RESPONSI PULMONOLOGY
Oleh :
0810710001
Devi Taurina
0810710106
0810710085
Adeline Santoso
0810713001
0810710099
Pembimbing :
dr. Teguh Rahayu Sartono, SpP (K)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
sedangkan
20%
selebihnya
merupakan
tuberkulosis
penyakit
yang paling
Health Statistic
2001
menunjukkan
bahwa
influenza
dan
pneumonia
merupakan
pneumonia
ditujukan
kepada
pemberantasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Epidemiologi
Perkiraan kasus TB secara global pada tahun 2009, adalah :
Insidens kasus
Prevalens kasus
negara dengan insidens kasus terbanyak yaitu India (1.6-2.4 juta). China
(1.1-1.5 juta), Afrika Selatan (0.4-0.59 juta),
2015
yaitu
mengurangi
rerata
prevalens
dan
kematian
Definisi
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
Klasifikasi
Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan :
1. Letak anatomi penyakit
menunjukkan
hasil
positif
pada
laboratorium
yang
efek
anti
TB
seperti
fluorokuinolon
dan
aminoglikosida).
-
Kasus bekas TB :
2.3
Patofisiologi Tuberkulosis
2.3.1 Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah
satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon,
garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya, Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya
bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan
akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang
bronkus
yang
tersumbat
ini
ke
lobus
yang
atelektasis
dan
cukup
gawat
seperti
tuberkulosis
milier,
meningitis
(PDPI, 2006)
2.3.2 Tuberkulosis Postprimer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis
postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat,
karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai
dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior
maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni
kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan
dengan
penyebukan
jaringan
fibrosis.
Selanjutnya
akan
terjadi
memadat
dan
membungkus
diri
(enkapsulasi),
dan
disebut
bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
2.4
Gejala Klinis
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal
ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik
-
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis
pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,
maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena
iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
-
Demam.
Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun.
Diagnosis
A. Bahan Pemeriksasan
Pemeriksaan
bakteriologi
untuk
menemukan
kuman
tuberkulosis
Bahan
10
untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi
jarum halus/BJH)
B. Cara Pengumpulan dan Pengiriman Bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
-
pemeriksaan/spesimen
yang
berbentuk
cairan
Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu
ujung yang tidak mengandung bahan dahak
Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong
plastik kecil
11
Kantong
plastik
kemudian
ditutup
rapat
(kedap
udara)
dengan
: pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens
screening).
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
-
Interpretasi
pemeriksaan
mikroskopis
dibaca
dengan
skala
IUATLD
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
12
serta melihat
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular
Fibrotik
Kalsifikasi
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak
di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus
spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta
tidak dijumpai kaviti
13
Pemeriksaan BACTEC
ICT
Mycodot
14
Otopsi
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam
klavulanat. Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :
15
Kapreomisin
Sikloserino
Kemasan
-
2.7 Evaluasi
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek samping
obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
a. Evaluasi klinik
Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya
setiap 1 bulan. Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya komplikasi penyakit. Evaluasi klinis meliputi keluhan , berat
badan, pemeriksaan fisis.
b. Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)
Tujuan evaluasi bakteriologik adalah untuk mendeteksi ada tidaknya konversi
dahak. Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik :
-
16
Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
c. Evaluasi radiologik (0 - 2 6/9 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
-
Sebelum pengobatan
kreatinin, dan gula darah , serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta
atau efek samping pengobatan. Asam urat diperiksa bila menggunakan
pirazinamid. Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol
(bila ada keluhan). Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan). Pada anak dan dewasa muda
umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal tersebut.
adalah evaluasi klinis kemungkinan terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi
klinis dicurigai terdapat efek samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk memastikannya dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman
e. Evalusi keteraturan berobat
Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan berobat dan
diminum / tidaknya obat tersebut.
BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
17
nosokomial
(hospital-acqiured
pneumonia
nosocomial pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian
ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan.
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang
yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik,
Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia
jamur
sering
merupakan
infeksi
sekunder.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
3.2
Identitas Pasien
Nama
: Ny. E M
Jenis kelamin
: Wanita
Umur
: 54 tahun
Tanggal lahir
: 8 Agustus 1958
Alamat
Pekerjaan
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Status kawin
: Janda
No RM
: 11100365
Anamnesis
Keluhan utama : Sesak nafas
19
Pasien datang ke IGD RSSA dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari
SMRS. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas. Sesak dirasakan setelah
pasien terbangun dari tidur. Pasien tidak mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Tidak ada keluhan kaki bengkak sebelumnya. Pasien tidur
menggunakan 1 bantal.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak bewarna kuning sejak 2 bulan yang
lalu. Tidak ada keluhan batuk berdarah, dan nyeri dada. Keringat malam (+)
tanpa aktivitas. Pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan 1 bulan ini.
Pasien juga mengalami penurunan berat badan 13 kg dalam 6 bulan terakhir.
Pasien juga mengeluhkan demam sumer-sumer sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat
kontak pasien : adik pasien menderita TB (+).
Pasien terdiagnosis TB sejak tahun 2011 di Puskesmas Sukun, diperiksa
dahak hasil positif, foto dada (+), dan diberi obat TB selama 6 bulan. Dilakukan
pengobatan, diperiksa dahak dan CXR ulang, hasil negatif kemudian dinyatakan
sembuh.
Pasien berobat 3 hari yang lalu di Poli Paru RST. Soepraoen diperiksa dahak
dan darah dikatakan TB kambuh dan dirujuk ke RSSA.
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi maupun diabetes mellitus.
Pasien merupakan Ibu Rumah Tangga, mempunyai 3 orang anak yang sudah
dewasa.
3.3
Pemeriksaan Fisik
Kesan umum
GCS
: 456
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 130x/menit
Laju pernafasan
: 28x/menit
Temperatur axilla
: 38,0o C
Kepala/Leher
Thorax
20
bv bv
Rh + +
Wh - -
s s
bv bv
++
ss
v v
- -
--
Abdomen
Ekstremitas
3.4
: Edema - /-
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Hb
: 6.70 g/dL
Leukosit
: 2.83 x 103/L
Trombosit
:19.04 x 103/L
Hematokrit
: 21.80 %
Eritrosit
Hitung Jenis
Eosinofil
: 0.3 %
Basofil
: 0.2%
Neutrofil
: 84.6%
Limfosit
: 7.4%
Monosit
: 7.5%
Faal Hati
AST/SGOT
: 48
ALT/SGPT
: 13
Metabolisme Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu 202
21
Faal Ginjal
Ureum
: 34.50 mg/dl
Creatiin
: 1.06 mg/dl
: 7.25
pCO2
: 33.9 mmHg
pO2
: 104.4 mmHg
HCO3
: 19.3
BE
: -6,3
Saturasi O2
: 92.2 %
Elektrolit
Na
: 137 mmol/L
: 3.69 mmol/L
Cl
: 103 mmol/L
Urinalisis
22
Warna
: Kuning
PH
: 6.0
Berat Jenis
: 1.025
Glukosa
: Negatif
Protein
: +1
Keton
: Negatif
Bilrubin
: Negatif
Urobilinogen : Negatif
3.5
Nitrit
: Positif
Leukosit
: 3+
Darah
: 1+
Pemeriksaan Penunjang
AP
simetric
position,
23
Pemeriksaan Fisik
Kesan umum
sakit sedang
GCS
456
SMRS.
Tekanan darah
Sesak
tidak
mmHg
Sesak
Nadi
dirasakan
setelah
: Tampak
110/80
: 130x/menit
Pasien
Temperatur axilla
keluhan
mengalami
yang
sebelumnya.
keluhan
sama
Tidak
kaki
sebelumnya.
ada
bengkak
Pasien
tidur
menggunakan 1 bantal.
Pasien
batuk
berdahak
: 38.0C
Kepala/Leher:
bewarna
: 6.70 g/dL
Leukosit
: 2.83 x 103/L
Trombosit
: 19.04 x 103/L
Hematokrit : 21.80%
Eritrosit
Hitung Jenis
Eosinofil
: 0.3 %
Basofil
: 0.2%
Neutrofil
: 84.6%
lateral MCL S.
Limfosit
: 7.4%
Monosit
: 7.5%
: C/ ictus invisible
mengeluhkan
Hb
:
Hasil Laboratorium
Hematologi
SL D
Tidak
batuk
nyeri
dada.
AST/SGOT : 48
(+)
tanpa
ALT/SGPT : 13
ada
keluhan
berdarah,
dan
Keringat
malam
Faal Hati
24
ini.
Pasien
Albumin
:4
juga
s s
s s
s S
terakhir.
juga
bv bv
Faal Ginjal
bv bv
Ureum
: 34.50 mg/dl
v v
Creatiin
: 1.06 mg/dl
Pasien
Metabolisme Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu 202
Wh - - -
Pasien
TB
Rh + +
di
++
++
sejak
terdiagnosis
tahun
2011
Abdomen
bulan.
Dilakukan
: Flat, soefl, BU
space
dullness (-)
Ekstremitas
Pasien
berobat
hari
diperiksa
darah
dahak
dikatakan
TB
hipertensi
maupun
mellitus.
Pasien
diabetes
merupakan
Ibu
Rumah
- /-
dullness,
shifting
PH
: 7.25
pCO2
: 33.9 mmHg
pO2
: 104.4 mmHg
HCO3
: 19.3
BE
: -6,3
Saturasi O2 : 92,2 %
:
Edema
Elektrolit
Na : 137 mmol/L
K
: 3.69 mmol/L
Cl : 103 mmol/L
Urinalisis
25
Warna: Kuning
PH : 6.0
Berat Jenis : 1.015
Glukosa
: Negatif
Protein
: +1
Keton
: Negatif
Bilrubin
: Negatif
Urobilinogen: Negatif
Problem
Ny.E/ 54 tahun
1. Pneumo
Initial Dx.
List
- Sesak sejak 1
hari SMRS
- Sesak
: Positif
Leukosit
: 3+
Darah
: 1+
Planning Tx.
Planni
- O2 2-4 lpm NC
ng Mo.
GCS
VS
Dx.
1.1 Pneumoni
a CAP
1.2 Pneumoni
Inj
Ceftriaxon
2x1g Subye
ktif
berhubungan
BGA
dengan
iv
Thorax
aktivitas
- PO GG 3x1
X-ray
tidur
menggunaka
n satu bantal
- GCS 456
- VS : T: 110/80
-
N: 110x/m
RR:28x/m
P/ statis D=S,
dinamis D=S
a HAP
(skintest)
- Pasien
tidak
nia
Planning
Nitrit
B6/B12 3x1
SF 3x200mg
- Diet TKTP 2100 kkal/hari
26
bv bv
bv bv
bv bv
Wh - - - Rh + +
++
-CXR:
TB
far
advanced
lesion
pneumonia
paru
dan
27
Ny.E/ 54 tahun
2. TB paru 2.1 TB
- Batuk sejak 2
far
advance
-Batuk berdarah
d lesion
Kategori 2
2.2 TB MDR
BTA SPS
-
VS
Body
weight
sputum
2RHZES/1RHZE/5RHE
Subye
(-).
dengan
ktif
media LJ
-Berkeringat
pada
X-ray
malam
hari (+)
-Demam sumersumer (+)
- Nafsu makan
berkurang
dan
penurunan berat
badan 13 kg
(+)
-
Riwayat
TB
paru (+)
- Riwayat OAT
(+)
- Riwayat kontak
dengan
TB (+)
Thorax
pasien
28
- VS : T: 110/80
-
N: 110x/m
RR:28x/m
Tax:38.0C
CXR : TB paru
far
advanced
lesion
dan
pneumonia
3.6
Follow Up Harian
Tanggal
Subjektif
12 Maret 1. Sesak
Objektif
KU:pasien
2013
tampak
napas (+)
2. Batuk
sakit
Asessment
1. Lung TB BTA (+)
Planning
PDx : Sputum gram,
sputum
BTA
sps,
berdahak
sedang
(+)
GCS : 456
PTx :
TD:110/80
- O2 2-4 lpm NC
N : 110x
RR : 28x/
tpm
unan
Tax:37.0
- Inj Ceftriaxon3x1g iv
nafsu
makan
2x400mg
(+)
JVP
- PO GG 3x1
3. Dema
m (+)
4. Penur
sensitivitas,
Inj.
Ciprofloxacin
R+0cmH2
B6/B12 3x1
SF 3x200mg
PKGB (-)
OAT Katagori II
Tho:C/
2RHZES/1RHZE/5RH
Ictus
invisible,
ictus
kkal/hari
palpable
at
ICSV
Diet
TKTP
2100
29
MCL S
S1S2
tunggal,
murmur(-)
P:I:Statis
D=S
Dinamis
D=S
Pal:SF n n
nn
nn
Per: s s
s s
s s
Rh + +
++
- Wh - --Ext : akral
hangat
ed - -13 Maret 1. Sesak KU:pasien
2013
napas (+)
tampak
2. Batuk sakit
(+)
sedang
MDR
3. Pneumonia CAP PS74
(+)
tpm
TD:115/50
4. Nafsu N : 102x
- Inj Ceftriaxon3x1g iv
makan
RR : 28x/
-InjCiprofloxacin
menurun
Tax:37.0
2x400mg
(+)
- PO GG 3x1
30
B6/B12 3x1
JVP
SF 3x200mg
R+0cmH2
OAT Katagori II
2RHZES/1RHZE/5RH
PKGB (-)
Tho:C/
Diet
Ictus
kkal/hari
invisible,
ictus
palpable
at
ICSV
MCL S
S1S2
tunggal,
murmur(-)
P:I:Statis
D=S
Dinamis
D=S
Pal:SF n n
nn
nn
Per: s s
s s
s s
Rh + +
++
- Wh - --Ext : akral
hangat
ed - -
TKTP
2100
31
2013
2. Lung
(+)
tampak
2. Pusing sakit
(+)
TB
suspect MDR
sedang
GCS : 456
3. Pneumonia
PS84
PDx :
active -Tunggu
hasil
BTA
SPS
CAP - Thorax X-Ray
- PTx :
TD:120/70
- O2 2-4 lpm NC
N : 100x
RR : 25x/
tpm
Tax:36.5
- Inj Ceftriaxon3x1g iv
-InjCiprofloxacin
2x400mg
JVP
- PO GG 3x1
R+0cmH2
B6/B12 3x1
SF 3x200mg
PKGB (-)
OAT Katagori II
Tho:C/
2RHZES/1RHZE/5RH
Ictus
invisible,
ictus
kkal/hari
palpable
at
ICSV
MCL S
S1S2
tunggal,
murmur(-)
P:I:Statis
D=S
Dinamis
D=S
Pal:SF n n
nn
nn
Per: s s
s s
Diet
TKTP
2100
32
s s
Rh + +
++
- Wh - --Ext : akral
hangat
ed - -15 Maret
GCS : 456
2013
TD
2. Lung
PTx :
120/70
TB
active
suspect MDR
N : 92x
3. Pneumonia
RR : 23x/
- O2 2-4 lpm NC
CAP - IVFD NaCl 0.9% 20
PS84
tpm
Ext : akral
- Inj Ceftriaxon3x1g iv
hangat,
-InjCiprofloxacin
ed - -
2x400mg
- -
- PO GG 3x1
B6/B12 3x1
SF 3x200mg
OAT Katagori II
2RHZES/1RHZE/5RH
E
-Diet
TKTP
2100
16 Maret
GCS : 456
kkal/hari
PDx : tunggu hasil
2013
TD
2. Lung
PTx :
110/70
N : 91x
RR : 21x/
TB
active
suspect MDR
3. Pneumonia
PS84
- O2 2-4 lpm NC
CAP - IVFD NaCl 0.9% 20
tpm
Ext : akral
- Inj Ceftriaxon3x1g iv
hangat,
-InjCiprofloxacin
33
ed - - -
2x400mg
- PO GG 3x1
B6/B12 3x1
SF 3x200mg
OAT Katagori II
2RHZES/1RHZE/5RH
E
-Diet
kkal/hari
TKTP
2100
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
(WHO)
telah
mencanangkan
tuberkulosis
sebagai
Global
ada beberapa
kemungkinan penyebab timbulnya sesak yaitu dari masalah cardiogenic atau non
cardiogenic. Masalah non cardiogenic lebih dominan karena dalam anamnesa
pasien tidak mengeluhkan tanda khas pasien gagal jantung, CAD (coronary
arterial disease), dan sebagainya. Salah satu kemungkinan penyeban timbulnya
sesak ini adalah non cardiogenic yaitu pneumonia. Menurut teori disebutkan
bahwa
Pada pemeriksaan
terdengar rhonki diseluruh lapangan tengah atas dan tengah area paru dan tidak
ditemukan wheezing. Selain itu pada paru kanan vesikuler paru menurun. Tanda
klinis ini mendukung pada salah satu gangguan paru yaitu pneumonia. Hal ini
ditunjang ole hasil CXR yang menunjukkan gambaran pneumonia.
Berdasarkan klasifikasi dan epideologisnya, pada pasien ini termasuk
pneumonia komuniti.
35
Berdasarkan teori, seseorang dikatakan suspect TB MDR jika pasien itu gagal
kategori 1, BTA (+) setelah sisipan kategori 1, gagal kategori 2, BTA (+) setelah
sisipanl kategori 2, terapi non DOTS, drop out, tinggal dekat dengan pasien TB
MDR yang telah dikonfirmasi, TB HIV, dan kasus relaps. Pasien ini termasuk
pada kasus relaps, jadi ada kemungkinan pasien ini tergolong pada TB MDR.
Namun, untuk menegakkan diagnosis lebih lanjut perlu dilakukan tes resistensi
obat rifampicin dan isoniazid. (PDPI, 2011).
36
pneumonia
PS
74
didapatkan
dari
perempuan+pernapasan
>30+nadi>125x/menit.
BAB V
KESIMPULAN
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
nafas, dan nyeri dada. Pada pasien ini ditemukan 2 gejala yaitu batuk >2 minggu
dan sesak nafas. Gejala sistemik meliputi demam, malaise, keringat malam,
anoreksia dan berat badan menurun.
Pada CXR dapat ditemukan
AP position, simetric
Soft tissue : thin
Bone : dextra dan sinistra normal, ICS normal
Trakea : tertarik ke kiri
Hillus : tertutup infiltrat
Cor : letak : terdorong ke kiri, CTR<50%, shape normal
Hemidiafragma : dextra, tertutup infiltrat
37
Pada kasus ini pasien didiagnosis sebagai pasien TB paru far advanced
lesion, dan merupakan kasus TB paru katagori II, karena merupakan kasus TB
paru kambuh. Serta diikuti dengan pneumonia PS 74.
DAFTAR PUSTAKA
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi Medicine. Jakarta:EGC
Global Report TB, WHO. 2009. Angka Prevalensi, Insidensi dan Kematian,
Indonesia, 1990 dan 2009
Mason. 2005. Murray & Nadel's Textbook of Respiratory Medicine, 4th ed., An
Imprint of Elsevier
PDPI. 2006. Tuberkulosis:Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.
PDPI. 2011. Tuberkulosis:Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.
PDPI. 2003. Pneumonia:Pedoman Diagnosis & Penatalaksanan Di Indonesia.