Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

WORKSHOP NSPK PENGELOLAAN TB-DM DI FKTP


TAHUN 2016

Kementerian Negara/Lembaga
Unit Eselon I/II

: KEMENTERIAN KESEHATAN
: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
/Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular

Program

: Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Hasil (outcome)

: Menurunnya penyakit menular dan penyakit tidak


Menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa

Kegiatan

: Pencegahan dan pengendalian penyakit

Indikator Kinerja Kegiatan

: 1. Persentase puskesmas yang melaksanakan PTM


pengendalian terpadu
2.Persentase Desa/ kelurahan yang melaksanakan
kegiatan posbindu PTM

Jenis Keluaran (Out Put)

Layanan

pengawasan

pelaksanaan

pengendalian

penyakit PTM
Volume keluaran (output)

: 1 kegiatan (workshop)

Satuan ukur keluaran

: Laporan

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
a. Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
b. Peraturan Presiden No.29 tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2012;
c. Keputusan Presiden RI No. 10 tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan
dan Perluasan Program Pro-Rakyat;
d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan;
e. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.03.01/160/160/I/2010, tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014;
f.

Keputusan Menteri Kesehatan No 375/Menkes/SK/V/2009 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang-Bidang Kesehatan 2005-2025;
1

g. Keputusan Menteri Kesehatan No 1116 tahun 2003 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan;
h. PermenkesNomor 82 Tahun 2014 tentangPenanggulanganPenyakitMenular;
i.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang


Pedoman Pengendalian Tuberkulosis (TB);

j.

Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 270/Menke/SK/III/2007 tentang


Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan
Fasyankes lainnya

k. Keputusan

Menteri

Kesehatan

No.1479

tahun

2003

tentang

Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan


Penyakit Tidak Menular Terpadu.
l.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan


kesehatan pada jaminan kesehatan nasional;

m. Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan


Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 29);
i.

Latar Belakang
Jumlah penyandang Diabetes Melitus (DM) di seluruh dunia saat ini diperkirakan
sebanyak 285 juta orang, dan jumlah ini akan terus mengalami peningkatan hingga paling
sedikit mencapai 438 juta orang pada tahun 2030. Menurut hasil survei kesehatan nasional
2013 dan International Diabetes Federation (IDF) 2014, diperkirakan jumlah penyandang
DM di Indonesia sebanyak sekitar 9,1 juta orang. Kasus DM di Indonesia sendiri pada tahun
2030 diperkirakan akan mencapai angka 21.3 juta orang. Berdasarkan riset kesehatan dasar
pada tahun 2013, baru sekitar 30% dari penderita DM yang terdiagnosis di Indonesia
(Riskesdas 2013).
Menurut WHO tahun 2013 diperkirakan jumlah kasus Tuberkulosis (TB) di dunia
mencapai 11 juta, diantaranya 9 juta adalah kasus baru, dan sekitar 1,1 juta meninggal. Di
Indonesia, berdasarkan Global TB Report 2014, diperkirakan terdapat 680.000 kasus TB,di
antaranya 460.000 adalah kasus baru atau 272 per 100.000 penduduk. Angka kematian
akibat TB di Indonesia masih tinggi

yaitu 64.000, sebanding dengan 25 per 100.000

penduduk. Menurut Riskesdas 2007, hampir 40% pasien TB melaksanakan pengobatan di


Puskesmas dan hampir 20% di klinik primer, sehingga peran layanan primer untuk
penatalaksanaan TB sangat penting. Pada Riskesdas 2013 didapatkan angka prevalensi
nasional TBadalah0,4 persen. Beberapa provinsi memiliki prevalensi di atas angka nasional,
yaitudi Provinsi Jawa Barat (0,7%), diikuti oleh Provinsi Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%),
Gorontalo (0,5 %), Banten(0,4%), dan Papua Barat (0,4%). Salah satu tantangan terbesar
2

yang harus dihadapi adalah masih banyaknya kasus TB yang hilang atau tidak terlaporkan
ke program. Pada tahun 2012 diperkirakan ada sekitar 130.000 kasus TB yang diperkirakan
ada tetapi belum terlaporkan.
Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan akan
melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penyandang DM memiliki
kemungkinan mengalami kemungkinan mengalami tuberkulosis (TB) tiga kali lebih tinggi
untuk menderita TB aktif. Pasien TB dengan komorbid DM akan lebih berisiko mengalami
kegagalan terapi dibandingkan dengan yang tanpa

DM. Hal ini terjadi akibat adanya

penundaan konversi kultur dahak. Risiko kematian selama pengobatan TB dan risiko relaps
pasca pengobatan yang lebih tinggi juga terjadi pada penyandang TB dengan komorbid
DM. Lebih dari 10% pasien TB merupakan terbukti menyandang DM, sehingga dengan
semakin meningkatnya jumlah penyandang DM, jumlah pasien TB juga akan mengalami
peningkatan yang besar.
Hasil survei register TB DM oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
( Balitbangkes) thn 2014 di 7 rumah sakit di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 740 kasus
TB terdapat 110 penyandang DM (14,9%). Alisjahbana dkk dalam penelitian TANDEM tahun
2013 mendapatkan hasil yang sama dengan survei diatas
Penyandang DM memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga membuat
penyandangnya memiliki kemungkinan tiga kali lebih tinggi untuk mendapatkan TB aktif. Hal
ini menyebabkan kasus TB lebih banyak ditemukan pada penderita DM type 2 dibandingkan
dengan populasi umum. Komorbid DM pada penderita TB memperburuk hasil pengobatan
TB, dan kekambuhan paska pengobatan yang lebih tinggi pada penderita TB dengan
komorbid DM. Besarnya dampak yang akan ditimbulkan TB-DM dapat menjadi The next
Health Tsunami bila tidak dikelola dengan baik. Berbagai upaya dan strategi telah dilakukan
untuk menurunkan prevalensi TB di Indonesia. Namun upaya dan strategi dapat terhambat
akibat meningkatnya kasus DM di Indonesia.
Menyikapi keadaan tersebut, Kementerian Kesehatan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinyamenyusun Panduan Pengelolaan TB-DMdi Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) yang bekerjasama dengan lintas program, lintas sektor, danorganisasi
profesi.Pedoman ini

diharapkan

dapat menjadi acuan dalam

pengelolaan

dan

penatalaksanaan TB-DMdi FKTP. Diharapkan petugas kesehatan di FKTP dapat melakukan


pelayanan berkualitas dalam menangani pasien TB-DM sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Dalam rangka menurunkan dampak beban ganda
penyakit TB-DM, Kementerian Kesehatan memandang perlu mengadakan workshop NSPK
TB-DM di FKTP guna mensosialisasikan

Panduan Pengelolaan TB-DM di Fasilitas


3

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Panduan ini disusun sesuai kebutuhan pelayanan
kesehatan di bidang TB-DM di Indonesia terutama mendorong pelaksanaan bidirectional
screening TB-DM sebagai acuan tenaga kesehatan

untuk menemukan pasien TB-DM

secara lebih dini dan mengoptimalkan pengelolaannya.

B. Penerima Manfaat
Kegiatan ini akan melibatkan lintassektor, lintas program tenaga kesehatan dan
masyarakat yang melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular khususnya Penyakit Diabetes Melitus dan penyakit Tuberkulosis.
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan
Workshop dilaksanakan 1 kali pertemuan di Jakarta dengan peserta dari 34
provinsi, terdiri dari 1 orang pengelola Program PTM dan 1 orang pengelola
program TB Dinas kesehatan Propinsi, Subdit TB, Subdit DM, WHO, KNCV
,IDI,BPJS Kesehatan, Dit.P2PTM.

Anda mungkin juga menyukai