Anda di halaman 1dari 7

PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

KEGIATAN TB DOTS TAHUN 2016


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS

A. Pendahuluan
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis (TB)
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan
adalah dahak yang mengandung kuman TB. Gejala umum TB pada orang dewasa
adalah batuk yang terus-menerus dan berdahak, selama 2-3 minggu atau lebih.

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif, yaitu pasien yang pada
dahaknya ditemukan kuman TB. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh
banyaknya kuman TB yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif
hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Kemungkinan seseorang
terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien
TB adalah daya tahan tubuh yang rendah; di antaranya karena gizi buruk, HIV/AIDS
atau penyakit lain, misalnya diabetes melitus.

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari pasien TB akan meninggal,
25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai kasus
kronis yang tetap menular (WHO, 1996).

Penanggulangan Tuberkulosa merupakan kegiatan yang tidak dapat berdiri


sendiri. Pencegahan, pengobatan dan support (dukungan) sangat berkaitan erat dan
harus dilaksanakan secara komfrehensif. Melaksanakan pencegahan tanpa
melaksanakan pengobatan tidak akan efektif. Dalam kegiatan pengobatan diperlukan
edukasi untuk pencegahan terhadap semakin beratnya perjalanan penyakit, sebaliknya
dalam pelaksanaan pencegahan pun diperlukan bantuan praktisi pengobatan untuk
mendeteksi dini penyakit akibat tuberkulosa. Melaksanakan pencegahan tanpa
mengetahui tata cara pengobatan akan tidak efektif, ,sebaliknya pada saat melakukan
pengobatan diperlukan dukungan untuk pengetahuan edukasi tentang pola hidup,
perilaku pendampingan dalam menjalani pengobatan.

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh M.


Tuberkulosis. Seluruh dunia, pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru
dan 3 juta kematian akibat TB. Di negara-negara berkembang kematian TB merupakan
25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% kasus
TB dan 98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
1
Demikian juga, kematian wanita karena TB lebih banyak daripada kematian karena
kehamilan, persalinan dan nifas.

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat kehilangan pendapatan tahunan
rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan
pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga
memberikan dampak buruk lainnya secara sosial-stigma bahkan dikucilkan oleh
masyarakat.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

a. Kemiskinan;
b. TB terlantar (karena tidak memadainya penemuan kasus, diagnosis dan
penyembuhan);
c. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis
ekonomi atau pergolakan masyarakat;
d. Dampak pandemi HIV.
Sementara itu, upaya penanggulangan TB, meskipun kuman TB telah
ditemukan pada tahun 1882 dan obat anti tuberkulosis telah ditemukan sejak tahun
1944, secara umum dikatakan mengalami kegagalan. Sebab utama kegagalan tersebut,
antara lain:

a. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan;


b. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat,
penemuan kasus /diagnosis yang tidak terstandar, obat tidak terjamin
penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang tidak
terstandar, dsb.);
c. Tidak memadainya tatalaksana pasien (diagnosis dan paduan obat yang tidak
terstandar, gagal menyembuhkan pasien yang telah diobati);
d. Terlalu percaya dan tergantung (over-reliance) kepada kemampuan hasil vaksinasi
BCG. Beberapa studi menunjukkan vaksinasi BCG tidak dapat mencegah
terjadinya TB postprimer. Vaksinasi BCG tidak memberikan dampak terhadap
transmisi TB. Dengan demikian vaksinasi BCG tidak dapat menurunkan insidensi
TB BTA positif. Namun vaksinasi BCG dapat menurunkan kejadian (insidensi) TB
tipe berat pada anak (misalnya meningitis tuberkulosa).
Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebagian besar negara di dunia yang
dikategorikan sebagai high burden countries, jumlah pasien TB semakin tidak
terkendali dengan banyaknya pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan. Menyikapi
2
hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia
(global emergency).

Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia akan menambah permasalahan TB.


Ko-infeksi dengan HIV akan meningkatkan secara signifikan risiko berkembangnya
TB. Negara-negara dengan prevalensi HIV yang tinggi, terutama pada negara negara
sub-sahara Afrika telah menyaksikan peningkatan jumlah TB yang tajam dengan
peningkatan insidensi dua sampai tiga kali lipat pada tahun 1990 an.

Pada saat yang sama, resistensi ganda kuman TB terhadap obat anti TB (MDR
= Multi Drug Resistance), semakin menjadi masalah yang serius pada banyak negara
di dunia. Resistensi kuman ini terutama disebabkan tatalaksana pengobatan yang
buruk, karena banyak diciptakan oleh petugas kesehatan, a man made problem.

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Tahun


1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit
TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskular dan
penyakit saluran napas pada semua kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan
penyakit infeksi.

Tahun 2006, di Indonesia ditemukan dan diobati sekitar 534.000 pasien baru
untuk semua pasien TB dengan kematian sekitar 88.000(Laporan WHO tahun
2008).Dari Survei Prevalensi Tuberkulosis pada tahun 2004 diperkirakan setiap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 110 pasien baru TB paru BTA positif.

Program Nasional Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS di Indonesia


dimulai pada tahun 1995. Sampai akhir 2007, program Penanggulangan TB dengan
Strategi DOTS telah menjangkau 98% dari jumlah Puskesmas yang ada, namun untuk
rumah sakit baru sekitar 38%, sedangkan BP4/BKPM/BBKPM sekitar 97%

B. Latar Belakang
Pelayanana pasien tuberkulosadi Rumah Sakit merupakan salah satu jejaring
kerja dalam rangka memberikan pelayanan dan perawatan holistik, komprehensif, dan
dukungan yang luas. Pasien tuberkulosa yang dihadapi harus dilihat secara holistik
sebagai manusia seutuhnya, mereka tidak hanya membutuhkan kualitas pengobatan
yang baik tetapi juga membutuhkan edukasi yang baik, pengetahuan yang benar, serta
dukungan psikologik. Penjelasan yang singkat dari dokter tentang perlunya minum
obat tetapi tidak difahami dengan baik oleh pasien kemungkinan besar obat tidak akan
efektif. Sebaliknya penjelasan dan dukungan keluarga tidak akan bermanfaat bila
kualitas pengobatan tidak berjalan baik.

3
Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayananterhadap pasien tuberkulosa di
Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Ciamis, perlu didukung berbagai aspek seperti
sumber daya manusia (SDM) yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, sarana
prasarana sesuai standar, serta aspek regulasi (kebijakan/ pedoman/ panduan/SPO)
dan program,serta monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hal tersebut disusun program
kerja unit Pelayanan Hospital DOTS/Pelayanan /Penanggulangan Tuberkulosa Rumah
Sakit Umum Daerah kabupaten Ciamis.

Strategi penanggulangan yang direkomendasikan oleh WHO adalah Strategi


DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Strategi DOTS
telah dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat memberikan angka
kesembuhan yang tinggi. Bank Dunia menyatakan Strategi DOTS merupakan strategi
kesehatan yang paling cost effective. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh
WHO di Indonesia menggambarkan bahwa setiap satu dolar yang digunakan untuk
membiayai program penanggulangan TB, akan menghematsebesar 55 dolar selama 20
tahun.

Strategi DOTS terdiri dari lima komponen, yaitu:

1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana;


2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung;
3. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO);
4. Kesinambungan persediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek untuk
pasien;
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi
program TB.
Untuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB, kelima komponen tersebut
di atas harus dilaksanakan secara bersamaan.Angka kesembuhan yang tinggi penting
untuk memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya kekebalan obat ganda
atau Multi Drug Resistance (MDR) yang merupakan ancaman besar bagi masyarakat.

Sejak tahun 1995, program penanggulangan TB nasional mengadopsi Strategi


DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara bertahap. Sampai tahun 2000
hampir seluruh Puskesmas telah berkomitmen dan mengadopsi Strategi DOTS yang
diintegrasikan dalam pelayanan primernya.Pada kenyataannya, pasien TB bukan
hanya datang ke Puskesmas, melainkan juga ke Rumah Sakit. Karena itu perlu
dilaksanan Strategi DOTS ke UPK terutama RS.

4
C. Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus
Meningkatkan kualitas Pelayanan Penanggulangan Tuberkulosissehingga
dapat meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum DaerahKabupaten
Ciamis. Pengembangan Strategi DOTS diRumah SakitUmum Daerah
KabupatenCiamisdilakukan bersamaan dengan peningkatan kualitas program
penanggulangan TB di kabupaten/kota dengan mempertahankan :

a. Angka Konversi > 80% dan


b. Angka Kesembuhan Penderita > 85%.
TujuanUmum
a. Memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan penanggulangan TB dengan strategi
DOTS di unit DOTS RSUD ciamis tahun 2015 dalam upaya peningkatan Angka
Konversi dan Angka Kesembuhan.
b. Mengetahui hasil kinerja Unit DOTS RSUDCiamis tahun 2015, sebagai bahan
kajian untuk memperbaiki pencapaian target kegiatan yang mengacu pada SPM
Rumah Sakait tipe C.
c. Menjadi pedoman perencanaan kegiatan Unit DOTS RSU Ciamis tahun 2016
d. Sebagai dokumen kegiatan unit DOTS RSU Ciamis
e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas, sarana dan prasarana
terkait pelayanan/penanggulangan Tuberkulosa RSUD Kabupaten Ciamis.
f. Meningkatkan manajemen pelayanan/penanggulangan Tuberkulosa RSUD
Kabupaten Ciamis.
g. Meningkatkan kualitas pelayanandan perawatanpasienTuberkolosis secara
holistikdankomprehensif dengan dukungan yang luas bagi pasien Tuberkulosis.

Tujuan khusus
a. Tercapainya Proporsi jumlah pasien TB Paru BTA (+) yang tercatat di Unit
DOTS Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu dibandingakn dengan seluruh
pasien TB Paru BTA (+) yang berobat di rumah sakit diatas 60%.
b. Tercapainya kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) di Rumah Sakit Umum
daerah Palabuhanratu di atas 85%
c. Tercapainya angka default yaitu jumlah pasien TB BTA (+) yang default di
Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu dalam satu triwulan dibandingkan
terhadap jumlah pasin TB BTA (+) terhadap jumlah pasien TB dalam triwulan
yang sama dibawah 5%.
d. Tercapainya angka keberhasilan rujukan yaitu presentase pasien TB yang dirujuk
dan sampai di UPK rujukan diantara seluruh pasien yang dirujuk sebesar 100%.

5
D. DATA PASIEN TB PARU TAHUN 2016

KUNJUNGAN
NO BULAN
NEGATIF (-) POSITIF (+) JUMLAH
1 JANUARI 97 11 108
2 FEBRURI 118 12 130
3 MARET 99 23 122
4 APRIL 111 20 131
5 MEI 105 5 110
6 JUNI 44 21 65
7 JULI 80 19 99
8 AGUSTUS 107 7 114
9 SEPTEMBER 115 8 123
10 OKTOBER 74 10 84
11 NOVEMBER 88 16 104
12 DESEMBER 89 17 106
  JUMLAH 1127 169 1296

Berdasarkan tabel di atas, jumlah kunjungan pasien ke klinik DOTS RSUD Ciamis
sejak bulan Januari s.d Desember 2016 sebanyak 1296 orang. Dari hasil pemeriksaan
klinik DOTS RSUD Ciamis yang positif TB sebanyak 169 orang (13,04%), sedangkan
yang negative 1127 orang (86,95%). Dari hasil yang positif RSUD Ciamis melaksanakan
penanggulangan, pengobatan dan perawatan TB sesuai dengan strategi DOTS

E. JUMLAH PASIEN POSITIF TB KLINIK DOTS TAHUN 2016

N PASIEN POSITIF TB
BULAN
O PENGOBATAN PINDAH MANGKIR MENINGGAL
1 JANUARI 11   2  
2 FEBRURI 12   2 1
3 MARET 23      
4 APRIL 20 2 1  
5 MEI 5   1  
6 JUNI 21 1   1
7 JULI 19 1 6  
8 AGUSTUS 7 2 6 1
9 SEPTEMBER 8 3 3 1
10 OKTOBER 10 1    
11 NOVEMBER 16 3 5  
12 DESEMBER 17      
  JUMLAH 169 13 26 4

Berdasarkan tabel di atas, jumlah pasien yang positif TB di klinik DOTS RSUD
Ciamis, sejak bulan Januari s.d Desember 2016 sebanyak 169 orang dan semuanya dapat

6
pengobatan. Adapun pasien yang pindah saat pengobatan DOTS sebanyak 13 orang
(7,69%) dan yang mangkir sebanyak 26 orang (13,38%), sedangkan yang meninggal
sebanyak 4 orang (2,36%). Dengan tabel di atas, RSUD Ciamis sudah melaksanakan
pelayanan pada pasien TB dengan kegiatan unit DOTS yang berfungsi sebagai tempat
penanganan pasien TB di Rumah Sakit dan sebagai pusat informasi pasien TB. Kegiatan
yang dilaksanakan di RSUD Ciamis, meliputi konseling, penentuan klasifikasi dan tipe,
katagori pengobatan, pemberian obat, penentuan PMO, follow up hasil pengobatan yang
harus lebih ditingkatkan, sehingga pasien mangkir bisa ditekan dan angka kematian pasien
dengan TB bisa menurun

Anda mungkin juga menyukai