Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN PENYUSUNAN

PROGRAM P2 TUBERKULOSIS

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABANAN


PUSKESMAS MARGA II
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat karena merupakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang
menyerang golongan usia produktif (15 – 50 tahun) dan anak – anak serta golongan sosial
ekonomi lemah.
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobanterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet
orang yang telah terinfeksi basil TB (BTA Positif).Kuman ini tidak hanya menyerang
paruparu, tapi juga organ tubuh lainnya, seperti tulang sendi, usus, kelenjar limpa, selaput
otak dan lain-lain.Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit
yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals
(MDGs). Seseorang yang terkena TB yang tidak diobati, dapat menyebarkan kuman TB
atau menularkan penyakit TB kepada orang lain 10-15 orang jika kontak dekat selama
satu tahun. Gejala pertama orang yang terindikasi TB adalah orang yang batuk berdahak
selama 2 minggu atau lebih, gejala-gejala lainnya antara lain: sesak nafas dan nyeri dada,
demam meriang berkepanjangan, badan lemas dan nafsu makan berkurang, berat badan
menurun, berkeringat tanpa melakukan aktifitas di malam hari atau batuk berdahak dan
bercampur darah.
Target Program Nasional Penaggulangan TB sesuai dengan target eliminasi global
adalah Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050. Eliminasi TB
adalah tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1 juta penduduk.
Berdasarkan laporan WHO (2015) dipaparkan bahwa angka kasus TB baru yang
tidak ditemukan hanya 32% atau 324.000 kasus dari total 1.000.000 kasus TB.
Berdasarkan data tersebut berarti masih ada sekitar 676.000 atau 68% kasus TB baru
yang masih belum di temukan, diobati dan dilaporkan.
Prevalensi TB yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kemenkes tahun 2013 – 2014,
angka insiden TB adalah 399 per 100.000 penduduk, dan angka prevalensi TB sebesar
647 per 100.000 penduduk (WHO, 2015). Jika jumlah penduduk Indonesia berkisar 250
juta orang, maka diperkirakan ada sekitar 1 juta pasien TB baru dan ada sekitar 1.6 juta
pasien TB setiap tahunnya. Sedangkan jumlah kematian karena TB 100.000 orang per
tahun, atau 273 orang perhari. Situasi tersebut menyebabkan Indonesia menempati
peringkat ke 2 negara yang memiliki beban TB tinggi di dunia, setelah India.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case
Notification Rate (CNR), yaitu angka yang menunjukkan jumlah seluruh pasien TB yang
ditemukan dan tercatat 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecendrungan penemuan kasus dari tahun ke
tahun di suatu wilayah. Disamping itu untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB
digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengidentifikasikan
persentase pasien TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang
sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien TB paru positif yang
tercatat.
Berdasarkan Profil Dinkes Provinsi Bali (2017), angka seluruh pasien TB Paru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk atau Care Nitification Rate (CNR) dari
tahun 2014 sampai dengan 2017 terus mengalami peningkatan yaitu tahun 2014 CNR
sebanyak 73,91%, 2015 = 69,3%, 2016 =74,36%, dan pada tahun 2017 = 82,4%. Secara
Nasional CNR ditargetkan 5% pertahun. CNR seluruh kasus TB menurut Kab/Kota di
Provinsi Bali, tertinggi ada di kota Denpasar sebesar 136,8%, sedangkan Kabupaten
Tabanan menduduki urutan ke 8 sebesar 52,2% setelah , dan jika dilihat dari CNR kasus
baru BTA (+) Kabupaten Tabanan menduduki urutan ke sembilan sebesar 20,14%.
Sedangkan capaian Succes Rate tertinggi dicapai Kabupaten Badung yaitu 97,3% dan
terendah Kabupaten Bangli 80%, sedangkan Kabupaten Tabanan menduduki urutan ke 7
sebesar 85.7% setelah Provinsi, Capaian Provinsi tahun 2017 adalah 86,5% sudah berada
di atas target Renstra Dinas Kesehatan2018 sebesar 86%, dan juga mencapai target
Renstra Kemenkes di tahun 2019 sebesar 83%. Cakupan ini tidak terlepas dari cakupan di
20 Puskesmas Kabupaten Tabanan.
Bedasarkan Profil Dinkes Kab.Tabanan ( 2016) , CNR Kabupaten Tabanan sebesar
50,2 per 100.000 penduduk. CNR tertinggi adalah pada Puskesmas Tabanan III yaitu
sebesar 242,3 per 100.000 penduduk sedangkan CNR terendah adalah pada Puskesmas
Pupuan II yaitu 12,0 per 100.000 penduduk. . Untuk capaian SR sebagian besar telah baik
namun ada 7( tujuh) Puskesmas yang berada di bawah rata rata kabupaten seperti
Puskesmas Tabanan II, Tabanan III, Selemadeg, Selemadeg Barat, Selemadeg Timur II,
Marga I dan Kediri II, Puskesmas Marga II, cakupan SR adalah 100 %. Besar kecilnya
kesembuhan dipengaruhi juga oleh besar kecilnya angka drop out, yang berimbas pada
besar kecilnya angka penemuan penderita TB Multi Drug Resisten (MDR) yang semakin
merebak belakangan ini, ditambah adanya pengaruh peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS.
Puskesmas Marga II cakupan CNR dalam 5 tahun terakhir bersifat fluktuatif yaitu
tahun 2015 sebanyak 83,33%, tahun 2016 sebanyak 108,33%, tahun 2017 sebanyak
76,92%, pada tahun 2018 sebanyak 47% dan pada tahun 2019 sebanyak 62.5% (Program
TB Pusk Marga II tahun 2019).
Kondisi ini menunjukan surveillance di Kabupaten Tabanan belum baik, dan masih
banyaknya penderita TB yang belum terdeteksi , untuk itu diperlukan kerja keras petugas
kesehatan dalam penemuan penderita TB sedini mungkin pada keluarga/masyarakat

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau


kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis
1.2.2 Tujuan Khusus :
1) Investigasi kontak penderita TBC.
2) Ketuk pintu TBC ( intervensi PIS-PK).
3) Pengiriman specimen dahak hasil ketuk pintu TBC ( intervensi PIS-PK).ke
puskesmas
4) Pengiriman specimen dahak terduga TBC ke BRSU Tabanan.
5) Pengambilan hasil pemeriksaan specimen dahak terduga TBC ke BRSU Tabanan.
6) Melakukan pemantauan kepatuhan minum OAT,
7) Penyuluhan TBC di posyandu.
8) Konsultasi program TB ke Dinkes Kabupaten Tabanan.

1.3 Metode
Metode yang dipergunakan yaitu penyampaian informasi TB secara langsung dan
kunjungan rumah, tanya jawab, wawancara, pemeriksaan, observasi, form TB.04, TB.05,
TB.06, pot dahak, masker, sarung tangan dan form investigasi kontak, form/ kitir rujukan
specimen dahak, form ketuk pintu, leaflet TB, lembar balik TB, daftar hadir, daftar nama-
nama pasien TB yg sedang pengobatan maupun yang sudah selesai pengobatan dan
pasien TB yang pengobatan TB tidak sesuai dengan standar.
BAB II

DEFINISI KEGIATAN

2.1 Pengertian

2.1.1 Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
2.1.2 Pengertian Penanggulangan Tuberkulosis

Penanggulangan Tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan


aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang
ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan,
kecacatan atau kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis
Penanggulangan TB diselenggarakan melalui kegiatan:
1) promosi kesehatan;
2) surveilans TB;
3) pengendalian faktor risiko;
4) penemuan dan penanganan kasus TB;
5) pemberian kekebalan; dan
6) pemberian obat pencegahan.

.2.1.3 Pengertian Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan/atau masyarakat.

2.1.4 Kunjungan rumah follow up tatalaksana dan kepatuhan minum obat TBC
Kunjungan rumah follow up tatalaksana dan kepatuhan minum obat TBC adalah
Melakukan pemantauan pengobatan pasien TB yang sedang menjalani pengobatan TB
untuk mengetahui teratur atau tidak teratur pasien TB minum OAT ,efek samping OAT,
hambatan pasien TB dan PMO dalam proses pengobatan sehingga kasus DO , gagal
pengobatan maupun TB MDR dapat dicegah secara dini. Pelaksanaan kegiatan
kunjungan rumah dilaksanakan oleh petugas kesehatan Puskesmas Marga II serta
melaporkan hasil kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan.
2.1.5 Pengertian investigasi kontak penderita TBC
Investigasi kontak penderita TBC adalah melakukan penemuan terduga TBC
secara aktif pada orang beresiko tinggi tertular TB yaitu kontak pasien TBC terutama
mereka yang kontak dengan TBC BTA positif melalui kegiatan kunjungan rumah paling
sedikit 10 - 15 orang kontak dengan pasien TB. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan
informasi mengenai TB sekaligus melakukan skrining/penapisan gejala TB pada kontak
dengan pasien TB, dan jika dari hasil skrining ditemukan gejala TB (1 gejala utama atau
3 gejala tambahan maka suspek diambil dahak sewaktu dan diberi surat rujukan untuk
dahak pagi-pagi, pagi-sewaktu, atau sewaktu-sewaktu. Pelaksanaan kegiatan investigasi
kontak penderita TBC dilaksanakan oleh petugas kesehatan Puskesmas Marga II serta
melaporkan hasil kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan. Kegiatan
kunjungan kontak serumah dilakukan pada keluarga yang kontak erat dengan penderita
TB

2.1.6 Pengertian Ketuk Pintu TBC ( intervensi PIS-PK).


Ketuk Pintu TBC ( intervensi PIS-PK) adalah suatu kegiatan kunjungan rumah
secara acak ke beberapa rumah tangga (RT) dan kepada pasien TB yang tidak
mendapat pengobatan sesuai standar yang dilakukan oleh petugas kesehatan / kader
TB terlatih untuk memberikan informasi mengenai TB sekaligus melakukan
skrining/penapisan gejala TB pada semua anggota keluarga yang ditemui saat itu
(minimal 1 orang dewasa) dan jika dari hasil skrining ditemukan gejala TB (1 gejala
utama atau 3 gejala tambahan maka akan diberikan surat rujukan untuk periksa dahak di
fasyankes. Pelaksanaan kegiatan Ketuk Pintu TBC ( intervensi PIS-PK) dilaksanakan
oleh petugas kesehatan yang berasal dari Puskesmas Marga II sedangkan
penanggungjawab program TB menjadi penanggung jawab kegiatan mobilisasi
masyarakat di wilayahnya dan berkoordinasi dengan LSM serta melaporkan hasil
kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan. Kegiatan Ketuk Pintu TBC
( intervensi PIS-PK) diutamakan daerah dengan kasus TB yg tinggi, serta daerah
sasaran intervensi PIS-PK

2.1.7 Pengertian Pengiriman specimen dahak hasil ketuk pintu TBC ( intervensi
PIS-PK).ke puskesmas
Pengiriman specimen dahak hasil ketuk pintu TBC ( intervensi PIS-PK).ke
puskesmas adalah suatu kegiatan yang mendukung pelaksanaaan kegiatan ketuk pintu
TBC ( intervensi PIS-PK) untuk mengumpulkan dahak di masyarakat dan mengirim
dahak tersebut ke Puskesmas Marga II. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan
Puskesmas Marga II setelah kegiatan ketuk pintu atau sehari setelah kegiatan
berlangsung didaerah tersebut.

2.1.8 Pengiriman specimen dahak terduga TBC ke BRSU Tabanan.


Pengiriman specimen dahak terduga TBC ke BRSU Tabanan adalah kegiatan
mengirim specimen dahak yg sudah terkumpul di puskesmas ke BRSU Tabanan
( Lab.mikro ) yang dilengkapi dengan TB.06 dan setelah melalui mekanisme pengepakan
specimen dahak oleh petugas Lab/ Program TB Puskesmas Marga II. Kegiatan ini
bertujuan untuk penemuan kasus TB dengan pemeriksaan bakteriologis, dan untuk
menjangkau pasien yang membutuhkan akses terhadap pemeriksaan tersebut serta
mengurangi risiko penularan jika pasien bepergian langsung ke laboratorium. .
Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis, Tes Cepat
Molekuler (TCM) TB dan biakan. Dalam menjamin hasil pemeriksaan laboratorium,
diperlukan contoh uji dahak yang berkualitas.

2.1.9 Pengambilan hasil pemeriksaan specimen dahak terduga TBC ke BRSU Tabanan.
Pengambilan hasil pemeriksaan specimen dahak terduga TBC ke BRSU Tabanan
adalah kegiatan untuk mengambil hasil pemeriksaan specimen dahak terduga TB ke
BRSU Tabanan (poli paru / lab mikro) guna mengetahui dan mendapatkan hasil secara
cepat sehingga diagnose pasien dapat ditegakan dengan cepat dan tepat. Hasil
pemeriksaan TCM ini diinformasikan secara langsung kepada pasien melalui Telp/ WA/
SMS dan dicatat di form TB.04 , TB.06 Puskesmas serta dilampirkan di masing-masing
CM pasien.

2.1.10 Penyuluhan TBC di posyandu


Penyuluhan TBC di posyandu adalah kegiatan promosi kesehatan dengan
memberikan penyuluhan tentang penyakit TB diposyandu guna meningkatkan
pengetahuan masyarakat sehingga peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan Tuberkulosis dapat mendorong tercapainya target program.
Masyarakat perlu terlibat aktif dalam kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan,
karena Tuberkulosis dapat ditanggulangi bersama. Kegiatan dimaksud adalah 1) upaya
pencegahan TB dengan pelaksanaan prilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS termasuk
etika batuk). 2) Deteksi dini terduga TB dengan membantu pelacakan kontak erat pasien
dengan gejala TB dan mengumpulkan dahak terduga TB. 3) Melakukan rujukan dengan
mendampingi orang terduga TB untuk memeriksakan diri ke fasyankes. 4) Dukungan /
motivasi keteraturan pengobatan pasien TB sebagai pengawas minum obat (PMO).
2.1.10 Konsultasi program TB ke Dinkes Kabupaten
Konsultasi (Zins) adalah suatu proses yang biasanya didasarkan pada
karakteristik hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan
komunikasi yang terbuka, bekerja sama dalam mendifinisikan masalah, menyatukan
sumber – sumber pribadi untuk mengenal dan memiliki strategi yang mempunyai
kemungkinan dapat memecahkan masalah yang telah teridentifikasi, dan pembagian
tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi yang telah
dilaksanakan. Sedangkan menurut KBBI, konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk
mendapatkan kesimpulan (nasihat, saran ,dsb) yang sebaik-baiknya.
Dapat di simpulkan bahwa Konsultasi program TB ke Dinas Kesehatan
Kabupaten adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh pelaksana program TBC
Puskesmas ke pelaksana/penanggungjawab program TBC Dinas Kesehatan Kabupaten
Tabanan untuk melakukan komunikasi / pertukaran pikiran, menyatukan persepsi
mendapatkan kesimpulan (nasihat, saran ,dsb) yang sebaik-baiknya untuk memecahkan
masalah yang telah teridentifikasi, dan pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan
dan evaluasi program atau strategi yang telah dilaksanakan.
Kegiatan yang dimaksud diatas adalah konsultasi dalam penyusunan RUK, PRK
program TB, SPJ BOK TB, target dan capaian program TB, pencatan dan pelaporan
program TB, rapat evaluasi program TB, dan sebagainya.
BAB III

TATA LAKSANA

3.1 Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN


1 Kunjungan rumah 1. TAHAP PERSIAPAN
follow up tatalaksana
1) Puskesmas bersurat kepada seluruh Kepala Desa di
dan kepatuhan
minum obat TBC wilayah Puskesmas Marga II
2) Kepala Desa menindaklanjuti pemberitahuan kepada
Kepala dusun
3) Mendapatkan komitmen Kepala Desa dan
kesiapannya untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan kunjungan kontak serumah..
4) Mempersiapkan perangkat kegiatan pemantauan
kepatuhan minum obat : masker, leaflet TB, TB-01
penderita, Catatan jumlah obat/ sisa stok OAT pada
paket OAT di Apotek Puskesmas Marga II.

2. PELAKSANAAN
1) Petugas / kader kesehatan melakukan kunjungan
rumah penderita TB
2) Petugas memakai masker.
3) Petugas / kader kesehatan memperkenalkan diri serta
menjelasakan maksud / tujuan kunjungan.
3) Petugas memberi informasi tentang penyakit TB, cara
pencegahan penularan, dan memotivasi keluarga
untuk memberi dukungan kepada penderita dalam
proses pengobatan TB.
4) Petugas mencocokkan form TB 01 dengan TB 02 ,
jika kesesuaian sisa obat TB dengan jadwal minum
obat
5) Beri motipasi klien untuk tetap patuh minum obat ,
dan jika tidak sesuai, petugas menggali penyebab
masalah dan membantu mencarikan solusi.
6) Petugas mananyakan kepada klien tentang keluhan
dan efek samping obat yang dirasakan, jika ada beri
solusi atau rujuk klien ke pusk.
7) Petugas mengingatkan kembali kepada PMO untuk
membantu mengingatkan kepatuhan klien minum
obat TB.

2 Investigasi kontak 1. TAHAP PERSIAPAN


penderita TBC 1) Puskesmas bersurat kepada seluruh Kepala Desa
di wilayah Puskesmas Marga II
2) Kepala Desa menindaklanjuti pemberitahuan
kepada Kepala dusun
3) Mendapatkan komitmen Kepala Desa dan
kesiapannya untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan kunjungan kontak serumah..
4) Mempersiapkan perangkat kegiatan kunjungan
Investigasi kontak penderita TBC: masker, leaflet
TB, form investigasi kontak, Form/ kitir rujukan
specimen dahak, daftar nama-nama penderita TB
yang sedang menjalini pengobatan maupun yg sdh
selesai pengobatan (contoh formulir terlampir).

2. PELAKSANAAN
1) Petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah
disekitar rumah penderita TB paling sedikit 10 - 15
orang kontak dengan pasien TB.
2) Petugas memakai masker
3) Petugas kesehatan memperkenalkan diri serta
menjelaskan maksud / tujuan kunjungan.
4) Petugas kesehatan memberikan informasi tentang
TB.
5) Petugas kesehatan melakukan skrening dengan
melakukan anamnesa kepada kontak erat dengan
penderita TB: Apakah mengalami batuk berdahak
2-3 minggu atau lebih, yang diikuti dengan dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan turun, Berat badan turun,
malaise, berkeringat pada malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
6) Petugas kesehatan menentukan klien sebagi
suspek TB atau tidak.
7) Jika tidak, petugas memberitahu keluarga jika nanti
sakit menunjukan gejala TB segera memeriksakan
diri ke puskesmas atau RS.
8) Jika ya, Petugas kesehatan memberi penjelasan
mengenai pentingnya pemeriksaan dahak dan cara
mengeluarkan dahak yang benar untuk
mendapatkan dahak yang kental dan purulen.
9) Petugas kesehatan memberi pot dahak sewaktu
kunjungan pertama dan menyarankan klien
mengeluarkan dahak di tempat terbuka .
10) Petugas kesehatan memeriksa kekentalan,warna,
dan volume dahak. dahak yang baik untuk
pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijau-
hijauan(mukopurulen), kental dengan volume 3-5
ml. Bila volumenya kurang, petugas meminta klien
batuk lagi sampai volume dahak mencukupi.
11) Jika tidak ada dahak yg keluar, pot dahak dianggap
sudah terpakai dan harus dimusnahkan untuk
menghindari kontaminasi kuman TBC
12) Petugas kesehatan memberi label pada dinding pot
dahak yang memuat identitas terduga TB.
13) Petugas kesehatan memberi klien 2 (dua) pot
dahak pagi/sewaktu yang sudah diberi label untuk
diisi dahak pagi-pagi/ pagi-sewaktu/ sewaktu-
sewaktu dan besok pagi disuruh datang ke
Puskesmas Marga II membawa dahak .
14) Petugas kesehatan mengisi formulir /kitir rujukan
spesimen dahak.
15) Petugas memberikan KIE pada klien untuk
menerapkan etika batuk, selama menunggu hasil
pemeriksaan dahak selesai, dan segera
menginformasikan hasil pemeriksaan dahak jika
sudah selesai melalui telp/ WA/ SMS.
16) Petugas kesehatan mengirim pot dahak yang sdh
terisi yang dilampiri form rujukan specimen dahak
ke lab Puskesmas Marga II.
17) Petugas program TB dan Lab Pusk Marga II
melakukan pencatatan pada form TB.04 dan TB.05.
dan TB.06
18) Petugas program TB/ Petugas Lab melakukan
pengepakan spemimen dahak sesuai SOP, dan
selanjutnya melakukan pengirman specimen dahak
yang dilampiri form TB.05 ke Lab mikro BRSU
Tabanan dengan mempergunakan coolbox
19) Petugas kesehatan mencuci tangan.
20) Petugas program TB mencari hasil pemeriksaan
specimen dahak ke BRSU Tabanan.
21) Petugas program TB menginformasikan hasil
pemeriksaan melalui telp/ WA/ SMS kepada pasien
terduga TB.
22) Petugas program TB dan petugas lab mencatat
hasil pemeriksaan specimen masing –masing pada
TB.06 dan TB.04.
23) Petugas program TB mengarsipkan hasil
pemeriksaan specimen dahak pada masing-masing
CM pasien.
24) Petugas program TB merekap laporan
25) Petugas megirim laporan ke Dinkes Kabupaten
Tabanan.

3 Ketuk Pintu TBC 1. TAHAP PERSIAPAN


( intervensi PIS-PK) 1) Puskesmas bersurat kepada seluruh Kepala Desa di
wilayah Puskesmas Marga II
2) Kepala Desa menindaklanjuti pemberitahuan kepada
Kepala dusun
3) Mendapatkan komitmen Kepala Desa dan
kesiapannya untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan Ketuk Pintu TBC ( intervensi PIS-PK) dan
pemeriksaan terduga TB.
4) Menyepakati petugas kesehatan yang terlibat pada
kegiatan Ketuk Pintu TBC ( intervensi PIS-PK)
5) Menentukan seorang koordinator lapangan
6) Mempersiapkan perangkat kegiatan ketuk pintu :
masker, leaflet TB, form ketuk pintu, daftar nama-
nama ps TB yang mendapat pengobatan tidak sesuai
dengan standar, Form/ kitir rujukan specimen dahak,
(contoh formulir terlampir).
7) Menentukan kesepakatan jumlah rumah yang akan
dikunjungi (rasio 2 kader/ petugas kesehatan dapat
melakukan kunjungan 5-10 KK per kunjungan)
8) Tugas petugas kesehatan :
a) Petugas memberikan edukasi tentang TB sesuai
dengan informasi yang tertulis pada leaflet TB
b) Melakukan skrining pada anggota rumah dengan
gejala utama :batuk berdahak (tidak harus 2
minggu) dapat di sertai dengan gejala lain seperti
batuk bercampur darah, sesak nafas dan nyeri
dada, nafsu makan menurun, berkeringat di
malam hari, demam meriang berkepanjangan,
berat badan menurun
c) Melakukan pencatatan pada formulir skrining
d) Memberikan surat rujukan ke Puskesmas untuk
yang mempunyai gejala TB Koordinator lapangan
akan merekap laporan petugas kesehatan
9) Membuat rute perjalanan ketuk pintu, berdasarkan
pemetaan yang sudah dibuat sebelumnya (misal
petugas kesehatan A berkunjung ke desa A),
menentukan titik berkumpul setelah semua selesai
melakukan kunjungan rumah dan semua hasil
dikumpulkan oleh koordinator lapangan untuk di
rekap.
10) Menyiapkan perangkat ketuk pintu diantaranya
leaflet TB, formulir Skrining, dan formulir Rujukan.

2. PELAKSANAAN
1) Petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah
penderita TB
2) Petugas memakai masker.
3) Petugas kesehatan memperkenalkan diri serta
menjelaskan maksud / tujuan kunjungan.
4) Petugas kesehatan memberikan informasi tentang
TB.
5) Petugas kesehatan melakukan skrening dengan
melakukan anamnesa kepada kontak erat dengan
penderita TB: Apakah mengalami batuk berdahak
2-3 minggu atau lebih, yang diikuti dengan dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan turun, Berat badan turun,
malaise, berkeringat pada malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
6) Petugas kesehatan menentukan klien sebagi
suspek TB atau tidak.
7) Jika tidak, petugas memberitahu keluarga jika nanti
sakit menunjukan gejala TB segera memeriksakan
diri ke puskesmas atau RS.
8) Jika ya, Petugas kesehatan memberi penjelasan
mengenai pentingnya pemeriksaan dahak dan cara
mengeluarkan dahak yang benar untuk
mendapatkan dahak yang kental dan purulen.
9) Petugas kesehatan memberi pot dahak sewaktu
kunjungan pertama dan menyarankan klien
mengeluarkan dahak di tempat terbuka .
10) Petugas kesehatan memeriksa kekentalan,warna,
dan volume dahak. dahak yang baik untuk
pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijau-
hijauan(mukopurulen), kental dengan volume 3-5
ml. Bila volumenya kurang, petugas meminta klien
batuk lagi sampai volume dahak mencukupi.
11) Jika tidak ada dahak yg keluar, pot dahak dianggap
sudah terpakai dan harus dimusnahkan untuk
menghindari kontaminasi kuman TBC
12) Petugas kesehatan memberi label pada dinding pot
dahak yang memuat identitas terduga TB.
13) Petugas kesehatan memberi klien 2 (dua) pot
dahak pagi/sewaktu yang sudah diberi label untuk
diisi dahak pagi-pagi/ pagi-sewaktu/ sewaktu-
sewaktu dan besok pagi disuruh datang ke
Puskesmas Marga II membawa dahak .
14) Petugas kesehatan mengisi formulir /kitir rujukan
spesimen dahak.
15) Petugas memberikan KIE pada klien untuk
menerapkan etika batuk, selama menunggu hasil
pemeriksaan dahak selesai, dan segera
menginformasikan hasil pemeriksaan dahak jika
sudah selesai melalui telp/ WA/ SMS.
16) Petugas kesehatan mengirim pot dahak yang sdh
terisi yang dilampiri form rujukan specimen dahak
ke lab Puskesmas Marga II.
17) Petugas kesehatan mencatat kegiatan dalam form
ketuk pintu.
18) Petugas kesehatan mencuci tangan.

4 Pengiriman 1. TAHAP PERSIAPAN


specimen dahak 1) Menyepakati petugas kesehatan yang terlibat pada
hasil ketuk pintu TBC kegiatan pengiriman dahak ke puskesmas .
(intervensi PIS-PK) 2) Menentukan waktu pengambilan dahak dengan
ke puskesmas terduga TB
3) Mempersiapkan perangkat kegiatan pengiriman
dahak ke puskesmas seperti : pot dahak, label pot
dahak, form rujukan specimen dahak, coolbox, daftar
nama-nama terduga TB yg diberi pot dahak dan form
rujukan specimen dahak.

2. PELAKSANAAN
1) Petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah
terduga TB
2) Petugas memakai masker.
3) Petugas kesehatan memperkenalkan diri serta
menjelasakan maksud / tujuan kunjungan.
4) Petugas kesehatan memeriksa kekentalan,warna,
dan volume dahak. dahak yang baik untuk
pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijau-
hijauan(mukopurulen), kental dengan volume 3-5
ml. Bila volumenya kurang, petugas meminta klien
batuk lagi sampai volume dahak mencukupi.
5) Petugas kesehatan memeriksa kelengkapan label
pada pot dahak dan form rujukan specimen dahak.
6) Pot dahak yang akan dikirim ke puskesmas
dimasukan ke dalam kantong plastic, lalu
dimasukan kedalam collbox
7) Petugas kesehatan mengirim pot dahak yang sdh
terisi yang dilampiri form rujukan specimen dahak
ke lab Puskesmas Marga II
8) Petugas kesehatan mencuci tangan.

5 Pengiriman specimen 1. TAHAP PERSIAPAN


dahak terduga TBC ke 1) Mempersiapkan perangkat kegiatan pengiriman
BRSU Tabanan dahak ke puskesmas seperti : plester, plastic klip,
parafilm, coolbox, form TB.04, TB.05, dan TB.06,
masker, sarung tangan, pot dahak yang sudah
berisi dahak

2. PELAKSANAAN
1) Petugas program TB/ petugas lab memakai masker
dan sarung tangan
2) Petugas program TB/ petugas lab memastikan
kwalitas dahak dengan memeriksa specimen dahak
pada pot dahak terhadap kekentalan,warna, dan
volume dahak, kelengkapan label pada pot dahak
dan form rujukan specimen dahak.
3) Petugas program TB/ petugas lab melakukan
pengepakan dahak sesuai prosedur yaitu:
1) Pot dahak dipastikan sdh tertutup dengan
rapat dengan memutar tutup pot dahak
searah jarum jam sampai agak keras.
2) Antara tutup dan pot dahak diberi plester/
isolasi untuk menghindari dahak merembes
keluar jika pot dahak miring atau terbalik saat
pengiriman.
3) Setiap specimen diberi parafilm untuk
melindungi specimen dari cahaya matahari
saat pengirman.
4) Jika satu orang terduga TB terdapat dua
specimen dahak , maka ke dua specimen
tersebut dimasukan kedalam satu wadah
kantong plastic klip untuk menghindari
tercecer / tertukar dengan specimen yang
lain.
5) Pot dahak yang sudah dipakking dimasukan
ke dalam collbox.
6) Coolbox ditutup rapat dan pastikan sudah
terkunci.
7) Petugas membuka sarung tangan dan
membuka masker.
8) Petugas mencuci tangan.

4) Petugas program TB/ petugas lab mencatat


identitas terduga TB dan specimen dahak pada
form TB.04, TB.05, dan TB.06
5) Petugas program TB/ petugas lab mengirim
specimen dahak BRSU Tabanan ke bagian lab
mikrobilogi yang dilampiri form TB.05.
6) Petugas program TB/ petugas menyerahkan
specimen dahak dan form TB.05 ke petugas lab
mikrobiologi BRSU Tabanan
7) Petugas lab mikrobiologi BRSU Tabanan mengecek
kelengkapan specimen dan form TB.05
8) Petugas program TB/ petugas lab mencuci tangan.
6 Pengambilan hasil 1. TAHAP PERSIAPAN
pemeriksaan 1) Mempersiapkan perangkat kegiatan Pengambilan
specimen dahak hasil pemeriksaan specimen dahak terduga TBC ke
terduga TBC ke BRSU Tabanan seperti daftar nama terduga TB yang
BRSU Tabanan sudah dikirim ke BRSU Tabanan.

2. PELAKSANAAN
1) Petugas program TB/ petugas lab mengambil hasil
pemeriksaan specimen dahak terduga TBC ke
BRSU Tabanan bagian poli paru atau ke lab
mikrobiologi sesuai kesepakatan dengan petugas
BRSU Tabanan.
2) Petugas program TB/ petugas lab memastikan
memastikan hasil yang diambil sudah sesuai dengan
daftar terduga TB.
3) Petugas program TB dan petugas lab mencatat hasil
pemeriksaan specimen masing –masing pada TB.06
dan TB.04.
4) Petugas program TB menginformasikan hasil
pemeriksaan melalui telp/ WA/ SMS kepada pasien
terduga TB.
5) Petugas program TB mengarsipkan hasil
pemeriksaan specimen dahak pada masing-masing
CM pasien.
6) Petugas mencuci tangan
7) Petugas program TB merekap laporan
8) Petugas mengirim laporan ke Dinkes Kabupaten
Tabanan.

7 Penyuluhan TBC di 1. TAHAP PERSIAPAN:


posyandu 1) Puskesmas bersurat kepada seluruh Kepala Desa di
wilayah Puskesmas Marga II
2) Kepala Desa menindaklanjuti pemberitahuan kepada
Kepala dusun
3) Mendapatkan komitmen Kepala Desa dan
kesiapannya untuk mendukung pelaksanaan
Penyuluhan TBC di posyandu.
4) Menyepakati petugas kesehatan yang terlibat pada
kegiatan Penyuluhan TBC di posyandu Menentukan
seorang koordinator lapangan
5) Mempersiapkan perangkat kegiatan Penyuluhan TBC
di posyandu sesuai SAP.
6) Menentukan kesepakatan jumlah posyandu yang
akan dikunjungi dan diberi penyuluhan.
2. PELAKSANAAN
1) Petugas kesehatan melakukan kunjungan ke
posyandu
2) Petugas kesehatan meminta ijin kepada kepala
dusun untuk memberikan penyuluhan penyaki TBC
sesuai surat yang telah disampaikan sebelumnya.
3) Petugas kesehatan memberi salam memperkenalkan
diri serta menjelasakan maksud / tujuan kunjungan
kepada masyarakat/audien.
4) Petugas kesehatan memberi pertanyaan apresiasi
tentang penyakit TB.
5) Petugas kesehatan Memberikan penjelasan tentang
HIV/AIDS.
6) Petugas kesehatan memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya
7) Petugas kesehatan menjawab pertanyaan peserta
Menyimpulkan materi penyuluhan bersama peserta
8) Petugas kesehatan memberikan evaluasi secara lisan
9) Petugas kesehatan memberikan salam penutup

8 Konsultasi program 1. TAHAP PERSIAPAN


TB ke Dinkes 1) Pelaksana program TBC puskesmas menemukan
Kabupaten masalah program TB yang tidak bisa dipecahkan
dalam internal Puskesmas
2) Pelaksana program TBC puskesmas Menentukan
waktu konsultasi ke Dinkes Kabupaten.
3) Pelaksana program TBC puskesmas mempersiapkan
perangkat yang mendukung kelancaran pelaksanaan
konsulatasi seperti : buku-buku program, buku
catatan, pensil, bolpoint, leptop, hp, dll
4) Pelaksana program TBC puskesmas membuat
kesepakatan waktu untuk berkonsultasi dengan
pelaksana/ penanggung jawab program TBC Dinas
Kesehatan Kabupaten melalui telp, WA, atau SMS.

3. PELAKSANAAN
1) Sebelum ke Dinas Kesehatan Kabupaten, Pelaksana
program TBC puskesmas memastikan kembali waktu
konsultasi dengan pelaksana / penanggung jawab
program TB Kabupaten melalui telp/ WA/ SMS
2) Pelaksana program TBC puskesmas mengucapkan
salam.
3) Pelaksana program TBC puskesmas menjelaskan
masalah yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan
program TB di Puskesmas kepada pelaksana /
penanggung jawab program TB Kabupaten.
4) Pelaksana program TBC puskesmas melakukan
komunikasi pelaksana / penanggung jawab program
TB Kabupaten untuk bertukaran pikiran, menyatukan
persepsi mendapatkan kesimpulan (nasihat,
saran ,dsb) yang sebaik-baiknya untuk memecahkan
masalah yang telah teridentifikasi, dan pembagian
tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi
program atau strategi yang telah dilaksanakan.
5) Pelaksana program TBC puskesmas
mendokumentasikan kegiatan dan hasil konsultasi
dalam buku catatan dan buku kegiatan harian
petugas, serta dalam bentuk foto kegiatan.
6) Petugas Puskesmas mengucapkan salam dan
terimaksih .

3.2 Cara Melaksanakan Kegiatan

1) Kunjungan rumah follow up tatalaksana dan kepatuhan minum obat TBC


Kunjungan rumah follow up tatalaksana dan kepatuhan minum obat TBC
dilakukan pada bulan Januari-Nopember 2020. Kegiatan memberikan informasi
mengenai TB sekaligus melakukan pengawasan terhadap kepatuhan pasien TB minum
obat TBC

2) Investigasi kontak penderita TBC.

Investigasi kontak penderita TBC, dilakukan di lima desa setiap bulan Januari-
Nopember 2020 dengan cara kunjungan rumah disekitar rumah penderita TB paling
sedikit 10 - 15 orang kontak dengan pasien TB, guna memberikan informasi mengenai
TB sekaligus melakukan skrining/penapisan gejala TB pada semua anggota keluarga
yang ditemui saat itu (minimal 1 orang dewasa) dan jika dari hasil skrining ditemukan
gejala TB (1 gejala utama atau 3 gejala tambahan maka suspek diambil dahak sewaktu
dan diberi surat rujukan untuk dahak pagi/ sewaktu ke dua serta di bawa ke puskemas.

3) Kegiatan ketuk pintu TBC ( inter vensi PIS-PK)


Kegiatan ketuk pintu TBC ( inter vensi PIS-PK) dilakukan pada bulan April 2020
dengan cara kunjungan rumah secara acak ke beberapa rumah tangga (RT) dan kepada
pasien TB yang tidak mendapat pengobatan sesuai standar, penemuan di tempat
khusus: sekolah, penemuan di populasi berisiko: HIV, penderita Diabetus Melitus (DM)
tempat penampungan pengungsi, di wilayah kerja Puskesmas Marga II dengan jumlah
rumah yang akan dikunjungi (rasio 2 kader/ petugas kesehatan melakukan kunjungan
ke 5-10 KK per kunjungan) . Memberikan informasi mengenai TB sekaligus melakukan
skrining/penapisan gejala TB pada semua anggota keluarga yang ditemui saat itu
(minimal 1 orang dewasa per KK) dan jika dari hasil skrining ditemukan gejala TB (1
gejala utama atau 3 gejala tambahan maka suspek diambil dahak sewaktu dan diberi
surat rujukan untuk dahak pagi/ sewaktu ke dua serta di bawa ke puskemas atau
dikumpulkan saja di rumah terduga TB, kader /petugas kesehatan yang akan mengambil
dan mengirimkannya ke puskesmas.
4) Pengiriman specimen dahak hasil ketuk pintu TBC (intervensi PIS-PK) ke puskesmas
Pengiriman specimen dahak hasil ketuk pintu TBC (intervensi PIS-PK) ke
puskesmas dilakukan setelah kegiatan ketuk pintu atau sehari setelah kegiatan
berlangsung didaerah tersebut. yaitu pada bulan April 2020. Kegiatan pokok yaitu
mendukung kegiatan ketuk pintu TBC (intervensi PIS-PK), atau terduga TB yang tidak
datang membawa dahak ke Puskesmas . Petugas kesehatan mengambil pot dahak pagi
atau sewaktu yang sudah diisi sputum oleh suspek TB, dan mengirimnya ke puskesmas
marga II

5) Pengiriman specimen dahak terduga TBC ke BRSU Tabanan


Mengiriman semua specimen dahak terduga TBC baik yang ditemukan secara
pasif maupun aktif ke BRSU Tabanan bertujuan untuk penemuan kasus TB dengan
pemeriksaan bakteriologis mempergunakan mesin test cepat molekuler (TCM), dan
untuk menjangkau pasien yang membutuhkan akses terhadap pemeriksaan tersebut
serta mengurangi risiko penularan jika pasien bepergian langsung ke laboratorium.
Kegiatan ini dilakukan sebanyak 36 kali dalam setahun pada bulan januari-Nopember
2020

6) Pengambilan hasil pemeriksaan specimen dahak terduga TBC ke BRSU Tabanan.


Mengambilan semua hasil pemeriksaan specimen dahak terduga TBC ke BRSU
Tabanan untuk mengetahui dan mendapatkan hasil secara cepat sehingga diagnose
pasien dapat ditegakan dengan cepat dan tepat. Kegiatan ini dilakukan sehari setelah
pengiriman sebanyak 36 kali dalam setahun pada bulan januari-Nopember 2020.

7) Penyuluhan TBC di posyandu


Penyuluhan TBC di posyandu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
peranserta masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Tuberkulosis
dapat mendorong tercapainya target program. Kegiatan ini dilakukan pada 29 posyandu
pada bulan Maret 2020.

8) Konsultasi program TB ke Dinkes Kabupaten


Konsultasi program TB ke Dinkes Kabupaten dilaksanakan sebanyak 6 kali pada
bulan Januari, Maret, Juni, September, Nopember 2020

3.3 Sasaran:

1) Penderita TB yang sedang minum obat anti tuberculosis (OAT)


2) Keluarga atau masyarakat kontak erat dengan pasien TB
3) Rumah tangga (RT) dan kepada pasien TB yang tidak mendapat pengobatan sesuai
standar,
4) Semua spesimen dahak yang dikumpulkan oleh masyarakat terduga TB pada saat
kegiatan ketuk pintu (intervensi PIS-PK).
5) Semua spesimen dahak yang terkumpul di lab Puskesmas yang ditemukan secara pasif
maupun aktif .
6) Semua hasil pemeriksaan specimen dahak TCM di BRSU Tabanan.
7) Orang tua balita yang berkunjung ke posyandu.
8) Pelaksana/penanggungjawab program TB Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan.

3.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan.

J a d w a l/B u l a n
No Kegiatan Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kunjungan rumah follow up tatalaksana dan x x x x x x x x x x x
kepatuhan minum obat TBC
2 Investigasi kontak penderita TBC x x x x x x x x x x x
3 Kegiatan ketuk pintu TBC ( intervensi PIS-PK) x
4 Pengiriman specimen dahak hasil ketuk pintu x
TBC (intervensi PIS-PK) ke puskesmas
5 Pengiriman specimen dahak terduga TBC ke x x x x x x x x x x x
BRSU Tabanan x
6 Mengambilan semua hasil pemeriksaan x x x x x x x x x x x
specimen dahak terduga TBC ke BRSU x
Tabanan
7 Penyuluhan TBC di posyandu x
8 Konsultasi program TB ke Dinkes Kabupaten x x x x x
x

BAB IV
DOKUMENTASI

4.1 Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan

1. Evaluasi pelaksanaan program TB dilaksanakan setiap akhir pelaksanaan kegiatan


2. Pelaksana evaluasi program TB adalah penanggung jawab UKM
3. Pelaporan evaluasi program TB dilaksanakan oleh pelaksana program, penanggung
jawab UKM kepada kepala puskesmas.
4.2 Pencatatan,Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Pelaksana kegiatan TB melakukan pencatatan melalui form kegiatan. Pelaporan
kegiatan TB dilaksanakan oleh pelaksana program TB dan penanggung jawab UKM
puskesmas dan dilaporkan kepada kepala puskesmas dan Dinas Kesehatan. Evaluasi
kegiatan program TB dilaksanakan menggunakan form pelaporan evaluasi dan
dilaksanakan setiap setelah selesai kegiatan dan ditindaklanjuti perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Permenkes No.67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis.
2. Depkes RI (2014) Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis
3. Profil Dinkes Provinsi Bali tahun 2017
4. Profil Dinkes Kabupaten Tabanan 2016
5. SK Kepala Puskesmas Marga II Nomor: 50/SK/Pusk.Mrg II/TA/2017 tentang Ketentuan
Menerapkan Strategi DOTS di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai