Anda di halaman 1dari 36

TUBERKULOSIS PARU

dr.Robert Naiborhu,Sp.P
Pendahuluan

Penyakit dengan kuman tertua dalam sejarah


18.000 tahun yang lalu lesi TB pada tulang bison
7000 SM : tulang Vetebra manusia neoliticum
3000 SM : tulang Vetebra Mummy di Mesir
Pendahuluan

• Penyakit menular kronis


• Mycobacterium tuberculosis (complex)
• Basil tahan asam (BTA)
• Penularan melalui udara (microdroplet nuclei)
• Infeksi tuberkulosis primer dan pascaprimer (sekunder)
• Faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang menjadi penyakit TB:
• Imunokompromis
• Status gizi buruk
Mycobacterium tuberculosis

1882
Mycobacterium tuberculosis
(stained red) in sputum.
GEJALA KLASIK TB PARU

1. Sistem Respirasi
• Batuk (biasanya berdahak) lebih dari 2 minggu
• Batuk darah
• Nyeri dada
2. Gejala Konstitusi
• Bentuk badan astenis, penurunan nafsu makan dan
berat badan
• Demam subfebris, keringat malam

5-­‐10% pasien TB tidak menunjukkan


gejala; TB ➔ The great imitator
Penularan Mycobacterium
Epidemiologi
Epidemiologi (2)

Tabel 2.1 Prevalensi, Insidensi dan Mortalitas TB di Indonesia tahun 1990 dan 20094
Epidemiologi (3)

• Indonesia merupakan negara urutan keempat dengan kasus


TB terbanyak pada tahun 2010 setelah India, Cina, dan Afrika
Selatan
• Tahun 2007, prevalensi kasus TB sebesar 244 per 100.000
dan insidensi untuk semua tipe TB adalah 228 per 100.000.
Insiden untuk kasus TB-­‐BTA positif sebesar 102 per 100.000
dan angka kematian mencapai 39 kasus per 100.000 atau
sekitar 250 orang perhari.
• Tahun 2020 : 845.000 kasus
Angka kematian : 98.000 orang
Setara 11 org/jam
Permasalahan tb di indonesia

Faktor Sarana
• Tersedianya obat yang cukup dan kontinyu
• Koordinasi sistem yankes
• Regimen OAT yang adekuat

Faktor Penderita/pasien
• Tingkat pengetahuan
• Menjaga daya tahan tubuh
• Menjaga kebersihan diri dan mencegah penularan
• Perasaan rendah diri karena infeksi TB
• Kesadaran dan usaha untuk sembuh
Permasalahan tb di indonesia (2)

Faktor Keluarga, Lingkungan, dan


Masyarakat
• Memberi dukungan/motivasi
• Menjadi PMO
• Mencegah penularan pada
keluarga
• Memeriksakan diri jika ada gejala
kecurigaan TB
Permasalahan tb di indonesia (3)

• Tuberkulosis Resisten Ganda (multidrug resistance TB/MDR-­‐TB)


• Resisten minimal terhadap rifampisin dan isoniazid dengan atau tanpa OAT lainnya
• Suspek TB-­‐MDR, jika:
• Kasus TB paru kronik
• Pasien TB paru gagal
pengobatan
kategori 2
• Pasien TB yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti kuinolon dan
kanamisin
• Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1
• Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah
sisipan dengan kategori 1
• TB paru kasus kambuh
• Pasien TB yang kembali setelah lalai/default pada pengobatan kategori 1 dan atau
kategori 2
• Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB-­‐MDR konfirmasi,
termasuk petugas kesehatan yang bertugas dibangsal TB-­‐MDR
Permasalahan tb di indonesia (4)

• Penyebab terjadinya TB-­‐MDR:


• Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan TB
• Pemberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan resistensi. Hal ini amat
ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama, terutama pada
daerah dengan angka resistensi tinggi.
• Masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis akan
menyebabkan penyebaran galur resistensi obat.
• Pasien dengan TB-­‐MDR diterapi dengan OAT jangka pendek akan tidak sembuh dan
akan menyebarkan kuman. Pengobatan TB-­‐MDR sulit diobati serta memerlukan
pengobatan jangka panjang dengan biaya mahal.
• Pasien dengan OAT yang resisten terhadap kuman tuberkulosis yang mendapat
pengobatan jangka pendek dengan monoterapi akan menyebabkan bertambah
banyak OAT yang resisten (amplifier effect). Hal ini menyebabkan seleksi mutasi
resisten karena penambahan obat yang tidak multipel dan tidak efektif
(addition syndrome).
• HIV akan mempercepat terjadinya terinfeksi TB mejadi sakit TB dan akan
memperpanjang periode infeksius
Kondisi TB di
indonesia
Pencapaian dan kendala di
indonesia
Pencapaian:
• Kontrol TB dimasukkan dalam pengembangan nasional
dengan dana yang terjamin
• Pemberantasan TB merupakan prioritas dari strategi rencana
Menkes
• Intervensi TB/HIV dimasukkan ke dalam keputusan
kementrian pada Desember 2009
• Strategi Pengendalian TB Nasional 2010-­‐2014 diselesaikan
dengan tema “Breakthrough toward Unviersal Access”
• Ekpansi DOTS meliputi 30% dari rumah sakit umum
dan swasta
• Pendirian laboratorium rujukan di tujuh provinsi baru
PEMERIKSAAN TB

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

• Standar : Toraks PA; + lateral pada anak-­‐


anak
• Ro toraks ➔ Sugestif tuberculosis
• Lesi lap atas
• Fibroinfitrat
• Cavitas

•Kelainan tidak selalu khas;


HIV & DM
BAKU EMAS TB PARU?

Mikrobiologi : kultur/biakan Sputum


M tuberculosis

Cara lain deteksi M tuberculosis:


•Pewarnaan langsung sputum
•Tes Molekular
•Imunologi/Serologi
BIAKAN M. TUBERCULOSIS
• Diagnosis pasti ➔ baku emas
• Identifikasi spesies : MTb or NTM
• Lebih sensitif pada jumlah kuman sedikit
• Mahal dan fasilitas terbatas
• Lama (3-­‐8minggu)
• Membedakan aktif dan tidak secara pasti
UJI KEPEKAAN
• Terutama kasus dengan riwayat pengobatan
• Pada kasus gagal konversi
• Masuk kriteria suspek TB MDR
• Pasien riwayat OAT 2nd line
• Kontak dengan pasien TB MDR
• Daerah endemik TB MDR
TES CEPAT MOLEKULAR
K E M E N T E R I A N I< -E S E H ATA N R I
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4 - 9 Kotak Pos 3097, 1196 Jakarta 12950
Telepon: (021) 5201590 (Hunting) Faximile: (021) 5261814, 5203872
Surat Elektronik ; yaruned@depkes.go.id, seyanmed@depkes.go.id, mailing list : buk3@yahoogroups.com

Ya n g t e r h o r m a t
1. K e p a l a D i n a s K e s e h a t a n P r ov i nsi / K a b u p a t e n / K o t a di S e l ur uh Indonesi a
2. K e t u a O r g a n i s a s i P r o f e s i ; P D S P a t k l i n / P A M K I / P O P I / I D A I / IOI/ PAT E L K I
3. K e t u a A s o s i a s i : A R V I / A R S A D A / I L K I

S U R AT E D A R A N
N O M O R : UK.02.1 GN/0342/2013

T E N TA N G :
LARANGAN PENGGUNAAN METODE
SEROLOGI UN TUK PEN EGAK A N DIAGNOSIS TB

Tuberculosis: serology
discouraged by the
who
According to two studies, serologic tests used in the diagnosis of tuberculosis are
not reliable. With these results,who discourages using these tests,too
expensive.

Theserological tests to identify antibodiesto the bacteriumresponsiblefor


tuberculosis are inadequate to reliablydiagnosethe disease,accordingto two studies
publishedTuesdayin the United States.
Thesetests,widelyavailablein countries affected by this disease,proveoften
positivewhen the tested person does not havetuberculosis or negativein the case
ofTB patients,noted the authors of this research publishedin the journal
Publiclibraryof Science(Plos)Medicine and commissionedby the worldOrganization
of the health (who).
In addition,these test are in the end economicallycostlycompared to the other tests
available,since their inefficiencyleads to a greater numberof premature death and
disability as well as to more secondaryinfections and additional tests expensiveto
TB treatment many years ago …

9/16/18 33
Sun bathing …..

9/16/18 34
TB treatment now …
FDC with WHO formulation

35
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
TUJUAN DAN PRINSIP PENGOBATAN TB

1. Pengobatan TB bertujuan:
■ Menyembuhkan pasien
■ Mencegah kematian
■ Mencegah kekambuhan dan komplikasi
■ Memutuskan rantai penularan
■ Mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT
■ Mengurangi dampak negatif sektor sosial dan
ekonomi.
TUJUAN DAN PRINSIP PENGOBATAN TB

2. Prinsip Pengobatan
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip sbb :
a. OAT harus diberikan dalam bentuk paduan obat yang adekuat
dengan dosis yang tepat. Pemakaian OAT-­‐Kombinasi Dosis
Tetap (KDT) lebih menguntungkan untuk meningkatkan
kepatuhan dan dianjurkan.
b. Pengobatan sesuai klasifikasi dan tipe pasien
c. Melakukan pengawasan langsung dengan PMO
d. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan
lanjutan.
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
PRINSIP PENGOBATAN
• Tahap awal (intensif)
✓Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi
obat.
✓Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
✓Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.

• Tahap Lanjutan
✓Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
✓Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Obat yang dipakai:
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah
• OAT yang disediakan Program Penanggulangan
Nasional TB adalah Kategori 1 dan Kategori 2,
sedangkan untuk Kategori 3 yaitu TB paru BTA
negative diberikan paduan pengobatan sama dengan
Kategori 1.

• Untuk pasien TB dengan HIV, pemberian 6H3E3


atau 6 HE pada fase lanjutan tidak dianjurkan.
2. Paduan OAT, Dosis Dan Peruntukannya
a. Kategori-­‐1
Paduan OAT ini diberikan untuk :
• Pasien TB paru baru BTA positif
• Pasien TB paru BTA negatif, foto toraks gambaran
proses spesifik.
• Pasien TB ekstraparu ringan dan berat.
PEMANTAUAN PENGOBATAN

Pemantauan pengobatan ditujukan untuk :


• Menilai respons pengobatan
• Identifikasi dan penanganan efek samping
• Identifikasi dan penanganan komplikasi
melalui -­‐> penilaian klinis (anamnesis dan pemeriksaan
fisis) pemeriksaan mikrobiologis radiologis (bila ada
indikasi/fasilitas)
‐-­ BTA menjadi positif tetapi klinis dan radiologis
perbaikan nyata , serta dipikirkan kemungkinan saat
pemeriksaan dahak awal specimen tidak adekuat
atau keraguan terhadap hasil laboratorium, maka
dipikirkan sesungguhnya BTA positif dari awal dan
belum konversi pada akhir bulan ke-­‐2, oleh sebab itu
pengobatan tetap dilanjutkan dandilakukan TCM

Anda mungkin juga menyukai