Anda di halaman 1dari 74

ABSTRAK

Tuberkulosis merupakan penyakit menular sistemik disebabkan kuman


Mycobacterium tuberculosis.Sampai saat ini tidak ada satu Negara pun di
dunia yang bebas tuberkulosis. Menurut “WHO Global Tuberculosis Control
201”, Indonesia merupakan penyumbang kasus TB nomor lima
terbanyak di dunia diantaranya India, Cina, Afrika
Selatan,Nigeria danIndonesia. Pada tahun 2002, di Indonesia
TB merupakan penyebab kematian nomor satu dari seluruh
penyakit infeksi. Angka penjaringan suspek TB untuk provinsi
Bangka Belitung menurut riskesdas 2016 adalah 112 per 100.000
penduduk dan keberhasilan pengobatan mencapai 86%. Permasalahan
yang saat ini dihadapi ialah munculnya penderita yang mengalami
resisten terhadap pengobatan TB(TB-MDR). Sehingga WHO
merekomendasikan strategi Directly Observed Treatment Short–
Cours(DOTS) sebagai upaya pendekatan kesehatan yang paling tepat
saat ini untuk menanggulangi masalah TBC di Indonesia khususnya
keberhasilan dalam penemuan kasus TBC yang diharapkan mencapai
target. Salah satu aspek penting dalam menunjang keberhasilan
penanggulangan TBC yaitu dengan melakukan evaluasi yang tepat dan
benar.

1
ii

Daftar Isi

Abstrak ............................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan...................................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 9

Bab III Metode……………………………………………………………………….. 32

Bab IV Hasil …………………………………………………………………………. 35

Bab V Diskusi……………………………………………………………………….. 46

Bab VI Kesimpulan dan Saran……………………………………………………….. 48

Daftar Pustaka.....................................................................................................................
49

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium
tuberculosis yang dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Sumber
penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya.

Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara


dalam bentuk percikan dahak (dropletnuclei/percikrenik). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Infeksi akan terjadi
apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percik renik
dahak yang infeksius tersebut. Seseorang terinfeksi TB dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti konsentrasi percikrenik di udara dan jumlah
kuman yang terhirup, ventilasi udara, dan laman pajanan.1-3

Saat ini pengendalian TB merupakan komitmen nasional dan global.


Dalam upaya mencapai target Millenium Develpomen Goals(MDGs)
pada tahun 2015. Diperkirakan terdapat 3.5juta kasus TB pada tahun
2012 dimana 1.1juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan
HIV positif. Sekitar 45% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika.
Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 450,000 orang yang menderita
TB MDR dan 140,000 orang diantaranya meninggal dunia.1-3.

Berdasarkan data WHO pada tahun 2013, diperkirakan di


Indonesia pada tahun 2013 terdapat 530,000 kasus TB atau 242 kasus
per 10,000 penduduk. Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan kasus
baru terbesar di dunia setelah India (2-2.3juta/tahun), China(0.2-1.1

4
juta/tahun), Nigeria (340-330ribu/tahun),
Pakistan(340-550ribu/tahun).Beban TB di Indonesia masih sangat tinggi
mengingat setiap tahun masih ada 450,000 kasus baru dan yang berhasil
ditemukan baru sekitar 40%. Setiap tahun di Indonesia terdapat 54,000
kasus meninggal karena TB atau sekitar 143 orang per hari. Selain itu,
proporsi kasus TB yang menderita TB MDR diantara kasus baru sekitar
1.2%(5,400 kasus) dan diantara kasus yang sudah pernah diobati sekitar
12%(1,10kasus).
Berdasarkan data RISKESDAS pada tahun 2013 oleh Kementerian
Kesehatan di perkirakan lima provinsi dengan prevalensi TB paru
tertinggi adalah JawaBarat (0.4%), Papua (0.5%), DKI Jakarta (0.5%),
Gorontalo (0.5%) dan Banten (0.4%) dengan karakteristik penduduk
cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada pendidikan
rendah,dan tidak bekerja.5 Sedangkan prevalensi TB paru diprovinsi
Bangka sebesar 0,3%.

5
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain
adalah (1) Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat; (2)
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan disparitas yang terlalu
lebar; (3) Beban determinan social yang masihberat seperti angka
pengangguran, tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita yang
masih rendah;(4) Kegagalan program TB selama ini yang diakibatkan
oleh tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak
memadainya organisasi pelayanan, tidak memadainya tatalaksana, salah
persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG, infrastruktur kesehatan
yang buruk pada negara- negara yang mengalami krisis ekonomi atau
pergolakan masyarakat,belum adanya sistem jaminan kesehatan yang
bisa mencakup masyarakat luas secara merata; (5) Perubahan
demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan
struktur umur kependudukan;(5) Besarnya masalah kesehatan lain yang
bisa mempengaruhi tetap tingginya beban TB seperti gizi buruk,
merokok, dan diabetes;(4) Dampak pandemic HIV; dan (3) Kekebalan
ganda kuman TB terhadap obat anti TB
(multidrugresistance=MDR)menjadi masalah akibat kasus yang tidak
berhasil disembuhkan.1-3

Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


didunia karena sekitar

45% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara


ekonomis (15-50tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4bulan. Halter sebut berakibat
pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar20-30%.
Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya
sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga

6
memberikan dampak buruk lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan
dikucilkan oleh masyarakat.1-3

7
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan permasalahan sebagai


berikut:

1. Diperkirakan terdapat 3.5juta kasus TB pada tahun 2012 dimana1.1


juta orang(13%)

diantaranyaadalah pasienTBdengan HIVpositif

2. Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 450,000 orang yang


menderita TB MDR dan

140,000 orang diantaranya meninggal dunia

3. Berdasarkan data WHO pada tahun 2013, diperkirakan di Indonesia


pada tahun 2013 terdapat 530,000 kasus TB atau 242 kasus per 10,000
penduduk
4. Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan kasus baru terbesar
didunia setelah India, Cina,Nigeria,dan Pakistan dengan 450,000 kasus
baru setiap tahun dan yang berhasil ditemukan baru sekitar40%
5. Berdasarkan data RISKESDAS pada tahun 2013 oleh Kementerian
Kesehatan diperkirakan lima provinsi dengan prevalensi TB paru
tertinggi adalah Jawa Barat (0.4%),Papua(0.5%), DKI
Jakarta(0.5%),Gorontalo(0.5%) dan Banten(0.4%)dengan karakteristik

8
pendudukc enderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada
pendidikan rendah,dan tidak bekerja.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untukmengetahuimasalahyangtimbul dalam pelaksanaanprogram


pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Koya,KabupatenMinahasa
untuk Periode Januari 2022 sampai dengan Desember 2022 serta
penyelesaian terhadap masalah tersebut.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya jumlah angka penjaringan suspek (Case Finding Rate) di


Puskesmas

Koya untuk Periode Januari 2022 sampai dengan Desember2022

2. Diketahuinya proporsi pencapaian suspek yang diperiksa dahak SPS di


Puskesmas

Koya untuk Periode Januari 2022 sampai dengan Desember 2022

9
3. Diketahuinya angka penemuan kasus (Case DetectionRate) di
Puskesmas Koya untuk Periode Januari 2022 sampai dengan Desember
2022

4. Diketahuinya proporsi pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis


diantara terduga

TB di Puskesmas Koya untuk periode Periode Januari 2022 sampai


dengan Desember 2022

5. Diketahuinya proporsipasien TB anak diantara seluruh pasien TB di


Puskesmas Koya untuk Periode Januari 2022 sampai dengan Desember
2022
6. Diketahuinya angka konversi (Conversion Rate) di Puskesmas Koya
untuk Periode Januari 2022 sampai dengan Desember 2022

7. Diketahuinya angka kesembuhan (Cure Rate) di Puskesmas Koya


untuk periode Januari 2022 sampai dengan Desember2022

8. Diketahuinya angka keberhasilan pengobatan TB anak di Puskesmas


Koya untuk

Periode Januari 2022 sampai dengan Desember 2022

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Evaluator

1
0
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di kuliah

2.Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program


khusunya program pengendalian Tuberkulosis
3.Mengetahui kendala-kendala yang di hadapi dalam mengambil
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan,antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan

1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas yang Dievaluasi

1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program


pengendalian TB diwilayah kerja (Puskesmas Koya)
2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan,sebagai
umpan balik yang positif, agar mencapai keberhasilan program dimasa
mendatang

1.4.3 Manfaat BagiMasyarakat

1
1
1.Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu,khususnya bagi
penderita TB diwilayah kerja Puskesmas Koya Periode Januari 2022
sampai dengan Desember 2022
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat
memutuskan rantai penularan TB di wilayah kerja Puskesmas Koya
3. Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Koya

1
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi tuberkulosis

Tuberkulosis (TB)merupakan suatu penyakityang disebabkan oleh


Mycrobacterium tuberculosis.2 Bakteri tersebut biasanya menyerang
paru, namun bakteri tersebut juga dapat menyerang bagian tubuh yang
lain seperti ginjal,otak dan tulang belakang. Jika tidak diobati dengan
baik, penyakit ini dapat berakibat fatal.
2.1.1. Definisi kasus tuberkulosis
Suspek/presumtif TB merupakan keadaan seseorang dengan gejala
TB.Gejala umum TB adalah batuk produktif yang terus berlanjut selama
lebih dari dua minggu dengan disertai gejala pernapasan seperti sesak
napas,nyeri dada,batukdarah,dan atau disertai gejala tambahan lainnya
seperti keringat malam hari,mudah lelah, penurunan berat badan,dan
penurunan nafsu makan.
5Kasus TB dengan konfirmasi bakteriologis adalah kasus dimana salah
satu dari spesimen biologis positif dengan pemeriksaan mikroskopis
apusan dahak,biakan atau diagnostic cepat yang telah disetujui oleh
WHO (seperti Xpert MTB/RIF).5
Kasus TB diagnosis klinis adalah kasus
TByangtidakdapatmemenuhikriteria konfirmasi bakteriologis walau
telah di upayakan maksimal tetapi ditegakkan diagnosis TB aktif oleh
klinisi yang memutuskan untuk memberikan pengobatan TB
berdasarkan fototoraks abnormal,histology sugestif dan kasus ekstra
paru. Apabila kemudian didapatkan hasil bakteriologis positif (sebelum
dan setelah pengobatan) harus di klasifikasikan kembali sebagai kasus
TB dengan konfirmasi bakteriologis.

2.2. Klasifikasi tuberkulosis

1
3
Diagnosis TB dengan konfirmasi bakteriologis atau klinis dapat di
klasifikasikan berdasarkan 5:

1
4
 Lokasi anatomi penyakit

 Riwayat pengobatan sebelumnya

 Hasil bakteriologis dan uji resistensi OAT

 Status HIV

2.2.1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi:

Klasifikasi TB berdasarkan lokasi anatomi adalah :

TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeo
bronkial.TB milier di klasifikasikan sebagai TB paru karena terdapat lesi
di paru.Pasien yang mengalami TB paru dan ekstraparu harus di
klasifikasikan sebagai kasus TB paru.
TB ekstraparu adalah kasus TB dimana melibatkan organ diluar
parenkim paru seperti pleura,kelenjar getah bening, abdomen, kulit,
sendi dan tulang,selaput otak dan saluran genitor urinaria.Kasus ini
dapat ditegakkan dengan cara histologis atau klinis setelah dikonfirmasi
dengan bakteriologis dengan upaya maksimal.

2.2.2. Klasifikasiberdasarkan riwayat pengobatan

Klasifikasi TB berdasarkanriwayatpengobatanadalah5:

Kasus baru adalah pasien yang belum pernah menerima OAT


sebelumnya atau riwayat menerima OAT < 1 bulan.

10
Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang
pernah mendapatkan

OAT 1bulan ataulebih.Kasus ini di klasifikasikan berdasarkan hasil


pengobatan terakhir yakni:
-Kasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan
OATdan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir
pengobatan,dan saat ini di diagnosis sebagai TB episode rekuren.
-Kasus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang sebelumnya pernah
mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan.
- Kasus setelah putus obat adalah pasien yang pernah menelan OAT
1 bulan atau lebih kemudian tidak meneruskannya selama lebih dari 2
bulan berturut – turut atau dinyatakan tidak terlacak pada akhir
pengobatan.(Pada revisi guideline WHO tahun

11
2013 klasifikasi ini direvisi menjadi pasien dengan perjalanan
pengobatan tidak dapat dilacak(lost to follow up) yaitu pasien yang
pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan tidak dapat dilacakpada akhir
pengobatan).
-Kasus dengan riwayat pengobatan lainnya adalah pasien yang
sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan hasil akhir pengobatan tidak
diketahui atau tidak di dokumentasikan.
-Pasien yang tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya adalah
pasien yang tidak termasuk dalam kategori-kategori diatas.
2.2.3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis dan uji
resistensi obat
Semua pasien suspek/presumtif TB harus di lakukan pemeriksaan
bakteriologis untuk mengkonfirmasi penyakit
TB.Pemeriksaanbakteriologismerujukpadapemeriksaanapusan dahak
atau spesimen lain atau identifikasi M. tuberculosis berdasarkan biakan
atau metode diagnostik cepat yang telah mendapat rekomendasi WHO
(Xpert MTB/RIF).5
Pada wilayah dengan laboratorium jaminan mutu eksternal, kasus TB
paru dikatakan apusan dahak positif berdasarkan terdapatnya paling
sedikit hasil pemeriksaan apusan dahak BTA
positifpadasatuspesimenpadasaatmulaipengobatan.Padadaerahyangtid
akmemiliki
pemeriksaanlaboratoriumdenganjaminanmutueksternalmakadefinisikas
us TBapusandahak positifbilapalingsedikitterdapatdua
spesimenpadapemeriksaanapusandahakadalahBTA positif.5
KasusTBparu apusan negatif adalah5:

1. Hasilpemeriksaanapusan dahakBTAnegatif tetapibiakanpositif


untukM. tuberculosis

2. Memenuhikriteriadiagnostik:

12
 keputusanoleh klinisiuntukmengobatidenganterapiantiTB
lengkap;DAN

 temuan radiologis sesuaidenganTB paru aktif DAN:

- terdapatbuktikuatberdasarkanlaboratoriumatau
manifestasiklinis;ATAU

bilaHIVnegatif(ataustatusHIVtidakdiketahuitetapitinggaldidaerahdengan
prevalensHIVrendah),tidakresponsdenganantibiotikspektrumluas(diluar
OATdanfluorokuinolondan aminoglikosida).

13
Kasus
TBparutanpapemeriksaanapusandahaktidakdiklasifikasikanapusannegati
f tetapidituliskan sebagai“apusan tidak dilakukan”.5

2.2.4. Klasifikasiberdasarkan status HIV

Klasifikasi TB berdasarkanstatus HIVadalah5:

KasusTBdenganHIVpositifadalahkasusTBkonfirmasibakteriologisatauklini
syang memilikihasilpositifuntuktesinfeksiHIV
yangdilakukanpadasaatditegakkandiagnosis
TBataumemilikibuktidokumentasibahwapasientelahterdaftardiregisterHI
V atauobat antiretroviral(ARV) atau praterapi ARV.

KasusTBdenganHIVnegatifadalahkasusTBkonfirmasibakteriologisatauklin
isyang memilikihasilnegatifuntuktesHIV
yangdilakukanpadasaatditegakkandiagnosisTB. Bila
pasieninidiketahuiHIVpositifdikemudian hariharus disesuaikan
klasifikasinya.

KasusTBdenganstatusHIVtidakdiketahuiadalahkasusTBkonfirmasibakteri
ologis atauklinisyangtidakmemilikihasiltesHIV
dantidakmemilikibuktidokumentasitelah terdaftardalamregisterHIV.

14
BilapasieninidiketahuiHIVpositifdikemudianhariharus disesuaikan
klasifikasinya.

2.3. Cara penularan dan faktorrisiko


SumberpenularanadalahmelaluipasienTBparuBTA
positif.Padawaktubatukatau bersin,pasien menyebarkan kumanke
udaradalam bentukdroplet(percikandahak). Umumnya penularan terjadi
dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat
membunuhkuman.Percikandapatbertahanselamabeberapajamdalamkea
daanyanggelapdan lembab.3
Dayapenularanseorangpasienditentukanolehbanyaknyakumanyangdikel
uarkandari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak,
makin menular pasien tersebut.3
Hanyasekitar1% yangterinfeksi TB paruakanmenjadisakit TBparu.Faktor
yang mempengaruhikemungkinanseseorangmenjadipasien TB
paruadalahdayatahantubuhyang rendah,diantaranyainfeksiHIV/AIDS
dan malnutrisi.3

15
Gambar1.Faktor risiko kejadian TB paru3

Faktor– faktor yang mempengaruhikejadian TB paru :


TeoriJohnGordonmengemukakanbahwatimbulnyasuatupenyakitsangatd
ipengaruhi

olehtigafaktor yaitu bibitpenyakit(agent),pejamu(host), danlingkungan


(environment).2
1. Agent
AgenyangmempengaruhipenularanpenyakittuberkulosisadalahkumanM.
tuberculosis. Agen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
patogenitas, infektifitas dan
virulensi.
2. Host
HostuntukkumanTBparuadalahmanusia.Beberapafaktorhostyangmempe
ngaruhi

penularan penyakit TBparu adalah:

16
a. Jenis kelamin
Beberapapenelitianmenunjukkanbahwalaki–
lakilebihbanyakmenderitaTB
paru. Hal ini disebabkan laki – lakilebih banyak melakukan mobilisasi
dan mengkonsumsialkoholdan rokok.
b. Umur
Insidenstertinggibiasanyamengenaiusiadewasamuda.DiIndonesia,denga
n
angkariskofinfection2%,makasebagianbesarmasyarakatpadausiaproduk
tif
telah tertular.
c. Kondisisosialekonomi
WHO (2003) menyebutkan 20% penderitaTB paru
diduniamenyerangkelompok dengansosialekonomilemah ataumiskin.

17
d. Kekebalan
Kekebalandibagi menjadi dua macam,yaitukekebalanalamiahdanbuatan.
Kekebalanalamiahdidapatkanapabilaseseorangpernahmenderita
TBparudan secara alamiah tubuh membentuk antibodi, sedangkan
kekebalan buatan diperoleh sewaktuseseorangdiberivaksinBCG
(BacillisCalmetteGuerin). Tetapibila
kekebalantubuhlemahmakakumanTBparuakanmudahmenyebabkanpen
yakit
TBparu.
e. Statusgizi
Apabilakualitasdankuantitasgiziyangmasukdalam tubuhcukupakan
berpengaruhpada dayatahantubuhsehingga
tubuhakantahanterhadapinfeksi
kumanTBparu.Namunapabilakeadaangiziburukmakaakanmengurangi
daya
tahantubuhterhadappenyakitini,karenakekurangankaloridanprotein,dap
at
meningkatkan risikoTB paru.
3. Lingkungan
Faktorlingkungan memegang peranan penting dalam penularan,
terutamalingkungan
rumahyangtidakmemenuhisyarat.Lingkunganrumahmerupakansalahsatu
faktoryang memberikan pengaruhbesarterhadapstatus kesehatan
penghuninya.

Pemukimandiwilayahperkotaanataulingkunganhidup
yangpadatdapatmempermudah
prosespenularansehinggameningkatkanjumlahkasus
TB.Prosesterjadinyainfeksioleh
M.tuberculosisbiasanyasecarainhalasi,sehingga TB

18
parumerupakanmanifestasiklinisyang paling sering dibanding
denganorgan lainnya.Penularanpenyakit inisebagianbesarmelalui
inhalasibasilyangmengandungdropletnuclei,khususnyayangdidapatdarip
asien TBparu dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA).Kuman dapat tahan hidup padaudara kering
maupundalam keadaandingin (dapat tahan bertahun-tahundalam
lemaries).Haliniterjadi karenakumanberada dalam sifat dormant.Dari
sifatdormantini kuman dapat bangkit kembali danmenjadikanpenyakit
tuberkulosismenjadi aktiflagi.Kumanini hidup di jaringanyangtinggi
kandunganoksigen(aerob).Bagianapikal parumerupakantempat
predileksi penyakit tuberkulosisdimana kandunganoksigenpada bagian
tersebut lebihtinggi dibandingkan dariyang lain.1

2.4. Patogenesis

2.4.1. Tuberkulosis primer

19
Penularan tuberkulosis paru terjadi diakibatkan kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluarmenjadidropletnucleidalamudarasekitar.
Partikelinfeksitersebutdapatmenetapdalam udarabebasselama1-2 jam,
bergantungpada adatidaknyasinarultraviolet, ventilasiyang buruk
dankelembaban.Pada suasana yanglembabdangelapkumandapat
bertahanberhari-hari sampai berbulan-
bulan.Partikeltersebutakanmenempel
padasaluranpernapasanataujaringanparu apabila terhirup atau terhisap
oleh orang sehat.Partikel dapat masuk ke alveolarbila ukuran
partikel<5mikrometer.Neutrofilakanbekerja padasaat
pertamakalipartikel kumanmasukdan kemudian akan dibantu oleh
makrofag.Sebagian besar dari partikel ini akan mati atau
dibersihkanolehmakrofagkeluardari percabangantrakeobronkial
bersamaandengangerakan silia dan sekretnya.1
Apabila kumanmenetap di jaringanparu, kumanakan berkembang biakdi
dalam sitoplasmamakrofagkemudianakanterbawamasukkeorgan
tubuhlainnya.Kumanyang bersarangdi
jaringanparuakanberbentuksarangprimeratauafekprimeratausarang(fok
us) ghon.Sarangprimerinidapatterjadidi
setiapbagianjaringanparu.Bilamenjalarsampaike pleura makanakan
terjadiefusipleura. Kuman juga dapatmasuk melaluisaluran
gastrointestinal, jaringanlimfe,orofaring, terjadilimfadenopati
regionalkemudianbakterimasuk ke dalam vena danmenjalarkeseluruh
organ sepertiparu, otak,ginjal,dan tulang.Bila kumanmasukke arteri
pulmonalismaka terjadipenjalaranke seluruh bagian paru menjadiTB
milier.1
Darisarangprimerataufokusghon
akantimbulperadangansalurangetahbeningmenuju
hilus(limfangitislokal)diikutipembesarankelenjar
getahbeninghilus(limfadenitisregional), kemudiankeadaan tersebut

20
disebut kompleksprimer(Ranke).Kompleksprimerini selanjutnya dapat
menjadi1:
 sembuhsempurna

 sembuhdenganmeninggalkansedikitbekasberupagaris-
garisfibrotik,kalsifikasidihilus.

Keadaaniniterdapatpadalesipneumoniayangluasnya>5mmdan±1%dianta
ranya dapat terjadireaktivitas lagikarena kumanyangdormant
 komplikasidan menyebarsecara:

a) perkontinuitatum,yakni menyebar kesekitarnya


b) secarabronkogen padaparu yang bersangkutanmaupunparu
disebelahnya c) secaralimfogen, ke organtubuh lainnya
d) secarahematogen, keorgantubuh lainnya

21
2.4.2. Tuberkulosis pascaprimer(Tuberkulosis sekunder)

Tuberkulosis sekunderterjadipadaorang dengan imunitas yangrendah


seperti malnutrisi, alkohol,penyakitmaligna,diabetes, AIDS,dan gagal
ginjal.Tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio
atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau
inferior).Invasinyaadalahkedaerahparenkimparudantidakkenodushiluspa
ru.Sarangdini iniawalnyaberbentuksarangpneumoniakecil.Dalam 3-
1minggusaranginimenjadituberkel
yaknisuatugranulomayangterdiridarisel-sel histiositdansel datia-
langhansyangdikelilingi olehsel-sellimfositdan berbagaijaringan ikat.1
TBpascaprimerjugadapatberasaldariinfeksieksogendariusiamudamenjadi
usia lanjut (elderlytuberculosis),tergantungdari
jumlahkuman,virulensidan imunitas pasien.Sarang inidapatmenjadi1:
a) direabsorbsikembalidansembuhsempurna

b) sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera sembuh dengan


serbukan jaringanfibrosis.
Adayangmembungkusdirimenjadikerasdanmenimbulkanperkapuran.
Sarangdini yangmeluassebagai
granulomaberkembanglalumenghancurkanjaringanikat
disekitarnyakemudianbagiantengahnyamengalaminekrosis
danmenjadilembek membentukjaringankeju.
Bilajaringaninidibatukkankeluarakanterjadikavitas.Kavitas inimula-
mulaberdindingtipis danlama-kelamaandindingnyaakanmenebalkarena
infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas
sklerotik (kronik). Terjadinyaperkejuan dan kavitas adalah
karenahidrolisis protein lipid danasam
nukleatolehenzimyangdiproduksiolehmakrofag,dan

22
prosesinflamasidarisitokin. Bentukperkejuanlainyang
jarangadalahcrypticdisseminate TByangterjadipada imuodefisiensidan
usia lanjut.

Kavitasdapatmeluaskembalidanmenimbulkansarangpneumoniabaru.Bila
isi kavitas inimasukdalam peredarandaraharteri,makaakanterjadi TB
milier.Tertelanmasukkelambung
akanmenjadiTBusus.BisaterjadiTBendobronkialdanTBendotrakealataue
mpiemabila rupturkepleura.Kavitas ini
jugadapatmembungkusdirisehinggamenjadituberkuloma. Tuberkuloma
ini dapatmengapurdan menyembuh ataudapataktifkembali
menjadicairdan menjadi kavitas lagi. Komplikasi kronik dari kavitas
adalah kolonisasi oleh fungus seperti

23
Aspergillusdankemudianmenjadi mycetoma.Kavitasjuga dapat
sembuhdisebutopenhealed cavitydanjugadapatberakhirsebagaikavitas
yangterbungkus,menciutdanberbentukseperti bintang disebutstellate
shape.1

2.5. Diagnosis tuberkulosis


Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan terdapatnya paling sedikit satu
spesimen
konfirmasiM.tuberculosisatausesuaidengangambaranhistologiTBataubu
ktiklinissesuai TB.5

17
Gambar 2.AlgoritmediagnosisTB parupada dewasa5

2.5. Gejala klinis

18
Gambaran klinis padaTB sebagai berikut 1:

 Batuk/batukdarah:batuk yang terjadi secara terus-menerus


selama 3minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk darah.Batuk
terjadi karena iritasi pada bronkus dan
diperlukanuntukmembuangprodukradangkeluar.
Batukdimulaidarijenisbatukkering (non-
produktif)kemudiansetelahtimbulperadanganmenjadi
produktif(menghasilkan
sputum).Keadaanlanjutanadalahbatukdaraholehkarenapecahnyapembul
uhdarah. Batuk
darahpadatuberkulosisbiasanyaterjadiolehkarenaadanyakavitasatau
ulkus dindingbronkus.
Sesaknapas:Sesaknapastimbulpadakeadaanlanjutdimanainfiltrasinyasu
dahmeliputi setengah bagianparu.
Nyeridada:Nyeridadatimbulapabilainfiltrasiradangsudahsampaikepleur
asehingga menimbulkanpleuritis.
Keadaandimanaterjadipergesekandarikeduapleurasewaktu
pasienmenarik/membuang napas.
Malaise:Gejalainiseringditemukanberupatidakadanafsumakan,beratba
danmenurun dalam 3bulanberturut-turut,sakit kepala,meriang,nyeri
otot,danberkeringat malam hari walaupuntanpakegiatan.
Demam:Demamyangterjadibiasanyasubfebrilmenyerupaidemaminflue
nza,namun kadang-kadang demam dapat mencapai40-41oC. Demam ini
sifatnyatimbulnyahilang timbul dandipengaruhi
olehdayatahantubuhpasienserta berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk.
Pembesarankelenjargetahbeningsuperfisialyangtidaksakitdanpalingseri
ngdidaerah leher,ketiak danlipatan paha.

18
2.4. Pemeriksaan

2.4.1. Pemeriksaan fisis

Pada pemeriksaan umum ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang


pucat karena
anemia,suhudemam(subfebris),badankurusatauberatbadanmenurun.Te
mpatkelainanlesi
TBparuyangpalingdicurigaiadalahbagianapeks(puncak)paru.
Biladicurigaiadanyainfiltrat
yangagakluas,makadidapatkanperkusiyangredup,
auskultasisuaranapasbronkial,
akandidapatkansuaranapastambahanberuparhonkibasah,kasardannyari
ng.Apabila infiltrat
inidiliputipelebaranolehpenebalanpleura,suaranapasnyamenjadivesikula
rlemah.Apabila

19
terdapatkavitaasyangbesar,perkusimemberikansuarahipersonoratautim
panidanauskultasi memberikan suara amforik.1
Padatuberkulosisparuyanglanjut
denganfibrosisyangluasseringditemukanatrofidan reaksiotot-otot
interkostal.Bagian paruyangsakitjadimenciutdan menarik
isimediastinumatau parulainnya.Paru
yangsehatmenjadilebihhiperinflasi.Bilajaringanfibrotikamatluasyakni
lebihdarisetengahjumlahjaringanparu,
akanterjadipengecilandaerahalirandarahparu dan
selanjutnyameningkatkantekananarteripulmonalis(hipertensi
pulmonal)diikutiterjadinyakor pulmonaldan gagaljantungkanan.1
Bila tuberkulosismengenai pleura, sering terbentuk efusipleura.Paru
yangsakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan.Perkusi
memberikan suara pekak.Auskultasi memberikan suara napas
yanglemah sampaitidakterdengarsama sekali.1

2.4.2. Pemeriksaan radiologis

Padaawalpenyakitsaatlesimasihmerupakansarang-sarang
pneumonia,gambaran radiologisberupabercak-bercakseperti
awandandenganbatas-batasyangtidaktegas.Bilalesi
sudahdiliputijaringanikat makabayanganterlihat
berupabulatandenganbatastegas.Lesi ini dikenalsebagai tuberkuloma.1
Padakavitasbayangannyaberupacincinyangmula-mulaberdindingtipis,
kemudian lama-kelamaan dindingnya menjadi sklerotik dan terlihat
menebal.Apabila terjadi fibrosis terlihatbayanganyangbergaris-
garis.Pada kalsifikasibayangannyatampaksebagaibercak-
bercakpadatdengandensitastinggi.Padaatelektasis terlihatsepertifibrosis
yangluasdisertai denganpenciutan yang dapat terjadipada sebagian,
satu lobus atupunpada satubagianparu.1

20
2.4.3. Pemeriksaaan laboratorium

2.4.3.1. Sputum

Pemeriksaan sputum penting dilakukan karena dengan ditemukannya


kuman BTA, diagnosistuberkulosissudahdapatdipastikandan
dapatmemberievaluasiterhadappengobatan yangsudah diberikan.1
Pasiendianjurkanuntukminum
air±2literdandiajarkanmelakukanrefleksbatuk.Dapat juga
diberikantambahanobat-
obatmukolitikekspektoranataudenganinhalasilarutanhipertonik selama
20-30 menit.Apabila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan cara
bronkoskopi

21
diambildenganbrushingataubronchialwashingatauBAL(bronchoalveolarl
avage).BTAdari
sputumbiasajugadidapatdengancarabilasanlambung.Haliniseringdikerjak
anpadaanak- anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum
yang diperiksa haruslah segar. KriteriasputumBTA
positifadalahbilasekurang-kurangnyaditemukan3batangkumanBTA
padasuatusediaan.Dengankatalaindiperlukan5.000kumandalam1mL
sputum.Cara pemeriksaansputumyang dilakukan adalah1:
- Pemeriksaan sediaan langsung denganmikroskopikbiasa

- Pemeriksaan sediaan langsung denganmikroskop fluoresens


(pewarnaan khusus)

- Pemeriksaan denganbiakan(kultur)

- Pemeriksaan terhadap resistensiobat

Padapemeriksaandenganbiakan,setelah4-5minggupenanamansputum
dalammedium biakan,kolonikumantuberkulosismulai tampak.Bila
setelah3minggupenanamankoloni juga tidak tampak, biakan
disebutnegatif.Medium biakan yangsering dipakai yaituLowenstein
Jensen, Kudoh atauOgawa.1

2.4.3.2. Tes tuberkulin

Pemeriksaanini banyakdipakai
untukmembantumenegakkandiagnosistuberkulosis terutamapada anak-
anak(balita).Biasanya dipakai tesMantoux yakni
denganmenyuntikkan0,1 cctuberkulinP.P.D (purifiedproteinderivative)
intrakutan5 T.U.(intermediatestrength).Bila

20
ditakutkanreaksihebatdeng5T.Udapatdiberikandulu1atau2 T.U.
(firststrength).Kadang- kadangbiladengan5
T.U.masihmemberikanhasilnegatifdapatdiulangidengan250 T.U.
(secondstrength).Biladengan250
T.U.masihmemberikanhasilnegatif,berartituberkulosis
dapatdisingkirkan. Umumnyates Mantouks dengan 5T.U.
sajasudahcukup berarti.1
Setelah43-42 jam
tuberkulindisuntikkan,akantimbulreaksiberupaindurasikemerahan
yangterdiridari infiltratdanantigentuberkulin.Hasil
tesMantouxdibagidalam1:
1) Indurasi0-5 mm(diameternya):Mantouxnegatif= golonganno
sensitivity

2) Indurasi5-2 mm:hasil meragukan = golonganlowgradesensitivity

3) Indurasi1-15 mm:Mantouxpositif kuat= golonganhipersensitvity

Hampirseluruh pasientuberkulosis memberikanreaksipositif padates


Mantoux(22,3%).1

2.3. Pengobatan tuberkulosis

21
Pengobatanpenyakit
TBbertujuanuntukmenyembuhkandanmempertahankankualitas
hidupserta
produktivitaspasien,mencegahkematian,mencegahkekambuhan,mengur
angi penularan danmencegahperkembangan
penyaktisertaresistensiobat.5

2.3.1. ObatAntiTuberkulosis (OAT)

WHO
telahmerekomendasikanobatdengankombinasidosistetap(KDT)untuk
mengurangirisikoterjadinyaTBresistenobatakibatmonoterapi.Dosisharia
nKDTdiIndonesia distandarisasimenjadiempatkelompokberatbadan30-
34kgBB,33-54kgBB,55-40kgBB danlebih dari40 kg BB.5

Tabel3. Dosis rekomendasiOATlinipertamauntuk dewasa5

22
Faseinisial terdiriatas
isoniazid,rifampisin,pirazinamid,danetambutol.Faselanjutan
terdiriatasisoniaziddanrifampisinyangdiberikanselama4bulan.Dosisobata
nti TB yang digunakan harussesuai
denganrekomendasiinternasional.Kombinasi dosistetapyang
direkomendasikanyang terdiri ataskombinasi2 obat
(isoniazid,rifampisin),3 obat (isoniazid, rifampisin,dan pirazinamid),dan 4
obat(isoniazid,rifampisin, pirazinamid, dan etambutol).5
WHOmerekomendasikanpaduan2RHZE/
4RHolehkarenaberdasarkanhasilpenelitian

2RHZE/
5HEdidapatkanlebihbanyakmenyebabkankasuskambuhdankematiandiba
ndingkan paduan 2RHZE/4RH.Obat program yang berasal dari
pemerintah Indonesia memilih

23
menggunakanpaduan2RHZE/
4R3H3denganpengawasanketatsecaralangsungolehPMO.
ObatinidiberikanuntukTBparuBTApositif,penderitabaruTBparuBTAnegati
fdanröntgen positif,dan penderitaTB ekstra paru berat.5

2.3.1.1. Paduan obat standaruntuk pasiendenganriwayat


OATsebelumnya

GlobalPlantoStopTB2005-2015
menganjurkanagarsemuapasiendenganriwayat pengobatanOAT
harusdiperiksaujiresistensisedikitnyauntukisoniaziddanrifampisinserta
tujuannyaadalahmengidentifikasi TB resistenobatsedinimungkin.5
Apabila terdapat laboratorium yang dapat melakukan uji resistensi obat
berdasarkan uji molekularcepat,
makahasiltersebutdapatdigunakanuntukmenentukanpaduanOATpasien.
5
Apabilalaboratoriumhanyadapatmelakukanuji
resistensiobatkonvensionaldenganmediacair
ataupadatdapatmenggunakanpaduanempiris
sambilmenungguhasilujiresistensiobat.5Pasien
dengankasusinidapatmenerimaOAT linipertama(2RHZES/1RHZE/5RHE).5
Caraini digunakanpadadaerahdenganprevalensTB
resistenobatprimeryangrendahdanbagi pasien yang sebelumnya diobati
dengan paduan yang mengandung rifampisin pada fase 2 bulan
pertama.5
Uji
resistensiobatseharusnyadilakukanpadaawalpengobatanuntuksemuapas
ienyang sebelumnyapernahdiobati, sepertipasien yangberdasarkan
apusandahak tetap positifsetelah

24
pengobatantigabulanselesai,pasiengagalpengobatan,putus
obat,ataukasuskambuhsetelah pengobatan.5

2.3.1.2. Pemantauanrespons pengobatan

Pasien,PMOdan tenagakesehatandimintauntuk melaporkan gejala TB


yang menetap
ataumunculkembali,gejalaefeksampingOATatauterhentinyapengobatan.
5 Pemantauanberat
badanpasiendilakukansetiapbulandandosisOATdisesuaikandenganperub
ahanberatbadan.5
Respons pengobatan TB paru dipantau denganapusan dahakBTA.5

WHO merekomendasikan pemeriksaan apusan dahak BTApada akhir


fase intensif
pengobatanuntukpasienyangdiobatidenganOATlinipertamabaikkasusbar
udanpengobatan

25
ulang.5 ApusandahakBTA
dilakukanpadaakhirbulankedua(2RHZE/4RH)untukkasusbaru
danakhirbulanketiga(2RHZES/1RHZE/5RHE)untukkasuspengobatanulang
.5 Rekomendasi inijugaberlaku untukpasien denganapusan dahak
BTAnegatif.5
Apusan dahak BTApositifpada akhirfase
intensifmengindikasikanbeberapahalberikut ini5:

- supervisikurang baik padafase inisialdanketaatan pasienyangburuk;

- kualitas OATyangburuk;

- dosis OATdibawahkisaran yang direkomendasikan;

- resolusilambatkarenapasien memilikikavitas besardan jumlah


kumanyangbanyak;

- terdapatnyakomorbidyangmenggangguketaatan pasienataurespons
terapi;

pasienmemilikiM.tuberculosisresistenobatyangtidakmemberikanrespon
sterhadap terapiOATlinipertama;
- bakteri matiyangterlihatoleh mikroskop.

Foto toraks untuk memantau respons pengobatan tidak diperlukan,


tidak dapat diandalkan.

26
2.3.1.2.1. Menilairespons pengobatan pada pasien TB kasus baru

Responsterhadapterapipadapasien TB
paruharusdimonitordenganpemeriksaandahak
mikroskopikberkala(duaspesimen)waktufaseintensifselesai(duabulan).5
Jikaapusdahak positifpadaakhirfaseintensif,apus dahakharus
diperiksakembalipadaakhirbulanketigadan, jika positif, biakan dan uji
resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin harus dilakukan.5
Pemeriksaan dahak tambahan (pada akhir bulan ketiga setelah fase
intensifsisipan)diperlukan untuk pasien TB kasus baru dengan apusan
dahak BTApositif pada akhir fase intensif.5
PemeriksaanbiakanM.tuberculosisdanujiresistensiobatsebaiknyadilakuk
anpadapasienTB

kasus baru denganapusan dahak BTAmasihpositif padaakhir sisipan.5

2.3.1.2.2.
MenilairesponsOATlinipertamapadapasienTBdenganriwayatpengobatan
sebelumnya
Biakan dahakdan ujiresistensi obatdilakukan apabila spesimenyang
diperoleh pada akhirfaseintensif(bulanketiga)adalahBTApositif.5
Kemudiandilakukankembaliapusan

27
dahakBTApadaakhirbulankelimadanakhirpengobatan(bulankedelapan).B
ilahasilapusan dahakbulan kelimatetap
positifmakapegobatandinyatakan gagal.5

Tabel 4. Definisihasilpengobatan5

28
2.3.1.3 Efek OATYangTidak Diinginkan

EfekOATyang tidak diinginkan dapatdilihatpadaTabel5.

Tabel5.Pendekatanberdasarkangejala untuk mengobatiefek tidak


diinginkanOAT5

29
30
2.3.1.4. Pengawasan dan ketaatan pasien dalampengobatan OAT

Ketaatan pasien dalam pengobatan penting untuk mencapai


kesembuhan, mencegah
penularandanmenghindarikasusresistenobat.Mengawasidanmendukung
pasienuntukminum OAT merupakanlandasanDOTS
pada“StopTBStrategy”sertamembantumencapaitarget
keberhasilanpengobatan35%. Kesembuhan pasiendapat
dicapaihanyabila pasiendan petugas pelayanankesehatanberkerjasama
denganbaikdandidukungolehpenyediajasa kesehatandan masyarakat.5
DirectlyObservedTreatmentShortCourse(DOTS)adalahmetodepengawas
an yang direkomendasikanoleh
WHO.Pengawasmenelanobat(PMO)harusmengamatisetiapasupan
obatbahwaOAT
yangditelanolehpasienadalahtepatobat,tepatdosisdantepatinterval,di
sampingituPMOsebaiknyaadalahorangtelahdilatih,yangdapatditerima
baikdandipilih bersamadenganpasien.5
DOTSmengandunglimakomponen5:

1. Komitmenpemerintah untukmenjalankanprogram TB nasional

2. Penemuan kasusTB dengan pemeriksaanBTAmikroskopis.

3. Pemberian obatjangka pendek yangdiawasisecaralangsung.

4. Pengadaan OATsecaraberkesinambungan.

5. Monitoringserta pencatatan danpelaporanyangbaku /standar.

31
2.3.2. ObatAntiTuberkulosis –Fix DoseCombination

Obatanti tuberkulosiskombinasitetapFixDoseCombination(FDC). Obat ini


pada dasarnya sama dengan obat kombipak, yaiturejimen dalam bentuk
kombinasi, akan tetapi didalam tabletsudah berisi2, 3 atau4
campuranOATdalamsatu kesatuan.3
AnjuranpemakaianOAT-
FDCdikarenakanbeberapakeuntungandibandingkandengan

OATdalambentuk kombipak.3

KeuntunganpenggunaanOATFDC3:

a.
Kombinasitetapwalaupuntanpadiawasi,makapenderitatidakbisamemilihj
enisobat tertentuyang akanditelan.
b.
Jumlahtabletyanglebihsedikitmakaakanlebihmudahpemberiannyadanm
eningkatkan penerimaanpenderita sehinggadapatmeningkatkan
kepatuhanpenderita.
c.
MengurangikesalahanperesepankarenajenisOATsudahdalamsatukombin
asitetapdan dosis OATmudahdisesuaikan denganberatbadan penderita.
d. Dariaspekmanajemenlogistik,OAT-
FDCakanlebihmudahpengelolaannyadanlebihmurah pembiayaannya.

32
KerugianpenggunaanOATFDC3:

a. Bila terjadi efek samping sulit menentukan OATmana yang merupakan


penyebabnya, dikarenakanpaduanOAT-FDC untukkategori1
dankategori3 yangadapadasaatinitidak berbeda
makadapatmenurunkannilaipentingnyapemeriksaan
dahakmikroskopisbagi petugas.
b. JikakesalahanperesepanbenarterjadidalamOAT-FDC,
makaakanterjadikelebihandosis padasemuajenisOAT
denganrisikotoksisitasataukekurangandosis(sub-inhibitory
concentration) yangmemudahkanberkembangnyaresistensiobat.

Tabel5. Jenis OAT-FDC yangtersediadiprogrampenanggulangan TB.3

PaduanpengobatanOAT-FDC yangtersediasaat inidiIndonesiaterdiridari3:

 2(HRZE)/4(HR)3àuntukKategori1 danKategori3

 2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3àuntuk Kategori2

33
Dosis pengobatankategori 1 dan kategori3 :{2(HRZE)/4(HR)3}
dapatdilihatpada tabel4.

Tabel 4. Dosis PengobatanKategori-1 dan Kategori-3 :{2(HRZE)/4(HR)3}3

34
Dosis pengobatankategori2 :{2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3}
dapatdilihatpada tabel3.
29
Tabel3. Dosis pengobatan kategori2.3
30

Tabel2. Jumlah blister OAT-FDC untuk kategori1 dan3.3


Tabel1. Jumlah blister OAT-FDC untuk kategori2.3

31
BAB III METODE
3.1. PenetapanTopik Masalah

Sesuaipernyataan
masalahyangdikemukakanpadaBabPendahuluan,makatopik masalah
dalam mini-project iniadalah:
1. Bagaimanameningkatkanpengetahuan masyarakat mengenaiTB Paru.

2. Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya


pengobatan TB Paru.
3. Bagaimanacarameningkatkan CDRTB Paru diwilayah kerjaPuskesmas
Papakelan.

3.2.Pengumpulan Data
1. TempatdanWaktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data dillakukan di Puskesmas Koya pada bulan Januari-
Desember tahun2022
2. MetodePengumpulanData
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data
secara

primer denganmelakukan kunjungan ke Puskesmas Koya


3. Populasidan SampelData
Populasi yang digunakan adalah masyarakat yang ada di daerah
penelitian.Sedangkan sampel yang diambil adalah total sampling dimana
semua anggota masyarakat yang menderita batuk lama serta keluarga
yang ikut terlibat

3.3. Analisis Data

32
Data primer yang diperoleh berupa data kualitatif dari hasil penelusuran
data temuan kasus di Puskesmas Koya

3.4. Diagnosis Komunitas


Tuberkulosis(TB)merupakanpenyakitinfeksimenularyangtelahlama
menjadi permasalahankesehatandidunia.TB
sendirimerupakansuatupenyakitkronisyang
disebabkanolehbasilaerobtahanasam (Mycobacteriumtuberculosis
atauspesieslain yangdekatsepertiM.bovisdanMafricanum).
Tuberkulosisbiasanyamenyerangparu-
parutetapidapatpulamenyeransusunansarafpusat,sistemlimfatik,sistem
pernafasan, sistemgenitourinarius,tulangpersendian,bahkankulit.

33
Keberhasilanpenanggulangan penyakit
Tuberkulosistidakhanyaditentukanoleh cakupanprogram
pemerintah,tetapijugaharusdidukungolehkesadaranpenderita dan
masyarakatsekitar. Faktorpengetahuan,sikapdan
praktekmempunyaipengaruhyang besarterhadapstatus
kesehatanindividumaupunmasyarakatdanberperanpentingdalam
menentukan keberhasilan suatu programpencegahan;pengobatan dan
pemberantasan suatupenyakitTuberkulosis paru.

3.5. Metode

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di masyarakat maka harus


ditingkatkanpartisipasi puskesmasuntukmelakukanpenyuluhanpenyakit
Tuberkulosis secarabertahapdanmenyeluruhdisetiapkelurahan,dan area
Puskesmas Koya.Hal pentingyangharusdisampaikandalam
penyuluhanyaitubagaimana gambaranpenyakit TB, bagaimana
penularanpenyakit danyangtidakkalahpentingnya adalahbagaimana
mencegahagar hidup kita terbebas dariinfeksi TB paru.
Hallainyangdapatdilakukanadalahmengkomunikasikanhak-hakpasienTB
(TB Patient Charter)kepada kelompok-kelompokmasyarakat,organisasi
masyarakat,
organisasikeagamaan,penyediapelayanandanpihaklainnyayangterkait.In
tervensi yangdilakukanmencakupkampanyeTB (StopTB
Campaign)untukmeningkatkan pengetahuan dan dukungan untuk Stop
TB secara nasional, mengurangi stigma TB dengan cara meningkatkan
jumlah tersangka TB yang memeriksakan ke fasilitas
pelayanankesehatan,mempromosikanobatTB
programyangberkualitasdantanpabiaya sertapengobatanpasienTB
disetiapfasilitas kesehatan.

34
Intervensi keduayangdilakukanadalahproteksidini
bagipasienyangmemiliki riwayatkeluarga dan lingkungan
tempattinggaldengan kasusTB paru yangcukup tinggi.
Misalnyauntuksetiapindividuyangmemilikifaktorrisikoterinfeksi
TuberkulosisParu diberikan INH dengan dosis yang telah ditentukan.
Intervensi ketiga yaitu denganmenegakkan diagnosisdinidan
penatalaksanaan yangcepatterhadappenderita
TBParugunamemutuskanrantaipenularandaripenderita keorangsehat.

35
Intervensikeempatadalahmelakukanmonitoringpengobatan
TBdengan memantausetiapminggukepatuhanpasienuntukminumobat
TBdanmelakukan pemeriksaansputumbulanke-2, 3,4,5/6, 7/8
danakhir pengobatan

3.6. Pelaksanaan Solusi


Bentukintervensiyangdilakukandalammini-
projectinibisadalambeberapacara
salahsatunyadengandilakukanFGDyangmengumpulkanbeberapaTOG
A, TOMA,dan aparat
kelurahansertadokteryangbertanggungjawab.FGDiniberfungsi
sebagaisarana mediasiuntuk secarabersamamenemukan
permasalahan rendahnyacakupan temuan
kasusTB diarea Puskesmas Koya.
Kegiatansepertipenyuluhan/edukasilangsungkepadamasyarakatdapat
pula dilakukan.Halpentingyangharus
disampaikandalampenyuluhanyaitubagaimana gambaranpenyakit
TB,bagaimanapenularanpenyakit,bagaimanapengobatanpenyakit
danyangtidakkalahpentingnyaadalahbagaimanamencegahagarhidupk
itaterbebas
dariinfeksi TBparu.
Skrining aktifjuga dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan CDR TB diarea Puskesmas
Koya.Skriningdilakukankepadawarga-wargayang
memilikikeluhansepertibatuklamaataugejala TB
lainnya.Skrinningdilakukanoleh petugasPuskesmas Koya.
PelaporandapatdilakukanolehwargakepadaTOGA atau
TOMAatauaparatkelurahanyangada padadaerahnyamasing-masing.

36
BAB IV

PROFIL PKM KOYA

LUAS WILAYAH

Luas wilayah Kerja PKM KOYA 35,43 Km2 masing – masing terbagi
dalam 9 Kelurahan Tondano Selatan dan 9 Kelurahan Tondano barat.

B. JUMLAH DESA/KELURAHAN
Jumlah Kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Koya antara lain Tondano selatan dan Tondano Utara. Tondano
selatan memiliki 9 Kelurahan yaitu: Koya , Maesa Unima, Peleloan,
Tataaran 1, Tataaran 2, Tataaran Patar, Tonsaru dan Urongo.
Tondano Utara memiliki 9 kelurahan yaitu: Masarang, Rerewokan,
Rinegetan, Roong, Tounkuramber, Tuutu, Watulambot,
Wawalintouan dan Wewelen.

C. JUMLAH PENDUDUK TOTAL

Total jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Tondano adalah


14.254 Jiwa dengan 4.347 Rumah Tangga.

37
Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin

D. Data Kesehatan masyarakat (Primer) yaitu :


Prevalensi Masalah kesehatan masyarakat sebelum dan sesudah
intervensi

Padatahun 2022 dipuskesmas Koya ditemukan 107 kasus suspek TB


dengan gejala klinis TB dan positif TB dalam pemeriksaan dahak
berjumlah 10 orang sedangkan pasien TB positif kultur dahak yang
menjalani pengobatan berjumlah 12 orang.

Adapun grafik penemuan kasus TB paru BTA (+) di Puskesmas Koya


tahun 2022 sebagai

38
berikut:

39
Tahun 2022 Jumlah suspek TBPositif pemeriksaan dahak
Positif Positif 3
Positif2 kali kali
Januari 5 0 3
Februari 6 0 0
Maret 11 1 0
April 13 0 0
Mei 10 0 0
Juni 6 0 0
Juli 11 0 2
Agustus 11 0 1
September 12 0 1
Oktober 9 0 1
November 6 0 0
Desember 7 0 1
Jumlah 107 1 9

13
11 11 11
10
9
6
5 6 7
3 6
1
JumlahsuspekTB
2 positifpemeriksaa
111 ndahak
1
0000

40
41
BAB V

5.1 Diskusi

Penyebab rendahnya cakupan penemuan TB paru di Puskesmas Koya


tahun 2022 menurut pengamatan kami adalah:
1. cakupan penduduk puskesmas Koya yang banyak sejumlah14.254
2. Target penemuan kasus TB paru yang besar sejumlah 63 kasus baru
yangharus ditemukansetiaptahun.
3. Letak puskesmas Koya yang berdekatan dengan RS,sehingga para
pasien lebih memilih mengobati TB di RS dibandingkan ke Puskesmas
Koya.
4.
Jumlahkadercukup,akantetapibanyakyangtidakaktifuntukmelaksanakant
ugas.
5.Kurangnyakesadaranmasyarakatuntukmemeriksakandirinyakepuskes
mas,ketika sudah mengalamigejala-gejalaTB.
6. Kurangnya petugas puskesmas yang bekerja untuk penemuan–
penemuan kasusTB didaerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan.

Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah penanggulangan kasus TB di


Puskesmas Koya berupa:
1. Dilaksanakannya FGD yang mengumpulkan beberapa TOGA, TOMA,
dan aparatkelurahan serta dokter yang bertanggung jawab.
2. Screening aktif yang dilakukan oleh kader,TOGA maupun TOMA
untuk para warga yang mempunyai gejala-gejala TB.
3. Penyuluhan tentang gambaran umum penyakit TB, pengobatan dan
bagaiman cara

Memeriksakan diri ke puskesmas.


4. Penemuan kasus secara pasif yang dilakukan oleh petugas kesehatan
yang ada di puskesmas Koya terhadap pasien yang berkunjung untuk
melakukan pengobatan dengan keluhan yaitu gejala atau tanda-tanda
penyakit TB secara klinis dan secara aktif
Dari keluarga pasien yang berisiko tertular penyakit TB.
5. Pemeriksaan laboratoriumuntukmemastikanTB+ atautidak (suspect).
6. Pasien yang positif menderita TB akan dilakukan pemeriksaan
kunjungan rumah oleh petugas kesehatan yang bertujuan mengetahui
adanya anggota keluarga yang pernah
kontakdengan penderita(contacttracing).
7. Selanjutnya dilakukan pencatatan dengan format
Community Health Nursing (CHN), khusus untuk mendata penderita TB.
Adapun form yang perlu diisi yaitu Form TB 01 dan
Form TB 02 untuk pasien serta Form TB 03 untuk pencatatan dalam
buku register.
8. Kasus TB dilaporkan ke Dinkes Minahasa setiap bulan untuk pasien
baru via sms dan 3 bulan sekali sebagai laporan register atau kohort
yang sekaligus merupakan monitoring dan evaluasi.
BAB VI

6.Kesimpulan Dan Saran

6.1 Kesimpulan
Cakupan penemuan kasus TB paru di puskesmas Koya dari bulan
Januari-Desember 2022 masih rendah dan belum memenuhi target. Hal
tersebut secara tidak langsung menyebabkan rendahnya cakupan TB
paru di Sulawesi Utara dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di
Indonesia. Secara terperinci penyebab-penyebab tersebut adalah:
1. Beban kerja yangcukup berat dengan cakupan penduduk puskesmas
Koya yang banyak dan merangkap program lain.
2. Tidak adanya pemberian insentif yang bermakna terhadap program
penanggulangan TB Paru.
3. Penemuan kasus TB Paru yang masih bersifat pasif yakni apabila
penderita datang ke Puskesmas baru dilakukan pemeriksaan.
4. Petugas TB Paru juga menyatakan sarana dan prasarana masih kurang
dalam melakukan penjaringan suspek TB Paru bagi penderita yang tidak
dating ke Puskesmas maupun didaerah-daerah yang sulit dijangkau.
5. Adanya hambatan dan keterbatasan dalam kegiatan koordinasi antara
petugas dan masyarakat puskesmas Koya dimana perlu diperbaiki ke
depan seperti promosi aktif dan penyuluhan ,kunjungan rumah, kerja
sama kader TOGA dan TOMA baik di tingkat kabupaten maupun
kecamatan.
6.2 Saran
1. Membuat skala prioritas perencanaan program tuberculosis dan
mengadakan pelatihan teknis bagi petugas puskesmas.
2. Membuat rencana kegiatan supervisi ke puskesmas serta kegiatan
monitoring evaluasi secara berkala terutama untuk program
tuberculosis.
3. Membentuk tim FGD terpadu lintas sector program dalam
meningkatkan penyuluhan dan promosi aktif bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. FauciAS,KasperDL,LongoDL,etal,editors.Harrison’sPrincipleofInter
nalMedicine.
13thedition.United States: McGraw-Hill;2012.

2.WorldHealthOrganization.GlobalTuberculosisReport2015,20thedition.
France:WHO;2015.

3. Widoyono. PenyakitTropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan


&Pemberantasannya.
Semarang:ErlanggaMedicalSeries (EMS);2005.

4.KementerianKesehatanRI.Terobosanmenujuaksesuniversal:Strategipe
ngendalianTBdi

Indonesia201-2014. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI;2011.

5. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran


Tata Laksana

Tuberkulosis. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI;2013.

46
47
48
49
50

Anda mungkin juga menyukai