Anda di halaman 1dari 22

GAMBARAN PEMERIKSAAN TES CEPAT MOLEKULAR

(TCM) TUBERCULOSIS (TB) PADA PASIEN DIABETES DI


PUSKESMAS WATUBELAH

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan

Oleh:

Dwi Sari
NIM. 212215042

YAYASAN AN NASHER
AKADEMI ANALIS KESEHATAN AN NASHER
CIREBON
2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes melitus, juga dikenal sebagai kencing manis, adalah

kondisi jangka panjang yang dapat bertahan seumur hidup (Sihotang,

2017). Diabetes adalah kondisi yang umum dan bertahan lama yang

disebabkan oleh kegagalan pankreas untuk menghasilkan cukup insulin,

yang mengakibatkan peningkatan kadar glukosa. Diabetes dialami oleh

banyak orang dan merupakan masalah kesehatan masyarakat global,

sehingga para pemimpin dunia saat ini menjadikan masalah ini sebagai

prioritas penyelesaian masalah kesehatan. (Global, 2016).

Jumlah kasus diabetes melitus (DM) menurut International

Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021 diperkirakan terdapat 19,47

juta kasus di Indonesia. Angka tersebut merupakan tertinggi kelima di

dunia, dengan 15,5 juta kasus DM tipe 2 dan 3,9 juta kasus DM tipe 1

(WHO, 2021). Jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat

setiap tahun. Akibat peningkatan jumlah penderita diabetes telah

berkembang dari masalah lokal menjadi masalah nasional dan bahkan

internasional. Diabetes melitus melanda negara-negara di seluruh dunia,

baik maju maupun berkembang. (Soeryoko, 2014).

Data yang dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

menunjukkan bahwa pada tahun 2022 terdapat 644.704 kasus diabetes

melitus (DM) di Jawa Barat. Kasus DM pada tahun 2022 di Kabupaten

Cirebon sebanyak 23.174 kasus, angka tersebut meningkat dari tahun


sebelumnya, yaitu 22.465 kasus. Menurut data dari Puskesmas Watubelah

Cirebon, jumlah kasus DM yang terdaftar pada tahun 2022 adalah 3.250

orang. Jumlah ini meningkat dari tahun 2021, yaitu 3.100 orang

disebabkan faktor genetik yang menjadi penyebab utama penyakit diabetes

(Dinkes Jabar, 2023).

Faktor genetik, serta kebiasaan dan gaya hidup yang tidak sehat

adalah penyebab utama diabetes. Selain itu, faktor lingkungan sosial,

penggunaan layanan kesehatan, dan faktor lain yang berkontribusi pada

diabetes dan komplikasinya. Diabetes dapat mempengaruhi berbagai organ

tubuh manusia selama periode waktu tertentu, yang disebut komplikasi.

Diabetes dapat mempengaruhi baik mikrovaskuler maupun

makrovaskuler. Neuropati, kerusakan sistem saraf, nefropati, dan

retinopati adalah efek mikrovaskular (Rosyada, 2013).

Kerusakan organ akibat komplikasi DM yang terkena TBC

menurut Dr. dr. Erni Juwita, SpPD-KEMD Ketua Perhimpunan Diabetes

Indonesia adalah infeksi paru yang berat. Komplikasi lainnya yaitu gagal

terapi, hepatotoksisitas, kambuh setelah selesai berobat, hingga kematian.

Kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat menurunkan sistem

kekebalan tubuh, sehingga penderita DM lebih rentan terhadap infeksi,

termasuk infeksi TBC. Faktor risiko penyakit kronis lainnya, seperti

obesitas, merokok, dan penyalahgunaan alkohol, juga dapat meningkatkan

risiko TBC pada penderita DM.


Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat,

jumlah penderita diabetes melitus (DM) yang juga menderita penyakit

tuberkulosis (TBC) di Jawa Barat pada tahun 2021 sebanyak 3.965 orang.

Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2020 yaitu 3.835 orang. Jumlah ini

mungkin lebih tinggi karena masih banyak kasus yang belum ditemukan

atau belum dilaporkan. Skrining penyakit TBC adalah dengan

pemeriksaan dahak di laboratorium untuk mengetahui hasil yang sesuai.

Pemeriksaan laboratotium untuk diagnosis TBC salah satunya

adalah dengan menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) GeneXpert.

Organisasi kesehatan dunia (WHO, 2018) telah merekomendasikan

metode TCM sejak 2010 sebagai tes diagnostik awal pada semua orang

dengan tanda dan gejala TBC. Tes ini memiliki akurasi diagnostik yang

tinggi dan akan membawa kemajuan besar dalam deteksi dini TBC dan

TBC yang resistan terhadap obat. TCM GeneXpert adalah metode

pemeriksaan TB yang menggunakan teknologi Real Time Polymerase

Chain Reaction Assay (RT-PCR) semi kuantitatif. Metode ini dapat

mendeteksi bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TB, dalam

waktu kurang dari 2 jam. (Kemenkes RI, 2020)

Alat GeneXpert telah digunakan secara luas di berbagai negara,

termasuk Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, pada tahun 2023, alat GeneXpert telah tersedia di 1.132

laboratorium di seluruh Indonesia termasuk puskesmas Watubelah,

Cirebon. Ketersediaan alat GeneXpert di puskesmas merupakan salah satu


upaya pemerintah untuk meningkatkan penemuan kasus tuberkulosis

(TBC) di Indonesia. Dengan alat GeneXpert, diagnosis penyakit TBC pada

pasien DM dapat dilakukan lebih cepat dan akurat.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Gambaran Pemeriksaan Tes Cepat Molekular (TCM)

Tuberculosis (TB) Pada Pasien Diabetes di Puskesmas Watubelah” karena

komplikasi DM yang memungkinkan terinfeksi bakteri Mycobacterium

tuberculosis dan banyak kasus yang belum ditemukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pemeriksaan Tes Cepet Molekular (TCM)

Tuberkulosis (TBC) pada pasien Diabetes Melitus di Puskesmas

Watubelah?

2. Berapa persentase pasien Diabetes Melitus (DM) yang positif

Tuberkulosis (TBC) melalui pemeriksaan Tes Cepet Molekular (TCM)

di Puskesmas Watubelah?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:
1. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan Tes Cepet Molekular (TCM)

Tuberkulosis (TBC) pada pasien Diabetes Melitus di Puskesmas

Watubelah.

2. Untuk mengetahui persentase pasien Diabetes Melitus (DM) yang

positif Tuberkulosis (TBC) melalui pemeriksaan Tes Cepet

Molekular (TCM) di Puskesmas Watubelah.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penulisan ini penulis berharap dapat memberikan

manfaat bagi:

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Menambah keterampilan peneliti dalam melakukan

pemeriksaan Tuberkulosis (TBC) menggunakan metode Tes Cepat

Molekular (TCM) menggunakan alat GeneXpert.

1.4.2 Manfaat Bagi Akademik

Untuk memberi tambahan literatur, bahan pustaka dan

informasi ilmu pengetahuan khususnya dibidang Mikrobiologi

yaitu mengenai Diabetes Melitus (DM) dengan Tuberkulosis (TB).

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Sarana informasi untuk masyarakat terutama pasien

Diabetes Melitus (DM) untuk selalu waspada terhadap

kemungkinan terkena Tuberkulosis (TBC).


1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti hanya memeriksa sampel sputum

pasien diabetes melitus yang menjalani pengobatan di Puskesmas

Watubelah Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

1.6 Kerangka Penelitian

Pasien DM

Komplikasi

TBC

Sputum/Dahak

Tes Cepat Molekular


(TCM)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

2.1.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyerang paru-

paru, tetapi dapat juga menyerang organ lain, seperti otak, ginjal, dan

tulang (Kemenkes, 2020).

2.1.2 Taksonomi

Ernst Mayr (1969) mendefinisikan taksonomi sebagai disiplin

ilmu yang mempelajari cara mengelompokkan makhluk hidup menurut

persamaan dan perbedaan karakteristiknya. Mayr berpendapat bahwa

taksonomi harus didasarkan pada kriteria obyektif, yaitu karakteristik

yang dapat diamati dan diukur.

Taksonomi dari spesies Mycobacterium tuberculosis adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Actinobacteria

Ordo : Actinomycetales

Famili : Mycobacteriaceae

Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis

2.1.3 Ciri-ciri

Berikut ini beberapa ciri-ciri Mycobacterium tuberculosis:

a. Bentuk dan Pewarnaan

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri berbentuk

batang dan termasuk dalam bakteri aerob yang membutuhkan

oksigen untuk pertumbuhannya. Bakteri ini diklasifikasikan

sebagai Basil Tahan Asam (BTA) karena kemampuannya

mempertahankan pewarna tertentu, seperti pewarna Ziehl-Neelsen,

bahkan setelah dicuci dengan asam-alkohol. Karakteristik ini

berguna dalam identifikasi laboratorium (Tortora Gerard J., et al.,

2012).

b. Pertumbuhan dan Virulensi

Menurut Prof. Dr. Ir. Suryo Sumardi, M.S. dan Dr. Ir. A.A.

Oka Rusmini, M.Si (2022), M. tuberculosis memiliki laju

pertumbuhan yang lambat, itulah salah satu alasan mengapa kultur

laboratorium bakteri ini memerlukan waktu beberapa minggu. M.

tuberculosis juga memiliki berbagai faktor virulensi yang

memungkinkannya menghindari sistem kekebalan tubuh inang. Ini

termasuk kemampuannya untuk bertahan hidup dan bereplikasi di

dalam makrofag.

c. Penularan dan Patogenesis


Menurut Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS

(2023), dalam bukunya yang berjudul "Kesehatan Masyarakat",

orang yang terinfeksi M. tuberculosis ketika batuk atau bersin dan

mengeluarkan partikel aerosol yang mengandung bakteri, dapat

dihirup oleh orang lain. M. tuberculosis menginfeksi terutama

paru-paru, menyebabkan tuberkulosis paru. Namun, penyakit ini

juga dapat menyebabkan penyakit ekstrapulmonal yang menyerang

organ dan jaringan lain.

Penting untuk dicatat bahwa tuberkulosis merupakan masalah

kesehatan global yang signifikan, dan deteksi dini serta pengobatan

yang tepat sangat penting untuk pengelolaan dan pengendalian

penyakit yang efektif.

2.1.4 Gejala

Gejala penyakit TBC tergantung pada lokasi lesi, sehingga

dapat menunjukkan manifestasi klinis sebagai berikut:

a. Batuk > 2 minggu

b. Batuk berdahak

c. Batuk berdahak dapat bercampur darah

d. Dapat disertai nyeri dada

e. Sesak napas

Dengan gejala lain meliputi:

a. Malaise

b. Penurunan berat badan


c. Menurunnya nafsu makan

d. Menggigil

e. Demam

f. Berkeringat di malam hari

2.1.5 Faktor Resiko TBC

Penyakit TBC dipengaruhi oleh beberapa faktor pejamu.

Adapun faktor yang berkaitan dengan pejamu antara lain usia, jenis

kelamin, ras, sosial ekonomi, kebiasaan hidup, status perkawinan,

pekerjaan, keturunan, nutrisi, dan imunitas.

2.2 Diabetes Melitus

2.2.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan

tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme

karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin

(Perkeni, 2015).

2.2.2 Penyebab DM

Penyebab DM dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan faktor yang paling berperan

dalam terjadinya DM. Orang yang memiliki keluarga dengan

riwayat DM memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita DM.


b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko

terjadinya DM antara lain:

1. Obesitas

2. Kurang aktivitas fisik

3. Diet yang tidak sehat

4. Riwayat hipertensi

5. Riwayat kolesterol tinggi

6. Riwayat penyakit jantung

2.2.3 Jenis DM

Berdasarkan penyebabnya, DM dapat dibagi menjadi dua jenis

utama, yaitu:

a. Diabetes melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel-sel

pankreas yang memproduksi insulin. Kerusakan sel-sel pankreas

ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, autoimunitas, atau

infeksi.

b. Diabetes melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin.

Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh tidak dapat

menggunakan insulin secara efektif. Resistensi insulin ini dapat


disebabkan oleh faktor genetik, obesitas, kurang aktivitas fisik, diet

yang tidak sehat, dan faktor lingkungan lainnya.

2.2.4 Gejala DM

Gejala DM yang umum terjadi antara lain:

a. Poliuria (sering buang air kecil)

b. Polidipsia (sering haus)

c. Polifagia (banyak makan)

d. Lemas

e. Penurunan berat badan

f. Penglihatan kabur

g. Luka yang sulit sembuh

2.2.5 Komplikasi DM

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang dapat

menyebabkan komplikasi serius jika tidak dikendalikan dengan baik.

Komplikasi DM dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, termasuk

mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.

2.3 Hubungan antara TBC dan DM

Menurut Konsensus Pengelolaan Tuberkulosis dan Diabetes

Melitus (TB-DM) (2022), Tuberkulosis (TBC) dan Diabetes Melitus

(DM) adalah dua penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi

serius jika tidak diobati. Kedua penyakit ini juga memiliki hubungan
yang erat satu sama lain. Hubungan antara TBC dan DM dapat terjadi

dalam dua arah, yaitu:

a. TBC dapat meningkatkan risiko terjadinya DM.

b. DM dapat memperburuk perjalanan penyakit TBC.

TBC dapat meningkatkan risiko terjadinya DM karena

beberapa faktor, yaitu:

a. Infeksi TBC dapat menyebabkan peradangan di paru-paru.

Peradangan ini dapat merusak sel-sel pankreas yang

memproduksi insulin.

b. Infeksi TBC dapat menyebabkan penurunan berat badan.

Penurunan berat badan dapat meningkatkan risiko terjadinya

DM.

DM dapat memperburuk perjalanan penyakit TBC karena

beberapa faktor, yaitu:

a. Kadar gula darah yang tinggi dapat melemahkan sistem

kekebalan tubuh. Hal ini dapat membuat tubuh lebih rentan

terhadap infeksi, termasuk infeksi TBC.

b. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak organ-organ

tubuh, termasuk paru-paru. Hal ini dapat memperburuk

perjalanan penyakit TBC.


2.4 Pemeriksaan Tuberkulosis

Menurut Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI (2023) Pemeriksaan TBC

adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit tuberkulosis (TBC).

Pemeriksaan TBC dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

2.4.1 Pemeriksaan dahak

2.4.1.1 Pemeriksaan Dahak Mikroskopik

Pemeriksaan dahak adalah pemeriksaan yang paling umum

dilakukan untuk mendeteksi TBC. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

mengambil sampel dahak pasien dan memeriksanya di bawah

mikroskop. Jika ditemukan bakteri TBC di dalam dahak, maka pasien

dinyatakan positif TBC.

2.4.1.2 Pemeriksaan Dahak Tes Cepat Molekular (TCM)

GeneXpert

TCM GeneXpert adalah alat diagnostik molekuler yang

digunakan untuk mendeteksi bakteri Mycobacterium tuberculosis

(MTB) penyebab tuberkulosis (TBC). Alat ini menggunakan metode

Real Time Polymerase Chain Reaction Assay (RT-PCR) semi

kuantitatif

2.4.2 Pemeriksaan Foto Rontgen Paru-Paru

Pemeriksaan foto Rontgen paru-paru dapat digunakan untuk

melihat adanya kerusakan pada paru-paru akibat TB. Kerusakan pada


paru-paru akibat TB dapat berupa nodul (benjolan) atau infiltrat

(penyebaran sel-sel radang).

2.4.3 Pemeriksaan Tes Kulit

Pemeriksaan tes kulit dilakukan dengan menyuntikkan zat

tuberculin ke kulit pasien. Jika terjadi reaksi inflamasi pada kulit, maka

pasien dinyatakan positif TBC.

2.4.4 Pemeriksaan Kultur

Pemeriksaan kultur dilakukan dengan menumbuhkan bakteri

TBC di laboratorium, dan membutuhkan waktu lebih lama daripada

pemeriksaan lain, yaitu sekitar 2-8 minggu.

2.4.5 Pemeriksaan Uji Tuberkulin Cepat

Rapid tuberculin test (TST) adalah tes yang serupa dengan tes

kulit, tetapi menggunakan tuberkulin lebih sedikit dan memakan waktu

lebih singkat (sekitar 20 menit) daripada tes kulit.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik.

Metode deskriptif adalah pendekatan yang digunakan untuk menarik

kesimpulan yang dapat diterima oleh masyarakat umum dengan

memberikan penjelasan tentang subjek penelitian berdasarkan data dan

sampel yang diperoleh atau dengan memberikan penjelasan tanpa analisis

(Sugyiono, 2017). Deskriptif analitik dalam penelitian ini menjelaskan

gambaran pemeriksaan TBC pada pasien DM di Puskesmas Watubelah,

dengan melakukan pemeriksaan sputum dengan metode tes cepat

molekular (TCM) GeneXpert.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel lain (variabel terikat). Dalam

penelitian ini variabel bebas nya adalah Tes Cepat Molekular (TCM)

GeneXpert.
3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

ialah gambaran pemeriksaan TBC pada pasien diabetes.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sputum/dahak dari pasien diabetes

melitus yang melakukan pengobatan di Puskesmas Watubelah.

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono 2017). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien diabetes melitus yang berobat di Puskesmas Watubelah.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil untuk mewakili

populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 30 sampel menggunakan teknik random sampling.

3.4 Waktu Dan Tempat Penelitian

3.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan April sampai dengan

bulan Juni 2024.


3.4.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Puskesmas Watubelah,

Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian (Sugiyono, 2017).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi ke puskesmas untuk

meminta perizinan dan mengatahui data jumlah pasien diabetes.

3.5.2 Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017). Sebelum penelitian

dimulai, peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada

pasien diabetes.

3.6 Cara Kerja

3.6.1 Instrumen Penelitian

a. Alat

1. Jas Laboratorium : 1 buah

2. Handscoon : Secukupnya
3. Masker : Secukupnya

4. Pot dahak : 30 buah

5. Spidol : 1 buah

6. Timer : 1 buah

7. Pipet tetes : 30 buah

8. Katrid MTB/RIF : 30 buah

9. Mesin GeneXpert : 1 buah

b. Bahan

1. Sputum/Dahak : 30 buah

2. Sampel Reagen : 30 buah

3.6.2 Pengambilan Sampel

Satu hari sebelumnya pasien akan diberi pot dahak dan diminta

untuk mengeluarkan dahak pagi. Pasien akan diminta untuk membawa

kartu identitas seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga

(KK).

3.6.3 Pemeriksaan Sampel

Prosedur ini sesuai dengan Panduan Prosedur Kerja Standar Xpert

MTB/RIF.

1. Buka segel Sampel Reagen (SR) dan penutup tabung yang sudah

berisi sampel dahak.

2. Tuang SR ke dalam tabung dahak dengan volume SR dua kali

volume dahak. Tutup kembali tabung dahak.


3. Kocok kencang tabung dahak sebanyak 10-20 kali, lalu inkubasi

selama 10 menit. Setelah itu kocok kuat kembali, lalu inkubasi

kembali selama 5 menit. Setelah inkubasi, perhatikan kualitas

dahak, apabila masih kental dan menggumpal tambahkan waktu

inkubasi 5-10 menit.

4. Siapkan cartridge Xpert MTB/RIF Beri identitas pada sisi kanan

atau kiri cartridge dengan menggunakan spidol atau sticker barcode

5. Buka penutup bagian atas cartridge

6. Pindahkan dahak yang sudah diproses menggunakan pipet yang

disediakan. Isi pipet sampai melebihi tanda 2ml yang ada pada

pipet

7. Secara perlahan masukkan pipet ke dalam ruang sampel yang

terdapat pada cartridge, lalu keluarkan daha perlahan. Hindari

pembentukan gelembung udara

8. Tutup rapat penutup cartridge. Segera proses sampel menggunakan

mesin Genexpert

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian gambaran

Pemeriksaan Tes Cepat Molekular (TCM) Tuberkulosis (TB) pada Pasien

Diabetes Melitus (DM) akan di uji menggunakan Analisis Statistik

Deskriptif. “Analisis Statistik Deskriptif merupakan Teknik Analisa Data

untuk menjelaskan data secara umum atau generalisasi, dengan


menghitung Nilai Minimum, Nilai Maksimum, Nilai Rata-rata (Men), dan

Standar Deviasi (Standar Deviation)” (Sugiyono, 2017:147).

Anda mungkin juga menyukai