TB DM Di Fasilitas Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO Tahun 2013 diperkirakan kasus Tuberkulosis (TB) didunia sejumlah
11 juta diantaranya 9 juta adalah kasus baru, dan sekitar 1,1 juta meninggal. Di
Indonesia, berdasarkan Global TB Report 2013, diperkirakan 680.000 kasus TB
(di antaranya 460.000 adalah kasus baru) atau sekitar 272 kasus TB/100.000
penduduk (diantaranya 183 kasus TB/100.000 penduduk) dan masih tingginya
angka kematian akibat TB yaitu 64.000 sebanding dengan 25/100.000 penduduk.
Saat ini jumlah penyandang Diabetes Mellitus (DM) di seluruh dunia diperkirakan
sebanyak 285 juta orang, dan jumlah ini akan terus mengalami peningkatan
hingga paling sedikit mencapai 438 juta orang pada tahun 2030. Menurut hasil
survei kesehatan nasional 2013 dan International Diabetes Foundation (IDF)
2015, diperkirakan jumlah penyandang DM di Indonesia sebanyak sekitar 9,1 juta
orang. Kasus DM di Indonesia sendiri pada tahun 2030 diperkirakan akan
mencapai angka 21.3 juta orang. Berdasarkan riset kesehatan dasar pada tahun
2013, baru sekitar 30% dari penderita DM yang terdiagnosis di Indonesia
(Riskesdas 2013).
1
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
2
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Dengan adanya keterkaitan TB dan DM telah dilakukan uji coba di 3 (tiga) rumah
sakit ( H. Adam Malik, RSUP Dr Karyadi dan RSUD Labuan Baji) tahun 2014
menunjukkan hasil sbb:
1. RSUP H. Adam Malik :
a. Dari 50 penyandang DM yang diskrining TB sebanyak 24 pasien yang
didiagnosis TB dan terdapat 20 (40%) terkonfirmasi secara bakteriologis.
b. Dari 50 pasien TB, yang diskrining DM sebanyak 41 pasien TB dan
terdiagnosis DM 21 pasien (52%).
2. RSUP dr. Karyadi :
a. Dari 50 penyandang DM yang diskrining TB sebanyak 25 pasien positif
dan dirujuk untuk penegakan diagnosis 7 orang dan semuanya terdiagnosis
TB
b. Dari 50 pasien TB, yang diskrining DM sebanyak 17 pasien dan dirujuk
untuk penegakan diagnosis dan hasilnya 12 penyandang DM (70,6%).
3. RSUD Labuang Baji :
a. Dari 17 penyandang DM yang diskrining TB sebanyak 17 pasien positif
dan dirujuk untuk penegakan diagnosis 2 orang dan semuanya bukan TB.
b. Dari 24 pasien TB, yang diskrining DM sebanyak 4 pasien dan dirujuk untuk
penegakan diagnosis dan hasilnya 2 penyandang DM (50%).
Berdasarkan informasi diatas maka perlu disusun petunjuk teknis penemuan
kasus TB-DM di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
B. Tujuan
Sebagai acuan penemuan kasus TB – DM di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL)
C. Sasaran
1. Petugas kesehatan yang menangani pasien TB dan DM di FKRTL
2. Penanggung jawab program TB dan PTM di dinas Kesehatan provinsi, kab/kota
3. Institusi yang terkait
3
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
D. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, tambahan Lembar Negara Nomor
3273);
2. Undang-undang nomor 29/2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4431);
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial;
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 193);
6. Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 29);
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan
kesehatan pada jaminan kesehatan nasional;
8. Permenkes Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular;
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang
Pedoman Pengendalian Tuberkulosis (TB);
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan
Fasyankes lainnya;
E. Ruang Lingkup
Dalam buku ini pembahasan meliputi :
1. Strategi dan pokok-pokok kegiatan TB-DM
2. Penemuan pasien TB-DM
3. Jejaring TB-DM
4. Surveilans
4
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
F. Pengertian
1. Penyakit TB
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yaitu
Mycobacterium tuberculosis.
Secara umum sifat kumanTB (Mycobacterium tuberculosis) antara lain adalah
sebagai berikut:
Berbentuk batang dengan panjang 1–10 mikron, lebar 0,2–0,6 mikron.
Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.
Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen,
Ogawa.
Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan
dibawah mikroskop.
Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C
Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit.
Dalam dahak pada suhu antara 30–37°C akan mati dalam waktu lebih
kurang 1 minggu.
Kuman dapat bersifat dormant (”tidur”/tidak berkembang)
2. Penyakit DM
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan metabolik menahun yang
ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya.
6
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
BAB II
STRATEGI DAN POKOK-POKOK KEGIATAN TB - DM
7
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
8
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
9
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
C. Kolaborasi TB- DM
1. Tujuan kolaborasi TB-DM adalah penurunan beban pasien TB pada
penyandang DM dan menurunkan beban DM pada pasien TB melalui sistim
jejaring dan kemitraan
2. Kegiatan kolaborasi TB-DM
Kegiatan TB DM dilaksanakan dengan mengacu pada penanggulangan TB dan
DM yang berlaku saat ini meliputi:
a. Perencanaan bersama antara program TB dan DM dalam menetapkan
peran dan tanggung jawab masing- masing program ditingkat pusat dan
daerah termasuk layanan kesehatan.
b. Surveilans dilakukan dengan menggunakan data rutin yang didapat dari
layanan yang sudah melaksanakan kegiatan kolaborasi TB-DM baik dari
layanan TB dan DM, maupun survey dan sentinel.
c. Penanganan pasien TB dan penyandang DM secara terpadu di dalam
fasilitas pelayanan kesehatan maupun antara fasilitas pelayanan kesehatan
dengan faslitas kesehatan lainnya.
d. KIE tentang TB-DM
e. Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
f. Monitoring dan evaluasi dengan melibatkan kolaborasi kedua program
g. Supervisi kegiatan TB-DM secara terpadu oleh kedua program.
10
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
BAB III
PENEMUAN KASUS TB-DM
Bila terdapat salah satu gejala TB dan atau foto toraks mendukung TB maka
penyandang DM dilakukan penegakan diagnosis TB (sesuai alur diagnosis TB
dewasa). Bila dinyatakan TB, penyandang DM dirujuk ke poli DOTS untuk
penatalaksaaan selanjutnya.
11
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Penyandang DM
Skrining :
Gejala TB
Foto
Skrining
Skrining gejala
Rujuk untuk pemeriksaan lab.
ulang setiap
penegakan diagnosis TB :
Sesuai dengan alur berkunjungan
Diagnosis TB pada orang
dewasa
TB Bukan TB
Rujuk ke poli
DOTS TB untuk
tatalaksana TB
12
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
2. Anak
Penemuan pasien TB pada penyandang DM adalah dengan menanyakan
beberapa kondisi di bawah ini, yaitu:
A. Riwayat kontak dengan pasien TB dewasa aktif
B. Gejala dan tanda sugestif TB, yaitu:
Batuk lama atau persisten ≥ 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak
pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan penyebab
lain batuk telah disingkirkan.
Demam lama (≥ 2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam
umumnya tidak tinggi (subfebris) dan dapat disertai keringat malam.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
(failure to thrive).
Berat badan turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
ATAU berat badan tidak naik dengan adekuat ATAU tidak naik dalam 1
bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
Keringat malam dapat terjadi, namun keringat malam saja apabila tidak
disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain bukan merupakan gejala
spesifik TB pada anak.
Gejala spesifik TB terkait organ, antara lain pembengkakan sendi dan tulang
belakang, skrofuloderma, dan lain lain.
Bila menemukan salah satu kondisi di atas maka dilakukan pemeriksaan uji
tuberkulin, foto toraks, pemeriksaan sputum atau spesimen lain yang
relevan Xpert MTB/RIF untuk penegakan diagnosis.
13
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
TB Bukan TB
14
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
(keluhan klasik DM: Poliuria, polidipsi, polifagi, penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya), atau
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah TTGO
dengan beban 75 gram, atau
d. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metoda High
Performance Liquid Chromatographi (HPLC) yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)
15
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Semua pasien yg
terdiagnosa TB
Hasil Pemeriksaan
Catatan :
Jika fasilitas Kesehatan mempunyai pemeriksaan HbA1C dengan
menggunakan metoda High Performance Liquid Chromatographi
(HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP) lakukan bersamaan
pemeriksaan lainnya
16
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
2. Anak
Penapisan DM untuk pasien TB dilakukan 2 bulan setelah ditegakkan
diagnosis dan diterapi secara adekuat namun tidak ada perbaikan secara
klinis dan laboratoris pada TB dan DM.
Penemuan DM tipe 1 pada pasien TB anak adalah dengan menanyakan
gejala klasik DM yaitu :
‐ Buang air kecil yang sering (poliuria)
‐ Sering haus dan minum berlebihan (polidipsia)
‐ Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
‐ Lemas
‐ Sering lapar (polifagi)
Jika ditemukan gejala-gejala di atas maka dilakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu dengan darah kapiler atau vena dan atau urin rutin. Jika kadar gula
darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan/atau urin reduksi positif maka pasien dirujuk
RS yang memiliki pelayanan untuk DM.
Ada Tidak
Pemeriksaan: Cari
‐ GDS penyebab lain
‐ HbA1C
‐ C-Peptide
‐ Urin glukosa
‐ Urin keton
TB-DM
Tatalaksana TB dan
DM sesuai panduan
nasional
17
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
C. Tatalaksana TB-DM
Pada Prinsipnya tatalaksana TB-DM sama dengan penatalaksanaan pasien TB
dan penatalaksanaan penyandang DM.
Penatalaksanaan DM sesuai dengan PNPK DM dan Penatalaksanaan TB sesuai
dengan PNPK TB.
18
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
BAB IV
JEJARING TB-DM
19
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
UNIT DOTS
UNIT DM/
PENYAKIT
DALAM
20
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
2. Pasien TB dengan DM
Penemuan DM pada pasien TB dilakukan di poli DOTS. Bila pasien dinyatakan
DM, pasien tersebut dirujuk ke poli penyakit dalam atau poli Endokrin untuk
penanganan TB selanjutnya dan penanganan DM dilakukan di poli Endokrin
atau Penyakit Dalam.
Pasien TB anak terduga DM tipe 1 penegakkan diagnosisnya di FKRTL yang
mempunyai fasilitas pemeriksaan C-peptide.
21
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Awal diagnosis
Periksa profil lemak (TC,
Bila belum ada kelainan diulangi setiap tahunnya.
HDL, TG and calculated
LDL) Bila sudah ada dislipidemia dilakukan evaluasi ulang
setiap 3 bulan
Awal diagnosis
X-foto thorax
Bisa dilakukan setiap 1 tahun sekali
22
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
BAB V
SURVEILANS
23
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
No Formulir Penggunaan
Daftar terduga TB
1 Mencatat daftar terduga TB
(TB.06)
24
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
b. Pelaporan
Fasilitas pelayanan kesehatan setiap triwulan melaporkan Laporan Triwulan
Program Pengendalian TB kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Laporan tersebut dikirmkan paling lambat tanggal 5 setiap awal triwulan.
Dinas Kesehatan kabupaten/ kota membuat rekapitulasi laporan tersebut
dan melaporkan penemuan dan pengobatan kasus TB paling lambat tanggal
10 setiap awal triwulan melalui SITT (Sistem Informasi Tuberkulosis
Terpadu) dan Sistem Informasi Surveilan PTM yang berbasis web, baik
dilakukan mandiri atau dibantu oleh Puskesmas dan pengelola program TB
kabupaten /kota. Provinsi dapat secara langsung mengakses laporan
kabupaten/ kota untuk memantau pelaporan.
2. Indikator
Indikator menjadi sebagai penanda sejauh mana program TB sudah
dilaksanakan oleh lapas dan rutan. Di Nasional, ada 2 indikator yang digunakan
untuk menilai kemajuan atau keberhasilan TB nasional, yaitu:
a. Angka notifikasi kasus TB (Case Notification Rate = CNR)
b. Angka keberhasilan Pengobatan TB (Treatment Success Rate = TSR)
25
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Form survailans
Proporsi pasien TB-DM yang Triwulanan
4 PTM berbasis
menerima pengobatan TB Tahunan
Fasyankes
Kartu
Pengobatan
Angka Konversi (TB.01) Reg. TB Triwulanan
6
(Conversion Rate) Kab/Kota Tahunan
(TB.03) Laporan
Konversi (TB.11)
Kartu
pengobatan (TB.
01)
Reg. TB
Angka kesembuhan Triwulanan
7 Fasyankes dan
(Cure Rate) Tahunan
Kab/Kota(TB.03)
Laporan Hasil
Pengobatan (TB.
08)
Kartu
Pengobatan
(TB.01)
Register TB
Angka Keberhasilan Triwulanan
8 Kab/Kota
Pengobatan Tahunan
(TB.03)
Laporan Hasil
Pengobatan
(TB.08)
26
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Jumlah pasien
rtinTB - DM
X 100 %
Jumlah Pasien Terdiagnosis TB dan BM yang dilakukan Penapisan
27
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Rumus :
Rumus:
Di fasyankes, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan
cara mereview seluruh kartu pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis
yang mulai berobat dalam 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa
diantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negative, setelah pengobatan tahap
awal (2 bulan/ 3 bulan).
Di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat, angka ini dengan mudah dapat dihitung
dari laporan TB.11. Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%.
28
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Rumus :
Rumus :
29
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Di fasyankes, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan
cara mereview seluruh kartu pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis
yang mulai berobat dalam 9-12 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa
diantaranya yang sembuh setelah selesai pengobatan.
Di Kabupaten, Provinsi dan Pusat, angka ini dapat dihitung dari laporan triwulan
program TB di bagian IV tentang Hasil Pengobatan Pasien TB. Angka minimal
yang harus dicapai adalah 85%. Walaupun angka kesembuhan telah mencapai
85%, hasil pengobatan lainnya tetap perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien
dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, putus berobat (lost to
follow-up), dan tidak dievaluasi.
Angka pasien putus berobat (lost to follow-up) tidak boleh lebih dari 10%,
karena akan menghasilkan proporsi kasus pengobatan ulang yang tinggi
dimasa yang akan datang yang disebabkan karena ketidak-efektifan dari
pengendalian Tuberkulosis.
Menurunnya angka pasien putus berobat (lost to follow-up) karena
peningkatan kualitas pengendalian TB akan menurunkan proporsi kasus
pengobatan ulang antara 10-20 % dalam beberapa tahun.
Sedangkan angka gagal untuk pasien baru TB paru BTA positif tidak boleh
lebih dari 4% untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak
boleh lebih besar dari 10% untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi
obat.
30
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
Rumus :
B. Supervisi
Supervisi merupakan bagian dari proses monitoring, yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja petugas, melalui suatu proses yang sistematis untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasi petugas. Supervisi
dilakukan secara berjenjang oleh Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Pada
saat melakukan supervisi diperlukan pelibatan Kementerian Kesehatan dan Dinas
Kesehatan terkait. Setiap institusi dapat menggunakan panduan supervisi sesuai
dengan kebutuhan program yang akan dilihat.
Hal-hal yang dilakukan selama supervisi adalah:
Observasi
Interview dan diskusi, termasuk mendiskusikan permasalahan yang ditemukan
Analisa pencatatan dan pelaporan
Manajemen interview
Stakeholder interview
Bantuan teknis
Mencari pemecahan permasalahan bersama-sama
Memberikan temuan, rekomendasi dan saran perbaikan
Unit terkait memanfaatkan hasil supervisi sebagai bahan untuk refleksi
keberhasilan dan perbaikan program, oleh karena itu seluruh catatan proses
supervisi disimpan dengan baik.
31
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
BAB VI
PENUTUP
Petunjuk teknis ini tidak dapat dipisahkan dengan pedoman atau petunjuk teknis
yang lainya yang terkait dengan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
(FKRTL), Penanggulangan TB dan Penanggulangan DM.
Petunjuk Teknis ini akan terus disempurnakan dan diperbaharui sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
32
Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL
DAFTAR PUSTAKA
33
KARTU PENG0BATAN PASIEN DM
Nama Pasien : ........................................................... No. Tlp/Hp : ............................... Nama Faskes : ............................................ Tahun : ..........................................
No. RM : ................................................................................................................ Kab/Kota : ............................................ Provinsi : ..........................................
Alamat Lengkap : ................................................................................................................ No. Reg. Faskes : ............................................ No. Reg. Kab/Kota : ..........................................
Jenis kelamin : ................................................................................................................ Nomer Identitas kependudukan (NIK) : ..............................
Tanggal Lahir : ................................................................................................................
Berat Badan : ................................................................................................................
Klasifikasi Pasien Berdasarkan
Tinggi Badan : ................................................................................................................ Dirujuk Oleh
Lingkar Perut Riwayat Pengobatan Sebelumnya
: ................................................................................................................
Nama PMO : ........................................................... No. Tlp/Hp : .............................. inisiatif Pasien/keluarga Baru
Alamat Lengkap PMO : ................................................................................................................... Anggota Masyarakat Diobati setelah
Riwayat Pengobatan Belum pernah / kurang dari 1 bulan Fasilitas Kesehatan Pindahan dari :
Sebelumnya Pernah diobati / lebih dari 1 bulan Dokter Praktik Mandiri Nama Fasyankes : ...............................
Lain-lain Alamat Fasyankes : ...............................
A. Gejala Ktaik DM Sebutkan : Kab/Kota : ...............................
Buang air kecil terus menerus(poliuria) Lain-lain
serins Kaus dan marxtfn berlebtfun (poficfipsia)
Mudah lapar (polifagia)
Penurunan BB yang tidak jelas sebabnya Hasil Pemeriksaan Darah Vena
Catatan :
1. Bila ditemukan 4 dari 4 gejala klasik, rujuk pasien ke poli DM / poli Endokrin untuk pemeriksaan lebih lanjut tanpa No. Reg
Bulan Tanggal GDS GDP TGT TTGO GPT HbA1C
pemeriksaan GDS Lab
2. Buila tidak ditemukan 4 dari 4 gejala klasik, tanyakan faktor resiko DM
B. Faktor Resiko DM
IMT>25
Usia>45Tahun
Riwaayat Hipertensi
RiwayatGangguan Lemak darah (kolesterol, HDL, LDL. Trigliserid)
Riwayat DM pada keluarga
Riwayat melahirkan bayi > 4 kg / DM Gestasional
Riwayat melahirkan BBLR
Riwayat sakit kardiovaskular (Jantung/stroke)
Riwayat penyakit kista ovarium/PCOS (Polycystic Ovary Syndrome
Riwayat gula darah
Catatan :
Jika ditemukan salah satu faktor resiko, lakukan pemeriksaan GDS dengan spesimen darah
vena
34
35
PENANGGULANGAN TB NASIONAL TB.01
KARTU PENGOBATAN PASIEN TB INDONESIA/2015
Nama Pasien TB : No.Telp/HP : Nama PMO : No. Telp/HP :
Nomor Induk Alamat PMO :
:
Kependudukan (NIK) Nama Faskes :
Alamat Lengkap : Kab/Kota :
Jenis Kelamin : L P No. Reg TB.03 Faskes :
Jika wanita usia subur : Hamil Tidak Hamil Tahun :
Tanggal lahir : __/__/____ Umur : tahun bulan Provinsi :
Berat badan : kg Tinggi badan : cm No. Reg TB.03 Kab/Kota :
Parut BCG : Tidak ada Ada Tipe Diagnosis dan Klasifikasi Pasien TB
Jumlah Skoring TB Anak: ……………………….………….…………..……………… Tipe Diagnosis Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi
……………………………………………………………………………………………………….. Terkonfirmasi bakteriologis TB Paru
Terdiagnosis klinis TB Ekstraparu, Lokasi………………………..
Hasil Pemeriksaan Contoh Uji (Sesuai dengan TB.05) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Bulan
ke Tanggal No. Reg Lab BTA*) Biakan Tes Cepat Baru Kambuh
0 Diobati setelah gagal Diobati setelah putus berobat (lost to follow up )
2 Lain‐lain Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
3 Klasifikasi berdasarkan status HIV
5 Positif Negatif Tidak diketahui
6 Dirujuk oleh : Inisiatif Pasien/Keluarga Anggota Masyarakat/Kader ………………
8 Faskes…………………………. Dokter Praktek Mandiri…………………...….
*) Tulislah 1+, 2+, 3+, scanty, atau Neg sesuai hasil pemeriksaan dahak Poli Lain………………………. Lain‐lain…………………………………………….….
Pemeriksaan Lain‐lain Pindahan dari:
● Uji Tuberkulin: ………………….. mm (Indurasi bukan eritema) Nama Faskes : ……………………………………… Kab/Kota : ………………………………………
● Foto toraks: Tanggal: ___/___/_____ No Seri: ……………………………...…. Alamat Faskes : ……………………………………… Provinsi : ………………………………………
Kesan: ……………………………………………………….……………………………..………. Pemeriksaan Kontak Kontak erat dengan anak, sebutkan ……………………………..
● Biopsi jarum halus (FNAB): Tanggal __/__/____ Hasil: ………………….….. No. Nama L/P Umur Hasil pemeriksaan kontak*) Tindak Lanjut
● Biakan hasil contoh uji selain dahak : MTB Bukan MTB 1
Sebutkan……………………………………….. 2
Kegiatan TB DM 3
Riwayat DM : Ya Tidak 4
5
Hasil Tes DM : Positif Negatif
*) Hasil diisi: Untuk Dewasa: Sehat/Sakit TB
Terapi DM : OHO Inj. Insulin Untuk Anak: Sehat/Infeksi Laten TB/Sakit TB
36
37
PENANGGULANGAN TB NASIONAL TB.05
INDONESIA/2015
No. Identitas Sediaan (sesuai Daftar Terduga di TB.06 / TB 06 RO) Alasan Pemeriksaan :
……/………/………/……… Diagnosis TB Diagnosis TB RO
Tgl. Pengambilan contoh uji : ______________ Pemantauan Kemajuan pengobatan :
Tanggal pengiriman contoh uji : ______________ Bulan ke :
Tanda tangan pengambil contoh uji : ______________ Pemeriksaan ulang pasca pengobatan :
Bulan ke :
Jenis & Jumlah Pemeriksaan Lokasi Anatomi
BTA x…………………………. Paru No.Reg.TB/TB RO Faskes :
Tes cepat GX………………… Ekstraparu No.Reg.TB/TB RO Kab/ Kota : ________
Tes Cepat LPA………………. Lokasi :
Biakan x ………………………
Uji Kepekaan Lini 1…………..
Uji Kepekaan Lini 2………….. Secara visual dahak tampak (berilah √ pada kotak)
Nanah lendir Bercak darah Air liur
Contoh Uji Sewaktu / Pagi
Dahak Sewaktu / Pagi
Lainnya ……………………… Sewaktu / Pagi
……………, ……………………..20………..
(………………………………………..)
Nama jelas dokter pengirim
Sewaktu/Pagi
Sewaktu/Pagi
*****)
Contoh Uji*) Hasil Uji Kepekaan
Tanggal Hasil
H R E S Km Amk Ofx
Sewaktu/Pagi
Mengetahui
Tanda tangan pemeriksa Dokter PJ pemeriksaan Lab
(………………………….) (………………………….)
*) Diisi sesuai dengan kode huruf sesuai identitas sediaan/
waktu pengambilan dahak.
**) Beri tanda rumput pada hasil pemeriksaan/ tingkat positif yang sesuai.
***) Isi dengan jumlah BTA/ koloni yang ditemukan
38