PELAYANAN TB DOTS
RUMAH SAKIT ADELLA SLAWI
Nomor SK :
Panduan Pelayanan TB DOTS
No. :
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif, yaitu pasien yang pada
dahaknya ditemukan kuman TB. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh
banyaknya kuman TB yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Kemungkinan seseorang
terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang
menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah; di antaranya karena gizi
buruk, HIV/AIDS atau penyakit lain, misalnya diabetes melitus.
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari pasien TB akan meninggal,
25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai kasus
kronis yang tetap menular (WHO, 1996), saat ini Indonesia menduduki peringkat ke 2
di dunia setelah India.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata
waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat kehilangan pendapatan
tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB
juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial-stigma bahkan dikucilkan oleh
masyarakat.
a. Kemiskinan.
b. TB terlantar (karena tidak memadainya penemuan kasus, diagnosis dan
penyembuhan)
c. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis
ekonomi atau pergolakan masyarakat;
d. Dampak pandemi HIV.
Panduan Pelayanan TB DOTS
No. :
Pada saat yang sama, resistensi ganda kuman TB terhadap obat anti TB (MDR
= Multi Drug Resistance), semakin menjadi masalah yang serius pada banyak
negara di dunia. Resistensi kuman ini terutama disebabkan tatalaksana pengobatan
yang buruk, karena banyak diciptakan oleh petugas kesehatan, a man made
problem.
2. Strategi Dots
2. Tujuan Pedoman
Pada dasarnya tugas Tim DOTS Rumah Sakit dalam penanggulangan TB adalah
melayani pasien yang datang mencari pengobatan dengan:
1. Melakukan penemuan (diagnosis) kasus TB
a. Mengidentifikasi suspek dan mengisi buku daftar suspek TB (TB.06)
b. Mengisi formulir untuk Pemeriksaan Dahak (TB.05)
c. Mendiagnosis TB pada orang dewasa dan anak sesuai dengan Program
Nasional Penanggulangan TB
d. Menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien
e. Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pengobatan pasien TB (TB.01) dan
kartu identitas pasien (TB.02) secara lengkap dan benar.
2. Melakukan pengobatan pasien TB
a. Membantu pasien dalam penentuan pilihan tempat pengobatan selanjutnya
b. Menetapkan paduan OAT yang benar untuk setiap klasifikasi dan tipe pasien
serta bertanggung jawab dalam menetapkan PMO bersama pasien
c. Memberikan penyuluhan pada pasien, keluarganya dan PMO
d. Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pengobatan pasien TB (TB.01) dan
kartu identitas pasien (TB.02) secara lengkap dan benar
e. Bertanggung jawab dalam pemantauan keteraturan pengobatan
f. Menentukan jadwal pemeriksaan dahak ulang
g. Menangani pasien mangkir;
h. Mendeteksi dan menangani komplikasi, efek samping dan merujuk ke RS
spesialistik lain bila diperlukan;
i. Menangani pasien TB pada beberapa keadaan khusus;
j. Menetapkan hasil pengobatan dan mencatat pada kartu pengobatan pasien;
k. Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pencatatan lain yang diperlukan
(formulir TB.09 dan TB.10).
3. Melakukan pemantauan dan evaluasi hasil pengobatan
a. Melakukan analisis hasil pengobatan pasien sesuai dengan indicator :
1) Merencanakan tindak lanjut untuk penyelesaian masalah.
4. Pencatatan dan Pelaporan
a. Melakukan pencatatan suspek dan pasien yang diobati
Panduan Pelayanan TB DOTS
No. :
4. Batasan Operasional
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis).
2. Metode DOTS
Metode Directly Observed Treatment Short-coursed (DOTS) adalah suatu stategi
yang ditetapkan pemerintah untuk penanggulangan
tenaga kesehatan / keluarga terdekat pasien untuk meningkatkan angka
sesembuhan dan menurunkan angka putus obat dan mortalitas penderita
tuberkulosis.
3. Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Obat Anti tuberkulosis adalah suatu kombinasi dari empat atau lebih jenis obat yang
ditujukan untuk penyembuhan penderita tuberkulosis.
4. Pengawas Menelan Obat (PMO)
Pihak yang bertanggung-jawab untuk memastikan pasien tidak lupa dan dapat
minum obat secara rutin.
5. Klinik DOTS
Tim di RS Adella Slawi yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program DOTS
untuk TB di RS.
5. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan LembaranNegara Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan LembaranNegara Nomor
4431);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara
Nomor 4437);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang pedoman
Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal ;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/ Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar Pelayanan Minimal Di Rumah Sakit;
Panduan Pelayanan TB DOTS
No. :
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Jumlah
Jenis Ketenagaan Pendidikan
Tenaga
Penanggung jawab Direktur 1
Dokter Umum yang bersertifikat pelatihan
Ketua Tim DOTS 1
TB DOTS
Sekretaris Perawat 1
Perawat D3/S1 yang bersertifikat pelatihan
Koordinator 1
TB DOTS
Perawat D3 / S1, yang bersertifikat
Koordinator Rawat Inap 1
pelatihan TB DOTS
Koordinator Laboratorium D3 Analis Laborat 1
B. Distribusi Ketenagaan
Disesuaikan dengan jadwal jaga masing-masing petugas
C. Pengaturan Dinas
Pengaturan jadwal petugas medis maupun non-medis Tim DOTS RS Mitra
Siaga disesuaikan dengan jam kerja dan jadwal dinas di bagian masing-masing.
D. Uraian Tugas
1. Ketua Tim Dots
Jabatan Ketua Tim Dots
1. Pendidikan : Dokter Umum
2. Ketrampilan : -
Kualifikasi/ Kriteria
3. Pelatihan : Sertifikasi DOTS - TB
4. Masa kerja : -
1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program
implementasi DOTS di rumah sakit
2. Mengkoordinir pelaksanaan ISTC (internasional
Tanggung Jawab
standard tuberculosis care ).
3. Mengkoordinir pelaksanaan program implementasi
DOTS di RS.
1. Menetapkan petunjuk pelaksanaan dan prosedur
pelayanan.
2. Melaksanakan evaluasi dan monitoring pelaksanaan
Wewenang
kegiatan.
3. Melaksanakan pelaporan kegiatan pelayanan
pasien tb sesuai dengan strategi DOTS kepada atasan.
Tugas Pokok Uraian Tugas
B. Standar Fasilitas
Fasilitas yang dapat digunakan oleh Tim DOTS RS Mitra Siaga adalah :
1. Ruangan khusus dan tersendiri untuk melayani pasien tuberkulosis yang
disebut sebagai “Ruang DOTS”.
2. Bilik Khusus untuk berdahak ( Ruang Berdahak )
3. Meja Konsultasi 2 buah
4. Kursi 6 buah
5. Kursi tunggu pasien
6. Kalender Jadwal Pasien 1 buah
7. Rak Obat 1 buah
8. Lemari Arsip 1 buah
9. Stetoskop 1 buah
10. Tensimeter 1 buah
11. Timbangan BB 1 buah
12. Kipas Angin 1 buah
13. Masker Bedah 1 dus
14. Masker N95
15. ATK
16. Komputer / Laptop 1 unit
17. Jam dinding
18. Pesawat telpon
19. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
a. Kategori 1 ( FDC / Kombipak )
b. Kategori 2
c. Kategori Anak
20. Formulir dan buku pencatatan TB
a. TB.01 : Kartu Pengobatan Pasien TB
b. TB.02 : Kartu Identitas Pasien TB
c. TB.03 : Register Pasien TB di UPK
d. TB.04 : Register Laboratorium TB
e. TB.05 : Formulir Permohonan Laboratorium TB untuk Pemeriksaan
dahak
f. TB.06 : Buku Daftar Tersangka Pasien (Suspek) TB
g. TB.09 : Formulir Rujukan/ Pindah Pasien TB
h. TB.10 : Formulir Hasil Akhir Pengobatan Pasien Pindah
Panduan Pelayanan TB DOTS
No. : 115.5/SK-RSMS/I/2018
18 | R S M S
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Penemuan Pasien Tb
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan pasien merupakan
langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan
penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan
kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus
merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
1. Strategi penemuan
a. Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.
Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan;
didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan
maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka
pasien TB.
b. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA
positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan
gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
c. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif.
2. Gejala klinis pasien TB
a. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
b. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan
lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas,
dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Panduan Pelayanan TB DOTS
No. : 115.5/SK-RSMS/I/2018
19 | R S M S
3. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS),
a. S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot
dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
b. P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas
di UPK.
c. S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
4. Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan TB
khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka
terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan
identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan
dalam beberapa situasi:
a. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
b. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
c. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
5. Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang
mampu melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai
standar internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu (Quality
Assurance) oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil
pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang benar sehinggga
kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR dapat di cegah.
Panduan Pelayanan TB DOTS
No. : 115.5/SK-RSMS/I/2018
20 | R S M S
B. Diagnosis Tb
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB
paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku
kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan
deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja
dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif)
dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan
diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan
dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,
patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
Panduan Pelayanan TB DOTS
No. : 115.5/SK-RSMS/I/2018
21 | R S M S
Gambar 4.1. Alur Diagnosis TB Paru