Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

G1P0A0 Hamil 7-8 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum

Disusun oleh :
Abdi Ridha
1102012002

Pembimbing :
dr.Yedi Fourdiana, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 15 MARET – 25 APRIL 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan kenikmatan kesehatan jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tugas laporan kasus yang berjudul “G1P0A0 Hamil
7-8 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum”. Penulis menyadari bahwa
laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna, namun sekiranya apa yang
penulis lampirkan pada presentasi kasus ini adalah sebagaimana adanya. Penulis
bermaksud mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Yedi Fourdiana,Sp.OG, selaku pembimbing saya dalam mengerjakan laporan


kasus ini yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam mengerjakan kasus
ini.
2. dr. Nandi, Sp.OG, dr. Djoni Nurung, Sp.OG (K), dr. Ronny, Sp.OG selaku
konsulen SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Kabupaten bekasi,
terimakasih atas bimbingan dan juga arahannya.

3. Semua teman coass, staff, perawat dan bidan bagian SMF Ilmu Obstetri dan
Ginekologi RSUD Kabupaten bekasi, terima kasih atas bimbingan dan arahannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini, oleh karena
itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran dalam laporan kasus ini.
Akhir kata semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pihak- pihak yang membutuhkan.

Cibitung, 1 April 2021

Abdi Ridha
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan


keluhan mual muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan
morning sickness, dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala
yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I . Mual biasanya
terjadi pada pagi hari, dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala
ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ±
10 minggu. Derajat beratnya mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan
kehamilan sampai dengan gangguan yang berat dimana keluhan semakin
memburuk, menetap, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dikenal dengan
hiperemesis gravidarum.1,2
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1,2
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2,3
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada
50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan
40-60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan di USA 0,3-2% diantaranya
mengalami hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah yang berkaitan dengan
kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada
usia kehamilan 11-13 minggu, dan kebanyakan sembuh pada umur kehamilan 12-
14 minggu, 1-10% dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hiperemesis Gravidarum

2.1. Definisi hiperemesis gravidarum


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1

2.2. Epidemiologi hiperemesis gravidarum


Hiperemesis biasanya mulai terjadi pada kehamilan minggu ke 4
hingga minggu ke 6, kemudian tingkat keparahan meningkat pada minggu
ke 8 hingga minggu ke 12, dan biasanya berakhir pada minggu ke 20.
Mual dan muntah tersebut biasanya hilang setelah trimester pertama.
Hiperemesis diperkirakan terjadi pada 5 per 1000 kehamilan. Menurut sumber
lain hiperemesis gravidarum terjadi pada 0.5% hingga 2% kehamilan.5
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
beragam mulai dari 0,5 – 2% di Amerika Serikat, 0,3% dari seluruh kehamilan di
Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8 di China, 0,9 % di Norwegia,
2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Indonesia prevalensi 1-3%.6
2.3. Etiologi hiperemesis gravidarum
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan. Etiologinya
belum diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa
erat hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1 Faktor-faktor yang
menjadi predisposisi diantaranya:3
a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG.
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan
sebagainya.
d) Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.
e) hiperemesis gravidarum juga dapat dipengaruhi oleh beberapa asupan
diantaranya adalah asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak jenuh,
asupan asam lemak omega-3, asupan asam lemak omega-6, dan asupan
vitamin B6. Asupan karbohidrat, protein dan lemak dapat
mempengaruhi irama lambung normal sehingga menimbulkan disritmia
lambungyang berdampak pada terjadinya mual muntah. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak
berhubungan dengan kejadian mual dan muntah pada ibu hamil

2.4. Klasifikasi hiperemesis gravidarum


Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:1

a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung
dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik <
80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam
urin, dan berat badan cepat menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang
atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria.
2.5. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama
yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom
somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan
aferen simpatis menuju pusat muntah, pusat muntah juga menerima rangsangan
dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone
(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa
signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus
traktus solitarius. Pusat muntah ini berdekatan dengan pernapasan dan pusat
vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial
V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma,
otot iga dan otot abdomen.4
Patofisiologi hiperemisis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan
muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada
sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan
lambung menjadi kosong. 4,7
Pada hiperemesis gravidarum terjadi mual, muntah dan penolakan semua
makanan dan minuman yang masuk. Sehingga apabila terus-menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar elektrolit dalam darah, dengan
alkalosis hipokloremik. Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena
energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksik butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.
Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen
berkurang dan juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat
toksik didalam darah. Kemudian hiperemesis gravidarum juga dapat
menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat ginjal.
Yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak7.
2.6. Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum
Gejala klinis mulai terjadi pada trimester pertama,yang sering dijumpai
adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan),
tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat
dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit.1

2.7. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum


Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:1
a) Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b) Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada keadaan
berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
c) Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal
toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya lunak, pada
pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.
d) Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.
e) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan proteinuria.

2.8. Tatalaksana hiperemesis gravidarum


Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan
rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu : 1
1. Medikamentosa
Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya :
-Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 500-100 mg/hari/infus,
-Vitamin B12 200mg/hari/infus, Vitamin C 200 mg/hari/infus
-Antiemetik : Prometazin (vopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau
proklorperazin (stemetil) 3x3 mg per hari per oral
-Antasida : Asidrin 3x1 tablet/hari/oral atau Milanta 3x1tablet perhari/oral
-Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau Klorpromazin 25-50 mg/hari IM
atau jika diperluka Diazepam 5mg 2-3 kali perhari IM.1
2. Diet
Stop makan per oral 24-48 jam, perhitungkan jumlah kalori yang dibutuhkan
sebaiknya konsultasikan ke ahli gizi
-Diet Hiperemesis I : diberikan pada Hiperemesis grade III : Makanan berupa roti
kering dan buah-buahan, cairan tidak diberikan bersama makanan terapi 1-2 jam
sesudahnya dan hanya diberikan dalam beberapa hari, pilihan makanan berupa
kaya vit. C
-Diet Hiperemesis II : diberikan bila mual muntah berkurang. Secara berangsur-
angsur mulai diberikan bahan makanan yang lebih mengandung vitamin A dan D
-Diet Hiperemesis III : diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan
makanan yang lebih mengandung semua zat gizi kecuali kalsium.1
3. Rehidrasi dan Suplemen Vitamin
Infus Glukosa 10% atau 5% RL = 2:1, 40 tetes per menit, Suplemen tiamin dapat
diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutka kedalam 100 cc
NaCl. Urin output juga harus dimonitor .1,11
4. Antiemesis
Antiemetik yang dapat digunakan berupa dopamin antagonis (Metoklopramide,
Domperidone), fenotiazin (klorpromazine), bila tidak dapat respon dapat
digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5HT3
(Ondansentron, Sisaprid).1,12
5. Terapi Psikologik dan Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki udara yang
baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk keluar
masuk kamar tersebut. Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena
itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual
dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.11

2.9. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum


a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya
diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani
akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk
beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah
Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu
paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur
(ataksia), dan bingung.1
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).1

2.10. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum


Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan
berbau lemak sebaiknya dihindarkan.9

2.11. Prognosis Hiperemesis Gravidarum


Pasien yang ditatalaksana dengan tepat akan menunjukkan perbaikan. Sebagian
besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada usia kehamilan 20-22
minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat
membahayakan jiwa ibu dan janin.11
BAB III
LAPORAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2016. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal . 815-
818.
2. Mochtar, R., Sofian, A. 2017. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC. Hal 141-142.
3. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2015. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta. EGC.
4. Jennings LK, Krywko DM. Hyperemesis Gravidarum. 2020 . Treasure Island
(FL). StatPeaerls Publishing
5. Bailit JL. Hyperemesis gravidarium: Epidemiologic findings from a large
cohort. Am J Obstet Gynecol. Sep 2017;193(3 Pt 1):811-4.
6. Davis M. Nausea and vomiting of pregnancy: an evidence-based review. J Perinat
Neonatal Nurs. Oct-Dec 2018;18(4):312-28.
7. Goodwin TM. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N Am. Sept
2019;35:401-417.
8. Bottomley C, Bourne T. Management strategies for hyperemesis. Best Pract Res
Clin Obstet Gynaecol. Aug 2015;23(4):549-64.
9. Sastrawinata S, Martadisoebrata D, Wirakusumah FF. 2005. Obtetri Patologi.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hal 65
10. Bottomley C, Bourne T. Management strategies for hyperemesis. Best Pract Res
Clin Obstet Gynaecol. Aug 2016;23(4):549-64.
11. Fell DB, Dodds L, Joseph KS, et al. Risk factors for hyperemesis gravidarum
requiring hospital admission during pregnancy. Obstet Gynecol. Feb 2017;107(2
Pt 1):277-84.
12. Cedergren M, Brynhildsen J, Josefsson A, et al. Hyperemesis gravidarum that
requires hospitalization and the use of antiemetic drugs in relation to maternal
body composition. Am J Obstet Gynecol. Apr 2017;198:412.e1-5.

Anda mungkin juga menyukai