Anda di halaman 1dari 21

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 1 dari 21

Ditetapkan,
Rumah Sakit Umum Adella
Tanggal Terbit Direktur
01 Januari 2017
SPO

Dr. H. M. Abdul Djalil, M. Kes


NIP. 19530307 2010 01

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang


kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan
glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism
lemak dan protein ( Askandar, 2000 )
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput
lender dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai

PENGERTIAN invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut


menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan
salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan
penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan
penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus
Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding
pembuluh darah, (zaidah 2005).
Melaksanakan pelayanan ilmu kesehatan penyakit dalam yang
TUJUAN
komprehensif,cepat tepat dan akurat dan optimal
1. Pelayanan penderita rawat jalan dan rawat inap oleh dokter
KEBIJAKAN
spesialis dalam, bidan dan perawat jaga.
KLASIFIKASI TIPE DM

PROSEDURE Klasifikasi Diabetes Melitus dari National Diabetus Data Group:


Classification and Diagnosis of Diabetes Melitus and Other
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 2 dari 21

Categories of Glucosa Intolerance:

1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Melitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang
tidak mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
    2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa

Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus
adalah:
1.    Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
PROSEDURE
a.    Faktor genetic
     Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
b.    Faktor imunologi
    Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c.    Faktor lingkungan
     Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 3 dari 21

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau


toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui,
factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin
(DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI
ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya
kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi
reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
PROSEDURE
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar
tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia
(Price,1995). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus
tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada
masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65 tahun)
2)    Obesitas
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


berd .03.12/I/2017 4 dari 21

3)    Riwayat keluarga


4)    Kelompok etnik

3. Diabetes dengan ulkus


a. Faktor endogen
1. Neuropati
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan
dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa,
sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi
keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler
2. Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor
resiko lain.
3. Iskemia

PROSEDURE Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan


pembuluh darah) pada pembuluh darah besar tungkai
(makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah ke
tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat
timbulnya gangrene yang luas.

Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:


 Adanya hormone aterogenik
 Merokok
 Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia:
  Kaki dingin
  Nyeri nocturnal
  Tidak terabanya denyut nadi
  Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
  Kulit mengkilap
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


berd .03.12/I/2017 5 dari 21

  Hilangnya rambut dari jari kaki


  Penebalan kuku
  Gangrene kecil atau luas.

b. Faktor eksogen
1. Trauma
 2. Infeksi

ANATOMI DAN FISIOLOGI


1.  Anatomi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya
kira-kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa
dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata
lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin terbesar yang
PROSEDURE
terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian
depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian
badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke
arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada
alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas
terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang
membentuk usus (Tambayong, 2001).
Fungsi pankreas ada 2 yaitu :
a. Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi
enzim dan elektrolit.
b. Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans,,
yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang
mensekresikan insulin. Pulau langerhans manusia mengandung
tiga jenis sel utama,yaitu :
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 6 dari 21

1. Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi


glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang
mempunyai “ anti insulin like activity “.
2. Sel-sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 % , membuat
insulin.
3. Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat
somatostatin yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon .
(Tambayong, 2001).
2. Fisiologi
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar,
pankreas, adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari
absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar melalui vena porta,
sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini
kadar glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica,
setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa,
PROSEDURE
sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari vena
porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan
normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar
glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu
akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan
peran insulin dan glucagon sangat penting pada metabolisme
karbonhidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan
merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk
mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk
gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka
glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa yang diambil dan
dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer
tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara
lain :
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 7 dari 21

a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.


Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa
darah dengan cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
1) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
2) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan
kromafin.
3) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
4) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis
anterior.
b. Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone
membentuk suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah
timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin.

PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes
melitus adalah :
PROSEDURE
     1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu,
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 8 dari 21

juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang


menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses
ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti
nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan
kesadaran, koma bahkan kematian.
      2. Diabetes tipe II

PROSEDURE Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan


dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya
sangat tinggi).
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 9 dari 21

Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui


kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut
angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu
gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular)
disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral
biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus
keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan
dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen,
keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban
terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya
trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan
dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar
dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus.
PROSEDURE Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi
resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi
didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space
infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang
abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke
jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).

MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b.   glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c.  keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,
koma, kematian.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 10 dari 21

2. Diabetes Tipe II
a.   lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b.   gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya
lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
c.   komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit
vaskular perifer)
3. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri
dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan
pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan
gejala klinis 5 P yaitu :
a.  Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
PROSEDURE
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
pola dari fontaine:
Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220).

Klasifikasi :
Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan,yaitu :
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 11 dari 21

Derajat 0        :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I          : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II         :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
Derajat III        : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV      : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
Derajat V        : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan
sebagai akut dan kronik :
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah.
     a. Hipoglikemia.
PROSEDURE
     b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
     c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2.  Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai
sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai
mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa
darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik
komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan
autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan
ulkus pada kaki.
. d. Ulkus/gangren
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 12 dari 21

   Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:


1)     Grade 0 : tidak ada luka
2)     Grade I  : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3)     Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4)     Grade III   : terjadi abses
5)     Grade IV   : Gangren pada kaki bagian distal
6)     Grade V    : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai

3.  Komplikasi jangka panjang dari diabetes

Organ/jaringan yg terkena

1. Pembuluh darah
Yg terjadi : Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri
berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga
PROSEDURE pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal &
mengalami kebocoran.
Komplikasi : Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan
luka yg jelek & bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke,
gangren kaki & tangan, impoten & infeksi
2. Mata
Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina
Komplikasi : Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa
terjadi kebutaan
3. Ginjal
Penebalan pembuluh darah ginjal, Protein bocor ke dalam air
kemih, Darah tidak disaring secara normal
Komplikasi : Fungsi ginjal yg buruk
Gagal ginjal.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
TB

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 13 dari 21

4. Saraf
Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara
normal & karena aliran darah berkurang
Komplikasi : - Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba
atau secara perlahan
- Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki ,
Kerusakan saraf menahun
5. Sistem saraf otonom
Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah &
saluran pencernaan
Komplikasi : Tekanan darah yg naik-turun , Kesulitan menelan
& perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare
6. Kulit
Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa yg
menyebabkan cedera berulang

PROSEDURE Komplikasi : Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum),


Penyembuhan luka yg jelek
7. Darah
Gangguan fungsi sel darah putih
Komplikasi : Mudah terkena infeksi, terutama infeksi
saluran kemih & kulit

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.  Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada
darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode
dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa
darah > 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara
eksponensial, uji dalam urin:  + nilai ambang ini akan naik pada
orang tua. Metode yang  populer: carik celup memakai GOD.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 14 dari 21

    3.  Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam


asetoasetat cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang
dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
4.   Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel
insula langerhans ( islet cellantibody)

PENATALAKSANAAN
1.  Medis
a.   Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a)  Mekanisme kerja sulfanilurea
   kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra
pancreas
  kerja OAD tingkat reseptor
PROSEDURE
b)   Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu:
Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik
(1)  Menghambat absorpsi karbohidrat
(2)  Menghambat glukoneogenesis di hati
(3)  Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
b.    Insulin
1)  Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 15 dari 21

b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat


dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f)  DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h)  DM operasi

2)  Insulin diperlukan pada keadaan :


a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

PROSEDURE 2.  Keperawatan


Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap
ulkus antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan
luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau
larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium
permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa
steril. Alat-alat ortopedi yang secaramekanik yang dapat merata
tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin
diperlukan untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare (2001:
1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes
Melitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen
dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 16 dari 21

a.    Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi
kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan
menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
1)      Jumlah sesuai kebutuhan
2)      Jadwal diet ketat
3)      Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
(1)  Diit DM I :           1100 kalori
(2)  Diit DM II     :           1300 kalori
(3)  Diit DM III    :           1500 kalori
(4)  Diit DM IV   :           1700 kalori

PROSEDURE (5)  Diit DM V    :           1900 kalori


(6)  Diit DM VI   :           2100 kalori
(7)  Diit DM VII  :           2300 kalori
(8)  Diit DM VIII :            2500 kalori
Diit I s/d III         : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V       : diberikan kepada penderita dengan berat badan
normal
Diit VI s/d VIII   : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes
remaja, atau diabetes komplikasi.
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus disesuaikan
oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan
normal) dengan rumus:
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 17 dari 21

                BB (Kg)
BBR =    ------------------X 100 %
             TB (cm) – 100
1)        Kurus (underweight)      :           BBR < 90 %
2)        Normal (ideal)       :           BBR 90 – 110 %
3)        Gemuk (overweight)      :           BBR > 110 %
4)        Obesitas, apabila :           BBR > 120 %
         - Obesitas ringan :           BBR 120 – 130 %
         - Obesitas sedang           :           BBR 130 – 140 %
         - Obesitas berat     :           BBR 140 – 200 %
- Morbid           :     BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari
untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:
1)        kurus                     : BB X 40 – 60 kalori sehari
2)        Normal       : BB X 30 kalori sehari
PROSEDURE
3)        Gemuk       : BB X 20 kalori sehari
4)        Obesitas    : BB X 10-15 kalori sehari
b.    Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
kadar insulin.
c.    Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara
mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur
terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan
dan pada malam hari.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 18 dari 21

e.    Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat
mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan
diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari
diabetes itu sendiri.
Pendidikan kesehatan perawatan kaki
1.  Hiegene kaki:
  Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara
menekan, jangan digosok
  Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik
dan gesekan yang berlebih
  Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
  Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
  Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
   Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan

PROSEDURE cara kaki direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian
gosok dengan handuk atau dikikir jangan dikelupas.
2.  Alas kaki yang tepat
3.  Mencegah trauma kaki
4.  Berhenti merokok
5.  Segera bertindak jika ada masalah
f.     Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb
diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl.
Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren
diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%,
lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat
mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar.
Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 19 dari 21

dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita


dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi
turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan
sebagai perawatan pasien secara total.
g.    Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch,
kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua
pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus
dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini
diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap
rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang
sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
h.    Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka
tindakan pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan
PROSEDURE
sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor

TAHAP ORIENTASI
1. Siapkan dan dekatkan alat-alat dekat pasien
2. Memberi salam, panggil klien serta mengenalkan diri
3. Menerangkan prosedur dan tujuan tindakan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya

TAHAP KERJA
1. Cuci tangan
2. Jaga privasi klien
3. Gunakan schort, masker
4. Gunakan sarung tangan bersih sebagai proteksi
5. Tempatkan tempat sampah dekat dengan kita
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 20 dari 21

6. Atur posisi klien senyaman mungkin dan yang memudahkan


dalam perawatan luka
7.  Pasang perlak dan pengalas di bawah pada bagian luka yang
akan dirawat
8.  Taruh bengkok dekat dengan luka
9.  Lepaskan plester, ikatan atau balutan dengan pinset, basahi
plester dengan kapas yang diolesi alcohol dan tarik plester
perlahan sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan dengan
menggunakan pinset anatomis. Bila balutan lengket dengan luka
maka basahi dengan dengan NS secukupnya.
10. Angkat balutan dan pertahankan permukaan kotor jauh dari
penglihatan klien.
11. Buang balutan kotor pada bengkok
12. Inspeksi keadaan luka (tipe luka, derajat luka, tanda-tanda
infeksi,pus)

PROSEDURE 13. Taruh pinset yang telah digunakan di cairan desinfektan dan
lepaskan sarung tangan bersih.
14. Gunakan teknik steril dalam membuka alat-alat steril dan
menuangkan cairan sesuai order.
15. Pakai sarung tangan steril dan ambil pinset anatomis dan
chirurgis
16. Pegang pinset chirurgis pada tangan dominan dan anatomis
pada tangan non dominan untuk memegang kassa yang telah
dibasahi dengan normal salin 0,9%.
17. Bersihkan luka menggunakan tangan dominant dengan
gerakan satu arah sirkuler (dalam ke luar) atau (atas ke bawah)
dengan ganti kassa pada tiap area.keluarkan pus dengan
menekan area luka secara perlahan, pada jaringan nekrosis
dapat dilakukan debridement.
18. Keringakan luka dengan kassa kering
19. Beri obat pada area luka sesuai dengan order
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA

NO. DOKUMEN NO. REVISI Halaman


.03.12/I/2017 21 dari 21

20. Tutup luka dengan kassa kering sesuai dengan kebutuhan


21. Balut luka dengan verban
22. Pasang plester untuk fiksasi balutan
23. Buang kotoran pada bengkok pada tempat sampah dan
bereskan alat
24. Lepaskan sarung tangan
25. Cuci tangan

PROSEDURE TAHAP TERMINASI


1.    Evaluasi perasaan klien
2.    Simpulkan hasil kegiatan
3.    Berikan reinforcement positif
4.    Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
5.    Akhiri kegiatan

Anda mungkin juga menyukai