Pembimbing:
Disusunoleh:
Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan Evaluasi Program Penanggulangan Tuberkulosis di Wilayah Kecamatan
Koja sebagai salah satu bentuk kegiatan pembelajaran di Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Gizi Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, tim penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Lusia Gani, M.S. selaku pembimbing penyusunan laporan evaluasi program
penanggulangan tuberculosis di wilayah kerja Kecamatan Koja.
2. dr. Bryany Titi Santi, M.Epid selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Gizi Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.
3. dr. JuliettaTantri, selaku penanggung jawab bagian pendidikan di Puskesmas Kecamatan
Koja.
4. Ibu Nurmala Meilasari, SKM selaku pembimbing mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas
Kedokteran UNIKA Atma Jaya di Puskesmas Koja.
5. Ibu Liya, selaku penanggung jawab program tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Koja
yang telah memberikan informasi serta data terkait program penanggulangan tuberkulosis.
6. Tenaga kesehatan dan staf Puskesmas Kecamatan Koja, Puskesmas Kelurahan Koja,
Puskesmas Kelurahan Lagoa, Puskesmas Kelurahan Tugu Utara III, Puskesmas
KelurahanTugu Selatan, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara I dan II, serta Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dari penulisan laporan ini sehingga kritikdan saran yang
membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan.
Harapanpenulisadalahbahwalaporaninidapatbermanfaatsebagaibahanpembelajaran, baik bagi tim
penulis maupun seluruh dokter muda kepaniteraan klinik IKM dan Gizi. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
2
4.2 Data Khusus……………………………………………………………………... 25
4.3 Data Primer……………………………………………………………………… 25
4.3.1 Suspek Dewasa Penderita TB di Puskesmas Koja………………………….. 25
4.3.2 JumlahPasien TB dewasa yang berobat di Puskesmas Koja…………………. 26
4.3.3 Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien TB Dewasa BTA Positif pada Akhir Fase
Intensif…………………………………………………………… ………………. 27
4.3.4 Hasil Pengobatan Pasien TB Paru Dewasa yang Berobat 6 Bulan di Puskesmas
Koja………………………………………………………………………………… 27
4.3.5. Pelaksanaan Program Penanggulangan TB danMasalah yang Dihadapi ……. 31
BAB V PERUMUSAN MASALAH……………………………………………… 32
5.1 Perumusan Masalah……………………………………………………………... 32
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………………….. 43
6.1 Prioritas Masalah………………………………………………………………… 43
6.2 Penyebab Masalah……………………………………………………………….. 49
6.3 Pohon Masalah…………………………………………………………………... 50
6.4 Pemecahan Masalah……………………………………………………………... 51
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 54
7.1. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 54
7.2. Saran …………………………………………………………………………… 54
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 55
Daftar Diagram
3
Diagram 1.1. Alur Kinerja Tatalaksana dan Manajemen Program TB pada Puskesmas –
Puskesmas di Wilayah Kecamatan Koja …………………………………………...……. 4
DaftarTabel
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah KecamatanKoja 2015 ………………… 24
Tabel 4.3. Jumlah Pasien TB Dewasa yang Berobat ke Puskesmas Koja ……………..… 26
Tabel 4.5. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Dewasa BTA positif yang Berobat di
Tabel 4.6. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Dewasa BTA negatif yang Berobat di
Tabel 4.7. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Anak yang Berobat di
Tabel 4.8. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Ekstra Paru yang Berobat di
Tabel 6.1. Skor Besarnya Masalah Dilihat dari Kesenjangan Terhadap Standar ………… 44
5
Daftar Lampiran
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
Di tingkat global, stop TB Partnership sebagai bentuk kemitraan global, mendukung
Negara untuk meningkatkan upaya pemberantasan TB, mempercepat penurunan angka
kematian dan kesakitan akibat TB serta penyebaran TB di seluruh dunia. Visi stop TB adalah
dunia bebas TB dengan target pada 2050 TB bukan lagi merupakan masalah kesehatan
dunia.11 Selain itu, indikator keberhasilan pengendalian TB sesuai SDG di tahun 2030 adalah
penurunan jumlah kematian akibat TB sebesar 90% dan penurunan insiden TB sebesar 80%
di tahun 2030.13
Sementara itu, visi dari rencana strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 sendiri
adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
gotong royong, yang diwujudkan dengan salah satu misi yakni mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang maju dan sejahtera, yang diagendakan dalam Nawacita Kabinet
Kerja melalui peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia. salah satu sasaran yang ingin
dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung oleh perlindungan financial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini, pengendalian penyakit terutama pada program nasional pengendalian TB
memiliki target untuk mencapai prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk pada
tahun 2019 dan keberhasilan pengobatan TB 90% di seluruh kabupaten/ kota Indonesia.10
Berdasarkan WHO tahun 2012, Indonesia telah mencapai angka deteksi kasus sebesar
72%, angka keberhasilan pengobatan TB sebesar 85%, dan angka keberhasilan pengobatan
TB setelah terapi ulang hanya mencapai 71%. Angka kesembuhan DKI Jakarta pada tahun
2010 hanya sebesar 72%.7 Puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan lini pertama
memegang peranan penting dalam menjaring dan pencegahan penularan TB. Oleh karena itu,
laporan evaluasi program ini disusun untuk menilai kinerja puskesmas, khususnya
8
Puskesmas di Kecamatan Koja dalam menanggulangi masalah tuberkulosis di masyarakat
selama tahun 2015 berdasarkan program yang sudah ditetapkan secara nasional.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Menilai kinerja Puskesmas di Kecamatan Koja dalam melaksanakan program
penanggulangan TB nasional selama periode Januari – Desember 2015
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BTA BTA -
+
Antibiotik non
Sakit TB OAT 14 hari
Dicatat
di TB 01,
Pengobatan TB Perbaikan klinis
TB 02, Tidak membaik
sesuai pedoman bukan sakit TB
TB03
nasional 2014
SPS ulang
<6
>6 =6
Pertimbangan Bukan TB
Uji Tuberkulin Uji
dokter
(+) atau Tuberkulin
(ditemukan
kontak dengan (+) dan
skor 5 yang
gejala klinis kontak,
terdiri dari
lain tanpa gejala
kontak BTA
klinis lain
positif disertai
TB anak 2 gejala klinis
lain di
fasyankes
yang tidak Infeksi laten TB
tersedia uji
Diberikan OAT
Tuberkulin
selama 2 bulan
Perbaikan klinis
lalu (BB
dievaluasi
naik,
batuk berkurang, demam)
Umur >= Umur <
5 tahun 5 tahun
Diagram 1.2. Alur Kinerja Tatalaksana dan Manajemen Program TB Anak pada Puskesmas-puskesmas di
wilayah Kecamatan Koja
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak - Laporan keluarga, BTA +
jelas BTA -, atau tidak
jelas, atau BTA
tidak tahu
Uji Tuberkulin Negatif - - Positif (≥ 10mm, atau ≥
12
(Mantoux) 5mm pada imunokompromis
Berat badan / - BB/TB < 90%, Klinis gizi buruk -
keadaan gizi atau BB/U < 80% atau BB/TB <
70% atau BB/U <
60%
Demam yang - ≥2 minggu - -
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1cm, lebih dari - -
kelenjar limfe 1 KGB, tidak
koli, aksila, nyeri
dan inguinal
Pembengkakan - Ada - -
tulang / sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto Normal / Gambaran - -
toraks kelainan sugestif
tidak jelas (mendukung TB)
Parameter 0 1 2 3
13
BAB III
KERANGKA EVALUASI
3.1.1 Masukan
Tabel 3.1. Masukan
14
Dana
15
- Ventilasi permanen > 10%.
- Cahaya sinar matahari langsung mupun √
tidak langsung 100% memenuhi ruangan.
Metode
16
pelaporan TB.
KESEHATAN.
TB.04 : REGISTER TB
KABUPATEN/KOTA.
LABORATORIUM UNTUK
PEMERIKSAAN
DAHAK.
PENGOBATAN PASIEN TB
KAB/KOTA.
HASIL PENGOBATAN TB
KAB/KOTA.
PASIEN TB.
17
TB.10 : FORMULIR HASIL AKHIR
PENGOBATAN TB PINDAHAN.
PEMERIKSAAN DAHAK
LALU).
PENGENDALIAN TB.
PELAYANAN TB
3.1.2 Proses
Tabel 3.2. Proses
Pelaksanaan
20
rekomendasi internasional.
Direkomendasikan obat dengan kombinasi √
dosis tetap, yang terdiri dari kombinasi 2 obat
(isoniazid, rifampisin), 3 obat (isoniazid,
rifampisin, dan pirazinamid), dan 4 obat
(isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol).
23
3.1.3 Keluaran
Tabel 3.3. Keluaran
Variabel Indikator
3.1.4 Lingkungan
Tabel 3.4 Lingkungan
Lingkungan
24
3.1.6 Dampak
Tabel 3.6. Dampak
25
3.2. Kerangka Pikir
Alur pemikiran dalam evaluasi ini adalah sebagai berikut :
Mempelajari Pedoman Penanggulangan TB Nasional dan menilai keberhasilan
program sesuai indikator.
Mencari data-data primer dan sekunder yang diambil dari form TB01,TB03,
TB06 dan wawancara dengan penanggung jawab Program Penanggulangan TB di
Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan.
Membandingkan data yang didapat dengan indikator yang telah ditetapkan serta
menetapkan prioritas masalah.
Mencari akar masalah dari program yang belum mencapai target.
Mencari pemecahan masalah yang dapat diterapkan oleh puskesmas guna
tercapainya target program penanggulangan TB.
26
Pengobatan lengkap
Pasien BTA yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada
hasil pemeriksaan dahak ulang pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
Meninggal
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Loss to Follow Up
Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
Pindah
Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan lain dan hasil pengobatannya
tidak diketahui.
3.4. Indikator8
Indikator-indikator yang akan digunakan dalam menilai kinerja puskesmas adalah
sebagai berikut :
Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek
Adalah persentase pasien BTA positif yang ditemukan di antara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu proses penemuan, diagnosis
pasien serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Data ini bisa didapatkan dari form
TB.06. Angka ini berkisar 5 – 15%.Jika < 5% dapat disebabkan oleh penjaringan
suspek terlalu longgar atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif
palsu).Bila angka > 15%bisa disebabkan karena penjaringan terlalu ketat atau hasil
pemeriksaan laboratorium positif palsu.
27
Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru
tercatat/diobati
Adalah persentase pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru yang
tercatat. Data ini bisa didapatkan dari form TB.01 dan TB.03. Indikator ini
menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh pasien
TB paru yang diobati. Angka ini sebaiknya ≥ 65%. Bila angka rendah, dapat
disebabkan oleh mutu diagnosis rendah atau kurang memberikan prioritas penemuan
pasien yang menular (pasien BTA positif).
Adalah persentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan
menjadi BTA negatif setelah masa pengobatan intensif. Data konversi bisa diperoleh
dari form TB.01 dan TB.03. Angka ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil
pengobatan dan pengawasan langsung menelan obat dengan benar. Angka yang harus
dicapai sebesar ≥ 80%.
Adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang
sembuh setelah selesai masa pengobatan di antara pasien baru TB paru BTA positif
yang tercatat. Data ini didapatkan pada form TB.01. Angka yang harus dicapai
sebesar ≥ 85%. Angka ini dipengaruhi oleh angka loss to follow up yang tidak boleh
melebihi 10% karena akan menghasilkan proporsi pengobatan ulang yang tinggi
28
dimasa yang akan datang yang disebabkan karena ketidak-efektifan dari
penanggulangan TB.
Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB
Persentase pasien TB anak (< 15 tahun) di antara seluruh pasien TB tercatat. Angka
ini berkisar 15%. Jika terlalu besar, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
Angka keberhasilan pengobatan TB
Presentasi jumlah pasien baru TB paru BTA yang ditemukan dibandingkan jumlah
pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada di wilayah tersebut. Target yang ingin
dicapai adalah 90%.
29
bakteriologis yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari
angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap
31
BAB IV
ANALISIS SITUASI
Daerah kumuh di Kecamatan Koja tercatat terdapat pada beberapa RW di wilayah
kelurahan masing-masing. Wilayah kumuh dilihat dari lokasi dan kepadatan
penduduknya, antara lain di RW 01, 02, dan 04 Kelurahan Rawa Badak Selatan, RW 03,
04 Kelurahan Tugu Selatan, RW 06 dan 13 Kelurahan Tugu Utara, RW 05 dan 09
Kelurahan Koja. (BPS provinsi DKI Jakarta 2011)
32
PMO
Setiap pasien TB mempunyai PMO dan tercatat pada form TB.01. PMO ditunjuk dan
dipercayakan oleh pasien sendiri yang merupakan orang yang tinggal satu rumah dengan
pasien atau dapat berupa kader yang dekat dan disegani oleh pasien. PMO di wilayah
kerja Puskesmas Koja diberikan edukasi mengenai pengobatan TB dan aktif menunjang
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat.
33
orang) didapati BTA negatif. Sebesar 7,89% (104 orang) suspek tidak kembali
memeriksakan sputum dari 1318 yang menjadi suspek TB.
BTA + 70 29 22 11 5 7 43 50 237
Tabel 4.3. Jumlah Pasien Baru TB dewasa yang Berobat ke Puskesmas Koja
Periode Januari – Desember 2015
Jumlah PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL Jumlah
pasien Koja Tugu Tugu Rawa Rawa Rawa Lagoa
TB + Utara Selatan Badak Badak Badak
Utara I Utara II Selatan
BTA + 35 46 41 5 15 43 52 237
BTA - 0 2 10 0 7 6 7 32
Total 35 48 51 5 22 49 59 269
34
4.3.3 Hasil Pemerikasaan Sputum Pasien TB Dewasa Baru BTA Positif pada Akhir Fase
Intensif (2 Bulan Pertama Pengobatan)
Jumlah pasien TB dewasa BTA positif yang berobat dan memeriksakan sputum di akhir
masa intensif adalah 162 orang. Sebanyak 88,28% mengalami konversi.
Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien TB Dewasa Baru BTA positif
Akhir Fase Intensif
Periode Januari – Oktober 2015
Pemeriksaan PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Total
Sputum Koja TU TS RBU I RBU II RBS Lagoa
Konversi 24 39 24 2 10 17 27 143
Tidak
3 2 2 2 1 3 6 19
konversi
Total 27 41 26 4 11 20 33 162
4.3.4 Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru yang Berobat di Puskesmas Koja
Pasien yang menjalani pengobatan TB Paru selama periode Januari – Juni 2015 adalah 115
orang. Sebanyak 69,56% (80 orang) pasien dinyatakan sembuh dan pasien yang menjalani
pengobatan lengkap adalah 20,86% (24 orang). Sisanya sebanyak 1 orang gagal, 6 orang
pindah, 7 orang tidak diketahui, dan 4 orang meninggal.
Tabel 4.5. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Dewasa BTA Positif yang Berobat di
Puskesmas Koja Periode Januari – Juni 2015
35
Diagnosis Hasil PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Jumlah
TB Pengobatan Koja TU TS RBU1 RBU2 RBS Lagoa
Sembuh 16 20 13 0 5 5 14 73
Lengkap 0 1 0 0 0 2 2 5
Putus Berobat 0 0 0 0 0 0 0 0
BTA + Gagal 0 1 0 0 0 0 0 1
Pindah 0 1 0 0 0 1 2 4
Tidak
0 0 0 0 0 0 0 0
diketahui
Meninggal 0 0 1 0 0 3 0 4
Total BTA+ 16 23 14 0 5 11 18 87
Tabel 4.6. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Dewasa BTA Negatif yang Berobat di
Puskesmas Koja Periode Januari – Juni 2015
Diagnosis Hasil PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL Jumlah
36
TB Pengobatan Koja TU TS RBU1 RBU2 RBS Lagoa
Sembuh 0 0 0 0 0 2 5 7
Lengkap 0 0 5 0 2 0 1 8
Putus Berobat 0 0 0 0 0 0 0 0
BTA - Gagal 0 0 0 0 0 0 0 0
Pindah 0 0 1 0 0 1 0 2
Tidak
0 0 0 0 0 0 0 0
diketahui
Meninggal 0 0 0 0 0 0 0 0
Total BTA- 0 0 6 0 2 3 6 17
Tabel 4.7. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Anak yang Berobat di Puskesmas Koja
Periode Januari – Juni 2015
37
Diagnosis Hasil PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Jumlah
TB Pengobatan Koja TU TS RBU1 RBU2 RBS Lagoa
Sembuh 0 0 0 0 0 0 0 0
Lengkap 4 2 0 1 0 1 3 11
Putus Berobat 0 0 0 0 0 0 0 0
TB anak Gagal 0 0 0 0 0 0 0 0
Pindah 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak
0 0 0 0 0 0 0 0
diketahui
Meninggal 0 0 0 0 0 0 0 0
Total TB
4 2 0 1 0 1 3 11
anak
Tabel 4.8. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Ekstra Paru yang Berobat di Puskesmas Koja
Periode Januari – Juni 2015
Diagnosis PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Jumlah
TB Koja TU TS RBU1 RBU2 RBS Lagoa
TB ekstra
0 0 0 0 2 0 0 2
paru
38
Perencanaan Dilakukan rapat untuk menentukan program yang Tidak ditemukan adanya masalah
Program dihadiri oleh penanggung jawab program TB setiap
puskesmas kelurahan
Dilakukan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran
untuk jangka waktu satu tahun
Dilakukan penyusunan rencana untuk pemantauan
pasien penerima obat dan evaluasi kegiatan
Penyuluhan Penyuluhan dilakukan kepada setiap pasien yang Materi penyuluhan TB tidak dilakukan rutin setiap
disuspek atau menerima pengobatan TB, dan dilakukan tahun.
setiap kali kunjungan berobat (minimal 6 kali selama Penyuluhan saat pembagian nutrisi hanya dilakukan
masa pengobatan) bila menerima bantuan dari sponsor.
Dilakukan penyuluhan berkelompok pada saat
pembagian nutrisi atau jadwal promkes TB
Materi penyuluhan yang dibawakan sesuai dengan
pedoman pengendalian TB nasional tahun 2014
Deteksi kasus Deteksi kasus dilakukan secara pasif oleh dokter BPU Jumlah kader kurang mencukupi karena tidak
jika pasien datang ke Puskesmas semua RW mempunyai kader.
Deteksi kasus dilakukan secara aktif dari rumah ke Tidak semua kontak serumah pasien yang diberi TB
rumah oleh PJ TB dan Kader di tiap Kelurahan 05 memeriksakan dahaknya.
Diagnosis Dilakukan sesuai dengan pedoman pengendalian TB Tidak ditemukan adanya masalah dalam penegakan
nasional 2014 diagnosis
Pengobatan Pasien menjalani pengobatan sesuai dengan pedoman Sebagian kecil pasien tetap tidak rutin berobat
pengendalian TB nasional 2014 setelah terdiagnosa TB meski telah ditelepon ataupun kunjungan rumah
Pemantauan kepatuhan pengobatan dilakukan dengan yang dilakukan petugas.
penerapan PMO dan menghubungi bila pasien tidak Sebagian pasien tidak memeriksakan dahak akhir
mengambil obat pada jadwal yang ditetapkan (via pengobatan, sehingga pasien tidak tercatat sebagai
telepon atau kunjungan rumah) pasien sembuh
Akan dilakukan pemeriksaan dahak ulang setelah fase
intensif, sisipan dan akhir jadwal pengobatan
Layanan Konseling dilakukan setiap pasien berobat, pada Konseling sudah dilakukan namun belum efektif
Konseling kunjungan rumah pasien, dan setiap pasien akan di rujuk Pelaksanaan VCT pada pasien TB tidak dijalankan,
Konseling dilakukan untuk pasien yang terdiagnosa, karena terkendala pada stigma penyakit HIV/AIDS
yang sulit untuk mengambil keputusan dan pasien yang di masyarakat. Penanggung jawab TB kesulitan
mengalami efek samping dari pengobatan, atau pasien melakukan pendekatan pada pasien TB yang
yang menolak untuk meminum obat menolak melanjutkan pengobatan TB akibat
Setiap pasien TB disarankan VCT di Poli Kasih tersinggung disarankan VCT. Hal ini yang
Puskesmas Kecamatan mengakibatkan tidak ada kelanjutan pemeriksaan
HIV/AIDS pada mereka yang terdiagnosis TB
Pencatatan dan Pencatatan dilakukan pada rekam medis pasien, Pencatatan dan pelaporan program TB masih belum
pelaporan dokumen TB 01, 03 dan 07 optimal, sehingga dokumen program (formulir-
Pencatatan suspek dilakukan pada dokumen TB 06 formulir TB) kurang lengkap.
Pelaporan dilaksanakan berdasarkan setiap pencatatan
TB dan dilakukan setiap bulan
Tabel 4.9. Pelaksanaan Penanggulangan Program TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koja dan Masalah yang
dihadapi
31
BAB V
39
PERUMUSAN MASALAH
237
= x 100% =19,5 %
1214
237
= x 100% = 77,96 %
304
3. Proporsi Pasien TB Anak diantara Seluruh Pasien TB
Periode Januari – Desember 2015
40
Jumlah pasien TB anak (0 – 14 tahun) yang
diobati X 100% Sesuai
8% 8-12%
Jumlah seluruh pasien TB yang diobati target
24
= x 100% = 8 %
304
245
= x 100% = 71,58 %
107 x 319.886
100.000
143
= x 100% = 80,79 %
177
6. Angka Kesembuhan (Cure rate) Periode Januari –
41
Juni 2015
0
Loss to follow up = x 100% = 0 %
87 Sesuai
0% <10% target
100% = 89,65 %
87
42
Jumlah pasien TB anak yang sembuh dan
pengobatan lengkap X100%
Jumlah pasien TB anak yang diobati
18
= x 100% = 100 %
18
Berdasarkan perbandingan hasil keluaran dan target, maka beberapa masalah yang terdapat
dalam program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan Koja jika dilihat per
Puskesmas Kelurahan (Puskesmas Kelurahan Lagoa, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak
Utara I, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara 2, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak
Selatan, Puskesmas Kelurahan Tugu Utara, dan Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan), pada
bulan Januari – Desember 2015, yaitu:
43
Proporsi Pasien Baru TB Paru BTA Positif diantara Suspek
Periode Januari – Desember 2015
Target 5-15%
Rata-rata puskesmas kelurahan di Kecamatan Koja belum mencapai target kecuali Tugu
Selatan dan PKC Koja. Secara kumulatif angka 19,5% (>15%) menunjukkan kemungkinan
penjaringan suspek yang dilakukan oleh Puskemas di wilayah Kecamatan Koja masih
terlalu ketat.
44
2. Proporsi Pasien TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Semua Pasien TB
Paru Tercatat/Diobati
Proporsi Pasien Baru TB Paru BTA Positif diantara Semua Paisen TB Paru Tercatat/
Diobati Periode Januari – Desember 2015
Target ≥65%
Rata-rata puskesmas kelurahan di Kecamatan Koja tidak mencapai target kecuali puskesmas
kelurahan Tugu Utara, Koja, dan Lagoa. Secara kumulatif angka 65.13% menunjukkan
prioritas penemuan pasien Tuberkulosis yang menular oleh Puskemas di wilayah
Kecamatan Koja telah mencapai target
45
Proporsi Pasien Baru TB Anak diantara Semua Paisen TB
Periode Januari – Desember 2015
Target 8%-12%
46
Case Detection Rate
47
Periode Januari – Oktober 2015
Target ≥ 80%
48
Periode Januari – Juni 2015
Target ≥ 85%
49
Treatment Success Rate
Periode Januari – Juni 2015
Target ≥ 85%
50
Angka Keberhasilan Pengobatan TB Anak
Periode Januari – Juni 2015
Target ≥ 85%
100% ≥85%
Mencapai target
18
= x 100% = 100 %
18
Semua Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Koja sudah mencapai target. Secara kumulatif
angka 100% menunjukkan kualitas tatalaksana TB anak dalam program nasional Puskesmas
di wilayah Kecamatan Koja sudah baik.
BAB VI
PEMBAHASAN
51
6.1 Prioritas Masalah
Prioritas masalah ditetapkan melalui sistem skoring, di mana semakin tinggi skor suatu
masalah berarti masalah tersebut semakin diprioritaskan. Adapun parameter yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Besarnya masalah, dilihat dari kesenjangan terhadap standar :
- Skor 1 : 0-19,99%
- Skor 2 : 20-39,99%
- Skor 3 : 40-59,99%
- Skor 4 : 60-79,99%
- Skor 5 : 80-100%
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut :
- Skor 1 : Tidak ada pengaruh terhadap masyarakat (Tidak berat)
- Skor 2 : Ragu – ragu antara 1-3
- Skor 3 : Cukup berpengaruh terhadap masyarakat (Kurang berat)
- Skor 4 : Ragu – ragu antara 3-5
- Skor 5 : Sangat berpengaruh terhadap masyarakat (Berat sekali)
3. Kemampuan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) untuk mengatasi masalah
tersebut :
- Skor 1 : Tidak dapat mengatasi
- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3
- Skor 3 : Kurang dapat mengatasi
- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5
- Skor 5 : Dapat mengatasi
4. Keuntungan sosial yang diperoleh (kecenderungan masyarakat untuk
melaksanakan program) :
- Skor 1 : Keuntungan sosial rendah (tidak menarik masyarakat)
- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3
- Skor 3 : Keuntungan sosial sedang (cukup menarik masyarakat)
- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5
- Skor 5 : Keuntungan sosial tinggi (sangat menarik masyarakat)
Penjelasan Sistem Skoring
52
1. Besarnya Masalah
G=E-O
G = Gap (kesenjangan)
E = Expected (target yang ingin dicapai)
O = Output (data yang diperoleh di lapangan)
53
b. Angka Kesembuhan (Cure rate)
Angka kesembuhan menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA + yang sembuh
setelah selesai masa pengobatan, di antara pasien baru TB paru BTA + yang tercatat. Angka
kesembuhan di Kecamatan Koja sebanyak 83,9% , berada dibawah target yang ingin dicapai
yakni 85%. Hal ini disebabkan karena pasien banyak yang dikategorikan sebagai pengobatan
lengkap dimana pemeriksaan dahak pada masa akhir pengobatan tidak diketahui karena
pasien tidak kembali melaporkan hasil pemeriksaan tersebut atau memang tidak
memeriksakannya ke laboratorium. (skor: 3)
54
b. Angka Kesembuhan (Cure rate)
Permasalahan angka kesembuhan yang tidak mencapai target (83,9%) dapat disebabkan oleh
karena tidak dilakukannya pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan sehingga banyak
pasien yang dikategorikan sebagai pengobatan lengkap. Motivasi mengenai pentingnya
pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan untuk memastiikan kesembuhan diperlukan untuk
mencapai target cure rate. Pemberian edukasi dan motivasi tersebut diberikan kepada
coordinator program TB masing-masing puskesmas dan diteruskan oleh coordinator program
TB puskesmas kepada para kader, PMO, dan pasien TB melalui penyuluhan individual
maupun pertemuan bulanan. Para kader diikutsertakan untuk membantu mengingatkan
pasien TB untuk kontrol berobat dan memeriksakan dahak. Selain itu, terdapat organisasi
Pelindo yang membagikan makanan bergizi kepada pasien TB secara rutin setiap bulan.
Waktu pertemuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan edukasi dan motivasi
kepada pasien dan PMO yang hadir. (skor: 4)
c. CDR
CDR di puskesmas kecamatan sebesar 71,58%, tidak sesuai dengan target. Perbaikan
indikator ini dapat dilakukan dengan meningkatkan angka penjaringan suspek. Untuk
meningkatkan angka penjaringan suspek dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, seperti
dengan melatih kader-kader di posyandu untuk turun melakukan penjaringan suspek TB
secara aktif, bekerja sama dengan tokoh masyarakat, dan bisa didukung dengan keberadaan
program ketuk pintu dari departemen kesehatan. (skor: 4)
55
b. Angka Kesembuhan (Cure rate)
Tidak tercapainya indikator ini menunjukkan program pengobatan TB belumlah efektif dan
dapat dipengaruhi faktor-faktor seperti banyaknya pasien yang tidak menjalani pemeriksaan
dahak pada akhir pengobatan sehingga dikategorikan pengobatan lengkap. Selain itu, factor
yang sedikit berpengaruh seperti kasus gagal ataupun adanya pasien yang putus berobat.
Kesembuhan pasien TB memberikan keuntungan sosial bagi warga karena pasien terbebas
dari penyakit atau sembuh dari penyakit akan menurunkan stigma buruk masyarakat tentang
penyakit TB bahwa penyakit TB dapat disembuhkan, sehingga memotivasi masyarakat untuk
mendorong penderita TB di wilayahnya untuk berobat dan menyelesaikan pengobatan.
Selain itu, masyarakat akan lebih tenang bila mengetahui bahwa penderita TB di wilayahnya
telah sembuh. mempermudah pasien yang sudah sembuh untuk memperoleh pekerjaan
dengan status kesehatan yang baik, meningkatkan memutus rantai penularan TB dengan
orang disekitarnya, dan menurunkan kejadian MDR-TB . (Skor 4)
c. CDR
Angka CDR yang tidak sesuai target dipengaruhi oleh penjaringan pasien TB yang belum
maksimal. Bila hal ini diselesaikan maka akan memberikan keuntungan sosial bagi warga
karena masyarakat akan merasa lebih tenang karena penderita TB diwilayahnya telah
mendapatkan pengobatan dan mereka tidak terlalu lama kontak dengan pasien TB yang tidak
diobati, serta secara tidak langsung juga bila pasien TB cepat ditemukan dan cepat diobati
maka resiko tertular ke masyarakat akan berkurang . (Skor: 4)
56
Skoring
Prioritas C
No. A B
Masalah
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Besarnya
1 1 1 1
masalah
Berat ringannya
2 akibat yang 3 3 4
ditimbulkan
Kemampuan
sumber daya
3 untuk mengatasi 2 4 4
masalah
tersebut
Keuntungan
4 sosial yang 3 4 4
diperoleh
13
Jumlah 9 12
Urutan Prioritas
III II I
Masalah
Tabel 6.2. Prioritas Masalah
57
6.2 Penyebab Masalah
Input:
Penyebaran kader TB tidak merata di semua RW
Kurangnya jumlah kader TB di Kecamatan Koja
Kurangnya tenaga untuk penjaringan kontak serumah
pasien TB
58
6.3 Pohon Masalah
CDR tidak mencapai target
Merekrut dan
Meningkatkan Kolaborasi melatih kader TB / Meningkatkan koordinasi
frekuensi
dengan ToMa Jumantik minimal 1 dengan program Ketuk
Promkes TB
dan ToGa orang per RW Pintu Layani dengan Hati
59
6.4 Pemecahan Masalah
60
Sasaran Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
Tujuan Agar Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat membantu
memotivasi masyarakat untuk melaporkan atau
membawa orang- orang yang dicurigai TB ke
puskesmas
Cara 1. Menjadwalkan pertemuan dengan tokoh agama
dan tokoh masyarakat
2. Mendiskusikan hal yang dapat dilakukan oleh
tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam
penjaringan suspek TB
61
Pelaksana Penanggung Jawab Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Waktu Sesuai jadwal yang ditetapkan Puskesmas
Tempat Rumah – rumah penduduk
Materi Melakukan penjaringan suspek TB pada warga yang
tinggal serumah dengan penderita
Sasaran Pelaksana program ketuk pintu
Tujuan Meningkatkan penjaringan suspek TB secara aktif
BAB VII
62
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja program pengendalian TB di wilayah kecamatan Koja
periode Januari – Desember 2015 didapatkan bahwa program pengendalian TB secara
umum sudah terlaksana, namun belum optimal. Masalah yang ditemukan pada program
penanggulangan TB di Puskesmas antara lain:
Berdasarkan sistem skoring yang telah dilakukan maka yang menjadi prioritas masalah
adalah Case Detection Rate sebesar 71,58% yang tidak mencapai target yang diharapkan
yaitu 85%. Adapun yang menjadi akar penyebab masalah ini, antara lain :
7.2 Saran
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah di atas antara
lain:
− Meningkatkan frekuensi Promosi Kesehatan TB
− Kolaborasi dengan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
− Perekrutan dan pelatihan kader baru
− Memaksimalkan program Ketuk Pintu Layani dengan Hati
63
DAFTAR PUSTAKA
64