Anda di halaman 1dari 63

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
evaluasi program mengenai program lansia di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan.

Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas program
internship di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode 21 Juni – 21 Oktober
2021. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini tidak hanya berfungsi
sebagai apa yang telah disebutkan diatas. Namun, besar harapan kami agar
laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan, dalam rangka menyempurnakan kinerjanya sehingga dapat menjadi
Puskesmas unggulan di wilayah Jakarta.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Deslina selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Pegangsaan sekaligus
pembimbing Program Internship Batch Khusus II
2. Kepada semua pihak dan staf di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan yang
telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Semua teman-teman dokter program internship khusus batch II di
Puskesmas Kelurahan Pegangsaan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati menerima semua saran
dan kritikan yang membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.

Jakarta, Oktober 2021

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


MENINGKATKAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA DI WILAYAH
KELURAHAN PEGANGSAAN PERIODE JULI – OKTOBER 2020

Diajukan untuk memenuhi tugas


Program Internship Khusus Batch II Priode
21 Juli – 21 Oktober 2021
di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan

Disusun oleh:

dr. Mutmainnah

Jakarta, Oktober 2021

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing Puskesmas

dr. Deslina
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………................ 1
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………............................... 3
DAFTAR TABEL……………………………………………………....................... 8
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………................................. 11
1.1 Latar Belakang……………………………………………………................ 11
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………… 12
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………….. 13
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………................ 13
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………………… 13
1.4 Manfaat …………………………………………………….................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………... 15
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan……………………………………………. 15
2.1.1 Ciri –ciri Pertumbuhan………………………………………................... 16
2.1.2 Ciri-ciri Perkembangan…………………………………………………. 17
2.2 Status Gizi……………………………………………………........................ 18
2.3 Gizi Buruk……………………………………………………........................ 19
2.3.1 Definisi……………………………………………………....................... 19
2.3.2 Epidemiologi…………………………………………………………….. 19
2.3.3 Etiologi……………………………………………………..........………. 20
2.3.4 Diagnosis…………………………………………………….......………. 23
2.3.5 Penatalaksanaan………………………………………………………… 24
2.3.6 Prognosis Anak dengan Gizi Buruk…………………………………….. 24
2.4 Program Pembinaan Gizi Masyarakat……………………………………….. 25
2.4.1 Latar Belakang .…………………………………………………………. 25
2.4.2 Tujuan …………..………………………………………………………. 27
2.4.3 Sasaran dan Target Kegiatan …………………………………………….. 27
2.4.4 Kebijakan Teknis ………………………………………………………… 28
2.4.5 Strategi Operasional ……………………………………………………... 28
2.5 Posyandu …………………………………………………………………….. 29
2.5.1 Pengertian Posyandu …………………………………………………….. 29
2.5.2 Kegiatan Posyandu ………………………………………………………. 30
2.6 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dnegan Partisipasi Ibu Balita 31
Dalam Penimbangan Balita Ke Posyandu …………………………...………..
BAB III DATA UMUM DAN DATA KHUSUS ………………………….……… 38
3.1 Data Umum Puskesmas ……………………………………………...……….. 38
3.1.1 Data Wilayah Kelurahan Pegangsaan ……………………….……….. 40
3.1.2 Keadaan Penduduk ……………………………………………..……… 43
3.1.3 Data 10 Besar Penyakit Terbnayak Di Kelurahan Pegangsaan……… 44
3.2 Data Khusus Puskesmas ……………………………………………………… 44
3.2.1 Visi Puskesmas Keluarahan Pejaten Barat I …………………………….. 44
3.2.2 Misi Puskesmas ………………………………………………………….. 44
3.2.3 Motto Puskesmas ………………………………………………………… 44
3.2.4 Kebijakan Mutu Puskesmas Kelurahan Pegangsaan …………………. 44
3.2.5 Strategi Puskesmas Kelurahan Pegangsaan ………………………….. 44
3.2.6 Nilai norma Organisai Puskesmas Kelurahan Pegangsaan ….……….. 45
3.2.7 Budaya Kerja Organisasi ………………………………………..……….. 45
3.2.8 Manajemen Puskesmas ………………………………………………….. 45
3.2.9 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas …………………………………….. 46
3.2.10 Program Puskesmas Kelurahan Pegangsaan ……………….……….. 47
3.2.10.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas …………………………………. 48
3.2.10.2 Upaya Kesehatan Pengembangan …………………………………….. 48
3.3 Struktur organisasi Puskesmas ……………………………………………….. 49
3.3.1 Man/Data Ketenagakerjaan ………………………………………………. 49
3.3.2 Money/Anggaran ………………………………………………................. 49
3.3.3 Material Saran dan Prasarana …………………………………………….. 50
3.3.3.1 Deskripsi Kerja ………………………………………………………. 50
3.3.4 Method/Program yang dimiliki Kelurahan Pegangsaan ……………… 58
3.4 Program Pokok Puskesmas Kelurahan Pegangsaan ……………................ 61
3.4.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas …………………………………….. 61
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia merupakan proses perubahan menjadi tua dan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia yang dimulai
pada usia 60 tahun. Lanjut usia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan

proses secara berangsur-angsur yang mengakibatkan perubahan kumulatif


sehingga terjadi penurunan fungsi daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
Setiap manusia secara perlahan akan mengalami proses kemundurun
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini akan mempengaruhi kemandirian
dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.
Saat ini kita mulai memasuki periode aging population, dimana
terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan
jumlah lansia. Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia
dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%)
pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun
2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Indonesia saat ini sudah menuju
kepada kondisi populasi menua dengan persentase Lansia sebesar 9,7%
sedangkan negara-negara maju sudah melebihi 10% bahkan Jepang sudah
melebihi 30%.
Semakin meningkatnya populasi lansia di Indonesia saat ini, juga
meningkatkan timbulnya permasalahan kesehatan seperti triple burden
yaitu masih tingginya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak
menular seperti hipertensi, osteo artritis, masalah gigi dan mulut, penyakit
paru obstruksi kronis (PPOK), Diabetes mellitus (DM) pada populasi
lansia dan muncul kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah
teratasi. Untuk itu pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lanjut
usia guna untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi lansia dan sebagai
wujud nyatanya pelayanan sosial pada kesehatan lanjut usia melalui
posyandu lansia (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Secara biologis, penduduk lansia adalah penduduk yang telah
mengalami proses penuaan dan menurunnya daya tahan fisik sehingga
rentan terhadap penyakit. Penurunan fungsi tersebut menjadi penyebab
munculnya berbagai persoalan pada lansia dan orang lain yang hidup di
sekitarnya. Proses menua juga mempengaruhi keadaan psikologis
seseorang seperti perubahan emosi menjadi mudah tersinggung, depresi,
rasa cemas yang dialami seseorang dalam merespon perubahan fisik yang
terjadi pada dirinya. Jumlah orang dengan demensia cenderung meningkat
seiring dengan meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Kondisi
tersebut akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan
orang lain, atau Perawatan Jangka Panjang / Long term care.
Pada usia lansia akan timbul berbagai permasalahan baik yang
bersifat umum maupun yang khusus. Penyebab timbulnya permasalahan
pada lanjut usia adalah harapan hidup bertambah panjang, morbiditas
meningkat, lanjut usia mengalami beban ganda (mengidap penyakit infeksi
dan kronis), bertambahnya kerusakan yang terjadi, faktor-faktor lain
diantaranya adalah psikososial, lingkungan, sosio ekonomi, stress,
penilaian terhadap diri sendiri, dan akses kepada fasilitas kesehatan. Dari
hal tersebut akan mengakibatkan gangguan sistem. timbulnya penyakit dan
manifestasi klinik, menurunnya ADL (Activities of Daily Living) /
aktivitas keseharian.
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat
juga menimbulkan berbagai permasalahan,sehingga lanjut usia perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari semua sector untuk upaya
peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Adapun untuk mengatasi masalah
kesehatan lansia tersebut, perlu upaya pembinaan kelompok lanjut usia
melalui puskesmas yang mencakup kegiatan promotif, preventif dan
rehabilitatif. Untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan Lansia di fasilitas kesehatan telah diterbitkan beberapa
Permenkes yang mengatur pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
primer maupun rujukan. Selain itu juga Permenkes no. 25 tahun 2016
tentang RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANSIA 2016-
2019 dengan 6 strateginya: 1) Memperkuat dasar hukum pelaksanaan
pelayanan kesehatan lanjut usia, 2) Meningkatkan jumlah dan kualitas
fasilitas kesehatan, 3) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan
jejaring pelaksanaan pelayanaan kesehatan lanjut usia, 4) Meningkatkan
ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia, 5)
Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan
lanjut usia, 6) Meningkatkan peran serta Lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke
posyandu lansia, antara lain pengetahuan, jarak rumah dengan lokasi
posyandu, dukungan keluarga, sarana dan prasarana penunjang
pelaksanaan posyandu, sikap dan perilaku lansia, penghasilan ekonomi,
dukungan petugas kesehatan.
Rendahnya kunjungan lansia ke posyandu menyebabkan lansia
kurang dapat memantau status kesehatannya karena lansia cenderung
mengalami gejala penyakit degeneratif karena faktor fisik yang lemah.
Padahal hal ini dapat dipantau atau dicegah apabila lansia rajin datang ke
posyandu lansia. Kesehatan lansia yang karena kondisi fisik dan
mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan aktif dalam
beraktivitas, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus terutama dari
keluarga, kader maupun masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan hasil dari pencapaian program kesehatan lansia yang
berada di Puskesmas Kelurahan pegangsaan didapatkan presentase sebesar
12,40% pada bulan juli tahun 2021 dimana terdapat presentase yang jauh
dari target yang diinginkan. Maka dari itu, penulis bermaksud melakukan
evaluasi program kesehatan lansia di puskesmas keluirahan pegangsaan
untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang ingin digali dari evaluasi program ini adalah
alternatif untuk pemecahan masalah seperti apa yang dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program meningkatkan pencapaian
kesehatan lansia yang saat ini hanya 12,40% dapat mencapai target
58,31%.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk
meningkatkan pencapaian program kesehatan lansia di Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mengetahui hasil pencapaian program Kesehatan Lansia di
Puskesmas Kelurahan Pegangsaan.
- Menentukan alternatif pemecahan masalah dan solusi dari
program kesehatan lansia di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan.
- Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan angka pencapaian
program kesehatan lansia di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
masih rendah.
- Membuat usulan rencana kegiatan untuk pemecahan masalah
pada program kesehatan lansia di Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis dan dr. Internship lain
a. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah
yang ditemukan didalam program puskesmas.

2. Bagi Puskesmas
a. Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum
maksimal.
b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari
upaya puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.
3. Bagi Masyarakat
Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan
kunjungan masyarakat lansia ke Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kelurahan
Pegangsaan, terutama dalam hal Kesehatan Lansia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia)


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur.
Kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yakni ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Jika
ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai
beban dari pada sebagai sumberdaya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada
yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia)
dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas
minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih
menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis
biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan
lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan
waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu
perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia
dengan lansia lainnya.
2.2 Proses Menua
Menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Proses menua merupakan
proses alamiah yang berlansung sepanjang hidup, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Teori
biologis menjelaskan mengenai proses fisik penuaan yang meliputi
perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia dan
kematian.
Perubahan yang terjadi di dalam tubuh berfungsi secara adekuat untuk
dan melawan penyakit dilakukan mulai dari tingkat molekuler dan seluler
dalam sistem organ utama. Teori genetika menjelaskan bahwa penuaan
merupakan suatu proses yang alami yang diwariskan secara turun-temurun
(genetik) dan tanpa disadari mengubah sel dan struktur jaringan. Teori
genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi
somatik, dan teori glikogen.
Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh yang
dapat mempengaruhi susunan molekul. Teori Lipofusin dan Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal
bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas
tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan
kematian sel. Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel
akibat radikal bebas semakin mengambil peranan, sehingga mengganggu
metabolisme sel juga.
2.3 Batasan Usia Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (Middle Age) adalah orang yang berusia 45-59 tahun.
2. Usia Lanjut (Elderly) adalah orang yang berusia 60-74 tahun.
3. Usia Lanjut Tua (Old) adalah orang yang berusia 75-90 tahun.
4. Usia Sangat Tua (Very Old) adalah orang yang berusia > 90 tahun.
Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad, Guru besar Universitas
Gajah Mada membagi periodisasi biologis perkembangan manusia antara
lain: 0-1 tahun adalah masa bayi, 1-6 tahun adalah masa prasekolah, 6-10
tahun adalah masa sekolah, 10-20 tahun adalah masa pubertas, 40-65 tahun
adalah setengah umur atau pranesium, 65 tahun ke atas adalah masa lanjut
usia atau senium.
Menurut Depkes RI, lansia dibagi atas :
1. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebi
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, lansia adalah
seseorang yang usianya 60 tahun keatas dan mengalami perubahan biologis,
fisik, dan sosial. Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) dalam Fatmah
(2010) batasan lansia antara lain.
1. Virilitas (prasenium), yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
2. Virilitas (prasenium), yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
3. Usia lanjut dini (senescen), yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
4. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif,
yaitu usia di atas 65 tahun.
2.4 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah :
1. Perubahan fisik
a. Sel Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan
berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di
otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel
otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi
atrofi, beratnya berkurang 5 – 10%
b. System persarafan. Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang
berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya), cepatnya
menurun hubungan persyarafan, lambat dalam responden waktu
untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya syaraf
panca indra (berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin),
kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) Hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi suara atau nada–nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata–kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun, membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otot
seklerosis, terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin, pendengaran bertambah menurun pada lanjut
usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.
d. System penglihatan. Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar kornea lebih terbentuk sferis (bola), lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak menyebabkan
gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar,
daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah
melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang pandang (berkurang luas pandang).
e. System kardiovaskuler Elastisitas dinding aorta menurun, katup
jatung menebal dan menjadi kaku kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebkan merunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk keberdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak ± 170 mmHg, diastolis
normal ± 90 mmHg).
f. System pengaturan temperatur tubuh. Pada pengaturan suhu
hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui
temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini
akibat metabolism yang menurun, keterbatasan refleks menggigil
dan tidak memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
g. System respirasi. Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku menurunya aktifitas dari sillia, paru–paru kehilangan
elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas
menurun kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
h. System gastrointestinal. Kehilangan gigi penyebab utama adanya
periodontal diase yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera
pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indra pengecap (±80%)
i. System reproduksi Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara,
pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur–angsur, dorongan
seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik) yaitu kehidupan seksual dapat diupayakan sampai
masa lanjut usia, hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu cemas karena
merupakan perubahan alami, selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
menjadi alkali dan terjadi perubahan–perubahan warna.
j. Sisem gastourinaria Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus akibatnya
berkurangnya kemampuan mengkonsentrasikan urin.
k. System endokrin. Produksi dari hampir semua hormon menurun,
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan
hormone ada tetapi tidak rendah dan hanya ada didalam pembuluh
darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH,
menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolicrate),
dan menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi
aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya
progesteron, estrogen, dan testeron.
2. Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan
fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), dan lingkungan. Kenangan (memory) terdiri dari
kenangan jangka panjang (berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan),dan kenangan jangka pendek atau
seketika (0-10 menit, kenangan buruk).
3. Perubahan psikologi
Lanjut Usia akan mengalami perubahan psikososial seperti :
a. Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktiitasnya, identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami
pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan yaitu finansial (income
berkurang), status, teman/kenalan atau relasi, dan pekerjaan atau
kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness ofmortality)
4. Perubahan Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
derivation) meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan.
2.5 Penyakit yang Sering Dialami Lansia.
Permasalahan yang sering terjadi pada lansia adalah :
1. Mulai sulit tidur pada malam hari
Para lansia memang mengalami perubahan-perubahan dalam hal
pola tidur mereka. Sebagian membutuhkan lebih banyak tidur daripada
biasanya, sebagian mengalami insomnia dan sebagian lainnya merasakan
bahwa tidur tidak lagi membuat tubuhnya segar. Paling umum dialami
lansia adalah insomsia. Kondisi insomnia yang berkepanjangan akan
meningkatkan produksi hormon-hormon stres yang lama-kelamaan akan
merusak keseimbangan hormon tubuh secara keseluruhan. Akibatnya
adalah menurunkan imun tubuh.
Tidur membuat otak beristirahat, jantung berdetak lebih lambat,
tekanan darah menurun, dan pembuluh darah melebar. Namun tidur
tidak membuat pencernaan lantas menghentikan tugasnya, pencernaan
tetap bekerja optimum selama kita tidur. Kebutuhan tidur tidak sama
pada setiap orang. Namun kekurangan tidur dapat mengurangi
konsentrasi dan jika terjadi dalam jangka panjang dapat menurunkan
daya tahan tubuh. Akibatnya tubuh mudah mendapatkan infeksi. Kurang
tidur juga menurunkan kadar kortisol darah sehingga kita mudah stres.
2. Keropos tulang
Delapan puluh persen penderita osteoporosis adalah wanita. Hal ini
disebabkan menghilangnya estrogen pada masa menopause. Meski
dampak osteoporosis dapat dirasakan, namun gejalanya nyaris tidak ada.
Salah satu dampak osteoporosis mudah patah tulang, dan itu tentu
berbahaya jika patah tulang terjadi dipinggul, misalnya menjadi sulit
bergerak, aktivitas sehari-hari menjadi terganggu bahkan bisa
menyebabkan lumpuh.
Boleh dikatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor resiko
keropos tulang. Biasanya mulai terjadi pada wanita usia 50-an. Tetapi
sesunggunya pengeroposan tulang tergantung pada saat seseorang
berusia 30-an.
Pengeroposan tulang berkaitan dengan menurunnya kadar kalsium
dalam darah. Padahal kadar kalsium dalam darah yang tetap, sangat
penting untuk kesehatan jantung, peredaran darah dan pengumpulan
darah. Namun 99% kalsium tubuh ada dalam tulang dan gigi. Karena itu,
ketika kadar kalsium darah menurun, maka kalenjar paratroid aktif dan
merangsang pelepasan kalsium dari tulang untuk meningkatkan kadar
kalsium darah.
3. Kesehatan Jantung
Dapat diketahui bahwa jantung berdetak ratusan ribu kali dalam
sehari dan 36 juta kali pertahun. Segala sesuatu yang menyebabkan
sumbatan dalam aliran darah akan membuat jantung dan pembuluh
darahnya bekerja keras untuk tetap menjaga kelancaran fungsinya.
Sementara itu faktor fisik dan emosi sangat berkaitan dengan kesehatan
jantung. Dibandingkan kaum pria, umumnya wanita muda mempunyai
resiko penyakit jantung lebih rendah. Namun begitu mereka memasuki
masa menopause dan lansia, serta kehilangan hormon-hormon
kewanitaan maka tidak ada lagi hormon yang melindungi jantungnya da
resiko penyakit jantung pada wanita setengah baya pun melijit naik.
Faktor lain yang paling beresiko terhadap penyakit jantung adalah
rokok. Karena itu hindari rokok dan selalu mengendalikan nafsu makan
agar tidak terjadi kelebihan berat badan. Karena diperkirakan sekitar
90% penyakit jantung bisa dicegah dengan perubahan gaya hidup yang
sehat.
2.6 Program Kesehatan lansia Puskesmas
Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa

undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan


kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan dan
peraturan dimaksud adalah: 1) UU No. 10 tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan, 2) UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tantang
kesehatan usia lanjut, 3) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pasal 14, 4) UU No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah, 5) UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah, 6) peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000
tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah
otonomi.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun
lanjut usia adalah Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan kepada
pra lanjut usia dan lanjut usia meliputi aspek promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di
Pusat Kesehatan Masyarakat.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia atau Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) adalah suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia, yang proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakatbersama
lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-
pemerintah, swasta, organisasisosial dan lain-lain, dengan meni
tikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Di
samping pelayanan kesehatan, Posyandu Lanjut Usia juga memberikan
pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olah
raga, seni budaya, dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan
dan kesejahteraan. Selain itu Posyandu Lansia membantu memacu lansia
agar dapat berak fitas dan mengembangkan potensi diri.
2.7 Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan umum dari Posyandu lanjut usia adalah meningkatkan
kesejahteraan lansia melalui kegiatan posyandu lanjut usia yang mandiri
dalam masyarakat. Menurut tujuan posyandu lansia meliputi:
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.
c. Membina kesehatan dirinya sendiri.
d. Meningkatkan kesadaran pada lansia.
e. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia
lanjut dimasyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna bagi keluarga.
Tujuan umum adalah meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia untuk
mencapai lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya
keluarga dan masyarakat. Tujuan khususnya, meliputi: a) meningkatnya
cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lanjut usia, b)
meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut
usia, c) meningkatnya koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
profesi/organisasi profesi, organisasi masyarakat, dunia usaha, media
massa dan pihak terkait lainnya, d) meningkatnya peran serta dan
pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lanjut usia dalam upaya
peningkatan kesehatan lanjut usia dan e) meningkatnya peran serta lanjut
usia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat.
2.8 Sasaran Program Kesehatan Lansia
Sasaran langsung adalah pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-
69 tahun), dan lanjut usia risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun atau usia >=
60 tahun dengan masalah kesehatan). Sedangkan sasaran tidak langsung
adalah keluarga, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, kelompok khusus, dan swasta, lintas program, dan lintas
sector.
2.9 Manfaat Program Kesehatan Lansia
Manfaat program kesehatan lansia antara lain:
a. Meningkatkan status kesehatan lansia
b. Meningkatkan kemandirian pada lansia
c. Memperlambat aging proses
d. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia
e. Meningkatkan harapan hidup
Alasan pentingnya posyandu lansia karena kerentanannya terhadap
gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada organ reproduksi, seperti
osteoporosis dan kanker leher rahim (pada lansia perempuan) dan
gangguan kelenjar prostat dan gangguan seksual serta impotensi (pada
lansia laki-laki merupakan masalah tersendiri dan berdampak pada kualitas
hidup lansia).
2.10 Upaya Kesehatan Lansia
Capaian kinerja dalam memberikan skrining kesehatan pada warga
negara usia 60 tahun keatas dinilai dari persentase pengunjung berusia 60
tahun keatas yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar.
Skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun keatas sesuai standar yaitu:

a. Dilakukan oleh tenaga medis dan kader kesehatan sesuai


kewenangannya
b. Pelayanan skrining diberikan oleh kelompok lansia, fasilitas
pelayanan kesehatan, Puskesmas dan jaringannya
c. Pelayanan kesehatan di lakukan minimal sekali setahun
d. Lingkup skrining sebagai berikut : deteksi Hipertensi dengan
mengukur tekanan darah, deteksi Diabetes Melitus dengan
pemeriksaan kadar gula darah, deteksi kadar kolesterol, deteksi
gangguan mental emosional dan perilaku dengan Mini Cog atau
MMSE (Mini Mental Status Examination), AMT (Abreviated Mental
Test) dan GDS (Geriatric Depresion Scale).
2.11 Kegiatan Posyandu Lansia
Kegiatan posyandu lansia meliputi kegiatan pelayanan kesehatan dan
kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
atau ancaman masalah kesehatan yang dialami lansia.
Kegiatan di posyandu lansia secara umum mencakup kegiatan
pelayanan yang berbentuk :
a. Kegiatan promotif. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan gairah hidup
para lansia agar merasa tetap dihargai dan tetap berguna.
b. Kegiatan preventif. Merupakan upaya yang dilakukan untuk
mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi yang
diakibatkanoleh proses degeneratif. Kegiatan yang dilakukan berupa
deteksi dini kesehatan lansia baik dikelompok lansia maupun
dikelompok Puskesmas.
c. Kegiatan kuratif. Kegiatan kuratif adalah upaya yang dilakukan
dalam pengobatan dan perawatan bagi lansia yang sakit.
d. Kegiatan rehabilitatif. Kegiatan rehabilitatif adalah upaya yang
dilakukan atau bersifat medis, psikososial, edukatif dan pengembangan
keterampilanatau hobi untuk mengembalikan semaksimal mungkin
kemampuan fungsional dan kepercayaan diri pada lansia. Kegiatan-
kegiatan dalam posyandu lansia dicatat dan dipantau melalui Kartu
Menuju Sehat (KMS) bagi lansia diantaranya adalah: Kegiatan-
kegiatan di posyandu lansia antara lain: Penyuluhan kesehatan
(perilaku hidup sehat, gizi lansia, proses degeneratif), pemeriksaan
kesehatan berkala, pelayanan dan pemeliharaan kesehatan lansia,
rujukan, olahraga dan kesehatan, pembinaan rohani atau kesehatan
mental spiritual, pemberian makanan tambahan dan rekreasi.
e. Kegiatan Rujukan. Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu
sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara vertikal dari tingkat
pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit secara
horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang
lebih lengkap.
Beberapa kegiatan pada posyandu lansia menurut Departemen
Kesehatan RI adalah:
1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living)
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/ minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/
kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit
(bisa dilihat di KMS Lanjut usia).
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh
(IMT).
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau
Cuprisulfat.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga.
9. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (Public Health Nursing).
10. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat.
11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh
menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut.
12. Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai, dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. Kecuali kegiatan
pelayanan kesehatan seperti uraian diatas, kelompok dapat melakukan
kegiatan nonkesehatan dibawah bimbingan sektor lain, contohnya
kegiatan kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum
diskusi, penyaluran hobi dan lain-lain.

2.12 Penyelenggaraan Posyandu Lansia


Penyelenggaraan posyandu lansia pada hakikatnya dilaksanakan
dalam 1 (satu) bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di
luar hari buka posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari
dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila
diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
Tempat penyelengaran kegiatan posyandu lansia sebaiknya berada
pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat
penyelengaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah,
balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah
satu ruangan perkantoran atau tempat khusus yang dibangun secara
swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan nama “Wisma
Posyandu” atau sebutan lainnya.
2.13 Anjuran Untuk Hidup Sehat
Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut terdiri dari:
1. Perkuat Ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa
2. Periksakan kesehatan secara berkala
3. Makanan/minuman yang dianjurkan
a. Kurangi gula
b. Kurangi lemak
c. Kurangi garam
d. Perbanyak buah dan sayur
e. Perbanyak susu tapa lemak dan ikan
f. Hindari alkohol
g. Berhenti merokok
h. Perbanyak minum air putih (6-8 gelas perhari atau sesuai anjuran
petugas kesehatan)
4. Kegiatan fisik dan psikososial
a. Pertahankan berat badan normal
b. Lakukan kegiatan fisik sesuai dengan kemampuan
c. Lakukan latihan kesegaran jasmani sesuai kemampuan (jalan kaki,
senam, berenang, bersepeda)
d. Tingkatkan silaturahmi
e. Sempatkan rekreasi
f. Guakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan
g. Pertahankan hubungan harmonis dalam keluarga
5. Keluhan yang perlu diperhatikan
a. Cepat lelah
b. Nyeri dada
c. Sesak nafas
d. Sulit tidur
e. Batuk
f. Gangguan pengelihatan
g. Gangguan pendengaran
h. Gangguan mulut
i. Nafsu makan meningkan dan menurun
j. Nyeri pinggang
k. Nyeri sendi
l. Gangguan gerak
m. Kaki bengkak
n. Kesemutan
o. Sering haus
p. Gangguan buang air kecil dan buang air besar
q. Benjolan tidak normal (daging tumbuh)
2.14 Penilaian Keberhasilan Program Kesehatan Lansia
Penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan
kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan,
pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat
dilihat dari :
a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya
jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya
b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
c. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia
2.15 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia
Beberapa faktor yang dihadapi lansia dalam pemanfaatan posyandu
lansia antara lain
1. Jarak Posyandu Lansia
Menurut Nurhayati jarak posyandu yang dekat akan membuat
lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan
fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh.
Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu berhubungan dengan
faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman
atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang serius maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu.
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik
tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia.
Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi
posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih
serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini
merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk
menghadiri posyandu lansia.
2. Pengetahuan Lansia tentang Posyandu Lansia
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku manusia.
Pengetahuan yang rendah tentang manfaat posyandu lansia dapat
menjadi kendala bagi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Pengetahuan yang salah tentang tujuan dan manfaat posyandu
dapat menimbulkan salah persepsi yang akhirnya kunjungan ke
posyandu rendah.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan
menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan
tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau
masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman
ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka
untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu
tingkat pendidikan, informasi yang diperoleh, pengalaman dan sosial
ekonomi. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya.
Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan
penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala
keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat
mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti
kegiatan posyandu lansia.
3. Sikap Lansia
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan
dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk
selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia.
Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu
cerminkesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek.
Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan
cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu respons.
4. Motivasi Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan merupakan faktor terpenting dalam
mempengaruhi perubahan perilaku. Dengan adanya promosi kesehatan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan maka masyarakat lebih
terdorong dan tertarik sehingga cenderung dalam merubah tingkah
lakunya. Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dapat dilakukan
dengan cara health promtion (promosi kesehatan). Promosi kesehatan
sendiri dapat dilakukan dengan cara pelatihan pelatihan pada
masyarakat, mentransformasikan pengetahuan pengetahuan dan
memberikan dukungan pada masyarakat.
Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak
dapat lagi seluruhnya ditangani oleh para dokter saja. Apalagi kegiatan
itu mencakup kelompok masyarakat luas. Para dokter memerlukan
bantuan tenaga para medis, sanitasi gizi, ahli ilmu sosial dan juga
anggota masyarakat (tokoh masyarakat, kader) untuk melaksanakan
program kesehatan, tugas tim kesehatan ini dapat dibedakan menurut
tahap/jenis program kesehatan yang dijalankan, yaitu promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi. Peran
puskesmas atau petugas kesehatan dalam kegiatan posyandu adalah
sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat dalam
kegiatan posyandu.
5. Motivasi Keluarga
Motivasi keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri
untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan
lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi
segala permasalahan bersama lansia. Efek dari dukungan
keluarga yang adekuat terhadap kesehatan dan kesejahteraan terbukti
dapat menurunkan mortalitas, mempercepat penyembuhan dari sakit,
meningkatkan kesehatan kognitif, fisik dan emosi, disamping itu
pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah pada penyesuaian
terhadap kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan
stresss.
2.16 Landasan Teori
Konsep pemanfaatan pelayanan posyandu lansia sebagai sarana
pelayanan kesehatan mengacu teori Green dalam Notoatmodjo bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi pencarian pelayanan kesehatan dapat
digolongkan ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Faktor predisposisi yang menggambarkan karakteristik pasien yang
mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
terdiri dari demografi, struktur sosial, kepercayaan,
2. Faktor pemungkin (enabling factor) yang terdiri dari kualitas
pelayanan kesehatan, jarak pelayanan, status sosial ekonomi dan
3. Kebutuhan pelayanan (need) yaitu keadaan status kesehatan seseorang
menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang
megambil keputusan untuk mencari pertolongan kesehatan dan
keputusan untuk memanfaatkan pelayann kesehatan merupakan
kombinasi dari kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang dirasakan,
karena untuk konsumsi pelayanan kesehatan.
Green mengemukakan suatu model perilaku seseorang terhadap
prilaku kesehatan sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa
tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan
pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
adanya ciri-ciri individual. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu
ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-
harinya dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan
segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka.
Sikap (attitude), adalah evaluasi positif-negatif-ambivalen individu
terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap merupakan
perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif
menetap. Penilaian pribadi atau sikap lansia yang baik terhadap kader
posyandu merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu.
2. Faktor Pemungkin (enabling factor)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai
predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak mampu
bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu
menggunakannya. Jarak dengan fasilitas kesehatan juga berkontribusi
terhadap terciptanya suatu perilaku kesehatan pada masyarakat.
Pengetahuan dan sikap yang baik belum menjamin terjadinya perilaku,
maka masih diperlukan faktor lain yaitu jauh dekatnya dengan fasilitas
kesehatan.
3. Faktor Pendukung (reinforcing factor)
Menurut Notoatmodjo perilaku kesehatan seeorang atau
masyarakat ditentukan juga dari ada tidaknya informasi kesehatan.
Masyarakat tidak hanya memerlukan pengetahuan, sikap positif dan
dukungan fasilitas saja dalam berperilaku sehat, melainkan diperlukan
juga perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama,
para petugas, terutama petugas kesehatan. Dengan adanya mereka
yang memberi informasi kepada masyarakat tentang cara-cara
mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan dan sebagainya
akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
Salah satu faktor pendorong (reinforcing factor) adalah
keterpaparan masyarakat akan informasi yang berkaitan dengan
pemanfaatan posyandu lansia melalui penyuluhan/penyebarluasan
informasi atau pesan-pesan kesehatan.
Pelaksanaan penyuluhan tentang pemanfaatan posyandu lansia
sangat penting karena memengaruhi terjadinya perubahan perilaku
masyarakat karena melalui penyuluhan/penyebarluasan informasi
dapat meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap masyarakat
tentang pemanfaatan posyandu lansia.
BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS

3.1 DATA UMUM PUSKESMAS

Puskesmas Kelurahan Pegangsaan merupakan salah satu unit pelaksana


teknis dari Puskesmas Kecamatan Menteng yang bertugas menyelenggarakan
upaya kesehatan perseorangan maupun upaya kesehatan masyarakat meliputi
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif di wilayah kerjanya.
A. Gambaran Umum
Puskesmas
1. Data Geografis dan Topografis
a. Letak Wilayah
Kelurahan Pegangsaan adalah sebuah kelurahan yang terletak
di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat dan merupakan Pusat
Pemerintahan dari Kota Administrasi Jakarta Pusat.
b. Batas Wilayah
- Sebelah Utara : Kelurahan Kenari dan Kelurahan Cikini.
- Sebelah Selatan : Kelurahan Manggarai.
- Sebelah Barat : Kelurahan Menteng.
- Sebelah Timur : Kelurahan Kebon Manggis
c. Luas Wilayah
Kelurahan Pegangsaan mempunyai luas wilayah 98.25 Ha,
terbagi atas 8 Rw dan 104 Rt.

Kelurahan Luas Wilayah (Ha) Jumlah RW Jumlah RT

PEGANGSAAN 98,25 Ha 8 104

Jumlah 98,25 Ha 8 104

2. Demografi
a. Keadaan Demografi
Jumlah Penduduk kelurahan Pegangsaan sampai dengan bulan
Desember 2020 adalah 29.211 orang.

Tabel . Data
kependudukan
Berdasarkan Jenis
umur

KELOMPOK
JUMLAH PENDUDUK
NO UMUR
LAKI-
(TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN
LAKI+PEREMPUAN
1 2 3 4 5
1 0-4 1,333 1,365 2,698
2 5-9 1,321 1,165 2,486
3 10 - 14 1,118 1,209 2,327
4 10 - 14 1,173 1,126 2,299
5 15 - 19 1,122 1,034 2,156
6 25 - 29 1,131 1,201 2,332
7 30 - 34 1,093 858 1,951
8 35 - 39 1,332 989 2,321
9 40 - 44 1,302 1,120 2,422
10 45 - 49 1,200 1,061 2,261
11 50 - 54 929 846 1,775
12 55 - 59 681 622 1,303
13 60 - 64 401 300 701
14 65 - 69 267 217 484
15 70 - 74 166 242 408
16 75+ 159 1,128 1,287

JUMLAH 14,728 14,483 29,211


Sumber data: Kantor Kelurahan Pegangsaan

b. Data Pengunjung
Data Penyakit Terbanyak Tahun 2020 wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan

Tabel Kunjungan Puskesmas Kelurahan Pegangsaan Tahun 2020


Tabel Kunjungan Berdasarkan Cara Bayar Tahun 2020

Jumlah Kunjungan
No. Bulan
BPJS Bayar Gratis
1 Januari 1664 232 25
2 Februari 1527 237 15
3 Maret 1424 253 28
4 April 702 104 10
5 Mei 427 75 15
6 Juni 548 71 21
7 Juli 592 90 19
8 Agustus 602 87 9
9 September 541 58 4
10 Oktober 503 97 14
11 November 554 128 13
12 Desember 475 121 26
Total 9559 1553 199
Tabel Penyakit Terbanyak Tahun 2020

No Jenis Penyakit Kode ICD-X Jumlah Penyakit

1 Hipertensi I10 2828

2 ISPA J06.9 2166

3 Dispepsia K30 1521

4 Myalgia M79.1 1082

5 DM type II E11 790

6 Dermatitis L30 464

7 Gonarthrosis [arthrosis of knee] M17 321

8 Diare A09 302

9 Nasofaringitis akut J00 289


10 Necrosis of pulp K04.1 200

Hipertensi adalah jumlah penyakit terbanyak yang ditangani di


puskesmas yaitu 2828 kasus, biasanya hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah jika tekanan di atas
180/120. Tekanan darah tinggi sering kali tidak menunjukkan gejala. Seiring
waktu, jika tidak diobati, dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti
penyakit jantung dan stroke. Pola makan sehat dengan sedikit garam,
olahraga rutin, dan konsumsi obat dapat membantu menurunkan tekanan
darah.

Grafik Penyakit Terbanyak Tahun 2020


REKAP 10 BESAR PENYAKIT
PUSKESMAS KELURAHAN PEGANGSAAN
3000
2828

2500 Essential (primary)


hypertension
2166 Infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA), tidak spesifik
2000 Dispepsia
Myalgia
DM type II
1521 Dermatitis
1500 Gonarthrosis [arthrosis of
knee]
Diare
1082 Nasofaringitis akut
1000 Necrosis of pulp
790

500 464
321 302 289
200

0
Jumlah Penyakit

3. Sarana Dan Prasarana


Puskesmas Kelurahan Pegangsaan terletak di jalan tambak No.28,
termasuk dalam wilayah Rt.001 / Rw 006 Kelurahan Pegangsaan.
Bangunan Puskesmas adalah bangunan permanen yang dibangun pada
tanggal 28 Juni 2001 dan selesai 28 Maret 2002.Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan mempunyai luas tanah sebesar 800m². Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan memiliki beberapa Poli pelayanan yaitu terdiri dari :
1. Upaya Kesehatan Perorangan
a. Loket Pendaftaran
b. Ruangan Pemeriksaan Umum
c. Ruangan Pemeriksaan Gigi
d. Ruangan KIA / KB
e. Ruangan TB
f. Ruangan Pemeriksaaan MTBS
g. Ruangan Pemeriksaan imunisasi
h. Farmasi
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
a. Pelayanan Promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. Pelayanan gizi
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
3. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
a. Pelayanan Lansia
b. Pelayanan Kesehatan Jiwa
c. Pelayanan UKGM
d. Pelayanan Perkesmas

B. Data Khusus Puskesmas


1. Visi Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
Menjadi Pusat layanan kesehatan primer yang professional,
komprehensif, berstandar internasional dan menjadi pilihan utama bagi
seluruh lapisan masyarakat
2. Misi Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
a. Menyiapkan SDM
yang professional.
b. Menyediakan sarana
dan prasarana yang mendukung pelayanan.
c. Meningkatkan akses
layanan kesehatan untuk seluruh lapisan masyarakat.
d. Menyelenggarakan
UKP dan UKM secara bersamaan dan berkesinambungan
3. Tata Nilai Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
SEHAT
S : SENYUM
E : EMPATI
H : HANDAL
A : AMAN
T : TERTIB
4. Tata Nilai Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
A. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup penilaian kinerja Puskesmas
1) Pencapaian cakupan pelayanan kesehatan meliputi :

a. UKM esensial yang berupa pelayanan promosi


kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan keluarga, pelayanan gizi, serta pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit;
b. UKM pengembangan merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya bersifat inovatif dan/atau
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususan wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang
tersedia di Puskesmas;
c. UKP yang berupa rawat jalan, baik kunjungan sehat
maupun kunjungan sakit, pelayanan gawat darurat,
pelayanan persalinan normal, dan perawatan di rumah
(home care), dan/atau rawat inap berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan,
pelayanan kefarmasian serta pelayanan laboratorium

2) Pelaksanaan manajemen Puskesmas dalam penyelenggaraan


kegiatan, meliputi :
a. Proses penyusunan perencanaan, penggerakan
pelaksanaan dan pelaksanaan penilaian kinerja;
b. Manajemen sumber daya termasuk manajemen sarana,
prasarana, alat, obat, sumber daya manusia dan lain-lain;
c. Manajemen keuangan dan Barang Milik Negara/Daerah
d. Manajemen pemberdayaan masyarakat;
e. Manajemen data dan informasi;
f. Manajemen program, termasuk Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga; dan
g. Mutu Pelayanan Puskesmas, meliputi:

1) Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang


ditetapkan;
2) Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat
kepatuhannya terhadap standar pelayanan yang telah
ditetapkan;
3) Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya
kesehatan yang diselenggarakan, dimana masing-
masing program/ kegiatan mempunyai indikator mutu
sendiri yang disebut Standar Mutu Pelayanan (SMP);
4) Penilaian outcome pelayanan antara lain melalui
pengukuran tingkat kepuasan pengguna jasa pelayanan
Puskesmas dan pencapaian target indikator outcome
pelayanan.

B. Truktur Organisasi Puskesmas


1) Man/Data Ketenagakerjaan Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
Pelaksanaan suatu unit kerja tidak terlepas dari Sumber Daya
Manusia dalam hal ini adalah Pegawai yang bertugas di wilayah
Puskesmas Kelurahan Pegangsaan seluruhnya berjumlah 16 orang.
Adapun jumlah PNS ada 4 orang dan Non PNS berjumlah 12 orang.
Di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan yang bertugas di berbagai
bidang, terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga
Administrasi.
Tabel Keadaan Pegawai PNS & Non PNS Tahun 2020
NO JENIS TENAGA JUMLAH TENAGA JUMLAH

PNS NON PNS

1 Dokter Umum 2 - 2

2 Dokter Gigi 1 1 2

3 Perawat - 3 3

4 Perawat Gigi - 1 1

5 Bidan - 2 2

6 Apoteker - 1 1

7 Staff 1 - 1

8 Sanitarian - 1 1

9 Rekam Medis - 1 1

10 Analis Laboratorium - 1 1

11 Ahli Gizi - 1 1

Jumlah 4 12 16

BAB IV
PERENCANAAN
4.1 Metode Evaluasi

Metode yang digunakan adalah metode pemecahan masalah dengan


pendekatan sistem yang dilakukan pada bulan 21 Juli – 21 Oktober Tahun
2021 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaaan.
a. Jenis Data
Jenis data pada evaluasi program ini adalah menggunakan data
kualitatif, Data ini diperoleh dari hasil wawancara dan kunjungan
puskesmas serta hasil wawancara dengan pemegang program lansia di
Puskesmas Kelurahan Kelurahan Pegangsaan
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bersumber dari data primer dan data sekunder, yaitu:
a. Data primer diperoleh dari pencatatan bulanan dari program lansia,
wawancara kepada koordinator pemegang program lansia dari
Puskesmas Kelurahan Pegangsaan, wawancara langsung beberapa
pasien program lansia di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan yang
berkunjung ke poli umum di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan.
b. Data sekunder diperoleh dari data Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Puskesmas Kelurahan Pegangsaan serta laporan kegiatan
bagian program lansia Puskesmas Kelurahan Pegangsaa pada bulan
Januari – Juli 2021.

4.2 Lokasi dan Waktu


a. Waktu Pelaksanaan
Evaluasi Program akan dilaksanakan dari 21 Juli – 21 Oktober
Tahun 2021
b. Tempat Pelaksanaan

Evaluasi Program akan dilaksanakan di Wilayah Puskesmas


Kelurahan Pegangsaan.

4.3 Analisis Komunitas


Data yang sudah terkumpul dari Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
di analisis secara deskriptif dilakukan berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Masalah pada evaluasi program ini merupakan hasil
kegiatan dengan pencapaian yang kurang dari 100% berdasarkan SPM.
Dari beberapa masalah tersebut dilakukan upaya pemecahan dengan
menerapkan metode algoritma problem solving cycle, yaitu setelah
dilakukan identifikasi masalah maka selanjutnya ditentukan prioritas
masalah dengan menggunakan metode Hanlon . Dari beberapa masalah
tersebut, kemudian diambil salah satu indikator yang tidak tercapai dengan
prioritas utama yang akan dipecahkan.
Langkah selanjutnya dilakukan survey secara kualitatif dengan
pendekatan sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man,
money, method, material, machine, kemudian dilanjutkan dengan proses
yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2, P3) dan manajemen mutu yang
semua terangkum dalam Fish Bone Analysis, sehingga didapatkan output.
Input dan proses dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Data kemudian
diolah untuk mengidentifikasi dan mencari penyebab masalah, lalu
ditentukan alternatif pemecahan masalah. Metode kriteria matriks
(MIV/C) digunakan untuk membantu menentukan prioritas pemecahan
masalah. Setelah pemecahan masalah terpilih, dibuat rencana kegiatan
dalam bentuk POA (Plan Of Action).

4. 4 Analisis Masalah
a. Alur Pemecahan Masalah

1. Identifikasi Masalah

6. Penentuan rencana \ 2. Penentuan penyebab


penerapan masalah

5. Penetapan pemecahan 3. Memilih penyebab yang


masalah terpilih paling mungkin

4. Menentukan alternatif
pemecahan masalah

Gambar Alur Pemecahan Masalah

Pada evaluasi program ini ditemukan adanya masalah yang


terjadi pada beberapa indikator program kesehatan lansia di
Puskesmas Kelurahan Pegangsaan.
Dasar untuk memutuskan adanya masalah, yaitu:
1. Terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian dari program.
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah
tersebut. dikarenakan kurangnya pencapaian skrining kesehatan
lansia.
3. Pentingnya melakukan skrining pada lansia untuk menilai status
kesehatan lansia di puskesmas kelurahan pegangsaan sehingga
dapat melakukan tatalaksana pada beberapa masalah kesehatan
lansia yang pada akhirnya dapat mengurangi angka kesakitan
pada lansia di lingkup kelurahan pegangsaan.
4.5 Identifikasi Cakupan Program
Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan
sesuai target dengan keadaan aktual yang didapat di Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan. Masalah-masalah yang ditemukan pada program kesehatan
lansia Puskesmas Kelurahan Pegangsaan tercantum dalam table. yakni
dilihat dari cakupan indikator program yang belum mencapai target.
NO PROGRAM INDIKATOR STANDAR Bulan
Besar
TAHUN
masalah (%)
2021 TARGET CAPAIAN
Juli
arga lansia belum
mendapatkan pelayanan
100% 58.31% 12.40% 45,91%
1 sesuai standar di
(2442) (1423) (302) (1121)
Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan:
Tabel program lansia yang belum mencapai target di Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan periode Tahun 2021

4.6 Analisis Pemecahan Masalah


A. Analisis Penyebab Masalah
Timbulnya kesenjangan antara target dengan hasil yang dicapai
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk membantu menentukan
kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan diagram tulang
ikan (fish bone). Untuk menganalisa penyebab masalah manajemen
puskesmas, digunakan pola pendekatan sistem dan pendekatan mutu.
Pendekatan sistem meliputi input (Man, Method, Money, Machine,
Material), proses (P1 : Perencanaan, P2 : Penggerakkan dan
Pelaksanaan, P3 : Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian) dan
lingkungan.
Tabel kemungkinan penyebab masalah manajemen Puskesmas dengan
Pendekatan sistem

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN  Terdapat satu petugas program  Minimnya SDM untuk


pemantauan status kesehatan melakukan evaluasi
(Tenaga Kerja) lansia di wilayah puskesmas terhadap warga yang
kelurahan pegangsaan tergolong lansia untuk
melakukan skrining lansia.
 Terdapat kader Posyandu
untuk tiap RW.  Beban kerja dan pemegang
program pekerjaan yang
merangkap.

MONEY  Tidak dipungut pembiayaan  Kurangnya sumber dana


dari setiap kegiatan. karna terbagi rata kesemua
(Pembiayaan)  Pembiayaan kegiatan program puskesmas.
semuanya berasal dari
anggaran dana Puskesmas
kelurahan Pegangsaan.

METHOD  Setiap lansia yang datang  Kurang optimalnya skrining


berobat ke poli puskesmas kesehatan lansia karna
(Metode) dan poli vaksin langsung pembatasan aktivitas dan
sekaligus dilakukan skrining pengurangan waktu kontak
mengenai kesehatan. terpapar dengan pasien.

 Memberikan pengetahuan dan


edukasi tentang pentingnya
memperhatikan Kesehatan
pada lansia.

MATERIAL  Terdapat buku kontrol  Tidak semua lansia rajin


kesehatan yang diberikan melakukan pemeriksaan
(Perlengkapan) kepada setiap lansia untuk berkala tentang kesehatan
pencacatan pemantauan mereka.
berkala kesehatan para lansia.
 Kurangnya penyediaan
 Penyediaan alat disediakan alat skrining
sesuai anggaran tiap-tiap
masing puskesmas.
MACHINE  Terdapat alat untuk
pemeriksaan IMT pasien
(Peralatan) yang terdiri dati timbangan
dan alat ukur tinggi badan.

 Terdapat alat untuk


mendeteksi penyakit HT dan
DM serta Kolesterol untuk
mendeteksi sejak dini
penyakit sebagai upaya
pencegahan dan pengobatan
sejak dini.

 Alat untuk mengecek ADL


pasien lansia.

Tabel Kemungkinan penyebab masalah menurut proses dan lingkungan

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

PLANNING  Kegiatan dilakukan  Tidak semua lansia di kelurahan


(Perencanaan) bersamaan saat pasien pegangsaan turut berpartisipasi
datang ke poli karna lansia yang diskrining hanya
umum/vaksin dan sebatas yang datang ke poli umum
tercatat sebagai dan poli vaksin pada waktu itu.
pasien lansia.
 Kegiatan skring  Tidak adanya kegiatan di luar
dilakukan secara gedung puskesmas yang dilakukan
menyeluruh karna untuk meningkatkan pencapaian
pelaksaan dilakukan skrining.
sampai diberikannya
terapi dan
penjadwalan berkala
pada pasien yang
memiliki komorbid.
ORGANIZING  Terdapat kordinasi  Kurangnya keterlibatan dukungan
dan pemantauan keluarga, orang terdekat, kader
(Pengorganisasian) lansung pelaksanaan kelurarahan dan tokoh masyarakat
kegiatan dari kepala dalam menangani permasalahan
puskesmas dan kesehatan lansia.
pemegang program.
ACTUATING  Pasien umur >60  Kurangnya penyuluhan dan
tahun yang datang konseling mengenai kesehatan
(Pelaksanaan) berobat otomatis lansia di luar gedung Puskesmas
terdaftar sebagai untuk membuka kesadaran
pasien program masyarakat tetang pentingnya
kesehatan lansia. kesehatan lansia akibat adanya
pandemic COVID-19
 Pasien umur >60
tahun yang dating  Kurangnya aktivitas diluar rumah
melakukan vaksinasi akibat pembatasan tatap muka
otomatis terdaftar yang dilakukan untuk pencegahan
sebagai anggota COVID-19 sehingga kegiatan
pasien program beberapa kader puskesmas tidak
kesehatan lansia. terlaksana selama pandemic
COVID-19
 Terdapat pelayanan,
deteksi penyakit serta  Masih tingginya tingkat ketakutan
pengobatan di warga sekitar untuk mendatangi
puskesmas. fasilitas kesehatan dikarenakan isu
penularan COVID-19.
CONTROLLING  Pengawasan dan  Tidak ada monitoring dan
evaluasi terhadap follow up berlanjut secara
kinerja sudah holistik kepada pasien-pasien
diterapkan dengan lansia.
baik.

 Pencatatan dan
pelaporan
dilaksanakan rutin

 Dilakukan evaluasi
setiap bulan.

 Terdapat aturan
pencatatan yang baku

Lingkungan Terdapat Posyandu di  Banyak masyarakat yang


(Fisik) setiap RW berpindah pindah domisili
sehingga jarak ke pusat kesehatan
awal mereka jauh dan menurunkan
angka kedatangan pasien.
 Kurangnya pengetahuan
(Non Fisik) masyarakat tentang pentingnya
Kesehatan untuk lansia
 Sebagian masyarakat sibuk akan
pekerjaan sehingga sulit
meluangkan waktu untuk
mengunjungi puskesmas untuk
mengecek kesehatan.
 Kurangnya edukasi mengenai
pentingnya deteksi dini serta
penangan sejak dini untuk
kesehatan lansia yang akan datang.
 Kurangnya dukungan dan peran
aktif keluarga terdekat (anak,cucu)
untuk mendorong para lansia
mengecek sejak dini kesehatan
mereka.

4.7 Diagram Pemecahan Masalah


Masih ada 45,91% atau sekitar 1121 orang warga lansia belum
mendapatkan pelayanan skrining kesehatan lansia sesuai standar di
Puskesmas Kelurahan Pegangsaan.
Kurangnya tingkat
kesadaran lansia
Fishbone Permasalahan tentang pentingnya Pandemi COVID-19
Pembatasan skrining kesehtan membuat masyarakat untuk
kegiatan masyarakat lebih menghindari pusat
akibat pandemic Manusia layanan Kesehatan
COVID-19

Peralatan Lansia enggan


datang ke
puskesmas
Kader wilayah
tidak aktif

Keterbatasan alat
Tidak semua lansia
Tim Nakes tes GDS
Persediaan dapat mendapatkan
Kurang Tidak optimalnya pemeriksaan GDS
alat terbatas
pemeriksaan
skrining lansia
Waktu yang secara menyeluruh
Kurang
45,91% warga Lansia
belum mendapatkan
pelayanan sesuai standar
Belum ada kegiatan
Jarak tepat
Posyandu Lansia
domisili warga
akibat pandemic
lansia
Covid-19

Pandemi Covid-19
sehingga Lansia takut Belum ada kegiatan
berkunjung penyuluhan untuk
menigkatkan
Lingkungan pengetahuan masyarakat

Metode
TABEL PEMECAHAN MASALAH

Prioritas
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah Tepilih Keterangan
Masalah
 Mengaktifkan kembali kegiatan posyandu
lansia perwilayah RW/RT dengan modifikasi
Mengaktifkan kembali kegiatan posyandu lansia
Pembatasan kegiatan pembatasan peserta sesuai dengan protokol
perwilayah RW/RT dengan modifikasi
masyarakat akibat kesehatan Covid-19.
1 pembatasan peserta sesuai dengan protokol
pandemic COVID-19  Melakukan penyuluhan dan pembekalan kesehatan Covid-19.
untuk tiap keluarga lansia melakukan skrining
mandiri dan tetap mendapatkan pemantauan
dari tiap pemegang program di tiap rw.  
 Membentuk tim kerjasama kordinator
program dengan kader puskesmas untuk
pelayanan skrining lansia di luar gedung dan
Memaksimalkan SDM puskesmas untuk turut
dalam gedung dapat terlaksana.
45,91% serta membantu penyukseskan pemeriksaan
 Memaksimalkan SDM puskesmas untuk turut
2 warga lansia Personil tim kurang kesehatan lansia degan melakukan kegiatan
serta membantu penyukseskan pemeriksaan
belum skrining dalam berbagai kegiatan yang dilakukan.
kesehatan lansia degan melakukan kegiatan
mendapatkan .(eg.kegiatan poli umum, vaksinasi,dll)
skrining dalam berbagai kegiatan yang
pelayanan
dilakukan.(eg.kegiatan poli umum,
sesuai standar
vaksinasi,dll)  
 Membuat google form pengisian ADL,
MMSE (Mini Mental Status Examination),
AMT (Abreviated Mental Test) dan GDS
Mengubah metode pemeriksaan skrining lansia
(Geriatric Depresion Scale) untuk mengurangi
dengan membuat rinkasan beberapa pertanyaan
3 Kurangnya waktu durasi pemeriksaan lansia.
dalam pengisian form skrining untuk
 Mengubah metode pemeriksaan skrining mengoptimalkan waktu pemeriksaan.
lansia dengan membuat rinkasan beberapa
pertanyaan dalam pengisian form skrining
untuk mengoptimalkan waktu pemeriksaan.
4 Kurangnya tingkat  Melakukan sosialisasi berbasis zoom untuk Melakukan sosialisasi berbasis zoom untuk
 
kesadaran lansia
tentang pentingnya meningkatkan tingkat kesadaran lansia meningkatkan tingkat kesadaran lansia
skrining kesehatan tentangnya pentingnya skrining lansia. tentangnya pentingnya skrining lansia.

 Melakukan penyuluhan dan sosialisasi


berbasis zoom ke masyarakat sekitar
mengenai protokol kesehatan yang dilakukan
di pusat pelayanan kesehatan untuk
Pandemi COVID-19 Melakukan penyuluhan dan sosialisasi berbasis
meningkatkan kepecayaan masyarakat
membuat masyarakat zoom ke masyarakat sekitar mengenai protokol
mendatangi pusat pelayanan kesehatan.
untuk lebih kesehatan yang dilakukan di pusat pelayanan
5  Melakukan kegiatan skrining bersamaan
menghindari pusat kesehatan untuk meningkatkan kepecayaan
dengan kegiatan kesehatan masyarakat yang
layanan Kesehatan masyarakat mendatangi pusat pelayanan
diadakan di luar Gedung puskesmas
kesehatan.
(melakukan skrining saat kegiatan vaksinasi di
luar puskesmas)
 Mengadakan kunjungan rutin nakes ke rumah-
rumah pasien.
 Sosialisasi ke warga lansia beserta
keluarganya mengenai pentingnya kontrol
Belum ada kegiatan rutin kesehatan ke Puskesmas, besarnya
Sosialisasi ke warga lansia beserta keluarganya
penyuluhan untuk peranan dukungan keluarga dan bagaimana
mengenai pentingnya kontrol rutin kesehatan ke
menigkatkan menerapkan protokol kesehatan saat
6 Puskesmas, besarnya peranan dukungan keluarga
pengetahuan berkunjung ke Puskesmas.
dan bagaimana menerapkan protokol kesehatan
masyarakat  Sosialisasi kepada Lansia mengenai cara saat berkunjung ke Puskesmas.
pencegahan penularan Covid-19 dan protokol
kesehatan guna meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap tim nakes.  
7 Belum ada kegiatan  Mengaktifkan kembali kegiatan posyandu Mengaktifkan kembali kegiatan posyandu lansia  
Posyandu lansia lansia perwilayah RW/RT dengan modifikasi perwilayah RW/RT dengan modifikasi
akibat pandemic pembatasan peserta sesuai dengan protokol pembatasan peserta sesuai dengan protokol
Covid-19. kesehatan Covid-19. kesehatan Covid-19.
 Advokasi pengajuan proposal anggaran
penyediaan alat- alat kegiatan posyandu lansia
ke dinas kesehatan daerah.
Advokasi pengajuan proposal anggaran
 Mengajukan pengadaan kebijakan iuran
Persediaan alat penyediaan alat- alat kegiatan posyandu lansia ke
8 kepada tiap warga untuk pengadaan alat
terbatas dinas kesehatan daerah.
pemkes untuk lansia.
 Mengatur penggunaan alat dengan membatasi
penggunaan alat hanya kepada lansia yang
memiliki  
 Melakukan pendataan ulang jumlah lansia
yang terdaftar di faskes puskesmas kelurahan
pegangsaan.
Jarak tepat domisili Melakukan pendataan lansia yang kesusahan
 Melakukan skrining lansia dibeberapa titik
9 warga lansia untuk ke puskesmas dan melakukan program
lokasi di luar puskesmas.
kunjungan nakes bagi lansia.
 Melakukan pendataan lansia yang kesusahan
untuk ke puskesmas dan melakukan program
kunjungan nakes bagi lansia.
4.8 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
priorotas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria matriks dengan rumus M x I x V/ C .
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar
kriteria:
A. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
B. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
C. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah
maka nilainya mendekati angka 5.
D. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.
4.8 Daftar Alternatif Pemecahan Masalah
Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut:
Tabel hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah

Nilai Kriteria Hasil


No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Mengaktifkan kembali kegiatan posyandu lansia
A perwilayah RW/RT dengan modifikasi
pembatasan peserta sesuai dengan protokol 5 5 3 1 75 I
kesehatan Covid-19.

B Melakukan penyuluhan dan pembekalan untuk


tiap keluarga lansia melakukan skrining mandiri
dan tetap mendapatkan pemantauan dari tiap 4 4 3 3 16 II
pemegang program di tiap rw.
Tabel hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah

Nilai Kriteria Hasil


No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Membentuk tim kerjasama kordinator program
A dengan kader puskesmas untuk pelayanan
skrining lansia di luar gedung dan dalam gedung 4 4 3 3 16 II
dapat terlaksana.

B Memaksimalkan SDM puskesmas untuk turut


serta membantu penyukseskan pemeriksaan
kesehatan lansia degan melakukan kegiatan 5 4 3 1 60 I
skrining dalam berbagai kegiatan yang
dilakukan.(eg.kegiatan poli umum, vaksinasi,dll)

Tabel hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah

Nilai Kriteria Hasil


No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Membuat google form pengisian ADL, MMSE
A (Mini Mental Status Examination), AMT
(Abreviated Mental Test) dan GDS (Geriatric
Depresion Scale) untuk mengurangi durasi 5 4 3 1 60 II
pemeriksaan lansia.

B Mengubah metode pemeriksaan skrining lansia


dengan membuat rinkasan beberapa pertanyaan
dalam pengisian form skrining untuk 5 4 5 1 100 I
mengoptimalkan waktu pemeriksaan.

Tabel hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah


Nilai Kriteria Hasil
No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Melakukan penyuluhan dan sosialisasi berbasis 4 4 3 1 48 I
A zoom ke masyarakat sekitar mengenai protokol
kesehatan yang dilakukan di pusat pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan kepecayaan
masyarakat mendatangi pusat pelayanan
kesehatan.
B Melakukan kegiatan skrining bersamaan dengan
kegiatan kesehatan masyarakat yang diadakan di
luar Gedung puskesmas (melakukan skrining saat 4 4 2 1 32 II
kegiatan vaksinasi di luar puskesmas)

C Mengadakan kunjungan rutin nakes ke rumah-


rumah pasien.. 4 4 3 3 16 III

Tabel hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah


Nilai Kriteria Hasil
No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Sosialisasi ke warga lansia beserta keluarganya
A mengenai pentingnya kontrol rutin kesehatan ke
Puskesmas, besarnya peranan dukungan
keluarga dan bagaimana menerapkan protokol 5 5 4 1 100 I
kesehatan saat berkunjung ke Puskesmas.

B Sosialisasi kepada Lansia mengenai cara


pencegahan penularan Covid-19 dan protokol
kesehatan guna meningkatkan kepercayaan 4 4 3 1 48 II
masyarakat terhadap tim nakes.

Tabel hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah


Nilai Kriteria Hasil
No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Advokasi pengajuan proposal anggaran
A penyediaan alat- alat kegiatan posyandu lansia
ke dinas kesehatan daerah. 5 5 4 1 100 I

B Mengajukan pengadaan kebijakan iuran kepada


tiap warga untuk pengadaan alat pemkes untuk
lansia. 5 4 3 1 60 II

C Mengatur penggunaan alat dengan membatasi


penggunaan alat hanya kepada lansia yang 3 2 2 1 30 III
memiliki
Tabel hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah
Nilai Kriteria Hasil
No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Melakukan pendataan ulang jumlah lansia yang
A terdaftar di faskes puskesmas kelurahan
pegangsaan. 4 3 2 2 12 III

B Melakukan skrining lansia dibeberapa titik lokasi


di luar puskesmas. 4 4 3 4 24 II

C Melakukan pendataan lansia yang kesusahan


untuk ke puskesmas dan melakukan program 5 4 5 3 33 I
kunjungan nakes bagi lansia

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan


masalah dengan menggunakan kriteria matrix maka didapatkan beberapa
alternatif pemecahan penyebab masalah tidak tercapainya program skrining
kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pegangsaan adalah
sebagai berikut :
1. Mengaktifkan kembali kegiatan posyandu lansia perwilayah RW/RT dengan
modifikasi pembatasan peserta sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.
2. Memaksimalkan SDM puskesmas untuk turut serta membantu penyukseskan
pemeriksaan kesehatan lansia degan melakukan kegiatan skrining dalam
berbagai kegiatan yang dilakukan. .(eg.kegiatan poli umum, vaksinasi,dll)
3. Mengubah metode pemeriksaan skrining lansia dengan membuat rinkasan
beberapa pertanyaan dalam pengisian form skrining untuk mengoptimalkan
waktu pemeriksaan
4. Melakukan sosialisasi berbasis zoom untuk meningkatkan tingkat kesadaran
lansia tentangnya pentingnya skrining lansia.
5. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi berbasis zoom ke masyarakat sekitar
mengenai protokol kesehatan yang dilakukan di pusat pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan kepecayaan masyarakat mendatangi pusat pelayanan
kesehatan.
6. Sosialisasi ke warga lansia beserta keluarganya mengenai pentingnya
kontrol rutin kesehatan ke Puskesmas, besarnya peranan dukungan keluarga
dan bagaimana menerapkan protokol kesehatan saat berkunjung ke
Puskesmas.
7. Advokasi pengajuan proposal anggaran penyediaan alat- alat kegiatan
posyandu lansia ke dinas kesehatan daerah.
8. Melakukan pendataan lansia yang kesusahan untuk ke puskesmas dan
melakukan program kunjungan nakes bagi lansia.
4.10 Rencana Kegiatan (Plan of Actions)

Upaya kegiatan Hasil Kegiatan Tujuan Kebutuhan Sasaran & Penanggung Waktu Lokasi
Anggaran & target jawab & Pelaksan Pelaksanaa
sumber sasaran kebutuhan aan n
pembiayaan sumber daya

Mengaktifkan kembali Tercapainya Melakukan Meningkatkan Dana Seluruh warga Koordinator Sebulan Balai tiap
kegiatan posyandu lansia presentase jumlah skrining daftar jumlah Program Lansia program, kader sekali RW/RT
perwilayah RW/RT pasien yang kesehatan lansia lansia yang di Lansia
dengan modifikasi diskrining lansia. mulai dari skrining
pembatasan peserta sesuai mendeteksi kesehatannya.
dengan protokol komorbid”
kesehatan Covid-19. penyakit lansia
seperti cek
BB,TB,GDS,Ch
olesterol.
Memaksimalkan SDM SDM berperan Seluruh SDM Meningkatkan Dana Seluruh warga Koordinatort Disetiap Di dalam
puskesmas untuk turut lebih aktif dalam dalam berbagai jumlah lansia Program Lansia program, Kepala program dan luar
serta membantu membantu macam bidang yang dapat di Lansia Puskesmas kegiatan lingkungan
penyukseskan pencapaian target digerakkan skrining dengan puskesma puskesmas
pemeriksaan kesehatan program skrining untuk saling menggunakan s.
lansia degan melakukan kesehatan lansia membantu SDM yang ada.
kegiatan skrining dalam kegiatan skrining
berbagai kegiatan yang lansia
dilakukan.

Mengubah metode Mendapatkan hasil Kegiatan Meningkatkan Dana Seluruh warga Pemegang Setiap Puskesmas
pemeriksaan skrining pemeriksaan skrining lansia cara Program Lansia program, Dokter kegiatan dan di
lansia dengan membuat skrining lansia dilakukan pemeriksaan Lansia sekitar
rinkasan beberapa yang sesuai dengan dengan metode skrining lansia wilayah
pertanyaan dalam standard dengan wawancara yang lebih puskesmas.
pengisian form skrining waktu yang singkat beberapa efisien.
untuk mengoptimalkan pertanyaan yang
waktu pemeriksaan terlah dirangkum
dan hasilnya
dituangkan ke
form penilaian.
Melakukan sosialisasi Pengetahuan lansia Terlaksananya Meningkatkan Dana Seluruh warga Pemegang Disesuaik Via Online
berbasis zoom untuk mengenai tingkat kegiatan tingkat Program Lansia program, dokter. an
meningkatkan tingkat kesadaran sedari sosialisasi kesadaran Lansia
kesadaran lansia dini untuk skrining penyuluhan warga lansia
tentangnya pentingnya kesehatan lansia mengenai tentang
skrining lansia. meningkat pentingnya pentingnya
skrining lansia dilakukan
bagi para lansia skrining
kesehatan bagi
lansia.

Melakukan penyuluhan Kepercayaan Terlaksananya Meningkatkan Dana Seluruh warga Pemegang Disesuaik Via Online
dan sosialisasi berbasis masyarakat untuk kegiatan tingkat Program Lansia dan program, dokter an
zoom ke masyarakat tetap datang ke sosialisasi pengetahuan Lansia keluarganya
sekitar mengenai protokol pusat pelayanan penyuluhan masyarakat
kesehatan yang dilakukan kesehatan dengan mengenai tentang
di pusat pelayanan menggunakan protokol ketatnya prokes
kesehatan untuk protokol kesehatan kesehatan yang yang dilakukan
meningkatkan kepecayaan pencegahan diterapkan di di puskesmas
masyarakat mendatangi penularan covid-19 pelaksanaan agar data
pusat pelayanan meningkat . keiatan meningkatkan
kesehatan. puskesmas agar kepercayaan
mengembalikan masyarakat
kepercayaan untuk tetap
pasien terhadap berkunjung ke
puskesmas. puskesmas
Sosialisasi ke warga lansia Pengetahuan lansia Terlaksananya Meningkatkan Dana Warga Koordinator 6 bulan Puskesmas
beserta keluarganya beserta keluarga program pengetahuan Program Prausila, program, Dokter, sekali dan
mengenai pentingnya lansia mengenai penyuluhan dan masyarakat Lansia Usila, dan Kader, Tokoh Lingkungan
kontrol rutin kesehatan ke pentingnya sosialisasi serta keluarganya. Masyarakat. sekitar
Puskesmas, besarnya mengontrol dan mengenai memotivasi kelraha
peranan dukungan skrining kesehatan pentingnya mereka untuk pegangsaan.
keluarga dan bagaimana lansia. cekup , skrining datang ke
menerapkan protokol kesehatan lansia puskesmas
kesehatan saat berkunjung rutin. Serta untuk
ke Puskesmas. bagaimana mengontrol
menerapkan kesehatan
protocol mereka.
kesehtan yang
benar.

Advokasi pengajuan Tercapainya Pengajuan ke Untuk Dana Seluruh warga Koordinator Disesuaik Puskesmas
proposal anggaran kebutuhan dinas kesehatan menambah Program Lansia program, dokter, an
penyediaan alat- alat peralatan daerah mengenai persediaan alat Lansia kepala puskesmas
kegiatan posyandu lansia penunjang untuk pengajuan untuk kegiatan
ke dinas kesehatan daerah. melakukan kenaikan skrining
skrining kesehatan anggran kesehatan lansia
pada lansia penyediaan alat agar tercukupi.
skrining lansia.

Melakukan pendataan Semua lansia yang Pendataan Untuk Dana Seluruh warga Koorgdinator Disesuaik Puskesmas
lansia yang kesusahan memiliki masalah jumlah lansia mengoptimalka Program Lansia program, dokter an dan sekitar
untuk ke puskesmas dan untuk mendatangi yang terdaftar di n pencapaian Lansia puskesmas.
melakukan program pusat layanan kelurahan smua lansia
kunjungan nakes bagi kesehatan dapat pegangsaan yang mendapatkan
lansia. mendapatkan tidak melakukan pemeriksaan
pelayanan skrinin skrining skrining
kesehatan kesehatan lansia, kesehatan.
dan membentuk
tim Skrining di
luar lingkup
puskesmas.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Puskesmas Kelurahan Pegangsaan telah melaksanakan kegiatan


program skrining kesehatan lansia bulan januari – juli 2021 dengan hasil
pencapaian 12,40% dimana target yang harusnya didapatkan adalah sebesar
58,31%. Maka dari itu dapat disimpulkan hasil kinerja program skrining lansia
belum mencapai target dengan gap sebesar 45,91%. Yang artinya masih ada
sekitar 45,91% penduduk lansia warga kelurahan pegangsaan yang belum
melakukan skrining kesehatan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam


program kesehatan lansia ini. Salah satu yang merupakan faktor utama
penyebab menurunnya pencapaian prpgram adalah menurunnya tingkat
kedatangan warga usila di puskesmas, dan ditiadakannya kegiatan kesehatan
masyarakat yang disebabkan akibat pandemi Covid-19.

Maka dari itu beberapa saran dan rekomendasi penyelesaian masalah


yang diberikan berdasarkan hasil evaluasi program yang dilakukan adalah
melakukan beberapa penyuluhan dan sosialisasi mengenai promkes agar
warga tidak takut lagi ke puskesmas untuk berobat, mengubah metode
pemeriksaan skrinig lansia serta mengedukasi mengenai pentingnya cek sedari
dini skrinig kesehatan pada untuk kesehatan lansia.

B. SARAN

Dalam masa Pandemi Covid-19, Puskesmas Kelurahan Pegangsaan


dapat tetap melakukan kegiatan untuk meningkatkan pencapaian beberapa
program kegiatan meskipun ditengah pandaemi dengan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi, melakukan inovasi dan meningkatkan kinerja
pegawai agar angka capaian dapat meningkat kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai