Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

Hiperemesis Gravidarum

Disusun Oleh :
dr. Venny Tiho

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAM RATULANGI TONDANO


MINAHASA
LAPORAN KASUS

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
penyertaan dan tuntunan-Nya sehingga penyusunan Makalah dengan judul
“Hiperemis Gravidarum” dapat diselesaikan.

Adapun Laporan Kasus ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
penyelesaian tugas dan syarat kenaikan pangkat PNS dari 4B ke 4C yang
didalamnya tentang internalisasi Nilai-Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara
dalam tugas pekerjaan melayani pasien.

Keberhasilan penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan,


bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Maka dalam hal ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh


karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan makalah ini dan hasil yang lebih baik

Juli 2022

Penulis

dr. Venny Tiho


LAPORAN KASUS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
BAB III LAPORAN KASUS......................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
LAPORAN KASUS

BAB I
PENDAHULUAN

Selama masa kehamilan sekitar lebih dari 80% wanita hamil mengalami mual
dan muntah. The International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problems, Revisi Kesepuluh, menjelaskan hiperemesis gravidarum (HG) sebagai muntah
yang terus-menerus sebelum usia kehamilan 22 minggu yang terbagi dalam gejala ringan dan
berat, gejala berat berhubungan dengan kelainan metabolik seperti berkurangnya nutrisi,
dehidrasi maupun gangguan keseimbangan elektrolit. Hiperemesis gravidarum adalah
penyebab utama ibu hamil dirawat dirumah sakit pada trimester awal kehamilan.1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9
sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12
sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai
ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus
ditatalaksana dengan rawat inap.2
Mual dan muntah sering terjadi pada pada minggu pertama kehamilan, dan hal
tersebut merupakan hal yang normal yang biasa disebut dengan emesis gravidarum. Mual dan
muntah yang biasa dapat berlanjut menjadi suatu keadaan menolak semua makanan dan
minuman yang masuk, hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, kelaparan dengan ketosis,
kehilangan berat badan lebih dari 5% bahkan sampai kematian.3
Hiperemesis gravidarum merupakan kasus yang memerlukan perawatan di rumah
sakit. Hiperemesis gravidarum ini penyebabnya masih belum diketahui, namun beberapa
penelitian menyebutkan beberapa teori tentang hal yang dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum seperti kadar hormon korionik gonadotropin, hormon estrogen, infeksi H.pylori
dan juga faktor psikologis.4
Usia ibu merupakan faktor risiko dari hiperemesis gravidarum. Hal tersebut
berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis
gravidarum. Usia gestasi juga merupakan faktor risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut
berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di
dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang
LAPORAN KASUS

dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah


mencapai puncaknya pada trimester pertama, oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering
terjadi pada trimester pertama.5
Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi
psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stres
yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih
sering mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit
hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga
mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres pada ibu, pada ibu hamil.5
Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang tepat dapat
mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu dan janin. Ketepatan
diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan
mual dan muntah dalam kehamilan. Tata laksana komprehensif dimulai dari istirahat,
modifikasi diet dan menjaga asupan cairan. Jika terjadi komplikasi hiperemesis gravidarum,
penatalaksanaan utama adalah pemberian cairan rehidrasi dan perbaikan elektrolit. Terapi
farmakologi dapat diberikan jika dibutuhkan, seperti piridoksin, doxylamine, prometazin, dan
metoklopramin dengan memperhatikan kontraindikasi dan efek sampingnya. Beberapa terapi
alternatif sudah mulai diteliti untuk penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, seperti ekstrak
jahe dan akupuntur, dengan hasil yang bervariasi.
LAPORAN KASUS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mual dan muntah sering terjadi pada pada minggu-pertama kehamilan, dan hal
tersebut merupakan hal yang normal yang biasa disebut dengan emesis gravidarum. Mual dan
muntah yang biasa dapat berlanjut menjadi suatu keadaan yang jarang terjadi, yaitu menolak
semua makanan dan minuman yang masuk, hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi,
kelaparan dengan ketosis bahkan sampai kematian.3
Hiperemesis gravidarum adalah suatu penyakit dimana wanita hamil memuntahkan
segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria.6 Sedangkan dari literatur lain
menyebutkan bahwa hiperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah sehingga
menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari
kehilangan asam hidroklorid saat muntah dan hipokalemia.7
Tabel 2.1 Definisi-definisi mual dan muntah dalam kehamilan 2
Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum
Mual dan muntah dikeluhkan terus
Mual dan muntah mengganggu
melewati 20 minggu pertama
aktivitas sehari-hari
kehamilan
Mual dan muntah tidak menimbulkan
Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari komplikasi (ketonuria, dehidrasi,
hipokalemia, penurunan berat badan
Tidak menimbulkan komplikasi
patologis

2.2 Etiologi
Penyebab pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi
terdapat beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan
psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon selama
kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human Chorionic gonadotropin (hCG)
akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan
LAPORAN KASUS

muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki
kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah
yang lebih berat. Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara
menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. Penurunan
kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan juga berhubungan
dengan hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas. Hiperemesis
gravidarum merefleksikan perubahan hormonal yang lebih drastis dibandingkan kehamilan
biasa. 2

2.3 Faktor Risiko


Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia ibu,
usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola,
kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor risiko dari
hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur
menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih
sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan
faktor risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon
korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormon korionik
gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester
pertama, tepatnya sekitar minggu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering
terjadi pada trimester pertama.4 Peningkatan kadar hCG mengakibatkan perubahan atau
gangguan (dismotilitas) sistem pencernaan serta gangguan sistem imun humoral yang diduga
sebagai pencetus infeksi H.pilory selama kehamilan.8
Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi
psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress
yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan korionik
gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering
mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit
hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga
mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres pada ibu hamil.4

2.4 Patofisiologi
LAPORAN KASUS

Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan ini mucul pada 6
minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis hormon korionik gonadotropin, estrogen dan
progesteron ini masih belum jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat
berkurangnya sistem pengosongan lambung.
Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual,
muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila terus-
menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya kadar elektrolit dalam darah.
Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu
karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.
Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan juga
mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah. Kemudian,
hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan
ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan membuat
lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan. 5,9,10

2.5 Klasifikasi
Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi hiperemesis
gravidarum tingkat I, II dan III. Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang
terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum. Terdapat penurunan berat
badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir
beserta sedikit cairan empedu, dan dapat keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut.
Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan
penurunan jumlah urin.11
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang dimakan
dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi
berada pada rentang 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg.
Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin
dalam urin.11
LAPORAN KASUS

Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan
kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai dengan muntah yang
berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran pasien menurun (delirium sampai koma).
Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin
ditemukan bilirubin dan protein.3,11

2.6 Diagnosis
Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum (sering muntah lebih dari 10 kali per 24 jam).
Pemeriksaan fisik pada pasien hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-
tanda yang khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit,
nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai dehidrasi, turgor kulit yang
menurun, perubahan tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan
antara lain, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi
hati, dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Pada pemeriksaan laboratorium
pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan
hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria. Bila
hyperthyroidism dicurigai, dilakukan pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan pemeriksaan
ultrasonografi untuk menyingkirkan kehamilan mola.4

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Non Farmakologi
Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah
istirahat dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas, makanan
berlemak, atau suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi
makanan dan minuman dalam porsi yang kecil namun sering cukup efektif untuk mengatasi
mual dan muntah derajat ringan.1 Jenis makanan yang direkomendasikan adalah makanan
ringan, kacang-kacangan, produk susu, kacang panjang, dan biskuit kering. Minuman
elektrolit dan suplemen nutrisi peroral disarankan sebagai tambahan untuk memastikan
terjaganya keseimbangan elektrolit dan pemenuhan kebutuhan kalori. Menu makanan yang
banyak mengandung protein juga memiliki efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif
meredakan mual. Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual.2

2.7.2 Farmakologi
2.7.2.1 Tata laksana awal
LAPORAN KASUS

Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit dan dilakukan
rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan
per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan glukosa,
multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dekstrosa
dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100
mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai
pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk.
Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan
agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam
sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah randomized trial,
kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam
kehamilan. Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernicke’s encephalopathy. Komplikasi ini jarang
terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala okular,
seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan ekstraokular.
Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan
aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan
mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors
melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Obat-obatan tersebut
dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin,
penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang
yang tidak terkendali, dan glaucoma sudut tertutup. Namun, hanya didapatkan sedikit
informasi mengenai efek terapi antiemetik terhadap janin.
Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal.
Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukan dengan efek samping sedasi yang
lebih kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena
memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki
efek samping mengantuk dan pusing yang lebih ringan. Studi kohort telah menunjukkan
bahwa penggunaan metoklopramid tidak berhubungan dengan malformasi kongenital, berat
badan lahir rendah, persalinan preterm, atau kematian perinatal. Namun, metoklopramid
memiliki efek samping tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan dan total dosis
kumulatifnya. Oleh karena itu, penggunaan selama lebih dari 12 minggu harus dihindari.
LAPORAN KASUS

Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine (5HT3) seperti ondansetron mulai sering


digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas.
Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin,
tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko
malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan. Droperidol
efektif untuk mual dan muntah dalam kehamilan, tetapi sekarang jarang digunakan karena
risiko pemanjangan interval QT dan torsades de pointes. Pemeriksaan elektrokardiografi
sebelum, selama dan tiga jam setelah pemberian droperidol perlu dilakukan.
Untuk kasus-kasus refrakter, metilprednisolon dapat menjadi obat pilihan.
Metilprednisolon lebih efektif daripada promethazine untuk penatalaksanaan mual dan
muntah dalam kehamilan. Efek samping metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid juga
patut diperhatikan. Dalam sebuah metaanalisis dari empat studi, penggunaan glukokortikoid
sebelum usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risiko bibir sumbing dan tergantung
dosis yang diberikan. Oleh karena itu, penggunaan glukokortikoid direkomendasikan hanya
pada usia gestasi lebih dari 10 minggu.2
LAPORAN KASUS

Gambar 2.1 Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam kehamilan

Gambar 2.2 Obat-obatan untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan

2.7 Terapi alternatif


Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan mual
dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu
pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat
menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene
(Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa
ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek
samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak
ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran kehamilan Dosisnya adalah 250 mg
kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali sehari. Terapi akupunktur untuk meredakan
gejala mual dan muntah masih menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik
akupuntur Neiguan P6 di pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan
LAPORAN KASUS

penelitiannya masih terbatas karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang
besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan dari penggunaan acupressure,
namun The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6
pada pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual. Terapi
stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan
mual dan muntah serta merangsang kenaikan berat badan.2

2.8 Komplikasi
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan
dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi
yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin.11 Oleh karena itu, pada
pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti
peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi
subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat
dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.
Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan
elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan
alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia. Hiperemesis
gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum sama
sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan
kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat
dioksidasi dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau
aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis
gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria.
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul
dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan. 3
Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR
lima menit kurang dari tujuh.

2.9 Prognosis
LAPORAN KASUS

Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah komplikasi
seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5%
berat badan. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara
klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi
dan intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium
yang perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.2
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesis gravidarum umumnya baik, namun dapat
menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat
dan cepat.12
LAPORAN KASUS

BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.RR
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 30 tahun
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan : SMA
f. Agama : Kristen Protestan
g. Alamat : Touliang

2. Latar belakang keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 3 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : menengah
d. Kondisi Rumah:
Rumah terletak di sebuah perkampungan yang padat penduduk, 20 meter dari
sebuah sungai. Sumber air keluarga adalah PDAM dan air sungai.
e. Kondisi Keluarga:
Pasien tinggal bersama dengan keluarga intinya dengan anggota keluarga
berjumlah 5 orang terdiri suami, pasien dan 3 orang aaknya.Komunikasi terjalin
baik di atara sesama anggota keluarga. Pasien merupakan ibu rumah tangga,
sedangkan suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta.

3. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan utama mual dan muntah sejak 1 bulan yang lalu

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 1 bulan yang lalu. Tetapi
keluhan dirasakan semakin bertambah sering sejak 1 minggu yang lalu. Mual dan
muntah terjadi sepanjang hari namun dirasakan memberat terutama pada pagi hari.
LAPORAN KASUS

Muntah sebanyak > sepuluh kali per hari dengan volume ± 1/2 - 3/4 gelas kecil. Isi
muntahan berupa makanan minuman yang dikonsumsi sebelumnya, pada muntahan tidak
terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah berat bila setelah makan
dan minum, dan berkurang saat istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa
lemas sehingga tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa
kering, nafsu makan dirasakan menurun. BAB dan BAK dirasakan agak jarang. Pasien
juga mengeluh nyeri ulu hati. Berat badan terjadi penurunan, 2 minggu yang lalu pasien
menimbang BB 57 kg dan pada saat ini BB turun menjadi 52 kg. Pasien mengaku tidak
ada permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya maupun dalam pekerjaan.
5. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga :
 Pasien mengalami gejala yang sama pada kehamilan sebelumnya, yaitu pada
kehamilan pertama, kedua dan ketiga, tetapi tidak separah pada kehamilan saat
ini.
 Riwayat abortus :-
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
 Riwayat Gastritis :+

Riwayat Obstetri
HPHT : 30 Februari 2022
TP :7 November 2022
UK : 9-10 Minggu

Riwayat Persalinan
Anak I : Tahun 2011 jenis kelamin perempuan, lahir spontan, ditolong bidan, BB:
2.700 gram, hidup.
Anak II: Tahun 2015 jenis kelamin laki-laki, lahir spontan, ditolong bidan, BB: 3.200
gram, hidup.
Anak III: Tahun 2018 jenis kelamin perempuan, lahir spontan, ditolong bidan, BB:
2.500 gram, hidup.

Riwayat Perkawinan : pasien menikah satu kali dan sudah berlangsung selama ± 11
tahun.
LAPORAN KASUS

Riwayat Kontrasepsi : pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

Riwayat haid pasien


 Usia pertama kali haid:13 tahun
 haid teratur dengan siklus 28 hari
 lama haid: ± 7 hari

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak Lemas
b. Kesadaran : compos mentis
c. Vital sign :
TD : 110/72 mmHg
N : 109x/menit
RR : 20 x/menit
T : 37˚ C
d. Tinggi badan : 167 cm
e. Berat Badan : 65 kg
f. Kepala : normochepal
g. Mata : conjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mata cekung (-/-),
h. Telinga : tidak ada sekret, tidak ada perdarahan
i. Hidung : tidak ada sekret, tidak ada perdarahan
j. Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, bibir kering (+)
k. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran kelenjar getah bening (-)
l. Dada
Inspeksi : bekas luka (-), retraksi (-)
Perkusi : sonor +/+
Palpasi : pengembangan dada simetris +/+
Fremitus (+) normal
Auskultasi :
Cor : S1 S2 reguler, bising jantung (-)
Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi (-), wheezing (-)
LAPORAN KASUS

m. Abdomen : bekas operasi (-), TFU tidak teraba, bising usus (+) , nyeri tekan
epigastrium (+)
n. Ekstremitas : akral hangat, edem (-)

7. Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium:
Hemoglobin : 12,3 g/dL
Eritrosit : 4,0 10^6/uL
Leukosit : 13,800 /mm3
Differential Count:
Segment : 91 %
Limfosit : 7 %
Monosit : 2 %
Hematokrit : 25 %
Trombosit : 188.999/mm3
Rapid Test SARS-CoV2 : Non-Reaktif
2. Pemeriksaan Urinalisis Lengkap
Plano test : Positif
Mikroskopis
Eritrosit : 1-2 /LPB
Leukosit : +++
Epitel : +
Kimia
Berat jenis : 1.015
pH : 6
Leukosit : 3+
Nitrit : Negatif
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Keton : 2+
Urobilinogen : Negatif
Bilirubin : Negatif
Darah/Eritrosit : Negatif
Silinder : Negatif
LAPORAN KASUS

Kristal : Negatif
8. Usulan :
pemeriksaan USG obstetrik

9. Diagnosis Kerja :
G4P3A0 30 tahun usia kehamilan 9-10 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum

10. Diagnosis Banding:


- Gastritis (K.25.4)
- Ulkus Peptikum ( K.25.9)

11. Manajemen:
1. Promotif :
- Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
- Menyediakan obat di rumah apabila asam lambung meningkat.
2. Preventif :
- Jangan membiarkan diri dalam keadaan terlalu lapar atau dalam kondisi
perut terlalu kenyang.
- Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering.
- Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan air teh.
- Menjaga asupan makan dengan baik-baik dan menghindari makanan
pedas.
- Menghindari makan terlalu kenyang, makanan yang berminyak dan berbau
lemak seperti goreng-gorengan, makanan berlemak dan daging berlemak
agar tidak merangsang muntah
- Menghindari kekurangan karbohidrat, dianjurkan makanan yang
mengandung gula.
- Hindari stress.
3. Kuratif :
- Non Farmakologis
LAPORAN KASUS

 Istirahat yang cukup


 Mengatur pola makan (jumlah, jenis, dan frekuensi) dengan makan sesering
mungkin, dalam porsi kecil-kecil. Siang hari untuk makan porsi besar, malam
hari cukup porsi kecil. Makan cemilan sebelum tidur, karena akan mengurangi
rasa mual esok paginya.
 Menghisap atau mengunyah permen, terutama permen jahe, dapat membantu
menahan rasa ingin muntah.
 Isolasi penderita dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan ventilasi udara
yang baik.
 Hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah seperti bau yang tidak
mengenakkan.
- Farmakologis

 Ondansetron tab 3 x 4 mg
 Ranitidin 2 x 150 mg
 Antasida 3 x 1 tablet
 Vit B6 3 x 1 tablet
 Metoclopramid 3 x 10 mg
4. Rehabilitatif :
- Minum obat sesuai anjuran.
- Meningkatkan makanan bergizi dan makan sedikit tetapi lebih sering
LAPORAN KASUS

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan G4P3A0 30 tahun usia kehamilan 9-
10 minggu dengan hiperemesis gravidarum karena berdasarkan anamnesis pada pasien ini
ditemukan adanya gejala mual dan muntah >10x/hari, pasien tampak lemas, lemah, muntah
terjadi hampir setiap saat dan terutama pada pagi hari, segala yang dimakan dimuntahkan.
Keluhan ini memberat sejak 1 minggu yang lalu, sehingga pasien menjadi lemah dan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dari pemeriksaaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 86x/menit, nafas 19x / menit. Pasien positif didiagnosis hamil 1 minggu sebelum
dilakukannya anamnesis ini. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada kehamilan
ketiga kehamilan sebelumnya, pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pada pasien ini tidak
ditemukan tanda-tanda dehidrasi.

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga segala apa
yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam
urin.

Beberapa etiologi dan faktor predisposisi hiperemesis gravidarum ini antara lain
primigravida, faktor psikologis, umur muda, < 16 minggu, riwayat hiperemesis gravidarum
pada kehamilan sebelumnya dan terdapat hubungan dengan penyakit keluarga. Pada pasien
ini, merupakan kehamilan anak keempat, dengan usia 30 tahun, dengan usia kehamilan 9-10
Minggu. Namun pada kehamilan-kehamilan sebelumnya pasien juga mengalami keluhan
seperti ini. Walaupun adanya masalah psikologis seperti keretakan rumah tangga, kehilangan
pekerjaan, rasa takut terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan
sebagainya dalam diri pasien disangkal dari sebagai salah satu faktor predisposisi penting
LAPORAN KASUS

belum bisa disingkirkan, karena perlu pendekatan yang komprehensif untuk menggali hal ini
lebih dalam.Untuk mengetahui adanya faktor risiko lain seperti adanya penyakit mola
hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG belum dapat

dipastikan dan ini membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Penyebab pada pasien ini diakibatkan
cara makan yang salah. Sebaiknya makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tapi sering.

Untuk mengurangi mual muntah pada pasien ini disarankan agar istirahat yang cukup,
hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah. Dapat pula dengan terapi psikologis
seperti memberikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan
fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis
seperti keadaan sosioekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.

Mengubah kebiasaan kebiasaan buruk tersebut diatas, membiasakan hidup sehat dan
teratur. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi
sering, menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biskuit dengan air teh, makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan, menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor
penting, dianjurkan makanan yang mengandung gula.
Secara farmakologi diberikan obat ondansetron dan metoclopramid untuk mengurangi
frekuensi muntah dari pasien. Ondansetron bekerja dengan cara memblok serotonin di perifer
(nervus vagal) dan di sentral (zona pencetus kemoreseptor) yang berakibat pada peningkatan
ambang batas pencetus terjadinya muntah. Metoclopramid bekerja dengan cara memblok
reseptor dopamin dan serotonin di sentral sistem saraf dan meningkatkan pengosongan
lambung. Antasida dan ranitidin diberikan untuk mengatasi nyeri ulu hati. Antasida bekerja
dengan cara menetralisir asam lambung. Ranitidin merupakan antagonis histamin H2 yang
menyebabkan inhibisi dari sekresi gaster. Vitamin B6 dari beberapa penelitian juga memiliki
efek mengurangi frekuensi muntah pada hiperemesis gravidarum walaupun cara kerja vitamin
ini untuk mengobati hiperemesis gravidarum belum diketahui.
LAPORAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA
1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a
multimodal challenge. BMC Medicine. 2010;8:46.

2. Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum: assessment and management. Australian


Family Physician.[Review article].2007;36(9):698-701.

3. Gunawan K, Manengkei P, Ocviyanti D. Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesi


Gravidarum. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. [Review
article]. 2011;61(11):458-464.

4. Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl J Med. 2010;363:1544-50.

5. Kuscu NK, Koyuncu F.Hyperemesis Gravidarum: current concepts and management.


Journal by postgrad Med J. [Review article]. 2002:78:76-79.

6. Wilcox Susan R. Hyperemesis Gravidarum in Emergency Medicine. Medscape; 2013


[cited 2013 june 26]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/796564-
overview#showall.

7. Edmonds K. Miscellaneous Medical Disorders. In: Dewhurst’s Textbook of


Obstetrics & Gynaecology. 7th ed. Blackwell publishing; 2007.

8. OgunyemiDA.HyperemesisGravidarumClinicalPresentation.Medscape;2013[cited201
3June26].availablefrom: http://emedicine.medscape.com/article/254751-
clinical#showall.

9. Roy KR. Gastrointestinal Disease and Pregnancy. Medscape; 2013 [cited


2013june26].Availablefrom: http://emedicine.medscape.com/article/186225-
overview#showall.

10. Verberg MFG, Gillott DJ, Al-Fardan N et al. Hyperemesis Gravidarum, a


literaturereview.JournalbyOxforduniversity.[Reviewarticle].2005;11(5527-539.

11. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spon CY. Williams
Obstetric. 23nd ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2005.

12. Saifuddin A, Rachimhadhi T. Hiperemesis Gravidarum. In: Ilmu Kebidanan.3rd


ed.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2007
LAPORAN KASUS

13. Pearlman M, Tintinalli J, Dyne P. Problems During the First 20 Weeks of Pregnancy.
In: Obstetric & Gynecologic Emergencies: Diagnosis and Management. 1st ed. The
McGraw-Hill Companies;2004.

14. Lord L, Pelletier K. Management of Hyperemesis Gravidarum with Enteral Nutrition.


Nutrition Issues in Gastroenterology. [review article] . 2008;63:15-31

15. DeCherney HA, Nathan L, Goodwin M et al. Renal, Urinary Tract, Gastrointestinal,
& Dermatologic Disorders in Pregnancy. In: Current Diagnosis & Treatment
Obstetrics & Gynecology.10th ed. The McGraw-Hill Companies;2007.

Anda mungkin juga menyukai