Ditetapkan,
Rumah Sakit Umum Adella
Tanggal Terbit Direktur
01 Januari 2017
SPO
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Melitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang
tidak mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus
adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
PROSEDURE
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
b. Faktor eksogen
1. Trauma
2. Infeksi
MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,
koma, kematian.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya
lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit
vaskular perifer)
3. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri
dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan
pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan
gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
PROSEDURE
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
pola dari fontaine:
Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220).
Klasifikasi :
Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan,yaitu :
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
Derajat 0 :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan
sebagai akut dan kronik :
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
PROSEDURE
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai
sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai
mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa
darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik
komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan
autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan
ulkus pada kaki.
. d. Ulkus/gangren
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
Organ/jaringan yg terkena
1. Pembuluh darah
Yg terjadi : Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri
berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga
PROSEDURE pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal &
mengalami kebocoran.
Komplikasi : Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan
luka yg jelek & bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke,
gangren kaki & tangan, impoten & infeksi
2. Mata
Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina
Komplikasi : Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa
terjadi kebutaan
3. Ginjal
Penebalan pembuluh darah ginjal, Protein bocor ke dalam air
kemih, Darah tidak disaring secara normal
Komplikasi : Fungsi ginjal yg buruk
Gagal ginjal.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
TB
4. Saraf
Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara
normal & karena aliran darah berkurang
Komplikasi : - Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba
atau secara perlahan
- Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki ,
Kerusakan saraf menahun
5. Sistem saraf otonom
Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah &
saluran pencernaan
Komplikasi : Tekanan darah yg naik-turun , Kesulitan menelan
& perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare
6. Kulit
Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa yg
menyebabkan cedera berulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada
darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode
dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa
darah > 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara
eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada
orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra
pancreas
kerja OAD tingkat reseptor
PROSEDURE
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu:
Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
(1) Menghambat absorpsi karbohidrat
(2) Menghambat glukoneogenesis di hati
(3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi
kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan
menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
(1) Diit DM I : 1100 kalori
(2) Diit DM II : 1300 kalori
(3) Diit DM III : 1500 kalori
(4) Diit DM IV : 1700 kalori
BB (Kg)
BBR = ------------------X 100 %
TB (cm) – 100
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
- Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
- Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
- Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
- Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari
untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:
1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
PROSEDURE
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara
mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur
terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan
dan pada malam hari.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat
mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan
diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari
diabetes itu sendiri.
Pendidikan kesehatan perawatan kaki
1. Hiegene kaki:
Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara
menekan, jangan digosok
Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik
dan gesekan yang berlebih
Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan
PROSEDURE cara kaki direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian
gosok dengan handuk atau dikikir jangan dikelupas.
2. Alas kaki yang tepat
3. Mencegah trauma kaki
4. Berhenti merokok
5. Segera bertindak jika ada masalah
f. Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb
diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl.
Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren
diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%,
lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat
mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar.
Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
TAHAP ORIENTASI
1. Siapkan dan dekatkan alat-alat dekat pasien
2. Memberi salam, panggil klien serta mengenalkan diri
3. Menerangkan prosedur dan tujuan tindakan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
TAHAP KERJA
1. Cuci tangan
2. Jaga privasi klien
3. Gunakan schort, masker
4. Gunakan sarung tangan bersih sebagai proteksi
5. Tempatkan tempat sampah dekat dengan kita
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA
PROSEDURE 13. Taruh pinset yang telah digunakan di cairan desinfektan dan
lepaskan sarung tangan bersih.
14. Gunakan teknik steril dalam membuka alat-alat steril dan
menuangkan cairan sesuai order.
15. Pakai sarung tangan steril dan ambil pinset anatomis dan
chirurgis
16. Pegang pinset chirurgis pada tangan dominan dan anatomis
pada tangan non dominan untuk memegang kassa yang telah
dibasahi dengan normal salin 0,9%.
17. Bersihkan luka menggunakan tangan dominant dengan
gerakan satu arah sirkuler (dalam ke luar) atau (atas ke bawah)
dengan ganti kassa pada tiap area.keluarkan pus dengan
menekan area luka secara perlahan, pada jaringan nekrosis
dapat dilakukan debridement.
18. Keringakan luka dengan kassa kering
19. Beri obat pada area luka sesuai dengan order
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
DIABETES DENGAN KOMPLIKASI LUKA