TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI1
paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
dunia sejak 5000 tahun sebelum Masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan
3.2 EPIDEMIOLOGI1,2
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5 juta
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
(140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan
kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan
100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus
TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case
2
Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000
penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus
sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal
dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB
angka kesakitan dan kematian akibat TB di tahun 2015 jika dibandingkan dengan
tahun 1990. Angka prevalensi TB yang pada tahun 1990 sebesar > 900 per 100.000
penduduk, pada tahun 2015 menjadi 647 per 100.000 penduduk. Dari semua indikator
MDG’s untuk TB di Indonesia saat ini baru target penurunan angka insidens yang
sudah tercapai. Untuk itu perlu upaya yang lebih besar dan terintegrasi supaya
Indonesia bisa mencapai target SDG’s pada tahun 2030 yang akan datang.
3.3 KLASIFIKASI2
a. Tuberkulosis paru :
3
b. Tuberkulosis ekstraparu:
kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan
tulang.
tuberculosis.
a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan
TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan
(˂ dari 28 dosis).
b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
TB terakhir, yaitu:
4
pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar
adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up.
satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan.
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan, dengan atau tanpa diikuti
5
4) Extensive Drug Resistean (TB XDR): TB MDR yang sekaligus resistan
terhadap salah satu OAT golongan flurokuinolon dan salah satu OAT lini
Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi
(konvensional).
3.4 PATOGENESIS4
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang
terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh
dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada
sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer
terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
6
kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang
antara focus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi
TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12
minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-
104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.
kompleks primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut
timbulnya respons positif terhadap uji tuberculin. Selama masa inkubasi, uji
tuberculin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluluer tubuh
terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan system imun yang
terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila
7
imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan
segera dimusnahkan.
mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
sesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap
dapat disebabkan oleh focus paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di
paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi
nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui
hilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan
ateletaksis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak
atau membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada
8
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyakit sistemik.
kuman TB menyebar secara sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks
paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan
membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi
pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dormant.
Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi
untuk menjadi focus reaktivasi. Fokus potensial di apkes paru disebut sebagai Fokus
SIMON. Bertahuntahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, focus TB
ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait, misalnya
9
Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik
generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah
besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini
disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah
terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB
karena tidak adekuatnya system imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB,
spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui
cara ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilih milier berasal dari
Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang
terjadi adalah protracted hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu
TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat
penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic
3.5 PATOLOGI1
10
Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi karena
tersebut bersifat sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di
makrofag. Respons awal pada jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah berupa
sebukan sel radang, baik sel leukosit polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit
mononukleus. Kuman berproliferasi dalam sel, dan akhirnya mematikan sel fagosit.
Sementara itu sel mononukleus bertambah banyak dan membentuk agregat. Kuman
berproliferasi terus, dan sementara makrofag (yang berisi kuman) mati, sel fagosit
mononukleus masuk dalam jaringan dan menelan kuman yang baru terlepas. Jadi
terdapat pertukaran sel fagosit mononukleus yang intensif dan berkesinambungan. Sel
banyak dan tampak pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut berkelompok padat
mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan interseluler dan
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak, dan sebagian
sel datia ini berbentuk sel datia Langhans (inti terletak melingkar di tepi) dan
sebagian berupa sel datia benda asing (inti tersebar dalam sitoplasma). Lama
kelamaan granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler dan fibroblas.
Di bagian tengah mulai terjadi nekrosis yang disebut perkijuan, dan jaringan di
11
sekitarnya menjadi sembab dan jumlah mikroba berkurang. Granuloma dapat
terbentuk simpai jaringan ikat mengelilingi reaksi peradangan. Lama kelamaan terjadi
penimbunan garam kalsium pada bahan perkijuan. Bila garam kalsium berbentuk
konsentrik maka disebut cincin Liesegang . Bila mikroba virulen atau resistensi
yang dapat berpadu sehingga granuloma membesar. Sel epiteloid dan makrofag
menghasilkan protease dan hidrolase yang dapat mencairkan bahan kaseosa. Pada
saat isi granuloma mencair, kuman tumbuh cepat ekstrasel dan terjadi perluasan
penyakit.
Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu yang belum pernah
terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang telah terinfeksi
sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras dengan disertai nekrosis
jaringan. Akan tetapi pertumbuhan kuman tretahan dan penyebaran infeksi terhalang.
3.6 ETIOLOGI2
12
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang
sebagai berikut:
• Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron.
Ogawa.
• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
• Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.
Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan mati
dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C akan
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
13
Gejala sistemik/umum:
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
Gejala khusus:
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
3.8 DIAGNOSIS2
14
Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis, pemeriksaan
a. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering
kali bukan merupakan gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus
b. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
faktor risiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB, tinggal di daerah padat
15
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Bakteriologi
pengobatan.
Sewaktu-Pagi (SP):
3) Pemeriksaan Biakan
16
Pada faskes yang tidak memiliki akses langsung terhadap
transportasi contoh uji. Hal ini bertujuan untuk menjangkau pasien yang
d. Pemeriksaan serologis
17
Gambar 1. Alur diagnosis TB
18
Keterangan alur:
mikroskopis.
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada
underdiagnosis.
3.9 PENATALAKSANAAN1
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
• Rifampisin
19
• INH
• Pirazinamid
• Streptomisin
• Etambutol
• Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
• Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
• Kanamisin
• Kuinolon
Dosis OAT
mg/kali
20
• Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3xsemingggu,
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
• Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB,
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
• Streptomisin:15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase
pengobatan.
21
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut,
bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasiliti
efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping
ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.
a. Isoniazid (INH)
tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi
Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada
kurang lebih 0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik,
khusus
22
b. Rifampisin
Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare
Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus
khusus
Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah
satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan
air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses
c. Pirazinamid
23
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri
aspirin) dan kadangkadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang
lain.
d. Etambutol
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun
jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB
diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
e. Streptomisin
tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping
sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan
24
telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini
menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil
• Efek samping yang ringan seperti gangguan lambung yang dapat diatasi
secara simptomatik
salisilat/allopurinol
• Efek samping yang serius adalah hepatits imbas obat. Penanganan seperti
25
pada kulit yang umumnya disebabkan oleh INH dan rifampisin, dapat
• Bila sesuatu obat harus diganti maka paduan obat harus diubah hingga jangka
atau
luluh paru)
26
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan,
pada keadaan:
imunosupresi / kortikosteroid)
Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan
pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat
diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan
27
Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif
1) Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan
yang optimal
28
b) Berobat > 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan
d) Berobat < 4 bulan , berhenti berobat > 1 bulan, BTA negatif, akan
1) Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi,
berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan
penyembuhan
29