DERAJAT KESEHATAN
kesehatan namun merupakan hasil dari berbagai keadaan sosial ekonomi termasuk
pendidikan dan keadaan lingkungan. Berdasarkan fakta – fakta yang ada, indikator
derajat kesehatan masyarakat yang paling sensitif adalah Angka Harapan Hidup
(AHH). Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), serta status Gizi
Balita.
Kesehatan dimana Angka Harapan Hidup (AHH) adalah salah satu indikator yang
mencerminkan berapa lama seorang bayi baru lahir diharapkan hidup. Dari hasil
B. Angka Kematian
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam
2015
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas ( 42 hari setelah melahirkan) per
100.000 kelahiran hidup. Selama tahun 2015 tidak ditemukan adanya kematian
ibu. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya yang dilakukan oleh Puskesmas
usia 1 (satu) tahun dari 1000 kelahiran hidup penduduk pada tahun yang sama.
Selama tahun 2015 tidak didapatkan adanya kematian bayi di wilayah kerja
Puskesmas Keranggan. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya yang dilakukan oleh
bina wilayah serta makin baiknya pelayanan di Pukesmas dan rumah sakit.
menyeluruh.
C. Angka Kesakitan
pada kurun waktu tertentu, dan berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan
masyarakat
2015
1. AFP (Acute Flaccid Paralysis)
gerakan imunisasi polio. Upaya ini ditindak lanjuti dengan kegiatan surveilans
epidemiologi secara aktif terhadap kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok
umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya
virus polio liar yang berkembang dimasyarakat dengan pemeriksaan specimen tinja
dari kasus AFP yang dijumpai. Pada tahun 2015 tidak ada laporan kasus AFP di
Puskesmas Keranggan,
2. Tuberkulosis (TBC)
jadwal nya dengan waktu jam 5.00 pagi setelah bangun tidur, jam 7.00
setelah sarapan dan jam 9.00 pada saat akan berangkat ke puskesmas
kunjungan rumah hal yang dilakukan petugas pada saat kunjungan rumah
sebagai berikut ;
2015
C. Penyuluhan TBC dilakukan di 2 desa yaitu Keranggan, Kademangan
dilaksanakan pada saat Rakordes di 2 desa tersebut.
Semua Pasien TBC wajib di periksa sputumnya dengan penderita Pasien TBC
diterima di masyarakat
Pasien TB dalam satu rumah terlalu padat penghuninnya dan jarang sekali
terdapat ventilasi. Ventilasi yang ada jarang dibuka sehingga sinar matahari
2015
2) Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh
didiagnosis)
Pada saat yang sama, resisiten ganda kuman TB terhadap obat anti TB
2015
Penemuan pasien TB merupakan langkah pertama dalam kegiatan
secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB.
3. Pneumonia Balita.
kematian utama pada balita. Setiap tahunnya lebih dari 2 juta anak meninggal
(MDGs 4) Menurunkan angka kematian pada balita pada tahun 2015 salah satu
2015
pneumonia berada di asia tenggara dan Indonesia menduduki peringkat ke-6.
Hasil penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 pneumonia urutan ke-2
dalam kematian bayi dan balita setelah diare, namun hanya sedikit sekali
penderita baik anak maupun pada bayi dan dewasa, data didapat dari laporan
perawatan lanjutan di RS, walaupun tidak tersedia dana khusus dalam program
Pneumonia Bukan
Tahun Pneumonia Meninggal
Berat Pneumonia
2015
2013 201 5 780 0
2014 0 0 283 0
2015 0 0 1900 0
ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian infeksi saluran
2015
Penyediaan buku pedoman pengendalian ISPA dan Tatalaksananya.
4. HIV/IMS
Terdapat tiga kasus HIV atau AIDS yang reaktif dan dan 40 kasus non reaktif di
bulan Januari hingga Desember 2015. Pasien yang diperiksa terdiri dari pasien
TB, ibu hamil dan pasien poli. Angka tersebut merupakan sebuah keberhasilan
Tabel Jumlah pasien kasus HIV reaktif, HIV non-reaktif dan IMS
Januari hingga Desember 2015 Puskesmas Keranggan
kasus
kasus HIV jumlah
no Bulan HIV
non-reaktif IMS
reaktif
1 Januari 0 0 4
2 Februari 2 3 6
3 Maret 1 15 5
4 April 0 2 2
5 Mei 0 0 1
6 Juni 0 0 0
7 Juli 0 4 0
8 Agustus 0 0 2
9 September 0 2 3
10 Oktober 0 8 0
11 November 0 9 9
12 Desember 0 5 5
Total 3 40 37
5. Diare
Penderita Diare pada tahun 2015 ini telah terdapat 431 penderita baik anak
maupun pada bayi dan dewasa, Puskesmas keranggan telah mendapat penanganan
Profil Puskesmas Keranggan Kota Tangerang Selatan 19
2015
yang memadai baik dalam pelacakan, perawatan jalan maupun merujuk penderita bila
Pemberian Terapi
Jumlah Jumlah Jumlah Pemakaian Jumlah Penderita diberi
NO Kelurahan
Penduduk Orali
P M RL Zink Oralit RL Zink
t
1 Keranggan 6114 220 0 880 6 2200 220 6 220
6. Filariasis
disebabkan oleh cacing filaria, penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Diperkirakan 1/5 penduduk dunia atau 1,1 milyar penduduk di 83 negara berisiko
terinfeksi filariasis, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis. penyakit
ini dapat menyebabkan kecatatan, stigma sosial, hambatan psikososial dan penurunan
kerugian ekonomi yang besar. Sampai tahun 2004 di Indonesia diperkirakan 6 juta
2015
orang terinfeksi filariasis dan dilaporkan lebih dari 8.243 diantaranya menderita klinis
setiap tahun selama 5 tahun berturut-turut sesuai dengan yang di anjurkan dalam
Indonesia demi melepaskan wilayah Kota Tangerang Selatan Bebas dari status
endemis penyakit ini yang artinya masyarakat yang tinggal di wilayah Kota
Tangerang selatan bebas dari ancaman penyakit kaki Gajah atau Filariasis.
lainnya. Hal ini disebabkan karena bila terjadi kecacatan menetap maka seumur
hidupnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal, sehingga dapat menjadi beban
juga merugikan masyarakat. Selain itu, penderita akan mengalami kerugian ekonomi
lebih kurang 13 % dari biaya rumah tangga untuk biaya pengobatan dan perawatan
per tahun (Penelitian Subdit Filariasis dan Schistosomiasis, Ditjen PPM & PL dan
sasaran POMP filariasis dilaksanakan pada tingkat Kota dengan mengadakan Seminar
2015
Sehari perihal penyakit filariasis, saat itu pembukaan acara disampaikan langsung
oleh Kepala Dinas Kesehatan dan Walikota Tangerang Selatan. Acara ini dihadiri
juga dari lintas sektor dan lintas program, seluruh kepala puskesmas, anak sekolah,
Selatan.
Kaki gajah di Kota Tangerang Selatan yang di laksanakan di 2 Kelurahan, dalam hal
ini pelaksnaan tahun keempat dari kegiatan lima tahun-an, dengan pemberian obat
serentak pada seluruh masyarakat yang ada dipuskesmas keranggan, sebanyak 24786
sasaran penduduk telah diberi obat dan target pengobatan massal pada tiap tahunnya
adalah sekurang-kurangnya 85% dari sasaran, guna memutus rantai penularan cacing
Tangerang Selatan khususnya sekolah dasar kelas 1 dan 2 dengan usia minimal tujuh
tahun yang memberikan hasil negative filariasis. TAS kembali akan diadakan pada
tahun 2017.
2015
Pengobatan ini dilaksanakan setahun sekali dengan menggunakan
Obat ini guna upaya pencegahan penyakit kaki gajah dan diminum
dengan dosis sesuai umur, yang mana obat ini akan mempunyai efek
perlindungan terhadap cacing filaria ini selama 9-12 bulan kedepan sehingga
Rate < 1% SDJ evaluasi pada tahun ke 3, 4 dan setahun setelah pengobatan
massal (2015).
yang tidak datang kader akan mengunjungi dan memberikan obat ke warga
dari rumah kerumah. Selama pelaksanaan POMP filariasis, tidak ada laporan
dari masyarakat tentang adanya kejadian ikutan pasca POMP filariasis yang
berat dan bila ada warga yang menolak untuk minum obat, warga diminta
2015
Kriteria WHO dalam menegakkan diagnosa DBD mengacu pada
Pemeriksaan lab terutama Trombosit yakni < 100.000 Ul. Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan Pada tahun 2014 jumlah kasus yang di laporkan
penderita hidup dan tahun 2011 sebanyak 4 kasus penderita hidup dan 2010
sebanyak 23 kasus penderita hidup. Secara detail, untuk tahun 2014 hingga
Desember jumlah kasus DBD adalah sebanyak 86 atau tingkat insiden rate
(IR) 60 per 100.000 penduduk dan "case fatality rate" (CFR) 0,006 persen.
Salah satu yang mendapat sorotan paling besar adalah kasus DBD,
dilingkungan.
2015
Grafik Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Keranggan
Tahun 2015
25
20
20 19
15
10
5.3
5
1
0 0
0
Keranggan Kademangan
8. KUSTA
2015
penderita kusta telah sembuh secara medis predikat kusta tetap melekatpada dirinya
seumur hidup. Predikat inilah yang menjadi dasar permasalahan psikologis pada
penderita. Penderita merasa takut, kecewa, duka yang mendalam terhadap keadaan
dirinya, tidak percaya diri, malu, merasa diri tidak berharga dan berguna, khawatir
tahun 2007, deskriminasi pada penderita kusta terjadi pada sarana dan pelayanan
publik seperti sekolah, sarana ibadah, sarana kesehatan dan sarana umum Serta di 2
pasangan hidupnya, tidak boleh masuk ke tempat ibadah dll. Bahkan tidak sedikit
pelayanan kepada penderita masih takut dan enggan melayani penderita kusta.
dini, pengobatan pada penderita, serta penanganan permasalahan medis yang dialami
ditemukan penderita kusta. Dari data tahun 2013 – 2015 mencapai 5 kasus, yang
petugas puskesmas belum ada. Bisa dibayangkan tanpa dilakukan pelacakan aktif saja
2015
Angka kesembuhan (RFT) kasus Kusta PB adalah mengevaluasi pengobatan
Sejak tahun 2013 – 2015 penderita kusta mencapai 5 kasus, yang sudah
KUSTA
N DESA/
PEND RFT % RFT PEND RFT % RFT
O KELURAHAN
PB PB PB MB MB MB
1 KERANGGAN 0 0 0 0 1 0
2 KADEMANGAN 0 0 0 0 0 0
JUMLAH
0 0 0 0 1 0
(KECAMATAN)
D. Status Gizi
Posyandu Pemilihan sampel dilakukan dengan cara metode titik pusat (metode
2015
Pada pelaksanaan PSG dilakukan pengukuran Berat Badan (BB) dan
Paanjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB). Sedangkan index yang
BB/PB atau BB/TB dan PB/U atau TB/U, menggunakan standart WHO-2005.
Indeks BB/U
sangat gemuk. Kategori dan ambang batas status gizi anak (BB/U) berdasarkan
Hasil PSG Kota Tangerang Selatan tahun 2013 dengan indeks BB/U
adalah sebagai berikut ;
Status Gizi Balita BB/U Hasil PSG Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
2015
Status Gizi Puskesmas Kerangan (PSG 2015)
Indeks BB/U
N %
Buruk 0 0
Kurang 15 16
Baik 72 81
Lebih 3 3
Jumlah 90 100
3
16
Buruk
Kurang
Baik
85.51 Lebih
mengidentifikasikan anak – anak yang pendek karena gizi kurang dalam waktu
lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya
dapat juga diidentifikasikan, tetapi anak yang memiliki tinggi badan diatas
normal tidak merupakan masalah kecuali mereka tinggi sekali yang biasanya
2015
disebabkan oleh gangguan endokrin. Kategori dan ambang batas status gizi
sebagai berikut:
Tinggi >2 SD
Hasil PSG Kota Tangerang Selatan tahun 2013 dengan indeks PB/U atau
TB/U adalah sebagai berikut.
Status Gizi Balita PB/U atau TB/U Hasil PSG Puskesmas Keranggan Tahun
2015
2015
2 12
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
86
Indeks BB/PB atau BB/TB menggambarkan apakah berat badan anak sesuai
terutama bermanfaat bila umur anak tidak diketahui. Grafik BB/PB atau BB/TB
panjang/tingginya yaitu kurus atau sangat kurus. Keadaan sangat kurus biasanya
disebabkan oleh penyakit yg baru saja terjadi atau kekurangan makan yang
meskipun kejadian ini dapat pula disebabkan oleh penyakit atau kurang gizi
kronis. Kategori dan ambang batas status gizi anak (BB/PB atau BB/TB)
Gemuk >2 SD
2015
Hasil PSG Kota Tangerang Selatan tahun 2014 dengan indeks BB/PB atau
BB/TB adalah sebagai berikut
Status Gizi Balita BB/PB atau BB/TB Hasil PSG
Kota Tangerang Selatan Tahun 2013
Status Gizi
Puskesmas keranggan(PSG 2013)
Indeks
BB/PB atau
BB/TB N %
Sangat kurus 0 0
Kurus 8 9
Normal 74 82
Gemuk 8 9
Jumlah 90 100
9 9
Sangat Kurus
Kurua
Normal
Gemuk
82
2015
Puskesmas Keranggan
Kurang
Gizi 131
/underweight
Pendek/stunting 28
Kurus/wasting 8
terjadi kurang gizi sebesar 9,3 persen, balita pendek sebesar 2.21 persen dan
balita kurus sebanyak 0,63%. Hal ini menunjukkan bahwa di Kota Tangerang
Selatan terjadi masalah gizi akut. Masalah gizi akut adalah masalah gizi yang
diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi dalam waktu tidak lama (singkat),
Karena masalah gizi akut terkait dengan masalah penyakit infeksi dan
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan dan gizi bagi balita yang berada dalam
2015
4. Meningkatkan kegiatan surveilens gizi melalui revitalisasi SKPG serta
6. Menggalakkan kampanye:
a. Pemberian hanya air susu ibu (ASI) sampai usia 6 bulan (ASI eksklusif)
ASI
2015