Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TAHUNAN PENGELOLA PROGRAM P2TB DINAS KESEHATAN

KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan

masyarakat dunia. Hal ini ditunjukkan bahwa sejak tahun 1992, TB sudah

menjadi global emergency oleh World Health Organization (WHO). Menurut

WHO, TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Tuberculosis yang menyebar ketika orang sakit TB

mengeluarkan bakteri tersebut ke udara seperti batuk. Bakteri tersebut

umumnya menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang bagian tubuh

lainnya.

Penyakit TB masih menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada

tahun 2015 WHO melaporkan terdapat 9,4 juta kasus TB baru di seluruh dunia

dengan angka kematian yang disebabkan oleh TB sekitar 1,4 juta kasus.

Kemudian pada tahun 2016 kasus baru TB mengalami peningkatan yaitu 10,4

juta kasus dan ini setara dengan 140 kasus/100.000 populasi. Pada tahun 2017

diperkirakan terdapat 11,1 juta kasus baru TB atau 146 kasus/100.000

populasi.

Tiga negara dengan jumlah kasus baru TB terbanyak di dunia adalah India

(27%), China (9%), dan Indonesia (8%) dari total kasus TB baru yang

ditemukan di seluruh dunia dengan jumlah penderita yang diperkirakan 89%

terjadi pada orang dewasa dan 11% terjadi pada anak-anak dibawah 15 tahun.

Masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan dan perkembangan

berlangsung dengan pesat, sehingga upaya pemeliharaan kesehatan anak


perlu diperhatikan agar generasi mendatang tetap sehat, cerdas, dan

berkualitas serta menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Upaya

pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan

hingga berusia 14 tahun. Sementara itu, anak pada usia 5 tahun pertama

kehidupan masih memiliki sistem imun yang rendah sehingga rentan terhadap

suatu penyakit termasuk penyakit TB. TB lebih umum dikenal pada orang

dewasa terutama dikalangan pria daripada wanita, serta mempengaruhi orang

dewasa terutama dikelompok usia paling produktif secara ekonomi, namun

pada tahun 2013 diperkirakan 3,3 juta kasus TB serta 80.000 kematian terjadi

pada anak-anak. . Penderita TB pada anak merupakan masalah khusus yang

berbeda dengan penderita TB pada orang dewasa, sebab di negara-negara

berkembang jumlah anak berusia <15 tahun adalah 40%-50%. Oleh karena

itu kemungkinan anak beresiko TB lebih tinggi.

TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Gejala

TB pada anak seringkali tidak khas karena untuk anak sulit didapatkan

spesimen diagnosis yang dapat dipercaya. Karena berbagai kesulitan yang

dihadapi pada saat dilaksanakan diagnosis TB pada anak, maka dibuatkan

sistem diagnosis skoring yaitu pembobotan terhadap gejala yang dijumpai.

TB pada anak memang berbeda dengan TB pada orang dewasa. TB pada

anak menginfeksi di parenkim paru yang tidak menyebabkan reflek batuk,

sehingga jarang ditemukan gejala khas TB seperti batuk berdahak. Pada

parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka TB tidak menular

antara sesama anak. TB sangat mudah menular dari orang tua ke anak, tapi

TB tidak menular dari anak ke anak.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus baru TB

terbesar di dunia dengan menduduki peringkat ke 3 dari 30 negara setelah


India dan China yang mempunyai beban tinggi untuk TB pada tahun 2018.

Indonesia memberikan kontribusi sebesar 8% dari jumlah seluruh kasus TB

di dunia. Kasus TB pada kelompok usia 0-14 tahun di Indonesia

menunjukkan peningkatan setiap tahunnya dari 8% kejadian TB anak pada

tahun 2013 meningkat menjadi 10,62% pada tahun 2018. Berdasarkan

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 mencatat adanya peningkatan

penemuan kasus TB anak dari tahun ke tahun. Tahun 2015, penemuan kasus

TB pada anak mencapai 28.428 kasus, 31.818 kasus pada tahun 2016,

42.892 kasus pada tahun 2017 dan 54.340 pada tahun 2018 dengan jumlah

28.545 kasus pada anak laki-laki dan 25.795 kasus pada anak perempuan.

Riau adalah salah satu provinsi yang belum mencapai target cakupan untuk

Treatment Coverage Tuberculosis Sensitif Obat. Provinsi Riau hanya

mampu menduduki peringkat ke 22 dengan angka capaian 32.2899%.

Berikut ini adalah grafik gambaran cakupan Coverage Tuberculosis

Sensitif Obat, provinsi Riau tahun 2017 s/d 2020

Beban Tuberkulosis makin besar dengan adanya tantangan yang perlu

menjadi perhatian, yaitu dengan meningkatnya kasus TB MDR,TB HIV, TB

dengan DM,TB pada anak dan TB pada masyarakat rentan lainnya. Di Riau
sendiri terjadi peningkatan kasus TB anak dari tahun 2017 sebanyak 865

kasus menjadi 1020 kasus pada tahun 2020.


Cakupan penemuan kasus TB anak di Kabupaten Kampar masih sangat

rendah dari target nasional. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten

Kampar tahun 2020 cakupan penemuan kasus TB anak di Kabupaten

Kampar hanya 23,51% dari 80% target nasional. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Maret 2021 di Dinas

Kesehatan Kabupaten Kampar, diketahui masih terdapat beberapa kendala

yang dialami dalam pelaksanaan program P2TB. Beberapa diantaranya yaitu:

Penemuan kasus Tuberkulosis dilakukan hanya dengan cara menunggu

penderita TB datang ke Puskesmas dan laporan dari kader kesehatan,

sosialisasi oleh pihak Puskesmas terkait program TB jarang dilakukan

sehingga pengetahuan masyarakat terkait penyakit TB rendah. Hal tersebut

mengakibatkan rendahnya kesadaran pasien terhadap penyakit TB.

Kendala lain yang terjadi yaitu Follow up pasien yang belum optimal. Hal

tersebut terjadi karena petugas program TB yang merangkap tugas lain,

seperti menjadi adminitrasi di bagian pelayanan, kepala ruang rawat inap,

pelaksana program lain, dan lain-lain. Tenaga Kesehatan yang mempunyai

beban kerja berlebih akan menurunkan kualitas hasil kerja dan memungkinan

adanya inefisiensi waktu, sehingga kegiatan dalam penemuan tidak bisa

dikerjakan secara maksimal (Sutinbuk, Mawarni, & Kartika W, 2012). Adanya

tugas rangkap pada petugas pelaksana program penanggulangan TB

menyebabkan capaian program P2TB oleh Puskesmas masih jauh dari terget

yang ditentukan. Faktor penghambat lain yaitu belum tercukupinya dana,

tenaga terlatih dan beban kerja yang rangkap (Aditama, Zulfikar, & Baning R.,

2013).

Salah satu penentu keberhasilan penanggulangan penyakit TB yaitu


kepatuhan
pasien dalam melakukan pengobatan. Ketidakpatuhan berobat akan

menyebabkan kegagalan dan kekambuhan, sehingga muncul resistensi dan

penularan penyakit terus menerus. Hal ini dapat meningkatkan risiko

morbiditas, mortalitas dan resistensi obat baik pada pasien maupun pada

masyarakat luas. Konsekuensi ketidakpatuhan berobat jangka panjang

adalah memburuknya kesehatan dan meningkatnya biaya perawatan.

Ketidakpatuhan penderita TB berobat menyebabkan angka kesembuhan

penderita rendah, angka kematian tinggi dan kekambuhan meningkat serta

yang lebih fatal adalah terjadinya resisten kuman terhadap beberapa obat

anti tuberkulosis atau multi drug resistence (MDR), sehingga penyakit TB

sangat sulit disembuhkan.

B. Tujuan

Laporan Tahunan 2020 Penanggulangan TBC Kabupaten Kampar ini disusun

bertujuan untuk :

a. Menganalisis faktor input yaitu kebijakan, sumber daya manusia, dan

sarana dan prasarana dalam upaya penanggulangan kasus TBC di

Kabupaten Kampar tahun 2020.

b. Menganalisis faktor proses yaitu perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi dalam upaya penemuan kasus TBC dan program

penanggulangan TBC di Kabupaten Kampar tahun 2020.

c. Menganalisis faktor output yaitu capaian indikator program P2TB di

Kabupaten Kampar Tahun 2020.


BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis

Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 211.289,28 km² merupakan

daerah yang terletak antara 1°00’40” Lintang Utara sampai 0°27’00” Lintang

Selatan dan 100°28’30” – 101°14’30” Bujur Timur. Kabupaten Kampar terdiri

dari 219 Desa dan Kelurahan, 31 Kecamatan dan 31 Puskesmas, 1 RSUD

serta 3 RS Swasta dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 sebanyak

805,398 jiwa.

B. Sumberdaya Pengelolaan Program P2TBC Kabupaten Kampar

Sumberdaya program P2TBC Kabupaten Kampar meliputi sumberdaya

manusia,Sarana Prasarana serta Logistik dan Pendanaan.

Dalam hal ini di Kabupaten Kampar Tenaga Kesehatan (Dokter, Tenaga

Analis dan Pengelola Program P2TBC Puskesmas) masih belum sesuai

standar, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas.


Dalam menentukan perhitungan tentang kebutuhan SDM yang mengacu

pada standard ketenagaan TB di Fasyankes,di Puskesmas dibutuhkan

sebanyak puskesmas dikalikan dengan jenis ketenagaannya.

Untuk Rumah Sakit rujukan regional kebutuhan minimal tenaga pelaksana

terlatih terdiri dari 6 orang dokter ( 2 dokter umum,SpP,SpA,SpPD,SpRad),3

perawat/Petugas TB, 3 Tenaga Laboratorium dan 1 tenaga Farmasi.

Jumlah
Pengelola Jumlah Petugas
Jumlah Puskesmas Jumlah Dokter P2TBC Laboratorium
Tdk Tidak Terlati Tidak
Terlatih Terlatih Terlatih Terlatih h Terlatih
31 0 86 0 31 0 42

C. Sarana dan Prasarana

Kabupaten Kampar memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:

 31 Puskesmas

 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah

 4 Rumah Sakit Swasta

BAB III

HASIL KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN TBC


KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2020

Ada 10 indikator yang harus dicapai tahun 2020 yaitu:

1. Cakupan Penemuan & Pengobatan TBC : 65%

2. Jumlah Kasus TBC yang ditemukan dan diobati : 504

3. Case Notification Rate : 336

4. Angka Keberhasilan Pengobatan : 90%


5. Cakupan Penemuan Kasus TBC RO : 42%

6. Angka Keberhasilan Pengobatan RO : 70%

7. Cakupan Penemuan kasus TBC Anak : 80%

8. Pasien TBC mengetahui status HIV : 60%

9. Persentase ODHA yang mengetahui status HIV

10. Cakupan Pemberian TPT pada kontak serumah : 11%

Data hasil kegiatan program penanggulangan TBC tahun 2020 di Kabupaten

Kampar.

TAHUN 2020
NO Variabel

1 Cakupan Treatment Coverage 34,21%


Cakupan Pemberian TPT Pada Kontak
2 0
serumah
3 Treatment Success Rate 94,16%
Jumlah semua kasus TBC yang sembuh
4 130 orang
& Pengobatan Lengkap
5 Cakupan Penemuan Kasus TB Anak 9.80%

6 Jumlah semua kasus TBC RO 8


Cakupan Pasien TBC RO yang Memulai
7 100%
Pengobatan (%)
.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Standar ketenagaan pada aspek kuantitas sudah mencukupi namun pada

aspek kualitas masih kurang memadai. Sekitar 95% tenaga kesehatan di

Puskesmas dan Rumah Sakit belum terlatih.


2. Cakupan Treatment Coverage di Kabupaten Kampar rendah yaitu 34,12%

dari 90% target Nasional.

3. Cakupan Treatment Succses Rate sudah memadai yaitu sebesar 94,16%

dari 95% target Nasional.

4. Cakupan pasien TBC RO yang memulai pengobatan 100%.

5. Cakupan penemuan kasus TBC anak di kabupaten Kampar Tahun 2020

masih jauh dari target (9.80%).

6. Capaian jumlah kasus TBC RO di Kabupaten Kampar Tahun 2020 rendah

7. Belum ada DPPM di Kabupaten Kampar

B. Saran

1. Berkoordinasi dengan Puskesmas dalam upaya peningkatan cakupan

semua indikator program TB

2. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan tiap Faskes khususnya

wilayah dengan capaian program terendah,

3. Mendorong faskes yang belum lapor ke SITB agar segera melaporkan

kasus triwulan 1 tahun 2021 ke SITB,

4. Mendorong faskes untuk melengkapi hasil akhir pengobatan seluruh

pasien TB baik pasien sensitif obat maupun resistan obat di SITB,

5. Meningkatkan kegiatan investigasi kontak pada seluruh pasien TB

dengan melibatkan komunitas di wilayah kerja masing-masing dan

melaporkan hasilnya ke SITB.

6. Meningkatkan upaya monitoring dan evaluasi pelaksanaan progam TB

di lapangan

7. Memberikan umpan balik tiap triwulan ke Faskes

8. Melakukan supervisi ke faskes yang tidak lapor kasus ke SITB atau

yang capaiannya masih rendah


9. Melakukan pemantauan data di alert & reminder SITB untuk

ditindaklanjuti faskes dan di-follow up secara berkala

10. Memberikan Usulan kepada Pimpinan untuk merekrut tenaga yang

masih kosong untuk tim penanganan TBC di Puskesmas.

11. Menjalin kolaborasi dengan LSM terkait Penanggulangan TBC.

Anda mungkin juga menyukai