BAB I
PENDAHULUAN
BAB III
RUANG LINGKUP
BAB IV
TATA LAKSANA
1. Masalah Kesehatan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian kuman TB menyerang paru,
namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Indonesia merupakan Negara
yang termasuk 5 besar dari 22 negara di dunia dengan beban TB, Kontribusi TB
sebesar 5,8%. Saat ini timbul kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu
TB resisten Obat (Multi Drug Resistence / MDR)
2. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan pasien dating dengan keluhan batuk berdahak ≥ 2 minggu. Batuk
disertai dahak, dapat bercampur darah atau batuk darah, keluhan dapat disertai
sesak napas, nyeri dada, atau Pleuritic chest Pain (bila disertai peradangan
pleura), badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, dan demam meriam lebih dari 1 bulan.
3. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana (Objective)
1. Pemeriksaan Fisik
Demam (pada umumnya sub febris, walaupun bisa juga tinggi sekali),
respirasi meningkat, berat badan menurun, (BMI pada umumnya < 18,5), pada
auskultasi terdengar suara napas bronchial/amforik/ronchi basah/ suara napas
melemah di apex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Darah limfositosis / monositosis, LED meningkat, HB menurun.
b. Pemeriksaan mikroskopik kuman TB (bakteri tahan asam / BTA) atau
kultur kuman dari spesimen sputum/dahak sewaktu- pagi sewaktu.
c. Untuk TB non Paru, spesimen dapat diambil dari bilasan lambung, cairan
cerebrospinal, cairan pleura atau biopsi jaringan.
d. Test Tuberkulin (Mantoux test), pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk pemeriksaan Diagnosis pada TB anak.
e. Pembacaan hasil tuberculin yang dilakukan dengann Mantoux test (intra
kutan) dilakukan 48 – 72 jam setelah penyuntikan dengan mengukur
diameter transfersal. Uji tuberkulin dinyatakan positif bila :
1) Pada kelompok anak dengan imunokompeten termasuk anak dengan
riwayat BCG dengan diameter ≥10 mm
2) Pada kelompok anak dengan imonokompromais (HIV, gizi buruk,
keganasan dan lainya) diameter indurasinya ≥ 5 mm.
Sistem skoring
Diagnosis TB membantu tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam
mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang sederhana
sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya under diagnosis maupun
over diagnosis
Tabel 1 sistem skoring TB anak
Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Kontak TB Tidak Terdapat keluarga Terdapat
jelas BTA (-) atau keluarga
tidak jelas/tidak BTA (+)
tahu
Uji Tuberculin (-) (+) ≥ 10 mm
atau ≥ 5 mm
immunokom
promise
Berat badan / BB/TB - Klinis Gizi buruk
keadaan gizi 90% atau atau BB/TB
BB < 80 <70% atau BB/U
% < 60 %
Demam yang ≥2
tidak diketahui minggu
penyebabnya
Batuk kronis ≥3
minggu
Pembengkakan ≥1
KGB kolli, cm,lebih
aksila,inguinal dari
1KGB
tidak
nyeri
Pembengkakan Ada
tulang, sendi pembeng
pinggul, lutut, -kakan
falang
Foto Thoraks Normal Gambar-
atau an
kelainan sugestif
tidak TB Paru
jelas
Jumlah
Anak dinyatakan probable TB jika skoring mencapai nilai 6 atau lebih. Namun
demikian, jika anak yang kontak dengan pasien BTA (+) dan uji tuberkulinnya
positif namun tidak didapatkan gejala, maka anak cukup diberikan profilaksis
INH terutama anak balita dengan catatan :
1. Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi 1 bulan
2. Demam (>2 minggu) dan batuk (> 3 minggu) yang tidak membaik setelah
diberikan pengobatan sesuai baku terapi dari puskesmas
3. Gambaran foto thoraks mengarah ke TB berupa pembesaran kelenjar
hilus, atau para trakeal dengan atau tanpa infiltrat, atelektasis, konsolidasi
segmental/ lobar, milier, kalsifikasi, dengan infiltrat, tuberkuloma.
4. Semua bayi dengan reaksi cepat (< 2minggu) saat imunisasi BCG harus
dievakuasi dengan skoring TB anak.
Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dengan gejala klinis yang
meragukan, maka pasien tersebut dirujuk kerumah sakit untuk evaluasi lebih
lanjut.
Komplikasi :
1. Komplikasi paru, atelectasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis,
pneumothoraks, gagal napas.
2. TB Ekstra paru, pleuritis, efusi pleura, peritonitis, TB kelenjar limfe
3. Kor Pulmonal
5. Rencana penatalaksanaan komprehensif
a. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan :
1. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas pasien
2. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
3. Mencegah kekambuhan TB
4. Mengurangi penularan TB kepada orang lain
5. Mencegah kejadian dan penularan TB resisten obat
b. Prinsip prinsip terapi :
1. Praktis harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan sampai
terapi dinyatakan selesai
2. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak pernah
diterapi sebelumnya harus mendapatkan terapi Anti TB (OAT) lini
pertama sesuai ISTC
3. Rekomendasi Dosis OAT (Tabel 2)
a. Fase awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
b. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari : Isoniazid dan Rifampisin
c. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan terapi rekomendasi
international, sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis
Tetap (KDT/ Fixed dose combination /FDC) yang terdiri dari 2 tablet
(INH dan RIF), 3 tablet (INH dan RIF), 3 tablet (INH<RIF dan PZA)
dan 4 tablet (INH, RIF, PZA, EMB)