Anda di halaman 1dari 31

PANDUAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS

RS. ASY-SYIFA MEDIKA

Jln. Jendral Sudirman RT.02 RW.02 Daya Asri,


Kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung
Telp : (0724) 351113 – 085329398399

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri

Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini

bila tidak diobati atau bila pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya

hingga kematian. TB merupakan penyakit penyebab kematian akibat infeksi kedua tertinggi didunia,

setelah HIV.

Global Tuberculosis Report tahun 2015 dari World Health Organization (WHO) menyatakan

bahwa kasus TB di dunia diperkirakan meningkat dari 9,5 juta pada tahun 2009 menjadi 9,6 juta

kasus di 2015, dengan jumlah yang meninggal akibat TB juga meningkat dari 0,5 juta pada tahun

2009 menjadi 1,5 juta orang di tahun 2015, dan terdapat 480 ribu kasus TB-MDR. Hal tersebut

menunjukkan beban penyakit TB yang tinggi sehingga menjadi dasar bagi WHO memasukkan TB

sebagai kedaruratan global bagi kemanusiaan.

TB di Indonesia menduduki peringkat ketiga penyakit dengan angka kematian tertinggi.

Prevalensi TB di Indonesia tahun 2014 adalah 647 per 100.000 penduduk, dengan sekitar 1 juta

kasus TB baru (insidensi 399 per 100.000 penduduk), 6.800 kasus adalah pasien dengan TB-MDR

(12 per 100.000 penduduk) dan 2% dari angka tersebut (7631 kasus) adalah pasien TB dengan HIV

positif. Angka kematian akibat TB di Indonesia adalah 41 per 100.000 penduduk. Sasaran Nasional

Pengendalian TB tahun 2014 berupa prevalensi TB di Indonesia sebesar 224 per 100.000 penduduk,

dan insidensi TB sebesar 90 per 100.000 penduduk. Dibandingkan dengan sasaran nasional tersebut,

pencapaian prevalensi dan insidensi TB saat ini masih belum mencapai target.

Menurut RIKESDAS tahun 2013, DKI Jakarta menduduki peringkat k-tiga di Indonesia dengan

kasus TB paru tertinggi. Jumlah kasus TB paru di provinsi DKI Jakarta pada tahun 2014 berjumlah

24.500 kasus (256 per 100.000 penduduk), dan mortalitas TB paru di DKI Jakarta adalah 155 dari

100.000 penduduk. Diperkirakan hanya 44,4% dari seluruh pendrita TB yang terdiagnosis diobati

dengan obat program. Pada daerah Jakarta Utara sendiri ditemukan 3.140 kasus baru dan 154 kasus

lama TB dengan prevalensi 200 per 100.000 penduduk, dengan angka mortalitas berupa 16 kasus.
Di tingkat global, stop TB Partnership sebagai bentuk kemitraan global, mendukung Negara

untuk meningkatkan upaya pemberantasan TB, mempercepat penurunan angka kematian dan

kesakitan akibat TB serta penyebaran TB di seluruh dunia. Visi stop TB adalah dunia bebas TB

dengan target pada 2050 TB bukan lagi merupakan masalah kesehatan dunia. Selain itu, indikator

keberhasilan pengendalian TB sesuai SDG di tahun 2030 adalah penurunan jumlah kematian akibat

TB sebesar 90% dan penurunan insiden TB sebesar 80% di tahun 2030.

Program pengendalian TB di Asia Tenggara telah menunjukan kemajuan nyata dalam upaya

penemuan kasus dan tingkat keberhasilan pengobatan yang telah mencapai target > 85%. Meskipun

demikian, terdapat tantangan baru seperti pelaksanaan DOTS belum diterapkan seluruhnya,

perluasan epidemic HIV, dan cakupan surveilan resistensi obat yang masih rendah. Maka, Negara-

negara di kawasan ini didorong untuk memfokuskan kegiatan pada perluasan pelayana DOTS yang

berkualitas, menetapkan intervensi untuk menghadapi tantangan TB/ HIV dan TB MDR,

memperkuat kemitraan, dan berkontribusi dalam penguatan system kesehatan.

Sementara itu, visi dari rencana strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 sendiri adalah

terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong,

yang diwujudkan dengan salah satu misi yakni mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang

maju dan sejahtera, yang diagendakan dalam Nawacita Kabinet Kerja melalui peningkatan kualitas

hidup manusia Indonesia.

Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung oleh perlindungan financial dan pemerataan

pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, pengendalian penyakit terutama pada program nasional

pengendalian TB memiliki target untuk mencapai prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk

pada tahun 2019 dan keberhasilan pengobatan TB 90% di seluruh kabupaten/ kota Indonesia.

Di provinsi Lampung diketahui bahwa angka BTA positif pada tahun 2007-2012 cenderung

berfluktuatif naik turun, sedangkan angka konversi dan kesembuhan nampak berfluktuatif naik turun.

Untuk mencapai target perlu dilakukan berbagai upaya. Upaya yang dilakukan harus terus diperbaiki dan

ditingkatkan karena angka kesembuhan TB Paru BTA + ini belum mencapai target ≥ 85%.  Jumlah TB
paru klinis dibandingkan antara kabupaten/kota, maka Kota Bandar Lampung dengan kasus terbesar dan

Kota Metro dengan kasus terkecil, sedangkan BTA positifnya terbesar adalah Kota Bandar Lampung dan

terkecil adalah Kota Metro, menunjukan bahwa Case Date Rate (CDR) penemuan penderita baru TBC

BTA positif Provinsi Lampung selama tiga tahun persentasenya meningkat tetapi pada tahun 2007 sedikit

menurun menjadi 40,5%, persentase ini masih jauh dari yang ditargetkan yaitu sebesar 70%.

Perkembangan pada tahun 2019 menuntut RS Asy-Syifa Medika harus menyesuaikan dan

mengikuti perkembangan teknologi kedokteran yang semakin cepat serta persaingan antar Rumah

Sakit yang semakin ketat, maka faktor pelayanan prima akan memiliki posisi yang sangat strategis

agar RS Asy-Syifa Medika mampu eksis dan tumbuh berkembang menjadi Rumah Sakit Pilihan

Utama Masyarakat sesuai Visi. Harapan kami kedepan, RS Asy-Syifa Medika dapat menjadi pilihan

terbaik bagi masyarakat. Karena kami percaya dengan mengedepankanmutu pelayanan dan

keselamatan pasien yang didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang berkompeten di

bidangnya adalah fondasi awal kepercayaan pasien terhadap kami.

I.2 Tujuan

I.2.1 Tujuan Umum


Panduan pelayanan Tuberkulosis dengan strategi DOTS di RS Asy Syfa Medika agar dapat
meningkatkan pelayanan mutu Tuberkulosis di rumah sakit

I.2.2 Tujuan Khusus


a. Sebagai panduan dalam program penanggulangan TB di RS Asy Syfa Medika dengan
strategi DOTS
b. Sebagai indikator penerapan mutu di Rumah Sakit Asy Syfa Medika Tahun 2019
c. Sebagai alat ukur kinerja dalam penanggulangan TB di Rumah Sakit Asy Syfa Medika
Tahun 2019

BAB II
RUANG LINGKUP
Salah satu unsur penting dalam penerapan DOTS di Rumah Sakit adalah komitmen yang kuat

antara pimpinan RS, komite medik dan profesi lain yang terkait termasuk administrasi dan

operasionalnya. Untuk itu perlu dipenuhi kebutuhan sumber daya manusia, sarana dan prasarana

penunjang. untuk meningkatkan mutu pelayanan medis TB di Rs Asy Syfa Medika melalui

penerapan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) . Secara optimal dengan

mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien melalui prosedur dan tindakan yang dapat

dipertanggung jawabkan serta memenuhi etika kedokteran.

1. Pencegahan TB

Pencegahan TB meliputi : penemuan kasus TB baru melalui serangkaian kegiatan mulai dari

pemeriksaan fisik, pemeriksaan sputum dan pemeriksaan radiologi. Kemudian menentukan

diagnosis dan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB.

Sebagai upaya pencegahan, sesuai Program Pengendalian Infeksi (PPI) pada sarana

pelayanan, pembuangan sputum/dahak harus dibuang langsung ditempat sampah medis dan

dilakukan penyuluhan/edukasi etika batuk kepada pasien, keluarga dan karyawan.

2. Pengobatan TB

Pengobatan pada penderita TB di RS Asy Syfa Medika dengan cara memberikan obat-obatan

atau Obat Anti Tuberkolosis (OAT) dari Dinas Kesehatan

3. Pengendalian TB secara Komprehensif

Melakukan pelayanan tuberkulosis pada pasien meliputi pencegahan, pengobatan,

pemantauan/monitoring, melibatkan unsur terkait dirumah sakit dan manajemen resistensi

obat. Apabila terdapat multi drugs resistance (MDR) dirujuk ke rumah sakit rujukan dan

untuk pasien tuberkolosis yang tidak konsisten atau tidak datang lagi berobat ke rumah sakit

dilakukan pelacakan kasus mangkir.

Pencegahan, pengobatan dan pengendalian TB secara komprehensif diterapkan kepada semua

pasien-pasien yang diperiksa dan tersangka penderita TB yang datang ke rumah sakit baik di

IGD, Poliklinik, Kamar Bersalin dan Kamar Perawatan RS Asy Syfa Medika.
Petugas yang melakukan pelayanan TB DOTS yaitu : dokter, perawat, petugas farmasi, petugas

laboratorium, petugas medical record yang telah mempunyai sertifikat dan mengikuti pelatihan

TB DOTS.

Panduan ini diterapkan kepada semua pasien –pasien penderita TB yang datang ke RS Asy Syfa

Medika baik di IGD, poliklinik, kamar bersalin dan kamar perawatan

a. Petugas

 Petugas yang melakukan pelayanan non TB DOTS yaitu: dokter, perawat, petugas

farmasi, petugas laboratorium dan petugas rekam medis

 Petugas yang melakukan pelayanan TB DOTS yaitu: dokter, perawat, petugas

farmasi, petugas labaoratorium dan petugas rekam medis yang telah mempunyai

sertifikat

b. Area pelaksanaan

1. Poli klinik,IGD

Bagi pasien –pasien IGD dan poli klinik yang diperkirakan tersangka penderita TB harus

dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang cermat untuk memastikan adanya:

 Pasien bentuk yang lama (>3 minggu)

 Berat badan pasien turun drastis dalam waktu berapa bulan terakhir

 Berkeringat pada malam hari

 Ada riwayat TB dalam keluarga atau sekitar rumah

 Ada riwayat kontak dengan penderita TB

2. Penunjang medis

Skrining pasien-pasien yang dicurigai TB dilakukan dengan cara:

 Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah (LED,dll)

 Pemeriksaan radiologi : foto torax

 Pemeriksaan sputum miskroskopik

3. Kamar bersalin dan kamar Operasi


 Untuk pasien-pasien yang dikamar bersalin dan kamar operasi yang sudah

didiagnosa TB dan sedang dalam pengobatan dengan program DOTS ditangani

dulu penyebab masalah yang menyebabakan pasien masuk kekamar bersalin atau

kamar operasi

 Pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap

A. Alur Pelayanan Pasien TB

1. Bagi pasien-pasien yang masuk melalui IGD, Poliklinik, Kamar Bersalin dan Kamar

Perawatan yang diperkirakan tersangka TB dilakukan skrining oleh dokter.

2. Sebelum dilakukan skirining pasien diberikan penjelasan tentang rencana pemeriksaan yang

akan dijalani. Skrining pasien-pasien yang dicurigai TB dilakukan dengan cara :

a. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan sputum mikroskopis (BTA)

b. Pemeriksaan radiologi : thorax foto

3. Apabila BTA positif pasien dan keluarganya dikirim ke unit DOTS untuk mendapat :

a. Konsultasi dengan dokter

b. Pemberian informasi dan edukasi sesuai standar oleh petugas DOTS yang terlatih

c. Dilakukan pencatatan/pengisian formulir yang disediakan

d. Pemberian obat melibatkan petugas yang terlatih dan keluarganya Pengawas Menelan

Obat

4. Apabila hasil pemeriksaan BTA negatif ,pasien diminta untuk melakukan pengulangan

pemeriksaan sputum mikroskopik sebanyak 2 ( dua ) kali. Apabila hasil tetap menunjukkan

negatif,maka pasien diberikan penanganan sama seperti penanganan semula.

5. Jadwal pengobatan pasien TB paru dewasa setiap hari Senin,Rabu dan Jumat.

6. Untuk pelayanan edukasi terhadap pengobatan TB,poli DOTS melayani setiap hari

7. Rumah Sakit Rujukan Pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang telah ditetapkan bila terjadi

MDR ( Multi Drugs Resistance ) dan atau ada infeksi oportunistik.

B. Pemeriksaan dan Kriteria


1. Pemeriksaan diterapkan kepada semua pasien-pasien yang diperkirakan tersangka penderita

TB DOTS yang datang ke rumah sakit baik di IGD, Poliklinik, Kamar Perawatan dan Kamar

Bersalin

2. Bagi pasien-pasien di IGD, poliklinik dan rawat inap yang diperkirakan tersangka penderita

TB harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang cermat untuk memastikan adanya :

a. Pasien batuk yang lama ( > 3 minggu )

b. Berat badan pasien turun drastis dalam waktu beberapa bulan terakhir

c. Berkeringat pada malam hari

d. Ada benjolan dileher

e. Ada riwayat TB dalam satu rumah atau sekitar rumah

3. Untuk pasien anak,pemeriksaan dilakukan menggunakan skoring TB anak

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB Tidak jelas Laporan BTA (+)

Keluarga, BTA

negatif atau tidak

tahu, BTA tidak

jelas

Uji Tuberkulin Negatif Positif (≥

10mm, atau ≥

5mm pada

Keadaan

imunosupresi)

Status Gizi BB/TB < 90% Klinis gizi buruk

atau atau BB/TB< 70

BB/U < 80 % % atau BB/U <

60%

Demam tanpa sebab jelas 2 minggu


Batuk > 3 minggu

Pembesaran kelenjar >1 cm, jumlah > 1

limfe leher,aksila, tidak nyeri

inguinal

Pembengkakan Ada

tulang/sendi,panggul,lutut pembengkakan

, falang

Foto Thorax Normal/          Kesan TB       

tidak jelas    

Catatan  :

a. Kategori anak adalah usia < 14 tahun

b. Diagnosis dengan system scoring ditegakkan oleh dokter

c. Jika dijumpai scrofuloderma langsung didiagnosis TB

d. Berat badan dinilai saat datang

e. Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi

f. Foto rontgen bukan alat diagnosis utama pada TB anak

g. Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem scoring TB anak

h. Didiagnosis TB jika jumlah skor > 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat

tentative/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dikerjakan.

i. Bila skor 5 dan anak < 5 th dengan dugaan yang kuat, rujuk ke RS yang lebih lengkap

Salah satu unsur penting dalam penerapan DOTS di rumah sakit adalah komitmen yang
kuat antara pimpinan rumah sakit, komite medik dan profesi lain yang terkait termasuk
administrasi dan operasionalnya. Untuk itu perlu dipenuhi kebutuhan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana penunjang, antara lain :

1. Dibentuk Tim DOTS RS yang terdiri dari seluruh komponen yang terkait dalam
penanganan pasien tuberkulosis ( dokter, perawat, petugas laboratorium, petugas
farmasi, rekam medik dan PKRS ).
2. Disediakan ruangan untuk kegiatan Tim DOTS yang melakukan pelayanan DOTS.
3. Pendanaan untuk pengadaan sarana, prasarana dan kegiatan disepakati dalam MoU
antara rumah sakit dan dinas kesehatan setempat.
4. Sumber pendanaan diperoleh dari rumah sakit.
5. Program Nasional Penanggulangan TB memberikan kontribusi dalam hal pelatihan,
OAT, mikroskop dan bahan bahan laboratorium.
6. Formulir pencatatan dan pelaporan yang digunakan pada penerapan DOTS 01,02,03
UPK, 04,05,06,09,10 dan buku registrasi pasien tuberkulosis di rumah sakit.

Strategi DOTS di Rumah Sakit :

Untuk menanggulangi masalah TB, strategi DOTS harus diekspansi dan


diakselerasi pada seluruh unit pelayanan kesehatan dan berbagai institusi terkait termasuk
rumah sakit pemerintah dan swasta, dengan mengikutsertakan secara aktif semua pihak dalam
kemitraan yang bersinergi untuk penanggulangan TB.

Langkah – langkah kemitraan :

1. Melakukan penilaian dan analisa situasi untuk mendapatkan gambaran kesiapan rumah
sakit dan dinas keehatan setempat.
2. Mendapatkan komitmen yang kuat dari pihak manajemen rumah akit dan tenaga medis serta
paramedis dan seluruh petugas terkait.
3. Penyusunan nota kesepahaman antara rumah sakit dan dinas kesehatan.
4. Memyiapkan tenaga medis, paramedis, laboratorium, rekam medis, farmasi dan PKRS
untuk dilatih DOTS.
5. Membentuk Tim DOTS di rumah sakit yang meliputi unitunit terkait dalam penerapan
strategi DOTS di rumah sakit.
6. Menyediakan tempat untuk Tim DOTS di dalam rumah sakit sebagai tempat koordinasi dan
pelayanan terhadap pasien tuberkulosis secara komprehensif ( melibatkan semua unit di
rumah sakit yang menangani pasien tuberkulosis ).
7. Menyediakan tempat / rak penyimpanan OAT di ruang DOTS.
8. Menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologis dahak sesuai standar.
9. Menggunakan format pencatatan sesuai program tuberkulosis nasional untuk memantau
pelaksnaan pasien.
10. Menyediakan biaya operasional.

Pembentukan Jejaring
Rumah sakit memiliki potensi besar dalam penemuan pasien tuberkulosis (case
finding), namun memiliki keterbatasan dalam menjaga keteraturan dan keberlangsungan
pengobatan pasien (case holding) jika dibandingkan dengan puskesmas. Karena itu perlu
dikembangkan jejaring rumah sakit baik internal maupun eksternal.

Suatu sistem jejaring dapat dikatakan berfungsi secara baik pabila angka default rate <5%
pada tiap rumah sakit.

a. Jejaring Internal Rumah Sakit


Jejaring internal adalah jejaring yang dibuat di dalam rumah sakit yang meliputi seluruh
unit yang menangani pasien tuberkulosis. Koordinasi kegiatan dilaksanaan oleh Tim DOTS
rumah sakit.Tim DOTS rumah sakit mempunyai tugas perencanaan, pelaksanaan, monitoring
serta evaluasi kegiatan DOTS di rumah sakit. Tim DOTS berada di bawah komite medik
atau Direktur Pelayanan Medik Rumah Sakit dan dikukuhkan dengan SK Direktur Rumah Sakit.
Fungsi masing-masing unit dalam jejaring internal RS :
1. Tim DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien TB di rumah sakit dan pusat
informasi tentang TB. Kegiatannya meliputi konseling, penentuan klasifikasi dan tipe,
kategori pengobatan, pemberian OAT, penentan PMO, follow up hasil pengobatan dan
pencatatan.
2. Poli umum, UGD dan poli spesialis berfungsi menjaring tersangka pasien TB, menegakkan
diagnosis dan mengirim pasien ke Tim DOTS RS.
3. Rawat inap berfungsi sebagai pendukung Tim DOTS dalam melakukan penjaringan
tersangka serta perawatan dan pengobatan.
4. Laboratorium berfungsi sebagai sarana diagnostik.
5. Radiologi berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostik.
6. Farmasi berfungsi sebagai unit yang bertanggungjawab terhadap ketersediaan OAT.
7. Rekam medis berfungsi sebagai pendukung Tim DOTS dalam pencatatan dan pelaporan.
8. PKRS berfungsi sebagai pendukung Tim DOTS dalam kegiatan penyuluhan.
a. Suspek TB atau pasien TB dapat datang ke poli umum/ UGD atau langsung ke
poli spesialis penyakit dalam dan spesialis anak.
b. Suspek TB dikirim untuk dilakukan pemeriksaan penunjang (Laboratorium
Mikrobiologi, dan Radiologi)
c. Hasil pemeriksaan penunjang dikirim ke dokter yang bersangkutan. Diagnosis
dan dan klasifikasi dilakukan oleh dokter poliklinik atau Tim DOTS.
d. Setelah diagnosis TB ditegakkan pasien dikirim ke Tim DOTS untuk registrasi
(bila pasien meneruskan pengobatan di rumah sakit), penentuan PMO, penyuluhan
dan pengambilan obat, pengisian kartu pengobatan TB (TB01). Bila pasien tidak
menggunakan obat paket, pencatatan dan pelaporan dilakukan dipoliklinik masing-
masing dan kemudian dilaporkan ke Tim DOTS.
e. konseling dan penanganan lebih lanjut dalam pengobatannya.
f. Rujuk (pindah) dari RS Asy Syfa ke UPK lain, berkoordinasi dengan Tim DOTS

b. Jejaring Eksternal
Jejaring eksternal adalah jejaring yang dibangun antara dinas kesehatan, rumah
sakit, puskesmas dan UPK lainnya dalam penanggulangan TB dengan strategi DOTS.
Tujuan jejaring eksternal :
1. Semua pasien TB mendapatkan akses pelayanan DOTS yang berkualitas, mulai dari
diagnosis, follow up sampai akhir pengobatan.
2. Menjamin kelangsungan dan keteraturan pengobatan pasien sehingga mengurangi jumlah
pasien yang putus berobat.
Dinas kesehatan berfungsi :
a. Koordinasi antara rumah sakit dan UPK lain
b. Menyusun protap jejaring penanganan pasien TB
c. Koordinasi sistem surveilans
d. Menyusun perencanaan, memantau, melakukan supervisi dan mengevaluasi penerapan
strategi DOTS di rumah sakit.
e. Menyediakan petugas untuk mengumpulkan laporan.

Mekanisme Rujukan Dan Pindah

Prinsip : memastikan pasien TB yang dirujuk/pindah akan memyelesaikan pengobatannya


dengan benar ditempat lain.

Mekanisme rujukan dan pindah pasien ke UPK lain :

1. Apabila pasien sudah mendapatkan pengobatan di rumah sakit, maka harus dibuatkan
kartu pengobatan TB (TB01) di rumah sakit.
2. Untuk pasien yang dirujuk dari rumah sakit surat pengantar atau formulir (TB09)
dengan menyertakan TB01 dan OAT (bila telah dimulai dibuat pengobatan).
3. Formulir TB09 diberikan kepada pasien beserta sisa OAT untuk diserahkan kepada UPK
yang dituju.
4. Rumah sakit memberikan informasi langsung (telepon atau SMS) ke koordinator HDL
tentang pasien yang dirujuk.
5. UPK yang telah menerima pasien rujukan segera mengisi dan mengirimkan kembali
TB09 (lembar bagian bawah) ke UPK asal.
6. Koordinator HDL memastikan semua pasien yang dirujuk melanjutkan pengobatan di
UPK yang dituju (dilakukan konfirmasi melalui telepon atau SMS).
7. Bila pasien tidak ditemukan di UPK yang dituju, petugas TB UPK yag dituju melacak sesuai
alamat pasien.
8. Koordinator HDL memberikan umpan balik kepada UPK asal tentang pasien yang dirujuk.

Alur Rujukan Pasien TB antar UPK dalam Satu Unit Registrasi (1Kab/Kota)

Mekanisme merujuk pasien dari rumah sakit ke UPK Kab/Kota lain :

1. Informsi rujukan diteruskan ke koordinator HDL Propinsi yang akan menginformasikan


ke koordinator Kab/Kota yang menerima rujukan, secara telepon langsung atau SMS.
2. Koordinator HDL Propinsi memastikan bahwa pasien yang dirujuk telah mendapatkan
pengobatan ke tempat rujukan yang dituju.
3. Bila pasien tidak dtemukan maka koordinator HDL Propinsi harus menginformasikan kepada
koordinator HDL Kab/Kota untuk melakukan pelacakan pasien.

Pelacakan Kasus Mangkir di Rumah Sakit

Pasien dikatakan mangkir berobat bila yang bersangkutan tidak datang untuk periksa ulang/
mengambil obat pada waktu yang telah ditentukan. Bila keadaan ini masih berlanjut hingga 2 hari
pada fase awal atau 7 hari pada fase lanjutan, maka Tim DOTS RS segera melakukan tindakan di
bawah ini :

1. Menghubungi pasien langsung/ PMO


2. Menginformasikan identitas dan alamat lengkap pasien mangkir ke puskesmas agar
segera dilakukan pelacakan.
3. Hasil dari pelacakan yang dilakukan oleh petugas puskesmas segera diinformasikan
kepada RS Asy Syfa Medika. Bila proses ini menemui hambatan, harus diberitahukan ke
koordinator jejaring DOTS RS.

Pilihan Penanganan Pasien Berdasarkan Kesepakatan Antara Pasien dan Dokter

Rumah sakit mempunyai beberapa pilihan dalam penanganan pasien TB sesuai dengan
kemampuan masingmasing seperti terlihat di bawah ini :

Semua unit pelayanan yang menemukan suspek TB, memberikan informasi kepada yang
bersangkutan untuk membantu menentukan pilihan dalam mendapatkan pelayanan (diagnosis dan
pengobatan), serta menawarkan pilihan yang sesuai dengan beberapa pertimbangan :

1. Tingkat sosial ekonomi pasien


2. Biaya konsultasi
3. Lokasi tempat tinggal
4. Biaya transportasi
5. Kemampuan RS
Pilihan 1 : RS menjaring suspek TB, menentukan diagnosis dan klasifikasi pasien serta melakukan
pengobatan, kemudian merujuk ke puskesmas/ UPK lain untuk melanjutkan pengobatan
tetapi pasien kembali ke RS untuk konsultasi keadaan klinis/ periksa ulang.

Pilihan 2 : RS menjaring suspek TB dan menentukan diagnosis dan klasifikasi, kemudian merujuk
ke puskesmas.

Pilihan 3 : RS menjaring suspek TB dan menentukan diagnosis dan klasifikasi pasien serta
memulai pengobatan, kemudian merujuk ke puskesmas.

Pilihan 4 : RS melakukan seluruh kegiatan pelayanan DOTS.


BAB III
INDIKATOR PELAYANAN

III.1 Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:

1. Sahih (valid)

2. Sensitif dan Spesifik (sensitive and specific)

3. Dapat dipercaya (realiable)

4. Dapat diukur (measureable)

5. Dapat dicapai (achievable)

Indikator proses untuk mencapai indikator Nasional tersebut di atas, yaitu:

1. Angka Penjaringan Suspek

2. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang diperiksa dahaknya

3. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru

4. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien

5. Angka Notifikasi Kasus (CNR)

6. Angka Konversi

7. Angka Kesembuhan

8. Angka Kesalahan Laboratorium

Indikator-indikator yang akan digunakan dalam menilai adalah sebagai berikut :

 Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek

jumlah pasien TB BTA positif diantara suspek


X 100%
jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa

Adalah persentase pasien BTA positif yang ditemukan di antara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu proses penemuan, diagnosis pasien
serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Data ini bisa didapatkan dari form TB.06. Angka
ini berkisar 5 – 15%.Jika < 5% dapat disebabkan oleh penjaringan suspek terlalu longgar atau
ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu).Bila angka > 15%bisa
disebabkan karena penjaringan terlalu ketat atau hasil pemeriksaan laboratorium positif palsu.
 Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru tercatat/diobati

jumlah pasien TB BTA positif (baru+kambuh)x 100%

jumlah semua diagnosis TB (semua tipe)

Adalah persentase pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru yang tercatat.
Data ini bisa didapatkan dari form TB.01 dan TB.03. Indikator ini menggambarkan prioritas
penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini
sebaiknya ≥ 65%. Bila angka rendah, dapat disebabkan oleh mutu diagnosis rendah atau
kurang memberikan prioritas penemuan pasien yang menular (pasien BTA positif).

 Angka Konversi (Conversion Rate)

jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang konversix 100%

jumlah pasien TB paru BTA positif yang diobati

Adalah persentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan menjadi
BTA negatif setelah masa pengobatan intensif. Data konversi bisa diperoleh dari form TB.01
dan TB.03. Angka ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan
pengawasan langsung menelan obat dengan benar. Angka yang harus dicapai sebesar ≥ 80%.

 Angka Kesembuhan (Cure Rate)

jumlah pasien TB paru BTA positif yang sembuh x 100%

jumlah pasien TB paru BTA positif yang diobati

Adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh
setelah selesai masa pengobatan di antara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
Data ini didapatkan pada form TB.01. Angka yang harus dicapai sebesar ≥ 85%. Angka ini
dipengaruhi oleh angka loss to follow up yang tidak boleh melebihi 10% karena akan
menghasilkan proporsi pengobatan ulang yang tinggi dimasa yang akan datang yang
disebabkan karena ketidak-efektifan dari penanggulangan TB.
 Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB

jumlah pasien TB anak (0-14 tahun) yang diobati x 100%

jumlah seluruh pasien TB yang diobati

Persentase pasien TB anak (< 15 tahun) di antara seluruh pasien TB tercatat. Angka ini berkisar 15%.
Jika terlalu besar, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
 Angka keberhasilan pengobatan TB

jumlah pasien TB paru terkonfirmasi biologis sembuh + pengobatan lengkap x 100%

jumlah pasien TB paru terkonfirmasi biologis yang diobati

Persentase pasien baru TB paru yang terkonfirmasi biologis yang menyelesaikan pengobatan
termasuk sembuh dan pengobatan lengkap di antara pasien baru TB paru terkonfirmasi
biologis yang tercatat.

 Angka Penemuan Kasus/ Case Detection Rate


jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang ditemukan x 100%

Perkiraan jumlah pasien baru TB paru BTA positif

Presentasi jumlah pasien baru TB paru BTA yang ditemukan dibandingkan jumlah pasien baru BTA
positif yang diperkirakan ada di wilayah tersebut. Target yang ingin dicapai adalah 90%.

 Treatment Success Rate (Angka Keberhasilan Pengobatan TB)

jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang ditemukan x 100%

Perkiraan jumlah pasien baru TB paru BTA positif

Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB
paru terkonfirmasi bakteriologis yang menyelesaikan pengobatan ( baik yang sembuh
maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang
tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan
angka pengobatan lengkap
III.2 SUSUNAN KEANGGOTAN TIM TB DOTS RUMAH SAKIT ASY-SYIFA MEDIKA

KAB. TULANG BAWANG BARAT

Penanggung Jawab : Dr. Herry Novrizal,M.M

Ketua : dr. Arwindy Almar,Sp.PD

Sekertaris : dr. Azizi Hadi Pranoko

Koordinator Pencatatan dan Pelaporan : Indra, Amd.Kep

Koordinator Rawat Jalan dan IGD : Nira Ayih,Amd.Kep

Koordinator Rawat Inap : Nurhayati A.md.Keb

Koordinator Gizi : prilli

Koordintor Laboratorium : merdani Amd. Ak

Koordinator Farmasi : Virginia K, S.Si., M.Kes

Koordinator Radiologi : Supendi, Amd. Rad

III.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI TIM DOTS TB DI RS ASY-SYIFA MEDIKA

A. TUGAS POKOK:

1. Menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan program TB DOTS

2. Melaksanakan koordinasi internal maupun eksternal secara terpadu dengan Unit kegiatan

terkait, serta sektor pemerintah maupun swasta dalam penanggulangan Tuberkulosis

B. FUNGSI :

Sebagai tempat penanganan Pasien Tuberkulosis secara terpadu di RS Asy-Syifa Medika dan

sebagai rujukan informasi tentang Tuberkulosis.


C. URAIAN TUGAS

NO JABATAN URAIAN TUGAS

1 Penanggung Jawab a. Menetapkan kebijakan program penanggulangan TB

di Rumah Sakit

2 Ketua a. Melaksanakan

koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan penanggulangan TB

b. Bertanggung

jawab atas seluruh kegiatan

c. Membagi tugas

Pelaksanaan Program kepada seluruh anggota

3 Sekretaris a. Merekam seluruh kegiatan administrasi program TB

b. Berkoordinasi dengan Koordinator Pelayanan Medis

(Rajal/Ranap) terhadap keabsahan dan kesesuaian data

atas pelayanan yang telah diberikan

c. Melaksanakan koordinasi tehnis dan administrasi

dengan jajaran terkait baik internal terhadap

pelaksanaan program maupun eksternal dengan

kab/kota, Propinsi, Pusat terhadap Pengembangan

Program

d. Membantu ketua Tim dalam kegiatan internal

4 Koordinator Pencatatan a. Menyusun laporan data pasien yang termasuk dalam

dan Pelaporan program TB

b. Menyampaikanhasilevaluasi program TB dan

melaporkannya kepada Kepala Rumah sakit

c. Mendokumentasikan data pasien program TB

d. Melaporkan data TB ke Dinkes Kabupaten


5 Koordinator Rawat a. Mengkoordinasikan suspek dan pasien TB di rawat

jalan dan IGD jalan dan IGD agar dapat ditatalaksana sesuai program

TB

b. Memberikan KIE kepada penderita dan keluarga di

Rawat Jalan dan IGD

c. Bertanggung jawab atas pengisian form laporan TB di

Rawat Jalan (Form 5)

6 Koordinator rawat Inap a. Mengkoordinasikan suspek dan pasien TB di Rawat

Inap agar dapat ditatalaksana sesuai program TB

b. Bertanggung Jawab atas pengisian form laporan TB

di Rawat Inap dan melaporkannya ke sekretaris Tim

program TB

c. Mengadakan KIE kepada penderita dan keluarga di

rawat inap

7 Koordinator Gizi a. Memberikan penyuluhan tentang gizi dan asuhan gizi

yang baik kepada pasien TB(Ranap/Rajal)

8 Koordinator a. Melakukan pemeriksaan laboratorium TB sesuai

laboratorium standar

b. Menyimpan sediaan dan melakukan cross check

c. Merencanakan sarana dan prasarana untuk

pemeriksaan TB

d. Mengisi form TB 04 dan melaporkan ke Sekretaris

Tim program TB.

e. Menyiapkan SPO tentang tatacara pengiriman

spesimen pemeriksaan mikroskopis (Mikrobiologi

maupun Patologi Anatomi)


9 Koordinator Farmasi a. Membuat perencanaan penyediaan OAT (FDC

maupun Reguler)

b. Melakukan koordinasi dengan lintas sektor kegiatan

terkait tentang pengadaan/ penyediaan obat untuk

program TB (Dinas Kesehatan)

c. Pemantauan penggunaan OAT di Rumah Sakit

d. Membuat laporan penggunaan OAT

III.4 RENCANA PROGRAM KERJA TIM DOTS TB RS ASY SYIFA MEDIKA

Pendahuluan

Kasus tuberkulosis (TB) di dunia terus meningkat. Laporan WHO pada tahun 2009

memperkirakan ada 9,4 juta pasien TB. Saat ini merupakan indonesia merupakan negara

dengan kasus TB terbanyak di dunia. Petugas kesehatan yang menangani pasien TB

merupakan kelompok resiko tinggi untuk terinfeksi TB. Pencegahan dan pengendalian

infeksi TB bertujuan untuk mengurangi penularan TB dalam suatu Populasi. Dasar

pencegahan infeksi adalah diagnosis dini cepat tatalaksana TB yang adekuat. Tujuan

pencegahan dan pengendalian infeksi untuk mengurangi penularan TB dan melindungi

petugas kesehatan , pengunjung dan pasien dari penularan TB. Di tingkat global, Stop TB

partnership sebagai bentuk kemitraan global dan mendukung negara-negara untuk

meningkatkan upaya pemberantasan TB, memepercepat penurunan angka kematian dan

kesakitan akibat TB, serta penyebab TB di seluruh dunia.Penanggulanganya Penyakit TB

dan HIV merupakan komitmen global dan nasional saat ini dalam upaya mencapai target

pembangunan Melenium untuk TB.

I. Latar Belakang
Menurut Depkes, TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia.

Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB

terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah penderita TB di Indonesia adalah sekitar

5,8 % dari total jumlah penderita TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat

528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di

Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari

70% usia produktif.

Untuk menanggulangi kasus TB Paru di Indonesia, Menteri Kesehatan Indonesia

mencanangkan dimulainya Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB)

sebagai wahana untuk pemberantasan TB Paru. Penanggulangan TB Paru dilaksanakan

dengan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) atau pengawasan langsung

menelan obat, yang dilaksanakan di puskesmas juga melibatkan rumah sakit. DOTS adalah

strategi program pemberantasan tuberkulosis paru yang direkomendasikan oleh WHO.

MenurutUU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan Permenkes tentang strategi

nasional pengendalian TB bahwa pada tahun 2015, beban global penyakit TB (prevalensi dan

mortalitas) akanrelatif berkurangsebesar 50% dibandingkan tahun 1990, dan 70% orang yang

terinfeksi TB dapat dideteksi dengan strategi DOTS dan 85% diantaranya dinyatakan

sembuh.

TB DOTS merupakan salah satu indikator mutu penerapan pelayanan RS yang masuk

dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan merupakan salah satu sasaran dalam Millenium

Development Goals (MDGs).

Dengan dasar ini semua yang melatar belakangi dibentuknya Tim DOTS di RS Asy Syifa

Medika.

II. Tujuan

1. Tujuan umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan

pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Khusus
- Pembentukan Tim DOTS di RS Asy Syifa Medika adalah untuk membuat, melaporkan

dan mengevaluasi rencana kerja Tim DOTS, mengkoordinasikan pelayanan DOTS di RS

Asy Syifa Medika , mengumpulkan segala bentuk informasi pasien tersangka TB dan TB

positif, memonitor dan memberi pelayanan pengobatan serta konseling pasien TB positif

- Meningkatkan dan memperluas pemanfaatan strategi / menghentikan akses terhadap

diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif dengan akselerasi pelaksanaan DOT

mencapai target global dalam pengendalian TB dan meningkatkan ketersediaan,

keterjangkaunan dan kualitas obat anti TB.

- Menyusun strategi menghadapi berbagai tantangan dengan cara mengadaptasi dots

mencegah / menangani TB dengan risestensi OAT (MDR-TB) dan menurunkan dampak TB

/ HIV

- Mempercepat upaya eleminasi TB dengan cara ,meningkatkan penelitian dan

pengembangan berbagai alat diagnostik. Obat dan vaksin baru serta meningkatkan

penerapan metode baru dalam menjamin pemanfaatan dan keterjangkauan.

III. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

1. Terbentuknya dan berfungsinya tim DOTS di RS Asy Syifa Medika

2. Terlaksananya pelatihan tim DOTS di RS Asy Syifa Medika

3. Terlaksananya fungsi rujukan TB DOTS pada sesuai dengan kebijakan yang berlaku di

RS Asy Syifa Medika

4. Mengadakan inhouse training dan sosialisasi tentang pelayanan TB DOTS

5. MOU rujukan SOP

Rincian Kegiatan :

1. Terbentuknya dan berfungsinya tim DOTS di RS Asy Syifa Medika

a) Dibentukan tim DOTS dan disahkan oleh direktur

b) Melakukan tugas masing-masing dalam tim

2. Terlaksananya pelatihan tim DOTS di RS Asy Syifa Medika

a) Membuat dan anggaran mengenai pelatihan


b) Membuat daftar calon-calon yang akan mengikuti pelatihan berdasarkan tugasnya

masing-masing

c) Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis tim DOTS sesuai

standard dan bersertifikat

3. Terlaksananya fungsi rujukan TB DOTS pada seusai dengan kebijakan yang berlaku di

RS Asy Syifa Medika

a) Terlaksananya rujukan internal dan eksternal di RS

b) Mengontrol tata kerja dan tata laksana rujukan DOTS

c) Mengevaluasi DOTS tiap bulan

4. Mengadakan inhouse training dan sosialisasi tentang pelayanan TB DOTS

a) Memberikan sosialisasi dan penyuluhan mengenai TB di lingkungan Rumah Sakit

b) Membuat dan memberikan pamphlet mengenai TB

5. MOU rujukan SOP

Rujukan DOTS di RS Asy Syifa Medika terbagi 2 yaitu :

a. Rujukan internal :

LAB APOTEK POLI DI RS

POLI DOTS
b. Rujukan eksternal :

POLI DOTS

PUSKESMAS PASIEN PARU RS YANG LEBIH BESAR


TUBABA

IV. Cara Melaksanakan kegiatan.

1. Tim Dots menyelenggarakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan pelayanan

DOTS di Rumah Sakit

2. Pimpinan Rumah Sakit melaksanakan evaluasi pelayanan dan pengendalian mutu TB


3. Melakukan rapat rutin antara pimpinan RS, Komite medik, tim DOTS untuk membahas,

merencanakan dan mengevaluasi.

4. Pelaporan mengenai data/statistic hasil analisa pelayanan medis TB

V. SASARAN

Terlaksananya Program TB Dots di RS Asy Syifa Medika. Pasien dengan TB dapat terdeteksi

diagnosis dan penanganan maupun pengobatan yang baik sesuai SOP Rumah Sakit. Sehingga

dapat menurunkan angka prevalensi TB dan meningkatkan angka keberhasilan dalam

penanganan dan pengobatan TB.

VI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN TB TAHUN 2022

N Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
o
1  Pembentukan tim DOTS V
 Perencanaan anggaran kerja
DOTS V
 Pembuatan MOU rujukan

2 Sosialisasi program kerja DOTS V

3 Pelatihan sertifikasi DOTS

4 Pelaksanaan Pencatatan DOTS dari


Rawat Inap dan Rawat Jalan
5 Pelaporan ke Dinkes
6 Pengajuan Logistik (Obat) DOTS ke
Dinkes
7 Sosialisasi DOTS kepada karyawan V V V V V
RS dan instansi terkait
6 Pencatatan, pelaporan hasil kegiatan V V V V V V V V V
7 Evaluasi kegiatan V
VII. ANGGARAN PROGRAM PELAYANAN TUBERCOLOSIS

RUMAH SAKIT ASY SYIFA MEDIKA

TAHUN 2022

NO JUDUL DAN SASARAN HASIL VOLUME DANA JADWAL PENANG


URAIAN LOKASI YANG GUNG
KEGIATAN DIHARAP mulai selesai JAWAB
KAN

1 Melakukan Diseluruh Diharap Bila Kertas2 Januari Desember dr. Arwindy


penyempurnaan unit setelah diperlukan rim=Rp 2022 2022 Almar Sp.
panduan, dilakuan 80.000 PD
kebijakan dan penyempurn
SPO pelayanan aan panduan Tinta
TB DOTS kebijakan prin=Rp
sebagai acuan dan SPO 35000
kerja Tim pelayanan
Foto
TB DOTS
copi=Rp
dapat
25.000
berjalan
maksimal ATK=Rp
15.000

Flasdis=
100.00

2 Melakukan Diseluruh Diharapkan Setiap saat Januari Desember dr. Arwindy


penjaringan unit perawat setelah ditemukan 2022 2022 Almar Sp.
suspek TB RS ASY dilakukan suspek TB PD
dengan SYIFA penjaringan
pemeriksaan MEDIKA suspek TB
klinis radiologis dengan
sesuai yang pemeriksaan
berlaku klinis
radiologis
sesui protap
yang berlaku
dengan
meningkatka
n cakupan
penderita
sebesar 70%

3 Memantau Pasien TB Diaharapkan Dievaluasi Januari Desember dr. Arwindy


penderita TB BTA(+) dan setelah tiap akhir 2022 2022 Almar Sp.
paru BTA(+) keluarga dilakukan triwulan PD
dengan melibat pemantauan
kan PMO (pmo) penderita TB
sampai sembuh Paru BTA
(+) dengan
melibatkan
PMO dapat
meningkat
angka
kesembuhan

4 Mengadakan Seluruh Diaharapkan Dievaluasi Snack 30 Januari Desember dr. Arwindy


pertemuan petugas Tim dengan tiap tiga bulan Almar Sp.
jejaring internal DOTS adanya sekali orang 2022 2022 PD
TIM DOTS TB pertemuan
memperbaiki Rp 5000
program
Rp
DOTS
150.000

Makan
30 orang

5 Mengadakan Seluruh Diaharapkan Bila Sneck 30 Januari Desember dr. Arwindy


pelatihan petugas TIM dengan diperlukan oarang 2022 2022 Almar Sp.
(perawat, DOTS TB di adanya PD
dokter RS ASY pelataihan Rp.150.0
laboratorium) SYIFA tersebut 00
guna untuk MEDIKA dapat
Makan
menagani meningkatka
30 orang
pasien dengan n
15=Rp
strategi DOTS kemampuan
450.000
pelayanan
TB dengan Pembuat
srategi an
DOTS di laporan
RS ASY Rp.50.00
SYIFA 0
MEDIKA

6 Mengadakan Ruang Diharapkan Diharapkan Januari Desember dr. Arwindy


pembenahan DOTS dan dengan pada akhir 2022 2022 Almar Sp.
ruang penyakit Poli klinik diadakan Desember PD
dalam meliputi penyakit pembentuka 2022 sudah
poli infeksi dan dalam RS n ruang sesuai dengan
non infeksi di ASY SYIFA dipoli klinik standar PPI-
RS ASY MEDIKA DOTS dan TB
SYIFA penyakit
MEDIKA dalam di RS
ASY SYIFA
MEDIKA
menjadi
sesuai
standar PPI

7 Pemenuhan poli penyakit Diharapkan Diharapkan Januari Desember dr. Arwindy


sarana dan dalam di RS setelah pada akhir 2022 2022 Almar Sp.
prasarana ASY SYIFA dilakukan bulan PD
(memperbaiaki MEDIKA pemenuhan desember
ventelasi sarana dan 2022 sudah
ruangan prasarana di sesuai dengan
melengjapai RS ASY standar PPI-
APD baik bagi SYIFA TB
petugasau pun MEDIKA
pasien
membenahi
ruangan
penyedian alat
nebulizer
dirungan poli
RS ASY
SYIFA

VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN


1. Pelaksanaan Pencatatan DOTS dari Rawat Inap dan Rawat Jalan telah berlangsung 6x selama

1 semester yaitu periode Januari-Juni 2022

2. Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan DOTS telah berlangsung 2x selama 1 semester yaitu

periode Januari-Juni 2022 (Januari dan April 2022)

3. Pelaporan ke Dinkes telah berlangsung 2x selama 1 semester yaitu periode Januari-Juni 2022

(Januari dan April 2022)

4. Penyuluhan tentang TB telah berlangsung 1x selama 1 semester yaitu pada bulan Mei 2022

5. Pengajuan Logistik (Obat) DOTS ke Dinkes telah berlangsung 6x selama 1 semester yaitu

periode Januari-Juni 2022

6. Sosialisasi DOTS kepada karyawan RS dan instansi terkait masih belum terlaksana dari

jadwal yang seharusnya bulan Maret 2022 dikarenakan padatnya jadwal pelayanan. Rencana

akan dijadwalkan ulang pada September 2022

XI. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. Laporan dari pelaksanaan kegiatan setiap bulannya kepada tim DOTS, Komite Medik dan

Pimpinan Rumah Sakit.

2. Hasil laporan evaluasi kegiatan dilakukan di akhir tahun.

Mengetahui

Direktur RS Asy Syifa Medika Ketua Tim DOTS

dr. Herry Novrizal dr. Arwindy Almar, Sp. PD

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja program pengendalian TB di RS Asy Syifa Medika
periode Januari – Desember 2022 didapatkan bahwa program pengendalian TB secara umum
sudah terlaksana, namun belum optimal. Masalah yang ditemukan pada program
penanggulangan TB di RS Asy Syifa Medika antara lain:

 Masyarakat kurang mendapat informasi mengenai TB


 Pencarian aktif suspek TB masih belum optimal
 Tidak semua kontak serumah pasien TB yang diberi form TB05 memeriksakan dahaknya

IV.2 Saran
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah di atas antara
lain:
− Meningkatkan frekuensi Promosi Kesehatan TB
− Kolaborasi dengan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
− Perekrutan dan pelatihan kader baru
− Memaksimalkan program Ketuk Pintu Layani dengan Hati

PANDUAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN


TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS
RS ASY-SYIFA No. Dokumen No. Revisi Halaman
MEDIKA
04/DO-AM/PROGNAS/I/2019 0 ½

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan


PROSEDUR 3 Januari 2019 RS. Asy-Syifa Medika
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Herry Novrizal, MM
Direktur
Merupakan prosedur alih penanganan pasien TB setelah mendapat
PENGERTIAN pengobatan dengan strategi Directly Observed Treatment Short-course
(DOTS) agar mendapatkan pengawasan dan pengobatan berkelanjutan
1. Memberikan informasi tentang pengobatan TB dengan strategi
DOTS
TUJUAN
1. Meningkatkan keberhasilan pengobatan pasien TB dan mengurangi kasus
mangkir melalui penerapan sistem jejaring eksternal dalam strategi DOTS
Keputusan direktur RS ASY SYFA MEDIKA Nomor:
KEBIJAKAN 05/DO-AM/SK/PROGNAS/I/2019, tentang kebijakan pelayanan
Tuberkulosis dalam strategi DOTS.
1. Pasien datang melalui pendaftaran dari ( rujukan puskesmas/ datang
sendiri)
2. Pasien di arahkan ke poli DOTS sesuai dengan rujukan
3. Pemberian Informasi tentang pelayanan tuberkulosis sebelum test
PROSEDUR 4. Jika pasien menolak/tidak bersedia untuk test tuberkulosis maka
KERJA diminta untuk tanda tangan surat penolakan
5. Melakukan pemeriksaan rontgen thorax
6. Penyampaian hasil test laboratorium dan rontgen
7. Konseling pada pasien tentang hasil tes tuberculosis
PANDUAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN
RS ASY-SYIFA TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS
MEDIKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

04/DO-AM/PROGNAS/I/2019 0 2/2

8. Bila hasil tes tuberculosis positif, maka pasien dianjurkan untuk


pengobatan TB selama 6 bulan, pengobatan tersebut harus rutin dan
tidak boleh terputus, apabila pengobatan tidak rutin, maka proses
pengobatannya tidak maksimal dan harus mengulang lagi dari awal.
9. Bila hanya diperlukan rawat jalan pasien diberikan resep dan
dipersilahkan pulang
10. Jika hasil reaktif membuat surat rujukan ke Rumah Sakit yang
menjadi rujukan

1. Loket pendaftaran
2. Rawat jalan
UNIT TERKAIT 3. Laboratorium
4. Radiologi
5. Apotik

Anda mungkin juga menyukai