Anda di halaman 1dari 66

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KOJA

PERIODE JANUARI – DESEMBER 2015

Pembimbing:

dr. LusiaGani, M.S.


dr. JuliettaTantri

Disusunoleh:

Kelompok Senior Wilayah PuskesmasKecamatanKoja

Periode11 Januari 2016 – 13 Februari2016

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA JAKARTA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan Evaluasi Program Penanggulangan Tuberkulosis di Wilayah Kecamatan
Koja sebagai salah satu bentuk kegiatan pembelajaran di Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Gizi Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.

Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, tim penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Lusia Gani, M.S. selaku pembimbing penyusunan laporan evaluasi program
penanggulangan tuberculosis di wilayah kerja Kecamatan Koja.
2. dr. Bryany Titi Santi, M.Epid selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Gizi Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.
3. dr. JuliettaTantri, selaku penanggung jawab bagian pendidikan di Puskesmas Kecamatan
Koja.
4. Ibu Nurmala Meilasari, SKM selaku pembimbing mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas
Kedokteran UNIKA Atma Jaya di Puskesmas Koja.
5. Ibu Liya, selaku penanggung jawab program tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Koja
yang telah memberikan informasi serta data terkait program penanggulangan tuberkulosis.
6. Tenaga kesehatan dan staf Puskesmas Kecamatan Koja, Puskesmas Kelurahan Koja,
Puskesmas Kelurahan Lagoa, Puskesmas Kelurahan Tugu Utara III, Puskesmas
KelurahanTugu Selatan, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara I dan II, serta Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan dari penulisan laporan ini sehingga kritikdan saran yang
membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan.
Harapanpenulisadalahbahwalaporaninidapatbermanfaatsebagaibahanpembelajaran, baik bagi tim
penulis maupun seluruh dokter muda kepaniteraan klinik IKM dan Gizi. Terima kasih.

Jakarta, 2 Februari 2016

Penulis
i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1


1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………. 2
1.2.1 Tujuan Umum…………………………………………………………………. 2
1.2.2 Tujuan Khusus………………………………………………………………… 2
1.3 Kegiatan Program Pengendalian TB..................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….………. 4
2.1 Alur Kinerja Penanggulangan TB dewasa………………………………….… 4
2.2 Alur Kinerja Penanggulangan TB anak………………………………………. 5
2.3 Skoring TB pada Anak………………………………….…………………….... 6
BAB III KERANGKA EVALUASI……………………………………………….. 7
3.1 Kerangka Teori ……………………………………………………………..... 7
3.1.1 Masukan………………………………………………………………………... 7
3.1.2 Proses…………………………………………………………………………... 12
3.1.3 Keluaran………………………………………………………………………... 17
3.1.4 Lingkungan …………………………………………………………………... 18
3.1.5 UmpanBalik……...……………………………………………………………. 18
3.2 Kerangka Pikir…………………………………………………...……………... 19
3.3 Definisi Operasional…………………………………………………...………... 19
3.4 Indikator…………………………………………………………………………. 20
3.5 Metode Pengumpulan Data……………………………………………………. 23
BAB IV ANALISIS SITUASI……………………………………………………… 24
4.1 Data Umum……………………………………………………………………… 24
4.1.1 Data Demografi………………………………………………………………... 24
4.1.2 Data Peran Serta Masyarakat………………………………………………….. 24
4.1.3. Data Lokasi dan Transportasi ……………………………………………… 25

2
4.2 Data Khusus……………………………………………………………………... 25
4.3 Data Primer……………………………………………………………………… 25
4.3.1 Suspek Dewasa Penderita TB di Puskesmas Koja………………………….. 25
4.3.2 JumlahPasien TB dewasa yang berobat di Puskesmas Koja…………………. 26
4.3.3 Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien TB Dewasa BTA Positif pada Akhir Fase
Intensif…………………………………………………………… ………………. 27
4.3.4 Hasil Pengobatan Pasien TB Paru Dewasa yang Berobat 6 Bulan di Puskesmas
Koja………………………………………………………………………………… 27
4.3.5. Pelaksanaan Program Penanggulangan TB danMasalah yang Dihadapi ……. 31
BAB V PERUMUSAN MASALAH……………………………………………… 32
5.1 Perumusan Masalah……………………………………………………………... 32
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………………….. 43
6.1 Prioritas Masalah………………………………………………………………… 43
6.2 Penyebab Masalah……………………………………………………………….. 49
6.3 Pohon Masalah…………………………………………………………………... 50
6.4 Pemecahan Masalah……………………………………………………………... 51
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 54
7.1. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 54
7.2. Saran …………………………………………………………………………… 54
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 55

Daftar Diagram

3
Diagram 1.1. Alur Kinerja Tatalaksana dan Manajemen Program TB pada Puskesmas –
Puskesmas di Wilayah Kecamatan Koja …………………………………………...……. 4

Diagram 1.2.Alur KinerjaTatalaksana danManajemen Program TB Anak pada Puskesmas –


Puskesmas di Wilayah Kecamatan Koja …………………………………………….…. 5

DaftarTabel

Tabel 1.1. Skoring TB padaAnak ……………………………………………………… 6


4
Tabel 3.7. Sumber Data berupa Form TB ……………………………………………….. 23

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah KecamatanKoja 2015 ………………… 24

Tabel 4.2. Suspek Dewasa Penderita TB di Puskesmas Koja …………………………... 26

Tabel 4.3. Jumlah Pasien TB Dewasa yang Berobat ke Puskesmas Koja ……………..… 26

Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien TB Dewasa BTA Positif’

Akhir Fase Intensif …………………………………………………………………………27

Tabel 4.5. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Dewasa BTA positif yang Berobat di

Puskesmas Koja………………………… ………………………………………………. 28

Tabel 4.6. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Dewasa BTA negatif yang Berobat di

Puskesmas Koja………………………… ………………………………………………. 29

Tabel 4.7. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Anak yang Berobat di

Puskesmas Koja………………………… ………………………………………………. 30

Tabel 4.8. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Ekstra Paru yang Berobat di

Puskesmas Koja………………………… ………………………………………………. 30

Tabel 4.9. Pelaksanaan Penanggulangan Program TB di Wilayah Kerja Puskesmas


Kecamatan Koja dan Masalah yang Dihadapi …………… q
31

Tabel 6.1. Skor Besarnya Masalah Dilihat dari Kesenjangan Terhadap Standar ………… 44

Tabel 6.2. Prioritas Masalah ……………………………………………………………… 48

Tabel 6.3. Penyebab Masalah CDR Tidak Mencapai Target …………………………..... 49

5
Daftar Lampiran

Lampiran TB 03 Kelurahan Koja

Lampiran TB 03 Kelurahan Tugu Utara 1

Lampiran TB 03 Kelurahan Tugu Utara 3

Lampiran TB 03 Kelurahan Tugu Selatan

Lampiran TB 03 Kelurahan Rawa Badak Utara 1

Lampiran TB 03 Kelurahan Rawa Badak Utara 2

Lampiran TB 03 Kelurahan Rawa Badak Selatan

Lampiran TB 03 Kelurahan Lagoa

Lampiran Data Jumlah pasien Koinfeksi TB-HIV

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Penyakit ini bila tidak diobati atau bila pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian.1 TB merupakan penyakit penyebab kematian akibat
infeksi kedua tertinggi didunia, setelah HIV. Global Tuberculosis Report tahun 2015 dari
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kasus TB di dunia diperkirakan
meningkat dari 9,5 juta pada tahun 2009 menjadi 9,6 juta kasus di 2015, dengan jumlah yang
meninggal akibat TB juga meningkat dari 0,5 juta pada tahun 2009 menjadi 1,5 juta orang di
tahun 2015, dan terdapat 480 ribu kasus TB-MDR. Hal tersebut menunjukkan beban
penyakit TB yang tinggi sehingga menjadi dasar bagi WHO memasukkan TB sebagai
kedaruratan global bagi kemanusiaan.2

TB di Indonesia menduduki peringkat ketiga penyakit dengan angka kematian tertinggi.


Prevalensi TB di Indonesia tahun 2014 adalah 647 per 100.000 penduduk, dengan sekitar 1
juta kasus TB baru (insidensi 399 per 100.000 penduduk), 6.800 kasus adalah pasien dengan
TB-MDR (12 per 100.000 penduduk) dan 2% dari angka tersebut (7631 kasus) adalah pasien
TB dengan HIV positif. Angka kematian akibat TB di Indonesia adalah 41 per 100.000
penduduk.3 Sasaran Nasional Pengendalian TB tahun 2014 berupa prevalensi TB di
Indonesia sebesar 224 per 100.000 penduduk, dan insidensi TB sebesar 90 per 100.000
penduduk. Dibandingkan dengan sasaran nasional tersebut, pencapaian prevalensi dan
insidensi TB saat ini masih belum mencapai target.4
Menurut RIKESDAS tahun 2013, DKI Jakarta menduduki peringkat k-tiga di Indonesia
dengan kasus TB paru tertinggi.5,12 Jumlah kasus TB paru di provinsi DKI Jakarta pada tahun
2014 berjumlah 24.500 kasus (256 per 100.000 penduduk), dan mortalitas TB paru di DKI
Jakarta adalah 155 dari 100.000 penduduk. Diperkirakan hanya 44,4% dari seluruh pendrita
TB yang terdiagnosis diobati dengan obat program. Pada daerah Jakarta Utara sendiri
ditemukan 3.140 kasus baru dan 154 kasus lama TB dengan prevalensi 200 per 100.000
penduduk, dengan angka mortalitas berupa 16 kasus.6

7
Di tingkat global, stop TB Partnership sebagai bentuk kemitraan global, mendukung
Negara untuk meningkatkan upaya pemberantasan TB, mempercepat penurunan angka
kematian dan kesakitan akibat TB serta penyebaran TB di seluruh dunia. Visi stop TB adalah
dunia bebas TB dengan target pada 2050 TB bukan lagi merupakan masalah kesehatan
dunia.11 Selain itu, indikator keberhasilan pengendalian TB sesuai SDG di tahun 2030 adalah
penurunan jumlah kematian akibat TB sebesar 90% dan penurunan insiden TB sebesar 80%
di tahun 2030.13

Program pengendalian TB di Asia Tenggara telah menunjukan kemajuan nyata dalam


upaya penemuan kasus dan tingkat keberhasilan pengobatan yang telah mencapai target >
85%. Meskipun demikian, terdapat tantangan baru seperti pelaksanaan DOTS belum
diterapkan seluruhnya, perluasan epidemic HIV, dan cakupan surveilan resistensi obat yang
masih rendah. Maka, Negara-negara di kawasan ini didorong untuk memfokuskan kegiatan
pada perluasan pelayana DOTS yang berkualitas, menetapkan intervensi untuk menghadapi
tantangan TB/ HIV dan TB MDR, memperkuat kemitraan, dan berkontribusi dalam
penguatan system kesehatan.11

Sementara itu, visi dari rencana strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 sendiri
adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
gotong royong, yang diwujudkan dengan salah satu misi yakni mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang maju dan sejahtera, yang diagendakan dalam Nawacita Kabinet
Kerja melalui peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia. salah satu sasaran yang ingin
dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung oleh perlindungan financial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini, pengendalian penyakit terutama pada program nasional pengendalian TB
memiliki target untuk mencapai prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk pada
tahun 2019 dan keberhasilan pengobatan TB 90% di seluruh kabupaten/ kota Indonesia.10

Berdasarkan WHO tahun 2012, Indonesia telah mencapai angka deteksi kasus sebesar
72%, angka keberhasilan pengobatan TB sebesar 85%, dan angka keberhasilan pengobatan
TB setelah terapi ulang hanya mencapai 71%. Angka kesembuhan DKI Jakarta pada tahun
2010 hanya sebesar 72%.7 Puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan lini pertama
memegang peranan penting dalam menjaring dan pencegahan penularan TB. Oleh karena itu,
laporan evaluasi program ini disusun untuk menilai kinerja puskesmas, khususnya
8
Puskesmas di Kecamatan Koja dalam menanggulangi masalah tuberkulosis di masyarakat
selama tahun 2015 berdasarkan program yang sudah ditetapkan secara nasional.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Menilai kinerja Puskesmas di Kecamatan Koja dalam melaksanakan program
penanggulangan TB nasional selama periode Januari – Desember 2015

1.2.2. Tujuan Khusus


 Mengetahui dan menilai masukan (sumber daya, dana, sarana, dan metode) dari program
penanggulangan TB pada seluruh puskesmas kelurahan di wilayah Kecamatan Koja
selama Januari – Desember 2015
 Mengetahui dan menilai pelaksanaan termasuk didalamnya perencanaan,
pengorganisasian, pencatatan, pelaporan, dan pengawasan dari program penanggulangan
TB pada seluruh puskesmas kelurahan di wilayah Kecamatan Koja selama bulan Januari
– Desember 2015
 Mengetahui dan menilai keluaran (angka penjaringan suspek, proporsi BTA positif
diantara suspek, proporsi BTA positif yang mendapat pengobatan, angka konversi, angka
kesembuhan, angka pengobatan lengkap BTA negatif, dan angka keberhasilan
pengobatan) dari program penanggulangan TB pada seluruh puskesmas kelurahan di
wilayah Kecamatan Koja selama bulan Januari – Desember 2015
 Mengetahui masalah dan kendala pada masukan, proses, dan keluaran dari program
penanggulangan TB pada seluruh puskesmas kelurahan di wilayah Kecamatan Koja
selama bulan Januari – Desember 2015
 Mencari dan mengusulkan alternatif solusi untuk masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan program penanggulangan TB pada seluruh puskesmas kelurahan di wilayah
Kecamatan Kojaselama bulan Januari - Desember 2015

1.3 Kegiatan Program Pengendalian TB


Kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian TB di Puskesmas Kecamatan Koja terdiri dari:
9
1. Tatalaksana TB paripurna yang terdiri dari promosi, pencegahan, penemuan pasien,
dan pengobatan, termasuk program Pengawasan Minum Obat (PMO) pasien
tuberkulosis
2. Manajemen program TB dengan cara perencanaan, monitoring, evaluasi, pengelolaan
logistik, dan promosi program pengendalian Tuberkulosis
3. Penemuan pasien TB anak
4. Penyuluhan Kesehatan Mengenai TB
5. Pemantauan dan hasil pengobatan TB.
6. Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alur Kinerja Penanggulangan TB Dewasa8


Berikut adalah prosedur puskesmas di wilayah Kecamatan Koja dalam program
penanggulangan TB.

Loket BPU Disuspek TB Dicatat di TB 06

Periksa sputum SPS di Lab PKC Koja Pasien :Form TB05

Lab: Form TB04

BTA BTA -
+

Rontgen Thoraks +Rontgen Thoraks -

Antibiotik non
Sakit TB OAT 14 hari
Dicatat
di TB 01,
Pengobatan TB Perbaikan klinis 
TB 02, Tidak membaik
sesuai pedoman bukan sakit TB
TB03
nasional 2014
SPS ulang

Periksa BTA akhir tahap awal,


BTA + BTA -
BTA akhir fase sisipan (jika
ada), BTA akhir pengobatan
Rujuk ke RS untuk biakan
BTA AP (-)  sembuh BTA AP (+)  gagal

Suspek TB MDR  rujuk M. Tb + M.Tb -


ke RS Persahabatan
Diagram 1.1. Alur Kinerja Tatalaksana dan Bukan TB
Manajemen
Program TB pada Puskesmas-puskesmas di wilayah Kecamatan Koja

2.2 Alur Kinerja Penanggulangan TB Anak8


Form TB.02 Anak 0 – 14 tahun yang mengalami 1 atau lebihSemua yang tertulis di TB.01 akan
dipindahkan ke form TB.0311dan
Sebagai kartu gejalaMulai
TB anak sesuai skoring  suspek TB anak
Pengobatan Pemberian antibiotik
Pindah Data ke dilaporkan per 3non
bulan ke
Berobat Pasien Tidak ada OAT selama maksimal 14
Puskesmas Kecamatan
Form TB.01 Intensif dan Lanjutan
perbaikan
hari
Penjaringan
Sistem skoring

<6
>6 =6
Pertimbangan Bukan TB
Uji Tuberkulin Uji
dokter
(+) atau Tuberkulin
(ditemukan
kontak dengan (+) dan
skor 5 yang
gejala klinis kontak,
terdiri dari
lain tanpa gejala
kontak BTA
klinis lain
positif disertai
TB anak 2 gejala klinis
lain di
fasyankes
yang tidak Infeksi laten TB
tersedia uji
Diberikan OAT
Tuberkulin
selama 2 bulan
Perbaikan klinis
lalu (BB
dievaluasi
naik,
batuk berkurang, demam)
Umur >= Umur <
5 tahun 5 tahun

Lanjutkan HIV + HIV - PP INH


terapi
PP INH
Evaluasi, rujuk Observasi 3 bulan
bila perlu

Diagram 1.2. Alur Kinerja Tatalaksana dan Manajemen Program TB Anak pada Puskesmas-puskesmas di
wilayah Kecamatan Koja

2.3 Skoring TB pada Anak8

Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak - Laporan keluarga, BTA +
jelas BTA -, atau tidak
jelas, atau BTA
tidak tahu
Uji Tuberkulin Negatif - - Positif (≥ 10mm, atau ≥

12
(Mantoux) 5mm pada imunokompromis
Berat badan / - BB/TB < 90%, Klinis gizi buruk -
keadaan gizi atau BB/U < 80% atau BB/TB <
70% atau BB/U <
60%
Demam yang - ≥2 minggu - -
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1cm, lebih dari - -
kelenjar limfe 1 KGB, tidak
koli, aksila, nyeri
dan inguinal
Pembengkakan - Ada - -
tulang / sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto Normal / Gambaran - -
toraks kelainan sugestif
tidak jelas (mendukung TB)
Parameter 0 1 2 3

Tabel 1.1. Skoring TB pada Anak

13
BAB III

KERANGKA EVALUASI

3.1 Kerangka Teori

3.1.1 Masukan
Tabel 3.1. Masukan

Variabel Indikator Tolak ukur keberhasilan Pelaksanaan*

Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM Jumlah Minimal Terdapat :


Tenaga
 1 dokter, dengan peran : √
Pelaksana
- Mendiagnosis dan mengobati.
Program
 1 perawat/petugas TB, dengan peran:
Pengendalian
- Mengisi daftar terduga TB. √
Tuberkulosis.
- Mengisi kartu pengobatan pasien.
- Pengawas Minum Obat
- Melacak yang mangkir.
 1 tenaga laboratorium, dengan tugas: √
- Pemeriksaan dahak
- Pendataan hasil pemeriksaan dahak

14
Dana

Dana Ketersediaan Terdapat Dana dekonsentrasi, Dana alokasi


dan Waktu khusus (DAK), Bantuan operasional kesehatan

pemberian (BOK), Dana pengadaan logistik OAT, Dana
dana pengadaan logistik non-OAT yang
dianggarkan untuk program penggendalian
tuberkulosis dan diberikan setiap tahun.

Sarana dan Prasarana

Sarana Jumlah Minimal Terdapat :


 1 paket OAT dalam bentuk Fixed Dose
1. Sarana
Combination (FDC) atau Kombinasi Dosis √
medis
Tetap (KDT) untuk 1 pasien sesuai dengan
paket kategori pengobatannya.
 1 paket OAT Kombipak, yang berguna √
sebagai pengganti OAT FDC/KDT apabila
pasien TB mengalami efek samping.

2. Sarana non Minimal Terdapat :


medis  Sebuah Tempat penyimpanan obat TB,
dengan susunan dibagian depan obat yang √
lebih awal tanggal kadaluarsanya (FEFO;
First Expired First Out). √
 Terdapat sebuah Buku Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis 2014.

 Terdapat sebuah Formulir pencatatan dan √
pelaporan. √
 Terdapat sebuah Bahan KIE.
 Terdapat sebuah media informasi mengenai
Tuberkulosis.

Prasarana Jumlah dan  Minimal Terdapat sebuah 1 ruangan poli


kualitas TB dengan:
ruangan

15
- Ventilasi permanen > 10%.
- Cahaya sinar matahari langsung mupun √
tidak langsung 100% memenuhi ruangan.

Metode

Metode Pengunaan  Sesuai dengan pedoman pengendalian TB


medis kriteria Nasional 2014 pada semua pasien terduga √
penemuan TB.
pasien

2.Cara dan  Direncanakan sesuai dengan kebutuhan


waktu logistik OAT, yang terdiri dari OAT √
pengelolahan kategori I, kategori II, dan kategori anak
logistik OAT dan dilakukan setiap triwulan kepada
kabupaten/kota.

Jumlah yang dibutuhkan = kebutuhan


1 triwulan (berdasarkan data
sebelumnya) + cadangan 1 bulan –
sisa stok yang ada

Dilakukan sesuai dengan : √


Metode Metode  Jenis logistik.
non-medis Pengelolahan  Spesifikasi.
logistik non-
OAT
Jumlah yang dibutuhkan = kebutuhan
1 triwulan (berdasarkan data
sebelumnya) + cadangan 1 bulan –
sisa stok yang ada
2. Pencatatan Dilakukan Pencatatan dan Pelaporan pada : √
dan
TB.01 : KARTU PENGOBATAN PASIEN

16
pelaporan TB.

TB.02 : KARTU IDENTITAS PASIEN TB.

TB.03 : REGISTER TB FASILITAS

KESEHATAN.

TB.04 : REGISTER TB

KABUPATEN/KOTA.

TB.05 : FORMULIR PERMOHONAN

LABORATORIUM UNTUK
PEMERIKSAAN

DAHAK.

TB.06 : DAFTAR TERDUGA TB.

TB.07 : LAPORAN TRIWULAN


PENEMUAN DAN

PENGOBATAN PASIEN TB
KAB/KOTA.

TB.08 : REKAPITULASI DAN LAPORAN

TRIWULAN DAN TAHUNAN

HASIL PENGOBATAN TB

KAB/KOTA.

TB.09 : FORMULIR RUJUKAN/PINDAH

PASIEN TB.

17
TB.10 : FORMULIR HASIL AKHIR

PENGOBATAN TB PINDAHAN.

TB.11 : LAPORAN TRIWULAN HASIL

PEMERIKSAAN DAHAK

MIKROSKOPIS AKHIR TAHAP

AWAL (UNTUK PASIEN

TERDAFTAR 3-6 BULAN YANG

LALU).

TB.14 : LAPORAN PENGEMBANGAN

KETENAGAAN (STAF) PROGRAM

PENGENDALIAN TB.

TB.15 : LAPORAN PENGEMBANGAN

PUBLIC PRIVATE MIX DALAM

PELAYANAN TB

3.1.2 Proses
Tabel 3.2. Proses

Variabel Indikator Tolak ukur keberhasilan Pelaksanaan*

Perencanaan 1. Tim perencana Membentuk tim perencana kegiatan yang √


dibentuk dan disahkan oleh kepala puskesmas.

2. Laporan Menyusun laporan rencana kegiatan dan √


rencana kegiatan
18
dan penganggaran setiap tahun.
penganggaran

3. Rencana Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi √


pemantauan dan kegiatan.
evaluasi

Pelaksanaan

Penyuluhan Jumlah dan  Dilakukan penyuluhan perseorangan kepada √


Kualitas setiap pasien di BPU yang memiliki gejala
Penyuluhan batuk.
 Penyuluhan perseorangan kepada penderita √
TB dan PMO, minimal 6 kali selama masa
pengobatan, mengenai penyebab TB, cara
penularan, gejala TB, bahaya TB, pengobatan
dan cara minum obat, serta keluhan yang
mungkin timbul dan cara mengatasinya. √
 Penyuluhan berkelompok dilakukan kepada
keluarga penderita, PMO, masyarakat umum,
dan TOMA,minimal 2 kali dalam setahun dan
dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan
lain (contoh : posyandu), mengenai materi
dalam penyuluhan perseorangan dan
ditambahkan mengenai gambaran penyakit TB
di daerah lingkungan, dan peran PMO, serta
peran TOMA dalam penemuan dan
pencegahan penyebaran TB dan terdapat
kenaikan dalam hal penilaian post-test
dibandingkan dengan pre-test.

Diagnosis Kriteria  Dilakukan Sesuai dengan pedoman


penegakkan pengendalian TB Nasional 2014 dengan
diagnosis perubahan yang dimodifikasi dari Treatment √
of Tuberculosis, Guidelines for National
Programme, WHO 2003 pada setiap pasien.
19
 Semua pasien yang diduga menderita TB, √
harus menjalani pemeriksaan dahak minimal 2
kali di laboratorium dengan kualitas yang
terjamin. Dengan minimal 1 spesimen dari
dahak pagi hari. √
 Semua pasien dengan temuan foto toraks
suspek TB, seharusnya menjalani pemeriksaan
dahak.

 Semua pasien yang diduga menderita TB
ekstra paru, bagian yang sakit seharusnya
diambil untuk pemeriksaan mikroskopis,
biakan, dan histopatologi.
 Penegakkan diagnosis TB anak didasarkan √
pada Pedoman Pengendalian TB Nasional
2014.
 Diagnosis TB pada BTA negatif berdasarkan √
kriteria : 1) minimal 2 kali pemeriksan dahak
negatif (dengan minimal 1 spesimen dahak
pagi hari); 2) temuan foto toraks sesuai TB;
dan 3) tidak membaik dengan antibiotika
spektrum luas.
 Diagnosis TB BTA negatif pada anak √
dilakukan berdasarkan gambaran foto toraks
sesuai TB, pajanan pada kasus TB BTA
positif, dan temuan klinis yang mendukung ke
arah TB.

Pengobatan 1. Kriteria Dilakukan pada setiap pasien yang :


pengobatan  Pada pasien yang telah memenuhi kriteria √
penegakkan diagnosis TB.
 Fase inisial seharusnya terdiri dari isoniazid, √
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol.
 Fase lanjutan seharusnya terdiri dari isoniazid √
dan rifampisin.
 Dosis pengobatan disesuaikan dengan √

20
rekomendasi internasional.
 Direkomendasikan obat dengan kombinasi √
dosis tetap, yang terdiri dari kombinasi 2 obat
(isoniazid, rifampisin), 3 obat (isoniazid,
rifampisin, dan pirazinamid), dan 4 obat
(isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol).

2. Kepatuhan Dilakukan terhadap setiap pasien sesuai


pengobatan dengan:
 Dalam membina kepatuhan (adherence) dalam
pengobatan, dapat dilakukan pendekatan yang
terdiri dari pengawasan langsung menelan
obat (PMO), dan pelatihan bagi pengawas
menelan obat; dengan tugas PMO sebagai √
berikut :
 Mengawasi pasien TB, memberikan dorongan,
agar menelan obat secara teratur dan tuntas √
pengobatan.
 Mengingatkan pasien untuk periksa ulang √
dahak pada waktu yang telah ditentukan.
 Memberikan penyuluhan kepada anggota
keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

3. Respon  Dilakukan kepada semua pasien pemeriksaan


terhadap dahak mikroskopis pada saat pengobatan fase √
pengobatan inisial selesai (2 bulan). Jika pemeriksaan apus
dahak positif, maka dilakukan pemeriksaan
ulang pada akhir bulan ketiga. Jika masih
positif, maka dilakukan uji resistensi terhadap
isoniazid dan rifampisin. √
 Pada pasien TB ekstraparu, dan TB anak,
respon terhadap pengobatan yang terbaik
dilakukan melalui klinis.
21
4. Kunjungan  Minimal dilakukan 1 kali kunjungan rumah
rumah pasien pasien dilakukan pada saat pasien terdiagnosis √
TB, sebagai bentuk penyuluhan, yang
merupakan usaha penjaringan aktif kepada
pasien dengan risiko tinggi (keluarga pasien),
dan pasien yang memiliki gejala TB akan
dilakukan pemeriksaan dahak dan minimal
dilakukan 1 kali kunjungan rumah pada pasien
yang tidak berobat teratur, dengan melacak
dan kemudian mendiskusikan penyebab
masalah yang ada dan mencari solusi yang
dapat dilakukan.

Layanan Jumlah dan Dilakukan Konseling pada pasien dan atau


Konseling kualitas Layanan keluarga pasien dilakukan pada :
konseling TB
 Pasien baru TB dan pada saat pengambilan

obat berikutnya (minimal 4 kali konseling).
 TB pada pelacakan (home care).

 Pasien TB pindahan.
 Pasien yang tidak dapat melakukan √
pengambilan keputusan.

 Pasien yang memiliki keputusan negatif.
 Pasien yang menolak berobat/malas minum
obat. √

Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan 1. Rekam medis Rekaman tertulis mengenai pengobatan yang


pasien diberikan, respon bakteriologis, dan efek samping

seharusnya disimpan untuk semua pasien.

Pelaporan 2. Laporan Terdapat laporan pelaksanaan kegiatan. √


22
pelaksaan
kegiatan

23
3.1.3 Keluaran
Tabel 3.3. Keluaran

Variabel Indikator

Cakupan 1. Cakupan pelayanan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.

2. Cakupan dan mutu pelayanan medis.

3. Pembinaan peran serta masyarakat dalam pengendalian TB.

3.1.4 Lingkungan
Tabel 3.4 Lingkungan

Lingkungan

Lingkungan 1. Letak Letak puskesmas strategis dan mudah dijangkau.


Fisik

2. Akses Dapat diakses dengan mudah.

Lingkungan 1. Peran serta Masyarakat mendukung program TB terdapat kader TB


Nonfisik masyarakat

3.1.5 Umpan Balik


Tabel 3.5. Umpan Balik

Variabel Indikator Tolak Ukur Keberhasilan

Umpan 1. Rapat Rapat evaluasi program TB dilakukan setiap triwulan


Balik evaluasi oleh kepala puskesmas kelurahan, penanggungjawab
program TB program TB, dan wakil puskesmas kecamatan.

24
3.1.6 Dampak
Tabel 3.6. Dampak

Variabel Indikator Tolak Ukur Keberhasilan

Dampak 1. Angka Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas akibat


morbiditas dan penyakit TB dari tahun 2014.
mortalitas

25
3.2. Kerangka Pikir
Alur pemikiran dalam evaluasi ini adalah sebagai berikut :
 Mempelajari Pedoman Penanggulangan TB Nasional dan menilai keberhasilan
program sesuai indikator.
 Mencari data-data primer dan sekunder yang diambil dari form TB01,TB03,
TB06 dan wawancara dengan penanggung jawab Program Penanggulangan TB di
Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan.
 Membandingkan data yang didapat dengan indikator yang telah ditetapkan serta
menetapkan prioritas masalah.
 Mencari akar masalah dari program yang belum mencapai target.
 Mencari pemecahan masalah yang dapat diterapkan oleh puskesmas guna
tercapainya target program penanggulangan TB.

3.3. Definisi Operasional8


Adapun definisi-definisi yang perlu diketahui untuk menyamakan persepsi adalah
sebagai berikut :
 Tuberkulosis
Penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis).
 Kasus Baru
Pasien yang baru pertama kali mendapat kan OAT dan pernah mendapatkan OAT
kurang dari 4 minggu.
 Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan dahak ulang
hasilnya negatif pada akhir pengobatan (AP) dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
 Kambuh
Penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB Paru dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

26
 Pengobatan lengkap
Pasien BTA yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada
hasil pemeriksaan dahak ulang pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
 Meninggal
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
 Loss to Follow Up
Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
 Gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
 Pindah
Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan lain dan hasil pengobatannya
tidak diketahui.

3.4. Indikator8
Indikator-indikator yang akan digunakan dalam menilai kinerja puskesmas adalah
sebagai berikut :
 Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek

jumlah pasien TB BTA positif diantara suspek


X 100%
jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa

Adalah persentase pasien BTA positif yang ditemukan di antara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu proses penemuan, diagnosis
pasien serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Data ini bisa didapatkan dari form
TB.06. Angka ini berkisar 5 – 15%.Jika < 5% dapat disebabkan oleh penjaringan
suspek terlalu longgar atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif
palsu).Bila angka > 15%bisa disebabkan karena penjaringan terlalu ketat atau hasil
pemeriksaan laboratorium positif palsu.

27
 Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru
tercatat/diobati

jumlah pasien TB BTA positif (baru+kambuh)x 100%

jumlah semua diagnosis TB (semua tipe)

Adalah persentase pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru yang
tercatat. Data ini bisa didapatkan dari form TB.01 dan TB.03. Indikator ini
menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh pasien
TB paru yang diobati. Angka ini sebaiknya ≥ 65%. Bila angka rendah, dapat
disebabkan oleh mutu diagnosis rendah atau kurang memberikan prioritas penemuan
pasien yang menular (pasien BTA positif).

 Angka Konversi (Conversion Rate)

jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang konversix 100%

jumlah pasien TB paru BTA positif yang diobati

Adalah persentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan
menjadi BTA negatif setelah masa pengobatan intensif. Data konversi bisa diperoleh
dari form TB.01 dan TB.03. Angka ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil
pengobatan dan pengawasan langsung menelan obat dengan benar. Angka yang harus
dicapai sebesar ≥ 80%.

 Angka Kesembuhan (Cure Rate)

jumlah pasien TB paru BTA positif yang sembuh x 100%

jumlah pasien TB paru BTA positif yang diobati

Adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang
sembuh setelah selesai masa pengobatan di antara pasien baru TB paru BTA positif
yang tercatat. Data ini didapatkan pada form TB.01. Angka yang harus dicapai
sebesar ≥ 85%. Angka ini dipengaruhi oleh angka loss to follow up yang tidak boleh
melebihi 10% karena akan menghasilkan proporsi pengobatan ulang yang tinggi

28
dimasa yang akan datang yang disebabkan karena ketidak-efektifan dari
penanggulangan TB.
 Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB

jumlah pasien TB anak (0-14 tahun) yang diobati x 100%

jumlah seluruh pasien TB yang diobati

Persentase pasien TB anak (< 15 tahun) di antara seluruh pasien TB tercatat. Angka
ini berkisar 15%. Jika terlalu besar, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
 Angka keberhasilan pengobatan TB

jumlah pasien TB paru terkonfirmasi biologis sembuh + pengobatan lengkap x 100%

jumlah pasien TB paru terkonfirmasi biologis yang diobati

Persentase pasien baru TB paru yang terkonfirmasi biologis yang menyelesaikan


pengobatan termasuk sembuh dan pengobatan lengkap di antara pasien baru TB paru
terkonfirmasi biologis yang tercatat.

 Angka Penemuan Kasus/ Case Detection Rate


jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang ditemukan x 100%
Perkiraan jumlah pasien baru TB paru BTA positif

Presentasi jumlah pasien baru TB paru BTA yang ditemukan dibandingkan jumlah
pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada di wilayah tersebut. Target yang ingin
dicapai adalah 90%.

 Treatment Success Rate (Angka Keberhasilan Pengobatan TB)

jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang ditemukan x 100%


Perkiraan jumlah pasien baru TB paru BTA positif

Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien


baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang menyelesaikan pengobatan ( baik yang
sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru terkonfirmasi

29
bakteriologis yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari
angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap

3.5. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada setiap wilayah Puskesmas Koja meliputi
Puskesmas Kecamatan Koja, Puskesmas Kelurahan Koja, Puskesmas Kelurahan Rawa
Badak Utara 1 dan 2, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Selatan, Puskesmas Kelurahan
Lagoa, Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan, dan Puskesmas Kelurahan Tugu Utara 3 pada
periode Januari– Desember 2015. Sumber data yang diambil dari data primer dan data
sekunder.
Cara pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pencatatan.
Wawancara dilakukan kepada penanggungjawab penanggulangan TB Puskesmas Koja dan
penanggungjawab pada setiap Puskesmas Kelurahan (PKL). Hasil wawancara terdapat pada
lampiran 2. Observasi dilakukan oleh setiap dokter muda pada setiap PKL, hasil observasi
terdapat pada tabel 4.2. Pencatatan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam menghitung
indikator keberhasilan program. Berikut merupakan indikator dan sumber data yang
digunakan:
NO Indikator Sumber Data
1. Angka Penjaringan Suspek Daftar Suspek (TB.06)
Daftar pengunjung BPU dan KIA
2. Proporsi BTA positif diantara suspek Daftar Suspek (TB.06)
3. Proporsi BTA positif yang mendapat pengobatan Kartu Pengobatan (TB.01)
Register TB (TB.03)
4. Angka konversi Kartu Pengobatan (TB.01)
Register TB (TB.03)
5. Angka kesembuhan Kartu Pengobatan (TB.01)
Register TB (TB.03)
6. Angka pengobatan lengkap BTA negatif Kartu Pengobatan (TB.01)
Register TB (TB.03)
7. Treatment Success Rate (Angka keberhasilan Kartu Pengobatan (TB.01)
pengobatan) Register TB (TB.03)
8. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien Kartu Pengobatan (TB.01)
TB Register TB (TB.03)
9. Angka keberhasilan pengobatan TB anak Kartu Pengobatan (TB.01)
Register TB (TB.03)
30
Tabel 3.7. Sumber data berupa form tersebut terdapat pada lampiran 3 sampai 6.

31
BAB IV
ANALISIS SITUASI

4.1 Data Umum


4.1.1. Data Demografi

Kecamatan Koja memiliki luas wilayah 1.224,62 hektar, yang terdiri dari 6 kelurahan, 82
RW, 905 RT, dengan jumlah penduduk pada 2015 adalah 319.886 jiwa. Kepadatan
penduduk di Kecamatan Koja sebesar 26.121 jiwa/km2. (Buku Profil Tahunan Puskesmas
Kecamatan Koja 2015) 9

No. Kelurahan Luas Wilayah (hektar) RW RT Jumlah Penduduk

1. Kel. Koja 327,50 13 146 35.595


2. Kel. Lagoa 157,99 18 222 71.470
3. Kel. Tugu Utara 236,65 19 214 81.912
4. Kel. Tugu Selatan 268,00 7 95 43.795
5. Kel. Rawa Badak Utara 133,38 14 119 40.600
6. Kel. Rawa Badak 101,10 11 109 46.514
Selatan

Total 1.224,62 82 905 319.886


Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan Koja 2015


Daerah kumuh di Kecamatan Koja tercatat terdapat pada beberapa RW di wilayah
kelurahan masing-masing. Wilayah kumuh dilihat dari lokasi dan kepadatan
penduduknya, antara lain di RW 01, 02, dan 04 Kelurahan Rawa Badak Selatan, RW 03,
04 Kelurahan Tugu Selatan, RW 06 dan 13 Kelurahan Tugu Utara, RW 05 dan 09
Kelurahan Koja. (BPS provinsi DKI Jakarta 2011)

4.1.2. Data Peran Serta Masyarakat


 Kader
Terdapat kader di masing – masing kelurahan untuk program penanggulangan TB. Kader
– kader tersebut merangkap sebagai kader di program lain di puskesmas tersebut.

32
 PMO
Setiap pasien TB mempunyai PMO dan tercatat pada form TB.01. PMO ditunjuk dan
dipercayakan oleh pasien sendiri yang merupakan orang yang tinggal satu rumah dengan
pasien atau dapat berupa kader yang dekat dan disegani oleh pasien. PMO di wilayah
kerja Puskesmas Koja diberikan edukasi mengenai pengobatan TB dan aktif menunjang
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat.

4.1.3. Data Lokasi dan Transportasi


Secara umum, keadaan geografis wilayah kerja puskesmas-puskesmas di Kecamatan Koja
merupakan daerah pemukiman yang cukup padat. Transportasi menuju puskesmas-
puskesmas di Kecamatan Koja dapat dijangkau dengan menggunakan berbagai jenis
transportasi berupa angkot, motor, bajaj, becak, sepeda, maupun berjalan kaki.

4.2 Data Khusus


Insidensi, Prevalensi, dan Kematian akibat TB
Insidensi TB sebesar 3.140 kasus di Jakarta Utara dan 107 per 100.000 penduduk
di wilayah Puskesmas Kecamatan Koja pada tahun 2014. Prevalensi TB Jakarta Utara
sebanyak 200 per 100.000 penduduk di wilayah Jakarta Utara. Jumlah kematian akibat TB
paru 26 per 100.000 penduduk di wilayah Jakarta Utara pada tahun 2012.

4.3 Data Primer


Berikut ini merupakan penyajian data primer yang direkap dalam bentuk tabel yang di
peroleh dari Puskesmas Kecamatan Koja, Puskesmas Kelurahan Koja, Puskesmas Kelurahan
Lagoa, Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan, Puskesmas Kelurahan Tugu Utara, Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara 1, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara 2, Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan Periode Januari– Desember 2015.

4.3.1 Suspek Dewasa Penderita TB di Puskemas Koja


Jumlah suspek TB yang diperiksa sputumnya sebanyak 1214 orang. Melalui pemeriksaan
sputum didapat hanya 19,5% (237 orang) yang BTA positif, sedangkan pada 80,4% (977

33
orang) didapati BTA negatif. Sebesar 7,89% (104 orang) suspek tidak kembali
memeriksakan sputum dari 1318 yang menjadi suspek TB.

Tabel 4.2. Suspek Dewasa Penderita TB di Puskesmas Koja


Periode Januari –Desember 2015
PKC PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Suspek Jumlah
Koja Koja TU TS RBUI RBUII RBS Lagoa

BTA + 70 29 22 11 5 7 43 50 237

BTA - 466 145 98 73 7 20 71 97 977

Tidak kembali 0 0 25 33 3 0 18 25 104

Total 536 174 145 117 15 27 132 172 1318

4.3.2 Jumlah Pasien TB dewasa yang berobat di Puskesmas Koja


Jumlah pasien TB dewasa adalah 269 pasien dengan persentase pasien dewasa TB BTA
positif adalah 88,1% (237 orang), sedangkan sisanya merupakan TB BTA negatif.

Tabel 4.3. Jumlah Pasien Baru TB dewasa yang Berobat ke Puskesmas Koja
Periode Januari – Desember 2015
Jumlah PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL Jumlah
pasien Koja Tugu Tugu Rawa Rawa Rawa Lagoa
TB + Utara Selatan Badak Badak Badak
Utara I Utara II Selatan

BTA + 35 46 41 5 15 43 52 237

BTA - 0 2 10 0 7 6 7 32

Total 35 48 51 5 22 49 59 269

34
4.3.3 Hasil Pemerikasaan Sputum Pasien TB Dewasa Baru BTA Positif pada Akhir Fase
Intensif (2 Bulan Pertama Pengobatan)
Jumlah pasien TB dewasa BTA positif yang berobat dan memeriksakan sputum di akhir
masa intensif adalah 162 orang. Sebanyak 88,28% mengalami konversi.

Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien TB Dewasa Baru BTA positif
Akhir Fase Intensif
Periode Januari – Oktober 2015
Pemeriksaan PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Total
Sputum Koja TU TS RBU I RBU II RBS Lagoa

Konversi 24 39 24 2 10 17 27 143

Tidak
3 2 2 2 1 3 6 19
konversi

Total 27 41 26 4 11 20 33 162

4.3.4 Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru yang Berobat di Puskesmas Koja
Pasien yang menjalani pengobatan TB Paru selama periode Januari – Juni 2015 adalah 115
orang. Sebanyak 69,56% (80 orang) pasien dinyatakan sembuh dan pasien yang menjalani
pengobatan lengkap adalah 20,86% (24 orang). Sisanya sebanyak 1 orang gagal, 6 orang
pindah, 7 orang tidak diketahui, dan 4 orang meninggal.

Tabel 4.5. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Dewasa BTA Positif yang Berobat di
Puskesmas Koja Periode Januari – Juni 2015
35
Diagnosis Hasil PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Jumlah
TB Pengobatan Koja TU TS RBU1 RBU2 RBS Lagoa

Sembuh 16 20 13 0 5 5 14 73

Lengkap 0 1 0 0 0 2 2 5

Putus Berobat 0 0 0 0 0 0 0 0

BTA + Gagal 0 1 0 0 0 0 0 1

Pindah 0 1 0 0 0 1 2 4

Tidak
0 0 0 0 0 0 0 0
diketahui

Meninggal 0 0 1 0 0 3 0 4

Total BTA+ 16 23 14 0 5 11 18 87

Tabel 4.6. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Dewasa BTA Negatif yang Berobat di
Puskesmas Koja Periode Januari – Juni 2015
Diagnosis Hasil PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL Jumlah

36
TB Pengobatan Koja TU TS RBU1 RBU2 RBS Lagoa

Sembuh 0 0 0 0 0 2 5 7

Lengkap 0 0 5 0 2 0 1 8

Putus Berobat 0 0 0 0 0 0 0 0

BTA - Gagal 0 0 0 0 0 0 0 0

Pindah 0 0 1 0 0 1 0 2

Tidak
0 0 0 0 0 0 0 0
diketahui

Meninggal 0 0 0 0 0 0 0 0

Total BTA- 0 0 6 0 2 3 6 17

Tabel 4.7. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Paru Anak yang Berobat di Puskesmas Koja
Periode Januari – Juni 2015

37
Diagnosis Hasil PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Jumlah
TB Pengobatan Koja TU TS RBU1 RBU2 RBS Lagoa

Sembuh 0 0 0 0 0 0 0 0

Lengkap 4 2 0 1 0 1 3 11

Putus Berobat 0 0 0 0 0 0 0 0

TB anak Gagal 0 0 0 0 0 0 0 0

Pindah 0 0 0 0 0 0 0 0

Tidak
0 0 0 0 0 0 0 0
diketahui

Meninggal 0 0 0 0 0 0 0 0

Total TB
4 2 0 1 0 1 3 11
anak

Tabel 4.8. Hasil Pengobatan Pasien Baru TB Ekstra Paru yang Berobat di Puskesmas Koja
Periode Januari – Juni 2015
Diagnosis PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Jumlah
TB Koja TU TS RBU1 RBU2 RBS Lagoa

TB ekstra
0 0 0 0 2 0 0 2
paru

4.3.5 Pelaksanaan Program Penanggulangan TB dan Masalah yang dihadapi

Topik Pelaksanaan Masalah

38
Perencanaan  Dilakukan rapat untuk menentukan program yang  Tidak ditemukan adanya masalah
Program dihadiri oleh penanggung jawab program TB setiap
puskesmas kelurahan
 Dilakukan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran
untuk jangka waktu satu tahun
 Dilakukan penyusunan rencana untuk pemantauan
pasien penerima obat dan evaluasi kegiatan
Penyuluhan  Penyuluhan dilakukan kepada setiap pasien yang  Materi penyuluhan TB tidak dilakukan rutin setiap
disuspek atau menerima pengobatan TB, dan dilakukan tahun.
setiap kali kunjungan berobat (minimal 6 kali selama  Penyuluhan saat pembagian nutrisi hanya dilakukan
masa pengobatan) bila menerima bantuan dari sponsor.
 Dilakukan penyuluhan berkelompok pada saat
pembagian nutrisi atau jadwal promkes TB
 Materi penyuluhan yang dibawakan sesuai dengan
pedoman pengendalian TB nasional tahun 2014
Deteksi kasus  Deteksi kasus dilakukan secara pasif oleh dokter BPU  Jumlah kader kurang mencukupi karena tidak
jika pasien datang ke Puskesmas semua RW mempunyai kader.
 Deteksi kasus dilakukan secara aktif dari rumah ke  Tidak semua kontak serumah pasien yang diberi TB
rumah oleh PJ TB dan Kader di tiap Kelurahan 05 memeriksakan dahaknya.
Diagnosis  Dilakukan sesuai dengan pedoman pengendalian TB  Tidak ditemukan adanya masalah dalam penegakan
nasional 2014 diagnosis
Pengobatan  Pasien menjalani pengobatan sesuai dengan pedoman  Sebagian kecil pasien tetap tidak rutin berobat
pengendalian TB nasional 2014 setelah terdiagnosa TB meski telah ditelepon ataupun kunjungan rumah
 Pemantauan kepatuhan pengobatan dilakukan dengan yang dilakukan petugas.
penerapan PMO dan menghubungi bila pasien tidak  Sebagian pasien tidak memeriksakan dahak akhir
mengambil obat pada jadwal yang ditetapkan (via pengobatan, sehingga pasien tidak tercatat sebagai
telepon atau kunjungan rumah) pasien sembuh
 Akan dilakukan pemeriksaan dahak ulang setelah fase
intensif, sisipan dan akhir jadwal pengobatan
Layanan  Konseling dilakukan setiap pasien berobat, pada  Konseling sudah dilakukan namun belum efektif
Konseling kunjungan rumah pasien, dan setiap pasien akan di rujuk  Pelaksanaan VCT pada pasien TB tidak dijalankan,
 Konseling dilakukan untuk pasien yang terdiagnosa, karena terkendala pada stigma penyakit HIV/AIDS
yang sulit untuk mengambil keputusan dan pasien yang di masyarakat. Penanggung jawab TB kesulitan
mengalami efek samping dari pengobatan, atau pasien melakukan pendekatan pada pasien TB yang
yang menolak untuk meminum obat menolak melanjutkan pengobatan TB akibat
 Setiap pasien TB disarankan VCT di Poli Kasih tersinggung disarankan VCT. Hal ini yang
Puskesmas Kecamatan mengakibatkan tidak ada kelanjutan pemeriksaan
HIV/AIDS pada mereka yang terdiagnosis TB
Pencatatan dan  Pencatatan dilakukan pada rekam medis pasien,  Pencatatan dan pelaporan program TB masih belum
pelaporan dokumen TB 01, 03 dan 07 optimal, sehingga dokumen program (formulir-
 Pencatatan suspek dilakukan pada dokumen TB 06 formulir TB) kurang lengkap.
 Pelaporan dilaksanakan berdasarkan setiap pencatatan
TB dan dilakukan setiap bulan
Tabel 4.9. Pelaksanaan Penanggulangan Program TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koja dan Masalah yang
dihadapi
31

BAB V

39
PERUMUSAN MASALAH

5.1 Perumusan Masalah


Masalah yang diambil adalah masalah yang berasal dari indikator keluaran yang tidak
mencapai target yang telah ditetapkan menurut Pedoman Nasional Pengendalian TB tahun
2014 yang juga diikuti sebagai target di Puskesmas Kecamatan Koja.

Tabel 5.1 Perumusan Masalah


Variabel Hasil Target Pencapaian
1. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi
Bakteriologis diantara Terduga TB Periode Januari –
Desember 2015

Jumlah pasien baru TB paru Tidak


terkonfirmasi bakteriologis yang ditemukan 5-15%
X 100% 19,5% Sesuai
Jumlah seluruh terduga TB paru yang Target
diperiksa

237
= x 100% =19,5 %
1214

2. Proporsi Pasien TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis


diantara Semua Pasien TB Paru Tercatat/Diobati
Periode Januari – Desember 2015

Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi


bakteriologis
X 100% Mencapai
Jumlah seluruh pasien TB tercatat 77,9% ≥ 65%
Target
(bakteriologis dan klinis)

237
= x 100% = 77,96 %
304
3. Proporsi Pasien TB Anak diantara Seluruh Pasien TB
Periode Januari – Desember 2015

40
Jumlah pasien TB anak (0 – 14 tahun) yang
diobati X 100% Sesuai
8% 8-12%
Jumlah seluruh pasien TB yang diobati target

24
= x 100% = 8 %
304

4. Case Detection Rate (CDR) Periode Januari –


Desember 2015

Jumlah pasien TB Paru BTA Positif


Tidak
Perkiraan jumlah pasien baru TB Paru BTA X 100% 71,5% ≥90%
mencapai
Positif
Target

245
= x 100% = 71,58 %
107 x 319.886
100.000

5. Angka Konversi (Conversion Rate) Periode Januari –


Oktober 2015

Jumlah pasien baru TB paru


terkonfirmasi bakteriologis
yang hasil pemeriksaan BTA akhir tahap awal
X 100%
negatif Mencapai
80,7% ≥ 80%
Jumlah pasien baru TB paru target
terkonfirmasi bakteriologis yang diobati

143
= x 100% = 80,79 %
177
6. Angka Kesembuhan (Cure rate) Periode Januari –

41
Juni 2015

Jumlah pasien baru TB paru Tidak


terkonfirmasi bakteriologis yang sembuh 83,9% ≥ 85% mencapai
X 100% 73
Jumlah pasien baru TB paru target
=
terkonfirmasi bakteriologis yang diobati x
100% = 83,9 %
87

0
Loss to follow up = x 100% = 0 %
87 Sesuai
0% <10% target

7. Angka Keberhasilan Pengobatan


(TSR = Treatment Success Rate) Periode Januari –
Juni 2015

Jumlah pasien baru TB paru


terkonfirmasi bakteriologis
78
(sembuh + pengobatan lengkap) X 100% = 89,6% ≥ 85% Mencapai
Jumlah pasien baru TB paru x
target
terkonfirmasi bakteriologis yang diobati

100% = 89,65 %
87

8. Angka Keberhasilan Pengobatan TB Anak Periode 100% ≥ 85% Mencapai


Januari – Juni 2015 target

42
Jumlah pasien TB anak yang sembuh dan
pengobatan lengkap X100%
Jumlah pasien TB anak yang diobati

18
= x 100% = 100 %
18

Berdasarkan perbandingan hasil keluaran dan target, maka beberapa masalah yang terdapat
dalam program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan Koja jika dilihat per
Puskesmas Kelurahan (Puskesmas Kelurahan Lagoa, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak
Utara I, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara 2, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak
Selatan, Puskesmas Kelurahan Tugu Utara, dan Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan), pada
bulan Januari – Desember 2015, yaitu:

1. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Terduga TB

43
Proporsi Pasien Baru TB Paru BTA Positif diantara Suspek
Periode Januari – Desember 2015
Target 5-15%

Jumlah pasien baru TB paru


terkonfirmasi bakteriologis yang ditemukan = (237/1214) x 100% = 19,5 %
X 100%
Jumlah seluruh terduga TB paru yang
diperiksa

Rata-rata puskesmas kelurahan di Kecamatan Koja belum mencapai target kecuali Tugu
Selatan dan PKC Koja. Secara kumulatif angka 19,5% (>15%) menunjukkan kemungkinan
penjaringan suspek yang dilakukan oleh Puskemas di wilayah Kecamatan Koja masih
terlalu ketat.

44
2. Proporsi Pasien TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Semua Pasien TB
Paru Tercatat/Diobati

Proporsi Pasien Baru TB Paru BTA Positif diantara Semua Paisen TB Paru Tercatat/
Diobati Periode Januari – Desember 2015
Target ≥65%

Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi


bakteriologis = (198/304)x 100% = 65.13 %
X 100%
Jumlah seluruh pasien TB tercatat
(bakteriologis dan klinis)

Rata-rata puskesmas kelurahan di Kecamatan Koja tidak mencapai target kecuali puskesmas
kelurahan Tugu Utara, Koja, dan Lagoa. Secara kumulatif angka 65.13% menunjukkan
prioritas penemuan pasien Tuberkulosis yang menular oleh Puskemas di wilayah
Kecamatan Koja telah mencapai target

3. Proporsi Pasien TB Anak diantara Seluruh Pasien TB

45
Proporsi Pasien Baru TB Anak diantara Semua Paisen TB
Periode Januari – Desember 2015
Target 8%-12%

Jumlah pasien TB anak (0 – 14 tahun) yang


diobati X 100% = (24/304) x 100% = 8%
Jumlah seluruh pasien TB yang diobati

Rata-rata puskesmas kelurahan di Kecamatan Koja belum mencapai target kecuali


puskesmas kelurahan Rawa Badak Selatan dan Tugu Utara. Secara kumulatif angka 8%
berada dalam rentang target yang harus dicapai.

4. Case Detection Rate (CDR)

46
Case Detection Rate

Periode Januari – Desember 2015


Target ≥ 90%

Jumlah pasien TB Paru BTA Positif


Perkiraan jumlah pasien baru TB Paru BTA X 100% = (245/342.26)x 100% =
Positif
71.58%

Rata-rata puskesmas kelurahan di Kecamatan Koja belum mencapai target kecuali


puskesmas Kelurahan Koja. Secara kumulatif angka 71.58% menunjukkan cakupan
penemuan pasien baru TB Paru BTA positif oleh Puskemas di wilayah Kecamatan Koja
belum mencapai target yang ditetapkan secara nasional.

5. Angka Konversi (Conversion Rate)


Conversion Rate

47
Periode Januari – Oktober 2015
Target ≥ 80%

Jumlah pasien baru TB paru


terkonfirmasi bakteriologis = (143/ 177) x 100% = 80.79%
yang hasil pemeriksaan BTA akhir tahap awal
X 100%
negatif
Jumlah pasien baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologis yang diobati

Rata-rata puskesmas kelurahan di Kecamatan Koja belum mencapai target kecuali


puskesmas kelurahan Tugu Utara dan Koja. Secara kumulatif angka 80.79% menunjukkan
program pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan baik oleh Puskemas di
wilayah Kecamatan Koja.

6. Angka Kesembuhan (Cure rate)


Cure Rate

48
Periode Januari – Juni 2015
Target ≥ 85%

Jumlah pasien baru TB paru


terkonfirmasi bakteriologis yang sembuh = (73/87) x 100% = 83.9 %
X 100%
Jumlah pasien baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologis yang diobati

Loss to follow up = (0/87) x 100% = 0 %


Rata-rata puskesmas kelurahan di Kecamatan Koja sudah mencapai target kecuali
puskesmas kelurahan Rawa Badak Selatan, Rawa Badak Utara 1 dan Lagoa Secara
kumulatif angka 83.9% (belum mencapai target) menunjukkan bahwa adanya kemungkinan
kekebalan terhadap obat atau kurangnya pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan
oleh Puskemas di wilayah Kecamatan Koja. Angka lainnya yaitu angka lost to follow-up
(pasien yang putus berobat lebih dari bulan dibagi dengan jumlah pasien baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologi yang diobati) sebesar 0% menyatakan kemungkinan kasus
retreatment rendah di masa yang akan datang.

7. Angka Keberhasilan Pengobatan (TSR = Treatment Success Rate)

49
Treatment Success Rate
Periode Januari – Juni 2015
Target ≥ 85%

Jumlah pasien baru TB paru


terkonfirmasi bakteriologis = (78/87) x 100% = 89.65%
(sembuh + pengobatan lengkap) X 100%
Jumlah pasien baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologis yang diobati
Rata-rata puskesmas kelurahan di
Kecamatan Koja sudah mencapai target kecuali puskesmas kelurahan Rawa Badak Selatan,
dan Rawa Badak Utara 1. Secara kumulatif angka 89.65% menunjukkan keberhasilan
pengobatan pasien Tuberkulosis oleh Puskesmas di wilayah Kecamatan Koja telah
mencapai target

8. Angka Keberhasilan Pengobatan TB Anak

50
Angka Keberhasilan Pengobatan TB Anak
Periode Januari – Juni 2015
Target ≥ 85%

Jumlah pasien TB anak yang sembuh dan pengobatan lengkap x 100%

Jumlah pasien TB anak yang diobati

100% ≥85%
Mencapai target
18
= x 100% = 100 %
18

Semua Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Koja sudah mencapai target. Secara kumulatif
angka 100% menunjukkan kualitas tatalaksana TB anak dalam program nasional Puskesmas
di wilayah Kecamatan Koja sudah baik.

BAB VI
PEMBAHASAN

51
6.1 Prioritas Masalah
Prioritas masalah ditetapkan melalui sistem skoring, di mana semakin tinggi skor suatu
masalah berarti masalah tersebut semakin diprioritaskan. Adapun parameter yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Besarnya masalah, dilihat dari kesenjangan terhadap standar :
- Skor 1 : 0-19,99%
- Skor 2 : 20-39,99%
- Skor 3 : 40-59,99%
- Skor 4 : 60-79,99%
- Skor 5 : 80-100%
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut :
- Skor 1 : Tidak ada pengaruh terhadap masyarakat (Tidak berat)
- Skor 2 : Ragu – ragu antara 1-3
- Skor 3 : Cukup berpengaruh terhadap masyarakat (Kurang berat)
- Skor 4 : Ragu – ragu antara 3-5
- Skor 5 : Sangat berpengaruh terhadap masyarakat (Berat sekali)
3. Kemampuan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) untuk mengatasi masalah
tersebut :
- Skor 1 : Tidak dapat mengatasi
- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3
- Skor 3 : Kurang dapat mengatasi
- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5
- Skor 5 : Dapat mengatasi
4. Keuntungan sosial yang diperoleh (kecenderungan masyarakat untuk
melaksanakan program) :
- Skor 1 : Keuntungan sosial rendah (tidak menarik masyarakat)
- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3
- Skor 3 : Keuntungan sosial sedang (cukup menarik masyarakat)
- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5
- Skor 5 : Keuntungan sosial tinggi (sangat menarik masyarakat)
Penjelasan Sistem Skoring

52
1. Besarnya Masalah

G=E-O

G = Gap (kesenjangan)
E = Expected (target yang ingin dicapai)
O = Output (data yang diperoleh di lapangan)

No. Masalah E O G Skor


1. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi 5-15% 19,5% 4,5% 1
Bakteriologis diantara Terduga TB
2. Angka kesembuhan (cure rate) 85% 83,9% 1,1% 1
3. Case Detection Rate 90% 71,58% 18,42% 1
Tabel 6.1. Skor Besarnya Masalah Dilihat dari Kesenjangan Terhadap Standar

2. Berat Ringannya Masalah


a. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Terduga TB
Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Terduga TB di
Kecamatan Koja adalah 19,5%, sedangkan target yang ingin dicapai adalah 5-15%. Angka
ini melebihi target meskipun petugas di balai pengobatan telah mengikuti alur penetapan
suspek TB sesuai dengan pedoman TB, yakni batuk berdahak lebih dari 2 minggu pada
pasien dewasa. Sementara untuk kriteria suspek TB pada anak meliputi batuk lebih dari 2
minggu yang tidak diketahui penyebabnya serta melalui skoring TB pada anak.
Proporsi yang besar ini menandakan adanya kemungkinan penjaringan kasus yang
terlalu ketat ataupun masalah positif palsu dalam pemeriksaan laboratorium. Penjaringan
kasus yang terlalu ketat memiliki kecenderungan untuk meningkatkan under diagnosis bagi
penderita TB. Semakin banyak penderita TB yang tidak terdiagnosis dalam masyarakat,
maka rantai penularan akan terus terjadi karena waktu kontak pasien dengan orang lain
semakin lama dan kejadian baru TB akan semakin meningkat. (Skor: 3)

53
b. Angka Kesembuhan (Cure rate)
Angka kesembuhan menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA + yang sembuh
setelah selesai masa pengobatan, di antara pasien baru TB paru BTA + yang tercatat. Angka
kesembuhan di Kecamatan Koja sebanyak 83,9% , berada dibawah target yang ingin dicapai
yakni 85%. Hal ini disebabkan karena pasien banyak yang dikategorikan sebagai pengobatan
lengkap dimana pemeriksaan dahak pada masa akhir pengobatan tidak diketahui karena
pasien tidak kembali melaporkan hasil pemeriksaan tersebut atau memang tidak
memeriksakannya ke laboratorium. (skor: 3)

c. Case Detection Rate (CDR)


Case Detection Rate merupakan indikator penjaringan pasien baru di suatu wilayah. CDR di
kecamatan Koja sebesar 71,58% yang di bawah target indikator. CDR adalah penting karena
secara tidak langsung berhubungan dengan dua indikator lain yaitu proporsi pasien baru
terkonfirmasi bakteriologis dan proporsi pasien TB anak, dan keberhasilan indikator lain
tersebut dapat terpengaruhi oleh nilai CDR. Angka CDR yang tidak sesuai target di
kecamatan Koja disebabkan oleh penjaringan suspek yang rendah sehingga mempengaruhi
indikator perhitungan proporsi TB pada anak. Dengan dilakukannya perbaikan dalam
penjaringan suspek maka kedua indikator tersebut juga dapat membaik. (skor: 4)

3. Kemampuan Sumber Daya untuk Menanggulangi Masalah yang Ada


a. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Terduga TB
(19,5%)
Tingginya proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Terduga TB
yang disebabkan oleh penjaringan kasus yang terlalu ketat tidak dapat ditanggulangi karena
petugas di Balai Pengobatan telah menjalani alur penetapan suspek TB sesuai pedoman.
Kemudian, penyebab lainnya adalah kemungkinan hasil positif palsu dalam pemeriksaan
laboratorium dapat diperbaiki dengan standarisasi laboratorium yang baku dan mengikuti
PME serta uji silang. (skor: 2)

54
b. Angka Kesembuhan (Cure rate)

Permasalahan angka kesembuhan yang tidak mencapai target (83,9%) dapat disebabkan oleh
karena tidak dilakukannya pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan sehingga banyak
pasien yang dikategorikan sebagai pengobatan lengkap. Motivasi mengenai pentingnya
pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan untuk memastiikan kesembuhan diperlukan untuk
mencapai target cure rate. Pemberian edukasi dan motivasi tersebut diberikan kepada
coordinator program TB masing-masing puskesmas dan diteruskan oleh coordinator program
TB puskesmas kepada para kader, PMO, dan pasien TB melalui penyuluhan individual
maupun pertemuan bulanan. Para kader diikutsertakan untuk membantu mengingatkan
pasien TB untuk kontrol berobat dan memeriksakan dahak. Selain itu, terdapat organisasi
Pelindo yang membagikan makanan bergizi kepada pasien TB secara rutin setiap bulan.
Waktu pertemuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan edukasi dan motivasi
kepada pasien dan PMO yang hadir. (skor: 4)

c. CDR

CDR di puskesmas kecamatan sebesar 71,58%, tidak sesuai dengan target. Perbaikan
indikator ini dapat dilakukan dengan meningkatkan angka penjaringan suspek. Untuk
meningkatkan angka penjaringan suspek dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, seperti
dengan melatih kader-kader di posyandu untuk turun melakukan penjaringan suspek TB
secara aktif, bekerja sama dengan tokoh masyarakat, dan bisa didukung dengan keberadaan
program ketuk pintu dari departemen kesehatan. (skor: 4)

4. Keuntungan Sosial yang Diperoleh


a. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Terduga TB
Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Terduga TB (19,5%).
Penjaringan kasus yang terlalu ketat memiliki kecenderungan untuk meningkatkan under
diagnosis bagi penderita TB. Semakin banyak penderita TB yang tidak terdiagnosis dalam
masyarakat, maka rantai penularan akan terus terjadi karena waktu kontak pasien dengan
orang lain semakin lama dan kejadian baru TB akan semakin meningkat. Maka, keuntungan
sosial yang didapatkan dengan memprioritaskan masalah saat ini kemungkinan dapat
memberikan dampak pada masyarakat karena penjairngan kasus TB yang tepat akan
menurunkan angka penularan dan angka kejadian baru TB paru di masyarakat. (skor 3)

55
b. Angka Kesembuhan (Cure rate)
Tidak tercapainya indikator ini menunjukkan program pengobatan TB belumlah efektif dan
dapat dipengaruhi faktor-faktor seperti banyaknya pasien yang tidak menjalani pemeriksaan
dahak pada akhir pengobatan sehingga dikategorikan pengobatan lengkap. Selain itu, factor
yang sedikit berpengaruh seperti kasus gagal ataupun adanya pasien yang putus berobat.
Kesembuhan pasien TB memberikan keuntungan sosial bagi warga karena pasien terbebas
dari penyakit atau sembuh dari penyakit akan menurunkan stigma buruk masyarakat tentang
penyakit TB bahwa penyakit TB dapat disembuhkan, sehingga memotivasi masyarakat untuk
mendorong penderita TB di wilayahnya untuk berobat dan menyelesaikan pengobatan.
Selain itu, masyarakat akan lebih tenang bila mengetahui bahwa penderita TB di wilayahnya
telah sembuh. mempermudah pasien yang sudah sembuh untuk memperoleh pekerjaan
dengan status kesehatan yang baik, meningkatkan memutus rantai penularan TB dengan
orang disekitarnya, dan menurunkan kejadian MDR-TB . (Skor 4)

c. CDR
Angka CDR yang tidak sesuai target dipengaruhi oleh penjaringan pasien TB yang belum
maksimal. Bila hal ini diselesaikan maka akan memberikan keuntungan sosial bagi warga
karena masyarakat akan merasa lebih tenang karena penderita TB diwilayahnya telah
mendapatkan pengobatan dan mereka tidak terlalu lama kontak dengan pasien TB yang tidak
diobati, serta secara tidak langsung juga bila pasien TB cepat ditemukan dan cepat diobati
maka resiko tertular ke masyarakat akan berkurang . (Skor: 4)

56
Skoring
Prioritas C
No. A B
Masalah
Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Besarnya
1 1 1 1
masalah

Berat ringannya
2 akibat yang 3 3 4
ditimbulkan

Kemampuan
sumber daya
3 untuk mengatasi 2 4 4
masalah
tersebut

Keuntungan
4 sosial yang 3 4 4
diperoleh
13
Jumlah 9 12
Urutan Prioritas
III II I
Masalah
Tabel 6.2. Prioritas Masalah

57
6.2 Penyebab Masalah

Masalah Penyebab Masalah


CDR tidak mencapai target Proses:
 Masyarakat belum mengerti tentang pentingnya penemuan
kasus TB
 Masyarakat kurang mendapat informasi mengenai TB
 Kurangnya promosi kesehatan
 Pencarian aktif suspek TB masih belum optimal
 Pemeriksaan dahak kontak serumah pasien TB belum
optimal
 Tidak semua kontak serumah pasien yang diberi TB05
memeriksakan dahaknya

Input:
 Penyebaran kader TB tidak merata di semua RW
 Kurangnya jumlah kader TB di Kecamatan Koja
 Kurangnya tenaga untuk penjaringan kontak serumah
pasien TB

Tabel 6.3 Penyebab Masalah CDR Tidak Mencapai Target

58
6.3 Pohon Masalah
CDR tidak mencapai target

Pencarian aktif suspek TB Pemeriksaan dahak


Masyarakat belum masih belum optimal
kontak serumah pasien
mengerti tentang TB belum maksimal
pentingnya penemuan
kasus TB
Penyebaran
kader TB tidak
merata di semua Tidak semua Kurangnya
Kurang mendapat
RW kontak serumah tenaga untuk
informasi
pasien yang penjaringan
mengenai TB
diberi TB 05 kontak
memeriksakan serumah
dahaknya pasien
Kurangnya jumlah
Kurangnya kader TB di
promosi Kecamatan Koja
kesehatan

Merekrut dan
Meningkatkan Kolaborasi melatih kader TB / Meningkatkan koordinasi
frekuensi
dengan ToMa Jumantik minimal 1 dengan program Ketuk
Promkes TB
dan ToGa orang per RW Pintu Layani dengan Hati

59
6.4 Pemecahan Masalah

1. Meningkatkan frekuensi Promosi Kesehatan TB

Pelaksana Penanggung jawab TB, dokter Puskesmas, kader TB


Waktu Minimal setahun 2 kali (sesuai jadwal yang ditentukan
Puskesmas)
Tempat Puskesmas atau Posyandu
Materi Topik mengenai TB, antara lain penyebab TB,
pengobatan berkelanjutan TB, cara penularan TB, cara
pencegahannya, pentingnya pengawasan supaya pasien
berobat teratur, kemungkinan efek samping obat, dan
tugas PMO.
Sasaran Seluruh masyarakat
Tujuan Agar masyarakat mengerti tentang TB dan dapat
bekerjasama dengan petugas untuk menemukan
tersangka TB.
Cara 1. Mengumpulkan seluruh masyarakat.
2. Menyampaikan materi yang telah disebutkan
sebelumnya.

2. Kolaborasi dengan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat


Pelaksana Penanggung Jawab TB, kader TB
Waktu Setiap terdapat kegiatan keagamaan atau kegiatan dalam
RT dan RW
Tempat Tempat ibadah dan pertemuan RT/ RW
Materi Meminta kerjasama Tokoh Agama dan Tokoh
Masyarakat untuk memberikan informasi tentang TB
kepada masyarakat

60
Sasaran Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
Tujuan Agar Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat membantu
memotivasi masyarakat untuk melaporkan atau
membawa orang- orang yang dicurigai TB ke
puskesmas
Cara 1. Menjadwalkan pertemuan dengan tokoh agama
dan tokoh masyarakat
2. Mendiskusikan hal yang dapat dilakukan oleh
tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam
penjaringan suspek TB

3. Perekrutan dan pelatihan kader baru


Pelaksana Penanggung jawab program TB
Waktu Segera dilakukan
Tempat Posyandu, puskesmas kelurahan
Materi Peran kader dan pentingnya kader dalam penjaringan
aktif pasien TB, materi pengetahuan TB
Sasaran Calon- calon kader
Tujuan Meningkatkan jumlah tenaga dalam penjaringan suspek
TB secara aktif
Cara 1. Setiap ketua RW merekomendasikan seseorang dari
wilayahnya sebagai kader TB
2. Pelatihan oleh penanggung jawab program TB kepada
setiap kader baru

4. Meningkatkan Koordinasi dengan Program Ketuk Pintu Layani dengan Hati

61
Pelaksana Penanggung Jawab Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Waktu Sesuai jadwal yang ditetapkan Puskesmas
Tempat Rumah – rumah penduduk
Materi Melakukan penjaringan suspek TB pada warga yang
tinggal serumah dengan penderita
Sasaran Pelaksana program ketuk pintu
Tujuan Meningkatkan penjaringan suspek TB secara aktif

Cara Mengkoordinasikan dengan penanggung jawab program


Ketuk Pintu Layani dengan Hati untuk para pelaksana
dapat membantu dalam penjaringan aktif suspek TB.

BAB VII

62
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja program pengendalian TB di wilayah kecamatan Koja
periode Januari – Desember 2015 didapatkan bahwa program pengendalian TB secara
umum sudah terlaksana, namun belum optimal. Masalah yang ditemukan pada program
penanggulangan TB di Puskesmas antara lain:

1. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara Terduga TB adalah


19,5 %, sedangkan target yang diharapkan adalah 5-15% (A)
2. Angka Kesembuhan (Cure rate) adalah 83,9%, Sedangkan target yang diharapkan
adalah ≥ 85% (B)
3. Case Detection Rate sebesar 71,58%, sedangkan target yang diharapkan adalah > 90%
(C)

Berdasarkan sistem skoring yang telah dilakukan maka yang menjadi prioritas masalah
adalah Case Detection Rate sebesar 71,58% yang tidak mencapai target yang diharapkan
yaitu 85%. Adapun yang menjadi akar penyebab masalah ini, antara lain :

 Masyarakat kurang mendapat informasi mengenai TB


 Pencarian aktif suspek TB masih belum optimal
 Tidak semua kontak serumah pasien TB yang diberi form TB05 memeriksakan
dahaknya

7.2 Saran
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah di atas antara
lain:
− Meningkatkan frekuensi Promosi Kesehatan TB
− Kolaborasi dengan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
− Perekrutan dan pelatihan kader baru
− Memaksimalkan program Ketuk Pintu Layani dengan Hati

63
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Data dan Informasi. Data/Informasi


Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; 2012.
2. WHO. Global Tuberculosis Report. 2015
3. Kartia U. Indonesia Peringkat 4 Pasien TB Terbanyak di Dunia [Internet]. [Place
unkown]: Harian Kompas;2014 [updated 2014 Maret 3; cited 2015 Mei 5]. Available
from:http://health.kompas.com/read/2014/03/03/1415171/Indonesia.Peringkat.4.Pasien.
TB.Terbanyak.di.Dunia
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Riskesdas. Jakarta; 2013.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan
Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Jakarta; 2010.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan
Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta; 2014
7. World Health Organization.Systematic screening for active tuberculosis. Principles and
recommendations. Perancis; 2013
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta; 2014.
9. Buku Profil Tahunan Puskesmas Kecamatan Koja.2015
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019.
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi Nasional Pengendalian TB di
Indonesia 2010-2014
12. Profil Kesehatan Indonesia. 2014.
13. World health Organization. The END TB Strategy. 2015

64

Anda mungkin juga menyukai