Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH PADA PENDERITA TB

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di


dunia ini. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium


tuberculosis. Tuberkulosis menjadi masalah kesehatan yang besar di negara-negara
berkembang karena angka kesakitan dan kematian akibat Tuberkulosis 75%-nya terjadi
pada golongan usia produktif kerja, yaitu kelompok usia 15-49 tahun. Indonesia
menempati posisi tiga besar jumlah penderita TBC di dunia setelah India dan Cina. Angka
kesakitan dari Tuberkulosis baik paru maupun ekstra paru di dunia diperkirakan
mencapai 8 juta kasus dan sekitar 95% terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 3
juta orang meninggal karena Tuberkulosis setiap tahunnya yang sebagian besar terjadi di
negara-negara berkembang. Pada umumnya kasus di Negara-negara berkembang tidak
tercakup seluruhnya, dan hanya sekitar separuh dari kasus BTA positif yang ditemukan
yang dapat disembuhkan. Hal ini mengakibatkan angka kesakitan di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 16-20 juta, di mana sekitar 8-10 juta adalah kasus BTA positif
yang sangat menular.

Sulitnya mengobati penderita BTA positif telah menyebabkan tejadinya banyak


kegagalan pengobatan. Akibatnya didapat angka pencapaian kesembuhan yang rendah
sekitar 30-50%. Padahal seseorang yang gagal dalam pengobatan akan menjadi sumber
penularan yang akan menularkan 10 orang setiap tahun, dan dalam waktu 2 tahun akan
menghasilkan 1 orang penderita BTA positif baru. Banyak dari penderita yang gagal dalam
pengobatan menjadi resisten / kebal terhadap INH atau kombinasi INH dengan
Streptomisin, sehingga bila menular pada orang lain, maka orang tersebut akan tertular
dengan kuman yang telah resisten. Masalah lain adalah hanya 50% dari penderita yang
mendapat paduan obat jangka panjang (12 bulan) mengalami konversi dari BTA positif
menjadi BTA negative setelah 2 bulan pengobatan, meskipun dilakukan pengobatan
dengan pengawasan ketat.
Menurut hasil survey prevalensi TBC di Indonesia pada tahun 2004 ( secara Nasional )
yang BTA positif 110 per 100.000 penduduk. Sejak tahun 1995, program pemberantasan
penyakit Tuberkulosis paru di DKI Jakarta telah dilaksanakan dengan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short Course) seperti yang direkomendasikan oleh WHO,
tetapi pada tahun 1995-1998 cakupan penderita TBC dengan strategi DOTS baru sekitar
10% Tahun 1999 angka kesembuhan baru mencapai 69,2 %. Risiko penularan setiap
tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection ( ARTI ), yaitu proporsi
penduduk yang berisiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sebesar 1 %, berarti 10
orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi
antara 1-3 %. Meskipun hasil penelitian di Puskesmas kecamatan dan kelurahan tahun
2001 menunjukkan peningkatan angka kesembuhan dan angka konversi, namun angka
lalai berobat masih cukup tinggi, pada fase awal penderita lalai berobat di Puskesmas
kecamatan 22,1 % dan Puskesmas kelurahan 25,3 %. Sedangkan pada akhir pengobatan
penderita lalai berobat di Puskesmas kecamatan naik menjadi 84,9 % dan Puskesmas
kelurahan 96,3 %. Tahun 2008 Program penagulangan TBC mencakup proses penemuan
dan pengobatan sedikitnya 85% berhasil di sembuhkan.
2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahannya Tuberkulosis adalah


suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sumber
penularan adalah dahak dari pasien yang mengandung kuman TB. Bila tidak diobati, maka
penderita dapat meninggal dunia. Sekitar 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya
dapat dicegah (preventable death)terjadi akibat TB.7
Penyakit TB menyerang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan perempuan. Data WHO
(World Health Organization) menunjukkan bahwa di dunia TB membunuh satu juta
wanita setiap tahun. Sementara itu, kematian akibat kehamilan dan persalinan
setahunnya setengah juta orang. Jadi, TB membunuh sedikitnya dua kali lebih banyak
perempuan daripada kematian akibat kehamilan/persalinan. TB juga penyebab utama
kematian penting pada usia produktif, sebagian besar pasien dan kematian akibat TB
terjadi pada golongan umur 15-64 tahun.
Di Indonesia kasus baru TB hampir separuhnya adalah wanita. Data lain dari
Indonesia lebih mencengangkan lagi. Setiap satu menit muncul satu penderita baru TB
Paru. Setiap dua menit muncul satu penderita baru Tb paru yang menular dan setiap
empat menit satu orang meninggal akibat TB di Indonesia. Negara kita adalah
penyumbang kasus TB terbesar ke tiga di dunia.
Berdasarkan perhitungan ekonomi kesehatan yang menggunakan indikator DALY
(disability adjusted life year) yang diperkenalkan oleh World Bank, Tb merupakan 7,7%
dari total disease burden di Indonesia, perhitungan terbaru bahkan menunjukkan angka
lebih tinggi lagi. Angka 7,7% ini lebih tinggi dari berbagai negara Asia lain yang hanya 4%.

3. Tujuan

a. Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan penderita TB.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan penderita TB untuk
membina secara mandiri kesehatannya.
2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dalam membantu
mengatasi masalah kesehatan penderita TB
4. Kegiatan Pokok dan rincian kegiatan

KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN


a. Melakukan pemeriksaan kesehatan pada penderita dan keluarga
b. Penyuluhan Kesehatan bagi penserita dan keluarga
c. Melakukan pengamatan kondisi perumahan dan lingkunngan perumahan
d. Melakukan pemantauan minum obat OAT

5. METODE DAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

5.1 Metode Pelaksanaan


 Pemeriksaan kesehatan : pemeriksaan keadaan umum pendeirta dan
keluarga, pemeriksaan fisik, Pemeriksaan status gizi ,pengambilan spesimen
 Penyuluhan ; ceramah, diskusi tanya jawab,leaflet dan brosur
 Pengamatan kondisi perumahan dan lingkungan ; observasi dan penyelidikan.
5.2 Cara Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kesehatan
1) Kegiatan pemeriksaan dilakukan setiap kegiatan kunjungan rumah
2) Kegiatan pemeriksaan meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan satus gizi lansia dengan melakukan penimbangan berat
badan
3) Pengambilan sampel sputum jika perlu .
b. Penyuluhan
1) Kegiatan penyuluhan pada lansia adalah upaya memberikan informasi
kepada penderita dan keluarga dalam upya peningkatan kemampuan dan
kemandirian mereka dalam merawat dan memelihara kesehatan penderita
TB.
2) Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan cara menyampaikan informasi
melalui metode ceramah, diskusi atau tanya jawab dan pemberian brosur
serta leaflet.
3) Kegiatan penyuluhan dilakukan pada saat pelaksanaan kunjungan rumah .
c. Pengamatan
1) Pengamatan adalah kegiatan untuk memantau kondisi perumahan
lingkungan maupun status kesehatan individu
2) Home visit merupakan kegiatan pemantuan dan observasi untuk
mengamati perkembangan kondisi penderita, atau mungkin adanya
penularan pada anggota keluarga yang lain atau untuk memperbaiki
kondisi perumahan dan lingkungan
d. Melakukan pemantauan minum obat OAT
6. DAN PIHAK TERKAIT SASARAN

Sasaran :
1) Penderita TB dan Keluarga atau lingkunganya
Pihak terkait
1) Kader posyandu
2) Petugas gizi Puskesmas
3) Petugas lab/ analis puskesmas
4) Perawat / bidan
7. BIAYA

Biaya di bebankan pada anggaran BOK

8. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

N KEGIATAN BULAN
O
J F M A M JU JU A SE O N DE
A E A P EI N L G P K O S
N B R R S T V

1 PEMERIKSAAN KESEHATAN
2 PENYULUHAN
3 PENGAMATAN
4 PEMANTAUAN MINUM OBAT

9. EVALUASI PENCATATAN, PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

a. Laporan kegiatan kunjungan rumah


b. SPJ kunjungan rumah
c. Rekam asuhan keperawatan keluarga
10. PENUTUP

Demikian kerangka acuan ini dibuat sebagai bahan acuan dalam kegiatan kunjungan
rumah penderita TB

Samarinda, 2 Januari 2017


Mengetahui Pelaksana program TB
Kepala UPT Puskesmas Sidomulyo

Dr. Solihin Wijaya Soleha Murniansh, Amd.Kep


Nip 196604141999031002 Nip 198207012014082002

Anda mungkin juga menyukai