Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan diberbagai bidang kehidupan terjadi sebagai akibat dari proes


industrialisasi dan modernisasi. Hal ini turut merubah pola hidup
masyarakat yang pada akhirnya berdampak pada berubahnya pola penyakit
dimasyarakat. Perubahan pola penyakit ini terjadi dimana sebelumnya
cenderung di dominasi oleh penyakit infeksi maka pada saat sekarang
berubah menjadi penyakit degenerative.

Pada sisi lain pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam hal ini
melakukan pencegahan terhadap penyakit infeksi masih minim. Di tambah
lagi dengan factor lingkungan yang kurang mendukung sehingga pada
akhirnya penyakit masih menjadi masalah dan menjadi factor yang turut
menentukan derajat Kesehatan Masyarakat.

Salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah Kesehatan di


masyarakat adalah penyakit paru-paru khushnya Tubercelosa Paru ( TB
Paru ). Besar dan luasnya permasalahan akibat TB Paru mengharuskan
kepada semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam
melakukan penanggulangan TB Paru. Kerugian yang diakibatkannya sangat
besar, bukan hanya dari aspek Kesehatan semata. Tetapi dari aspek sosial
maupun ekonomi. Dengan demikian TB Paru merupakan ancaman
terhadap cita-cita pembangunan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara

1
menyeluruh. Karenanya perang terhadap TB Paru berati perang terhadap
kemiskinan, ketidak produktifan, dan kelemahan terhadap TB.

Laproan TB Dunia oleh WHO yang terbaru ( 2006 ) , masih menempatkan


Indonesia sebagai penymbang terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan
China dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000, dan jumlah kematian
sekitar 101.000 pertahun. ( Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis, Depkes, Jakarta 2006. )

Diperkirakan sekitar spsertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh


Mycobacterium Tuberculosis, pada tahun 2005 diperkirakan ada 9 Juta
Pasien TB dan 98% kematian akibat TB di dunia , terjadi pada Negara-
negara berkembang. Demikian juga kematian Wanita akibat TB lebih
banyak daripada kematian kehamilan, persalinan dan nifas. Munculnya
pandemic HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB . Koinfeksi
dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian TB secara signifikan. Pada
saat yang sama kekebalan ganda kuman. TB terhadap obat anti TB
( Multidrug ressistece = MDR ) semakin menjadi masalah akibat kasus yang
tidak berhasil disembuhkan, keadaan tersebut pada akhirnya. Akan
menyebabkan terjadinya epidemi yang sulit ditangani. ( Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Depkes, Jakarta 2006 )

Penyakit Tuberculosa Paru ini menjadi masalah yang cukup komplek,


selain berdampak pada Aspek Kesehatan ( Angka Kesakitan dan Kematian )
juga berdampak pada Aspek sosial dan ekonomi., dan sumber daya
manusia. Aspek sosial terpengaruh karena tidak sedikit penderita TB Paru
merasa malu untuk bersosialisasi walaupun secara langsung tidak
dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya. Dampak pada aspek ekonomi
terjadi dimana penderita akan kehilangan waktu produktif selama 3-6

2
bulan sehingga diperkirakan 20-30% penghasilannya turut menghilang.
Positif kuantitas sumber daya manusia. Hal ini terjadi kebanyakan kasus
menyerang pada usia produktif. ( Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis, Depkes Jakarta 2006 )

Hal ini sama dengan masalah yang terjadi di wilayah Puskesmas Cimanggu
sejak tahun 2009. Kasus ini banyak ditemukan di desa sukanagalih, karena
lokasi dan askes mendapatkan pelayanan lebih dekat.

B. TUJUAN

 Untuk mengevaluasi Hasil Kerja Program P2 TB Paru Tahun 2022

3
BAB II
GAMBARAN UMUM

1. Pelaksanaan Kegiatan P2 Tb Paru


A. Penemuan Pasien TB Paru
Kegiatan penemuan terdiri dari penjarngan suspek, diagnosis dan
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.

Strategi Penemuan

1. Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dan prmosi aktif,


penjaringan tersangka dilakukan di unit pelayanan Kesehatan. Di
dukung dengan penyluhan secara aktif baik oleh petugas maupun
masyarakat.
2. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama pasien BTA positif
dan pada keluarga anak yang menderita TB.

Gejala Klinis :

Batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih ( batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu batuk bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, bb menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa melakukan aktifitas, demam meriang lebih dari satu bulan ).

A. Pemeriksaan dahak mkroskopis :

Pemerisaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai


keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Spesimen

4
dahak dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berupa PS ( Pagi
sewaktu ).

B. Diagnosis TB

Dilakukan melalui pemeriksaan 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,


yaitu PS, pemeriksaan lain seperti foto toraks dapat di gunakan sebagai
penunjang diagnosis sesuai dengan indikasinya.

C. Klasifikasi Penyakit.

1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena dibagi 2 yaitu


tuberculosis paru dan ekstra paru
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis dibagi
menjadi 2 yaitu Tuberkulosis Paru BTA Positif dab BTA Negatif.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
4. Klasifikasi berdasarkan Riwayat pengobatan.

( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Hal2, Depkes,


Jakarta 2006 ).

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif


secara ekonomis ( 15-50 Tahun ). Diperkirakan seorang pasien TB
dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan.
Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatan sekitar 15 Tahun. Selain merugikan secara
ekonomis, TB Juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial
stgma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. ( Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Depkes, Jakarta 2006 ).

5
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah :

1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada


negara-negara yang sedang berkembang.
2. Kegagalan program TB selama ini, yang disebabkan oleh :
a. tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
b. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB ( Kurang terakses
oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnose yang tidak
standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan
pemantauan, pencatatan dan pelaporan tidak standar, dan
sebagainya. )
c. Tidak memadainya tatalaksana kasus ( diagnose dan panduan
obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang
telah didiagnosis)
d. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektfitas BCG
e. Infrastruktur Kesehatan yang buruk pada negara-negara yang
mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat.
3. Perubahan demografi karena meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan struktur umur kependudukan
4. Dampak pandemic HIV
Situasi TB di dunia semakin memburuk, jumlah kasus TB
meningkat dan banyak yang tidak berhasil di sembuhkan,
terutama pada Negara yang dikelompokan dalam 22 negara
dengan masalah TB terbesar ( High Burden Contries ), menyikapi
hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai
kedaruratan dunia ( Global Emergency ). ( Pedoaman Nasional
penanggulangan Tuberkulosis, Depkes, Jakarta 2006 ).

6
2. Kependudukan Wilayah Puskesmas Cimanggu

1. Tata Guna Lahan


Dengan kisaran temperature yang cukup tinggi dengan curah hujan
yang cukup tinggi dan kelembatan rendah sehingga kkondisi iklim di
wilayah kerja puskesmas cimanggu cukup berpotensi sebagai
penyebaran penyakit TB Paru.
2. Kondisi Demografi
a. Komposisi penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas cimanggu
tahun 2018 adalah 2 jiwa. Terdiri dari penduduk laki-laki 12.670
Jiwa dan penduduk perempuan 12.340 jiwa.
b. Kondisi sosial Ekonomi Masyarakat di wialayh kerja puskesmas
cimanggu yang mayoritas penduduk adalah pertain, buruh tani,
peternak, pekebun, dll.
c. Fasilitas Kesehatan

7
Table 1. Jumlah sarana Kesehatan di wilayah Kerja Puskesmas
Cimanggu Tahun 2018

Milik
Sarana
NO Pemda Depke TNI/Polri BUMN Swasta Jumlah
Kesehatan
s
1 Rumah Sakit
2 Puskesmas 1 1
Puskesmas
3 4 4
Pembantu
4 Polindes 1 1
Balai
5
Pengobatan
Rumah
6
Bersalin
7 Balai Lab Kes
8 Poskesdes 2 2
Praktek :
Dokter Umum 2 2
Dokter
9
Spesialis
Bidan 25 25
Perawat 15 15

8
BAB III

ANALISIS SITUASI

1. Situasi Umum Kerja Program P2 TB Paru.

A. Penemuan Terduga Pasien TB Paru


Penemuan terduga pasien TB Paru. Deteksi dini pasien hasil
kunjungan ataupun pasien dalam Gedung. Pemeriksaan dahak
berfungsi untuk menegakkan diagnosis, meinilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Spesimen dahak
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa PS
( Pagi sewaktu )
B. Diagnosis TB
Dilakukan melalaui pemeriksaan 3 spesimen dahak dalan waktu 2
hari, yaitu PS, pemeriksaan lain seperti foto toraks dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sesuai dengan indikasinya.
C. Klasifikasi penyakit
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena dibagi menjadi 2
yaitu tuberculosis paru dan ekstra paru
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
dibagi menjadi 2 tuberkulosis Paru BTA Positif dan BTA Negatif
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
4. Klasifikasi berdasarkan Riwayat pengobatan dibagi menjadi 6 yaitu
Baru, Kambuh, Default, Gagal, Pindahan dan Lain-Lain.
D. Pengobatan TB

9
Prinsip pengobatan :

1. Obat dilakukan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,


dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan.
2. Dilakukan pengawasan langsung oleh seorang PMO
3. Pengobatan diberikan 2 tahap, yaitu intensif dan lanjutan.
Panduan obat yang digunakan : kategori 1 dan 3 menggunakan
FDC kategori 1, kategori 2 menggunakan FDC kategori 2.
E. Evaluasi Program
a. Indikator Keberhasilan Program TB
untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB
digunakan beberapa indicator, indicator penanggulangan TB secara
Nasional ada 2 yaitu:
 Angka penemuan Pasien Baru TB BTA Positif ( Case Detection
Rate / CDR
 Angka terduga Paru TB Parus
 Angka keberhasilan Pengobatan ( Success Rate / SR )

10
Berdasarkan serangkaian kegiatan penangggulangan Tuberculosis Paru
yang meliputi pencegahan, penemuan kasus dan pengobatan, maka berikut
dijabarkan indikator keberhasilan Program TB Paru, pada Tabel Berikut :

1. Target Penemuan Suspek TB dan Penemuan Kasus BTA +

Target Target
Jumlah
No Desa Penemuan Penemuan
Penduduk
Suspek Kasus BTA
1 Cimanggu 4.233 95 9
2 Sukamaju 4.878 95 12
3 sukajadi 5.204 150 14
4 Boregah Indah 4.009 95 9
5 karangmekar 3.297 90 9
6 Sukamanah 4.290 95 9
Jumlah 25.911 620 62

Analisa :

Berdasarkan gambaran diatas masih tercapai cakupan penemuan kasus TB


Paru BTA (+)

2. Angka penjaringan
Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000
penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam satu tahun.

11
Jumlah suspek yang diperiksa dibagi dengan jumlah penduduk dikalikan
100.000.
Rumus :

Jumlah Suspek yang diperiksa dahak


X 100 %
Jumlah Penduduk

Jumlah suspek yang diperiksa dahak = Orang

Jumlah Penduduk = Jiwa

X 100.000 =

3. Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek


Adalah persentase pasien BTA Positif yang ditemukan diantara seluruh
suspek yang diperiksa dahaknya. Jumlah pasien TB Positif yang
ditemukan / Jumkah seluruh suspek TB yang diperiksa
Rumus :

Jumlah Pasien TB BTA Positif yang ditemukan


X 100 %
Jumlah Seluruh suspek yang diperiksa

4. Angka Konversi
Angka Konversi adalah persentase pasien TB Paru BTA Positif yang
mengalami konversi menjadi BTA Negatif setelah menjalani masa
pengobatan intensif. Angka konversi dihitung tersendiri untuk tiap
klasifikasi dan tipe pasien, BTA postif baru dengan pengobatan
kategori-1, atau BTA positif pengobatan ulang dengan kategori -2.
Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan

12
keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan
langsung menelan obat dilakukan dengan benar.
Rumus :

Jumlah Pasien TB BTA Positif yang dikonversi


X 100 %
Jumlah Pasien TB BTA Positif yang dikonversi

5. Angka Kesembuhan ( Cure Rate )


Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase
pasien TB BTA Positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan,
diantara pasien TB BTA Positif yang tercatat. Angka kesembuhan
digitung tersendiri untuk pasien pasien baru BTA positif yang
mendapat pengobatan ulang dengan kategori 2. Angka ini dihitung
untuk mengetahui keberhasilan program dan masalah potensial,
dengan rumus :

Jumlah Pasien TB Baru BTA Positif yang sembuh


X 100 %
Jumlah Pasien TB Bar BTA Positif yang sembuh

Angka minimal yang harus dicapai adalah 88%. Angka kesembuhan


digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan. Bila angka
kesembuhan lebih rendah dari 88%, maka harus ada informasi dari
hasil lainnya, yaitu beberapa pasien yang digolongkan sebagai
pengobatan lengkap, default ( droup-oup atau lalai ), gagal, meninggal,
dan pindah keluar, angka default tidak boleh dari 10%, sedangkan
angka gagal untuk pasien BTA positif tidak boleh lebih dari 4% untuk
daerah yang belum ada masalahresitensi obat, dan tidak boleh lebih
besar dari 10% untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi obat.

13
Selain dihitung angka kesembuhan pasien TB Paru BTA positif, perlu
dihitung juga angka kesmebuhan pasien TB Paru BTA positif yang
mendapat pengobatan ulang dengan kategori dua.

Angka default tidak boleh lebih dari 10%, sedangkan angka gagal
untuk pasien BTA positif tidak boleh lebih dari 4% untuk daerah yang
belum ada masalah resitensi obat, dan tidak boleh lebih besar dari
10% untuk daerah yang sudah ada masalah resitensi obat. Selain
dihitung angka kesembuhan pasien TB Paru BTA Positif, perlu
dihitung juga angka kesembuhan pasien TB Paru BTA Positif yang
dapat pengobatan ulang dengan kategori dua.

6. Angka Penemuan ( Case Detection Rate =CDR )


Adalah persentase jumlah pasien baru BTA Positif yang ditemukan
disbanding jumlah pasien BTA Positif yang diperkirakan ada dalam
wilayah tersebut. Case Detection Rate menggambarkan cakupan
penemuan pasien baru BTA Positif pada wilayah tersebut, dengan
rumus :

Jumlah Pasien TB Baru BTA Positif dilaporkan dalam TB.O7


X 100 %
Jumlah Pasien TB Baru BTA Positif

Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkolosis


Nasional Minimal 90 %. Case Detection Rate menggambarkan cakupan
penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Perkiraan
jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan
perhitungan angka insidens kasus TB Paru BTA Positif dikali dengan
jumlah penduduk. Target Case Detection Rate Program
Penanggulangan Tuberkulosis Nasional Minimal 70%

14
Faktor penyebab rendahnya CDR : (1) Kesulitan suspek kasus
mengeluarkan dahak, meskipun telah diberikan mukolitik-
ekspektoran ( terutama pasien suspek TB yang telah diobati
sebelumnya dengan obat anti tuberculosis / OAT yang tidak standar);
(2) Program TB hanya mengandalkan Passive Case Finding (PCF)
untuk menjaring kasus TB; (3) Penerapan estimasi prevalensi kasus
BTA Positif TB yang seragam di seluruh Indonesia, yaitu 107
Kasus/100.000 Penduduk, untuk semua kota, kabupaten dan
kecamatan ; (4) Penyebab lain, seperti penjaringan terlalu longgar
( terlalu sensitive ), banyak orang yang tidak memenuhi kriteria
suspek terjaring, dan kualitas dahak yang diperiksa kurang baik.
Kesulitan dalam memperoleh dahak untuk pemeriksaan diagnostic
baik pada dewasa maupun anak perlu segera di atasi. Perlu dicari
prosedur alternatif pemeriksaan dahak yang bisa dilakukan di tingkat
primer.

7. Angka keberhasilan Pengobatan


Angka keberhasilan adalah angka yang menunjukkan persentase
pasien TB BTA Positif yang menyelesaikan pengobatan. ( baik yang
sembuh maupun pengobatan lengkap ) diantara pasien TB BTA
Positif yang tercatat. Demikian angka ini merupakan penjumlahan
dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. )

Jumlah pasien Baru TB BTA Positif ( sembuh + pengobatan lengkap ) x


100
Jumlah pasien Baru TB BTA Positif yang diobati
Jumlah Pasien paru TB BTA Positif ( Sembuh + Pengobatan Lengkap ) =
Orang

15
X 100 % = 100 %
Sudah tercapai target untuk pengobatan 100%
Suspek TB Paru masih sangat kurang atau belum tercapai.

F. Masalah dalam pelaksanaan Program


1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB
Paru.
2. Masih kurangnya peran lintas sektor dalam pelaksanaan program
3. Masih terbatasnya sarana dan Prasarana
4. Pelaksanaan penemuan kasus harus dilakukan secara aktif
5. Masih kurangnya peran kader PMO dalam penemuan kasus
6. Adanya pandemic covid 19
7. Belum maksimal detensi dini pasien terduga TB Paru.

16
B. Situasi Sumber Daya

1. Sumber Daya Manusia

Dalam upaya penanggulangan penyakit TB Paru di wilayah kerja


puskesmas Cimanggu tidak lepas dari koordinasi Lintas Program di
Puskesmas itu sendiri terkait dukungan dan peran serta dari petugas
Kesehatan lain. Keberadaan tenaga Kesehatan di wilayah Kerja
Puskesmas Cimanggu menjadi hal yang sangat penting, mengingat
luas wilayah yang harus digarap serta kondisi geografis yang
menyulitkan petugas menjangkau beberapa daerah.

Ditahun 2022 ini program TB Paru bekerja sama dengan lintas


program. Pemnbina Desa, Bidan Desa dan petugas HIV, untuk
mencapai sasaran. Adanya analisis Kesehatan di laboraturium
Puskesmas meningkatkan detensi dini lebih awal dari pasien yang
terduga.

17
BAB IV

UPAYA PENGENDALIAN P2 TB PARU

A. Penemuan dan Pengobatan Penderita TB Paru.

1. diuraikan cakupan kegiatan penemuan dan pengobatan penderita


penyakit TB Paru Puskesmas Cimanggu Seperti pada Tabel dan Grafik
Berikut :

TARGE
SASARA TARGET
T CAKUPAN
N KEGIATAN N
1
O TB PARU 1 BULAN
TAHUN
ABS ABS KU
ABST % % % %
T T M
Cakupan
8,3 87,9
1 Suspek TB 620 100% 52 545 545
% %
Paru
2 Cakupan 62 100% 6 10% 62 62 100%
Penemuan

18
Pasien Baru
TB BTA
Positif
Cakupan
Kesembuha 97,5
3 41 90% 4 8% 40 40
n Pasien TB %
BTA Positif
Cakupan TB 16,6
4 6 10% 1 10% 1 1
Paru Anak %

Dapat dilihat pada table diatas bahwa cakupan jumlah suspek 87,9% ,
penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 100%, cakupan kesembuhan pasien TB
BTA Positif 97,5%, dan cakupan TB Paru Anak 16,6 %. 62 orang atau
mencapai target untuk tahun 2022 100% dari target 5 Tahunan Program TB
Dinas Kesehatan.

Untuk capaian anak 1 orang seharusnya 10% dari capaian CDR/Positif


Dewasa / 6 Orang Kasus TBC Anak.

620
700 (100% )
545
600
(87,9%)
Target

Suspek
500
CDR (+)

Target
400
Target

Target
300
Target

200 Anak

100

0
19
62 62
41 40
(100%) (100%) 6
(90%) (97,5%)
(100%)
1(10%)

Jumlah kasus penderita TB Paru di wilayah kerja puskesmas cimanggu


pada tahun 2022 adalah 62 Kasus pada penduduk di wilayah kerja
puskesmas cimanggu. Dengan rumus baru 1.000 kali 300 Kasus , berikut
ini merupakan table distribusi kasus TB Baru Puskesmas cimanggu Tahun
2022

Perkiraan Jumlah
Jumlah
No Desa Kasus /1.000 Kasus %
Penduduk
Penduduk CDR/BTA
1 Cimanggu 4.233 9 9 14,5%
2 Sukamaju 4.878 12 13 20,9%
3 sukajadi 5.204 14 10 16,1%
4 Boregah Indah 4.009 9 14 22,5%
5 karangmekar 3.297 9 9 14,5%
6 Sukamanah 4.290 9 7 11,2%
Jumlah 25.911 25.911 62 100%

Jumlah kasus penderita TB Paru di wilayah Kerja Puskesmas Cimanggu


berdasarkan jumlah penderita sebanyak 62 Orang . 61 Orang Dewasa , 1
Orang orang kasus TB Anak.

20
Dari 6 Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Cimanggu Jumlah Kasus
sebanyak Desa Boregah Indah 14 Orang yaitu 22,5 %, Desa Sukamaju 13
Orang Yaitu 20,9%, Desa Sukajadi 10 Orang yaitu 16,1 % ,Desa
Karangmekar 9 Orang Yaitu14,5%, Desa Cimanggu 9 Orang yaitu 14,5%,
dan Desa Sukamanah 7 Orang yaitu 11,2%.

B. Masalah dan Hambatan

Di tahun 2022 dalam program P2 TB Paru sedikit hambatan dalam


deteksi diri dan banyak yang terduga batuk kering yang mempersulit
pencernaan spiltum dahak. Belum maksimal pemeriksaan dan penemuan
terduga TB Paru.

21
BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan
Puskesmas cimanggu mempunyai sarana Laboturium untuk menunjang
pemeriksaan dahak yaitu untuk pemeriksaan deteksi Bakteri TBC.

B. Tenaga Kesehatan
Dalam Progrma P2 TB Paru, ada pemegang program TB Paru 1 orang
Analisis Kesehatan dan 2 orang Dokter Puskesmas Penanggung jawab
Pengobatan TB Paru.

C. Pembiayaan Kesehatan
Dalam Program P2 TB Paru, ada rencana kegiatan yang dilaksanakan
petugas dalam deteksi dini penemuan kasus TB dan Follow up
pengobatan TB Paru.

22
23
RENCANA AKSI PENINGKATAN IPKM PROGRAM TB PARU TAHUN 2022

PELAKSAN PENANGGUNG SUMBER


NO KEGIATAN TUJUAN WAKTU TEMPAT
A JAWAB DANA
1 Penyuluhan kepada
pasien mengenai :
a. Fungsi obat - Pasien akan sadar bahwa Pasien Puskesmas Pet. TB Ka. PKM

untuk dirinya berobat untuk Control

penyembuhan kesembuhan dan

dan pencegahan mencegah penularan

penularan kepada keluarga

- Pasien akan sadar bahwa


b. Bahaya bila tubuhnya kebal maka
Resitensi Obat pengobatan akan sulit
Sebelum
Pengobatan
- Pasien tidak akan
c. Efek samping menghentikan minum obat

24
obat hanya karena ada
perubahan akibat efek
samping obat yang
diminumnya
- Pasien tidak akan
menghentikan pengobatan
walau sudah merasa
d. Gunanya
enak / merasa sembuh
berobat teratur Pet. TB Ka. PKM
- pihak keluarga turut serta
dalam kesinambungan Setiap Pasien
pengobatan Control
e. Membuat
kesepakatan
- Lebih terfokus kepada hal-
untuk bertemu
Yang memberatkan bagi
dengan pihak
Pasien sehingga merasa
keluarga
Dihargai
f. Menganalisa
- Penyuluhan lebih terfokus
keluhan pasien

25
Kepada hal-hal penting dan
Mendesak bagi pasien Setiap
g. Menganalisa tersebut melaksanaka
situasi dan n penyuluhan
kondisi
2 Staf meeting di
puskesmas
a. Sosialisasi - Semua petugas paham 1 x Sebulan Aula PKM Pet.TB Ka. PKM BOK

program TB Program TB Puskesmas


- Untuk lebih menjamin 1 X Sebulan Desa Pembina Ka. PKM BOK
Pemantauan terhadap ( Min 6 Kali ) Desa dan
Penderita TB. Paru -paru Bides
Di masing-masing desa
b. Kunjungan 1X Puskesmas Ka. PKM BOK
- untuk mengetahui
rumah kemajuan dan Pet. TB dan
dilakukan berjalannya program. Lintas
bekerjasama Program
dengan kader
Posyandu

26
PMO dan - Meningkatkan 1 Bulan /
Puskesmas pengetahuan kader serta Seklai Pertemuan Pet. TB dan
c. Evaluasi Hasil meningkatkan penemuan desa Promkes
Rekomendasi kasus serta meningkatkan
pasca Meeting angka kesembuhan
sebelumnya pasien.
Penyuluhan
masyarakat
3
( Posyandu /
Pertemuan Desa )

RENCANA USULAN KEGIATAN (RUK) BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN ( BOK )

UPTD PUSKESMAS CIMANGGU KECAMATAN CIMANGGU KABUPATEN SUKABUMI

PROGRAM P2 TB PARU

27
28
BAB VI

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari kegiatan Program P2 TB Paru

1. Program P2 TB Paru Tahun 2022 mencapai target 5 Tahunan dari Dinas


Kesehatan Penemuan Kasus Dewasa
2. Penemuan Kasus Anak belum mencapai 10%
3. Sistem pencatatan dan pelaporan yang masih sulit dilaksanakan karena
memakai SITB yang kurang maksimal
4. Meningkatkan kunjungan kontak serumah untuk menurunkan angka
Droup Out dan gagal pengobatan
5. Follow Up Pengobatan dilaksanakan dengan maksimal keberhasilan
kesembuhan mencapai Target
6. Kolaborasi TB – HIV-DM sudah dilaksanakan
7. Sosialisasi Pengendalian penyakit ada 2 kali kegiatan yang dilaksanakan.

29
620 (100% )
700
545
(87,9%)
Target
600

Suspek

500 CDR (+)

Target

400
Target

Target
300
Target

Anak
200 62 62
(100%) 41 40
(100%)
(90%) (97,5%) 6
100 (100%) 1(10%)

30
31
32
33
PENUTUP

Dengan menucap puji dan syukur, penyusunan Penyusunan Laporan


Kerja TB Paru Puskesmas Cimanggu Kecamatan Cimanggu Kabupaten
Sukabumi sudah dapat kami selesaikan , dengan harapan semoga sesuai
denga napa yang diharapkan .

Kami sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan


laporan ini. Maka, dengan kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengadakan
perbaikan- perbaikan demi tercapainya apa yang diharapkan.

Semoga niat baik kita semua dapat dihindari dan diberkati Allah SWT.
Amin

Mengetahui Cimanggu 10 Januari 2023


Kepala Puskesmas Cimanggu Pengelola Program TB Paru
Puskesmas Cimanggu

HJ. NURAILAH, A.MK PITRI SRI WAHYUNI. Am.Kep.


NIP. 19820204.20081.2.006

34

Anda mungkin juga menyukai