriyani, 2018).

6. penggolongan obat dan MKO

Obat anti tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan

tuberkulosis. Pengobatan tuberkulosis adalah salah satu upaya paling efisien untuk mencegah

penyebaran lebih lanjut dari kuman tuberkulosis.

Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan

maksud :

1) Tahap awal : Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini

dimaksudkan untuk secara elektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh

pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah

resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada

semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat

menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.

2) Tahap Lanjutan : Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk

membunuh sisa kuman yang masih ada di dalam tubuh khususnya kuman persisten

sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Jenis-jenis OAT lini pertama yang digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut :

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia

sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO) adalah :

1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 2)

2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/5(HR)3E3

3) Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR

4) Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indoneisa terdiri dari

OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin,

Moksfiloksasin, dan PAS< serta OAT lini-1 yaitu pirazinamid dan etambutol.

Karakteristik OAT lini pertama :

1. Isoniazid

Isoniazid adalah salah satu obat pilihan untuk obat lini pertama tuberkulosis. Fungsinya

adalah untuk menghambat produksi dari asam mikolat, komponen dinding sel penting

pada bakteri. Asam mikolat ini menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap

kerusakan kimia dan dehidrasi, sehingga mencegah aktifitas efektif dari antibiotik
hidrofobik. Selain itu, asam mikolat membuat bakteri mampu tumbuh didalam makrofag,

bersembunyi dari sistem imun host. Oleh karena itu sangat penting memilih asam

mikolat sebagai target obat.

Mekanisme kerja obat :

Mekanisme kerja utama dari isoniazid adalah dengan berfokus pada pembentukan

berbagai senyawa reaktif yaitu reactive oxygen species (ROS). Setelah isoniazid

beredar dalam aliran darah, isoniazid akan berdifusi secara pasif masuk ke dalam tubuh

bakteri, yang mana bentuk tidak aktif dari isoniazid akan diaktifkan oleh MnCl2 dan

enzim katalase-peroksidase. Enzim ini juga berfungsi untuk melawan kadar pH rendah

ketika terjadi proses oksidatf yang mengubah radikal bebas oksigen menjadi H2O2 di

dalam fagosom.

Proses ini juga mengubah isoniazid menjadi bentuk aktifnya, dimana bentuk aktifnya ini

akan berikatan dengan NADH di sisi aktif protein InhA. Kompleks ini akan mengahmbat

elongasi dari rantai terakhir asam lemak dan karenanya pembentukan asam mikolat dan

dinding sel pun terhambat, sehingga juga menyebabkan deoksiribonucleotida acid

(DNA) bakteri rusak, dan kemudian bakteri tersebut akan mati. Kerja dari isoniazid

sangat penting di minggu pertama pengobatan terutama pada bakteri yang cepat

membelah. Pada bakteri yang lambat tumbuh, obat ini bekerja sebagai bakterisidal

2. Rifampisin

Rifampisin adalah salah satu OAT yang paling efektif, bersama dengan isoniazid,

merupakan regimen dasar dari pengobatan tuberkulosis. Rifampisin ini aktif melawan

bakteri yang tumbuh dengan cepat maupun yang tumbuh dengan lambat

Mekanisme kerja :

Rifampisin dapat dengan mudah berdifusi masuk menyebrangi membran sel karena

karakteristik lipofiliknya. Aktivitas bakterisidal obat ini bergantung pada kemampuan

obat ini untuk menghambat transkripsi ribonucleotida acid (RNA).24 Mekanisme kerja
obat ini adalah dengan berikatan pada beta subunit dari RNA Polimerase (RNAP) yang

bergantung pada DNA sehingga menghambat transkripsi RNA. Komplek ikatan enzim

dan obat ini menghambat inisiasi pembentukan rantai RNA dan juga elongasinya.

3. Pirazinamid

Pirazinamid adalah analog nikotamid yang penting diberikan sebagai OAT lini pertama

bersama isoniazid dan rifampisin untuk pengobatan tuberkulosis. Pirazinamid

membunuh 95% populasi dari mikroorganisme semi dormant yang hanya aktif pada

suasana asam.

Mekanisme kerja :

Pirazinamid bekerja secara bakteriostatik.27 Pirazinamid dalam bentuk prodrug akan

dikonversi menjadi asam pirazinoat oleh enzim piramidase bakteri. Asam pirazinoat dan

analognya 5-kloro-pirazinamid dapat menghambat sintesis asam lemak dari bakteri.27–

29 Pirazinamid mengganggu lalu lintas energi dan transport di membran bakteri.

Akumulasi dari asam pirazinoat di dalam kondisi asam akan mengasamkan sitoplasma

dan merusak sel bakteri.

4. .Etambutol

Etambutol adalah agen antimycobacterial yang termasuk dalam ethylaminobutan.

Etambutol efektif bekerja melawan Mycobacterium tuberculosis tetapi tidak efektif

melawan jamur, virus, dan bakteri lain

Mekanisme kerja:

Etambutol bekerja sebagai bakteriostatik melawan bakteri tuberkulosis dan bakteri yang

resisten terhadap agen antimycobacterial lainnya. Mekanisme kerja dari etambutol

adalah menghambat sintesis metabolit penting dari metabolisme sel dan multiplikasi

bakteri dengan menghambat pembentukan asam mikolat dan dinding sel.

Penghambatan sintesis dinding sel dilakukan dengan menghambat arabinosyl

transferases yang terlibat dalam sintesis dinding sel. Hal ini kemudian mengakibatkan
permeabilitas dinding sel bakteri meningkat.

5. Streptomisin

Streptomisin berasal dari isolasi Streptomyces griseus, dan merupakan antibiotik

pertama yang sukses digunakan melawan tuberkulosis. Sayangnya resistensi terhadap

streptomisi muncul tidak lama setelah digunakan karena penggunaannya sebagai

monoterapi. Antibiotik ini termasuk ke dalam kelompok obat aminoglikosida.

Penggunaan streptomisin seringkali diganti dengan penggunaan etambutol, sebab

absorbsi oral dan toksisitas streptomisin lebih buruk daripada etambutol

Mekanisme kerja :

Streptomisin adalah aminoglikosida yang aktif melawan basil aktif yang sedang tumbuh.

Cara kerja dari antibiotik ini adalah dengan menghambat inisiasi dari translasi untuk

sintesis protein. Lebih spesifik, streptomisin bekerja dengan mengikat subunit 30S dari

ribosom pada protein ribosomal S12 dan rantai rRNA 16 yang dikode gen rpsL dan rrs.

Kedua kode gen yang sering menimbulkan resistensi. Ikatan streptomisin inilah yang

kemudian menghambat pembentukan polipeptida sehingga proses translasi pun

terhambat.
7. Algoritma
8.Penyelesaian kasus

Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective,

Assesment, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut:

Subjek

Nama : AHM

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 34 tahun

BB/TB : 58 kg/168 cm

Pekerjaan :PNS

Pendidikan terakhir : SMP

Objek

Keluhan saat ini: urin berwarna merah, sering merasa kesemutan dan demam dan

menggigil, batuk berdahak sejak 1 bulan terakhir, sering demam di malam hari.

Riwayat Penyakit Sekarang: TB kambuhan setelah dilakukan tes BTA (+)

Riwayat penyakit dahulu /lainnya / kondisi khusus: TB 1 tahun yang lalu

Riwayat penyakit keluarga: tidak ada

Riwayat lingkungan, sosial dan gaya hidup: perokok aktif

Riwayat pengobatan: Pernah menggunakan obat TB (selama 6 bulan) setahun yang lalu

dan sudah dinyatakan sembuh. Sekarang tidak menggunakan obat apapun

Riwayat alergi obat: tidak ada


Hasil pemeriksaan tanda vital pasien

Tekanan darah 130/80 mmg/dL <140/80 mg/dL


Suhu 38oC 37oC
Darah
Leukosit 23 x 103/mm3 4-10 x 103/ mm3
Hb 11,0 g/dL 11,0 - 16,0 g/dL
Trombosit 200 x 103/µL 150 – 400 x 103/µL
SGOT 40 U/L 0-37 U/L
SGPT 45 U/L 0-40 U/L
BUN 23 mg/dL 10 – 24 mg/dL
Creatinin 1,3 mg/dL 0,5 – 1,5mg/dL
GDP 182 mg/dL 120 – 126 mg/dL
GD2PP 288 mg/ <200 mg/dL

Asessment :
DRP
- Pengobatan yang tidak rasional, karena pasien merupakan pasien kambuhan dimana
hal ini tidak sesuai dengan regimen karena pasien telah masuk dalam pengobatan
kategori 2 penambahan etambutol dan streptomizin
- Indikasi tanpa obat, pasien mengalami kesemutan dan diperlukan pengobatan untuk
mengurangi rasa kesemutan tersebut. Solusi untuk kesemutan yang di alami pasien
yaitu pemberian vitamin B6 (piridoksin) untuk mengurangi kesemutan yang dirasakan
oleh pasien.
- Rifampisin underdosis, karena dosis rifampisin adalah 600 mg dan dosis yang diberikan
juga tidak sesuai dengan berat badan pasien yaitu 450 mg dengan berat 58 kg dosis
yang tela disesuaikan dengan berat badan pasien yaitu 580 mg.
- Pirazinamid underdosis, dosis seharusnya 1.450 mg yang telah disesuaikan dengan
berat badan pasien.
Planning

Berdasarkan assesment diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien meminum
obat yang tidak sesuai dosis. Atau underdosis obat, maka direkomendasikan obat yang
sesuai untuk pasien yaitu :

Rifampisin 1xsehari oral


580 mg
INH 300 mg 1xsehari oral
Pirazinamid 1xsehari oral
1.450 mg
Glipizid 5 mg 2 xsehari Oral

Vitamin B6 1xsehari Oral

Etambutol 1xsehari oral


870 mg
Streptomycin 1xsehari Intramuskular
870 mg

Aturan pakai obat :


Untuk obat rifampisin, inh (Isoniazid), pirazinamid sebaiknya diminum saat kondisi perut
kosong yaitu 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan disarankan untuk
meminum obat dipagi hari sebelum makan saat perut kosong atau jika merasakan mual
dapat diminum 2 jam setelah makan di pagi hari.
Untuk obat glipizid sebaiknya diminum sebelum makan bisa di pagi hari mengikut dengan
obat lainnya.
Vitamin B6 sebaiknya diminum 2 jam setelah meminum obat TB
Terapi nonfarmakologi :
Edukasi pasien:
- Untuk pasien dianjurkan untuk mengikuti kegiatan pemberian konseling, edukasi

kesehatan, dan motivasi pasien TB dan mengajak anggota keluarga untuk belajar

tentang penyakit TB dan perlunya pengobatan teratur sampai selesai, merupakan hal

yang sangat penting.pasien juga perlu mengikuti konseling mengenai rokok, karena

pasien adalah perokok aktif, sedangkan rokok merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan resiko muncul nya penyakit TB.

- Monitoring

- Penjelasan mengenai efek samping obat

- Penambahan obat vit B6 diminum 2 jam setelah obat TB

- Untuk meningkatkan kepatuhan pasien di sarankan untuk menggunakan obat FDC TB

untuk meningkatkan kepatuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai