Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

TUBERKULOSIS

Disusun oleh: Kelompok 1

Agung Nugroho 1804015196

Dhea Alief Via 1804015119

Icha Septami Putri 1804015161

Wanti Puspita Sari 1804015050

DOSEN PENGAMPU : Apt. Septianita Hastuti, M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIV. MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2021
BAB I

KASUS

Identitas Pasien

Nama : Amir

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 14 tahun

BB/TB : 42 kg/155 cm

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan terakhir : SMP

Alamat : Jalan Delima 2 Jakarta Timur

Riwayat Penyakit

Keluhan saat ini: urin berwarna merah, sering merasa kesemutan dan demam dan menggigil.

Keluhan Utama: Batuk berdahak sejak 1 bulan terakhir, sering demam di malam hari.

Riwayat Penyakit Sekarang: TB kambuhan setelah dilakukan tes BTA (+)

Riwayat penyakit dahulu /lainnya / kondisi khusus: TB 1 tahun yang lalu

Riwayat penyakit keluarga: tidak ada

Riwayat lingkungan, sosial dan gaya hidup: perokok aktif

Riwayat pengobatan: Pernah menggunakan obat TB (selama 6 bulan) setahun yang lalu dan
sudah dinyatakan sembuh. Sekarang tidak menggunakan obat apapun

Riwayat alergi obat: tidak ada

Informasi lain terkait pengobatan:-

Laporan Hasil Pemeriksaan

Nama: Amir

Usia: 25 tahun

Berat badan: 48 kg

Tinggi Badan: 160 cm

Alamat: Jalan Delim 2 Jakarta Timur


Tanggal Pemeriksaan: 25 Oktober 2021

Hasil Pemeriksaan

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Tanda Vital

Tekanan darah 130/80 mmg/dL <140/80 mg/dL

Suhu 38oC 37oC

Darah

Leukosit 23 x 103/mm3 4-10 x 103/ mm3

Hb 11,0 g/dL 11,0 - 16,0 g/dL

Trombosit 200 x 103/µL 150 – 400 x 103/µL

SGOT 40 U/L 0-37 U/L

SGPT 45 U/L 0-40 U/L

BUN 23 mg/dL 10 – 24 mg/dL

Creatinin 1,3 mg/dL 0,5 – 1,5mg/dL

Catatan Pengobatan

24-10-2021 25-10-2021
No. Nama Obat Dosis Rute
P SI S M P SI S M

1. Rifampisin 1xsehari Oral  


450 mg

2. INH 300 mg 1xsehari Oral  

3. Pirazinamid 1xsehari Oral  


500mg

4. Etambutol 250 3xsehari Oral      


mg

5. Streptomisin 1xsehari IV  
0,75g
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang, memounyai sifat
khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TB dapat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
juga bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembap.

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Kuman TB
dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
sistem salura limpa, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Daya
penulara dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
paru-parunya, semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak maka penularannya
semakin tinggi.

B. Gejala-Gejala Penyakit TB
Gejala pada penyakit TB dibagi menjadi gejala umum da khusus sesuai dengan organ
yang terlibat.
a. Gejala sistemik/umum
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan
 Batuk-batuk selama lebih dari tiga minggu (dapat disertai dengan
darah)
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus
 Bergantung dari organ tubuh yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran menuju paru-paru) akibat penekan kelenjar
getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (atau pembungkus paru-paru), dapat
disertai keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, akan terjadi gela seperti infeksi tulang yang
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatas
nya, akan keluar cairan nanah
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut dengan meningitis (radag selaput otak), gejalanya demam
tinggu, adanya penurunan kesadaran, dan kejang-kejang.

C. Klasifikasi Tuberkulosis dan Tipe Pasien


a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena.
 Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilu.
 Tuberculosis Ekstra Paru adalah uberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
 Kasus Baru, Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan
BTA bisa positif atau negative.
 Kasus yang sebelumnya diobati.
 Kasus kambuh (Relaps), Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif.
 Kasus setelah putus berobat (Default), Adalah pasien yang telah berobat
dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
 Kasus setelah gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan.
 Kasus Pindahan, adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk
melanjutkan pengobatannya.

D. Diagnosis
1. Pada pasien dewasa
a. Pemeriksaan Bakteriologi
 Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
 Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TBC
 Pemeriksaan biakan

b. Pemeriksaan penunjang lainnya


 Pemeiksaan foto toraks
 Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TBC ekstraparu
c. Pemeriksaan uji kepekaan obat
Tujuan dari pemeriksaan ini utuk mengetahui ada tidaknya resistensi terhadap
OAT. Uji kepekaan harus dilakukan di labiratorium yang telah lulus uji pemantapan
mutu/Quality Assurance (QA) dan mendapatkan sertifikat nasional maupun
internasional
d. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan untuk diagnosis pasien TBC

2. Pada pasien Anak


a. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan sputum pada anak terutama pada anak berusia >5 tahun, HIV positif,
dan gambaran paru luas. Cara mendapatkan sputum pada anak selain dengan
berdahak dapat dilakukan dengan bilas lambung dan induksi sputum
b. Pemeriksaan penunjang
 Uji tuberkulin (khususnya pada pasien yang memiliki riwayat kontak dengan
pasien TBC)
 Foto toraks
 Pemeriksaan histopatologi

E. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumah Sakit UHAMKA


Jl. Delima 1 No 1, Jakarta Timur
Telphone: (021) 0890909090

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

KLINIK : UHAMKA INDAH

Tanggal Profesio Hasil Asesman Pasien dan Pemberian Instruksi Review


/ Jam nal Pelayanan PPA dan
Pemberi verifik
Asuhan asi
(PPA) DPJP

01/11/2 Agung SUBJECTIVE PLAN


021 Nugroh Keluhan Saat ini : Urin berwarna merah, sering Terapi
o merasa kesemutan, demam, dan menggigil Farmakologi
Keluhan Utama : Batuk berdahak 1 bulan :
terakhir, sering demam di malah hari. Rekomendasi
Riwaya Penyakit Sekarang : TB Kambuhan kan untuk
setelah dilakukan tes BTA (+). meningkatkan
Riwayat Penyakit dahulu/lainnya/ kondisi frekuensi
khusus : TB 1 tahun yang lalu pemberian
Kebiasaan/gaya hidup : Perokok Aktif Pirazinamide
Riwayat Penyakit keluarga : tidak ada menjadi
Riwayat Pengobatan : 3x500mg
Pernah menggunakan obat TB (selama 6 bulan) sehari sesuai
setahun yang lalu dan sudah dinyatakan sembuh. dengan
Sekarang tidak menggunakan obat apapun pedoman
penanggulang
OBJECTIVE an TB 2011
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 160cm Rekomendasi
Alamat : Jalan delim 2 Jakarta Timur kan
Tanggal Periksa : 25 November 2021 pemberian
Hasil Pemeriksaan pirodiksin 50-
Jenis Hasil Nilai Keterangan 75 mg/hari
pemeriks Rujuk untuk
aan an mengurangi
kesemutan
Tanda
akibat ES
Vital
penggunaan
Tekanan 130/8 <140/8 Normal INH.
darah 0 0
mmg/ mg/dL Untuk
dL mengurangi
gejala
Suhu 38oC 37oC Sedikit demam,
demam pasien
Darah direkomendas
ikan obat
Leukosit 23 x 4-10 x Tinggi paracetamol
103/m 103/ (adanya untuk
3 3
m mm indikasi mengurangi
infeksi gejala
bakteri TB) demamnya.
Hb 11,0 11,0 - (dalam batas
g/dL 16,0 normal) Terapi Non
g/dL Farmakologi
Pasien
Trombosit 200 x 150 – (dalam batas diberikan
103/µ 400 x normal) konseling
L 103/µL edukasi
SGOT 40 0-37 (lebih dari kesehatan
U/L U/L batas normal mengenai
yg urin berwarna
mengindikas merah, hal itu
ikan adaya wajar karena
kelaian efek samping
fungsi hati dari
yag mungkin rifampisin,
saja terjadi dan pasien
karena diberikan
pasien motivasi serta
memiliki keluarganya
riwayat terkait
pengobatan penyakit TB
tb dan perlunya
sebelumnya) pengobatan
teratur sampai
SGPT 45 0-40 (lebih dari
selesai.
U/L U/L batas normal
yg
Dukungan
mengindikas
psikososial
ikan adaya
kepada pasien
kelaian
TB untuk
fungsi hati
tercapainya
yag mungkin
keberhasilan
saja terjadi
pengobatan.
karena
Penyuluhan
pasien
khusus juga
memiliki
diberikan
riwayat
kepada pasien
pengobatan
mengenai
tb
etika batuk/
sebelumnya)
higiene
BUN 23 10 – 24 (dalam batas respirasi
mg/dL mg/dL normal) (menutup
mulut dengan
Creatinin 1,3 0,5 – (dalam batas tangan ketika
mg/dL 1,5mg/ normal) batuk atau
dL bersin,atauleb
ih disarankan
ASSESMENT menggunakan
Indikasi yang tidak diobati : masker,
Pasien mengalami gejala demam dan dapat dilihat mencuci
dari suhunya yaitu 38˚C. Didalam resep tidak tangan
terdapat obat untuk mengatasi gejala demam. dengan sabun
Interaksi Obat : setelah batuk
Rifampisin dan Isoniazid dapat menimbulkan efek atau bersin,
samping yang serius pada organ hati begitu juga menggunakan
dengan rifampisin dan pirazinamid masker dan
dapatmenyebabkan kerusakan hati. menghentikan
Selanjutnya Erambutol dan isoniazid dapat rokok.
menyebabkan kerusakan syaraf.
Dosis Subterapeutik MONITORI
Frekuensi Pirazinamid kuraang tepat. NG
Adverse Drugs Events Cek sputum
Isoniazid menyebabkan kesemutan untuk melihat
Tepat Obat : apakah
Sudah tepat, semua sudah sesuai indikasi. bakteri masih
Tepat Dosis : ada (cek BTA
Belum, karena frekuensi pirazinamid dirasa belum kembali
memenuhi kebutuhan pasien. setelah 2
bulan
pengobatan)

Mengecek
apakah pasien
telah minum
obatnya tepat
waktu

Pemberian
Informasi kpd
Pasien dan
keluarga
bahwa obat
harus
diminum
sesuai aturan
agar tidak
terjadi
resistensi dan
harus
dihabiskan

Pemberian
informasi
tentang ES
rifampisin
jangan
dikhawatirka
n

Monitoring
fungsi hepar
sgot dan sgpt
jika perlu.
PEMBAHASAN

Seorang pria bernama Amir berusia 25 tahun dan berat badan 48 kg dating ke dokter
dengan keluhan saat ini urin berwarna merah, sering merasa kesemutan dan demam dan
menggigil. Ia juga mengalami batuk berdahak sejak 1 bulan terakhir dan sering demam di malam
hari. Pasien juga mengalami riwayat TB kambuhan 1 tahun yang lalu dan setelah dilakukan tes
BTA (+) sehingga pasien pernah menggunakan obat TB (selama 6 bulan) setahun yang lalu dan
sudah dinyatakan sembuh dan sekarang tidak menggunakan obat apapun . Pasien juga merupakan
perokok aktif.
Maka dari itu pasien dilakukan pemeriksaan tanda vital dimana hasilnya tekanan darah
pasien 130/80 mmg/dL, suhu badan 38° celcius, leukosit 23x, 11,0 g/dL, trombosit
200x/µL, SGOT 40 U/L, SGPT 45 U/L, BUN 23 mg/dL, Creatinin 1,3 g/dL. Untuk tanda
vital dapat dilihat bahwa ada beberapa yang tidak normal, yaitu suhu badan yang sedikit tinggi
dari suhu normal tubuh manusia yaitu 37°c, pemeriksaan leukosit juga cukup tinggi padahal
normal dari kadar leukosit di dalam tubuh adalah 4-10x. Hal ini terjadi karena leukosit memiliki
fungsi utama melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagositosit organisme asing dan
memproduksi atau mengangkut antibodi, jika leukosit tinggi maka mengindikasikan bahwa ada
infeksi didalam tubuh pasien yaitu akibat bakteri tuberkulosis, selain itu juga ada pemeriksaan
SGOT dan SGPT yang menunjukkan hasil lebih tinggi dari normal, yaitu untuk kadar SGOT
adalah 0-37 U/L dan untuk SGPT 0-40 U/L. SGOT atau Aspartat aminotransferase (AST)
merupakan enzim yang memiliki aktivitas metabolism yang tinggi, ditemukan pada jantung, hati,
limfa, dll. Penyakit yang menyebabkan perubahan, kerusakan, atau kematian sel akan
mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi ini maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita kerusakan pada hepar atau adanya lesi. Begitu juga dengan SGPT atau Alanin
aminotransferase (ALT) yang merupakan indikasi adanya kerusakan pada hati. Sementara itu
untuk hasil lainnya masih dibatas normal termasuk pemeriksaan BUN. Pemeriksaan BUN adalah
tes untuk mengukur kadar ureum di dalam darah. Ureum adalah zat sisa metabolisme protein yang
seharusnya dibuang melalui urine ( Pedoman Interpretasi Data Klinik, 2011).
Dari data keluhan, Riwayat, dan diperjelas dengan pemeriksaan tanda vital tersebut maka
dokter mendiagnosis pasien mengalami tuberkulosis kategori 2 dimana pasien pernah mengalami
penyakit tersebut dan kambuh kembali. Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB
sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB paru, namun bakteri ini juga
memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar
limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya (Tata Laksana Tuberkulosis, 2020).
Dokter memberikan Rifampisin 450 mg diminum 1x sehari, INH 300 mg diminum
1xsehari, Pirasinamid 500 mg diminum 1x sehari, Etambutol 250mg diminum 3x sehari, dan
Streptomicin 0,75 g 1x sehari. Dari pemberian obat pada pasien maka dapat disimpulkan bahwa
pasien termasuk golongan pasien tuberkulosis kategori ke 2, dimana obat yang diberikan
mengikuti panduan OAT kombipak. Dari obat yang diberikan pada pasien juga dapat
disimpulkan bahwa pasien sedang menjalani tahap intensif dosis harian. Namun dari pemberian
obat tersebut dapat dilihat ada beberapa permasalahan.
Permasalahan pertama adalah adanya DRPs yaitu peristiwa atau keadaan yang
melibatkan terapi obat yang benar-benar atau berpotensi mengganggu hasil kesehatan yang
diinginkan (PCNE, 2017). Masalah pertama adalah adanya indikasi penyakit/keluhan pasien
yang belum ditangani dalam resep tersebut atau biasa disebut dengan untreated indications
dimana pasien mengalami kenaikan suhu badan, memang tidak terlalu signifikan namun
untuk mencegah terganggunya aktivitas pasien maka disarankan memberikan paracetamol 500
mg prn (bila perlu). Masalah kedua adalah adanya interaksi pada obat atau drugsinteraction
pada Rifamfisin dan isoniazid yang dapat menyebabkan efek samping yang serius, pada organ
hati selain itu juga ada interaksi untuk rifampisin dan pirazinamid dapat menyebabkan kerusakan
hati yang sebenarnya fungsi hati dan drug level di dalamtubuh dapat di monitor oleh dokter
dengan tes darah saat melakukan treatment, yang terakhir adalah interaksi etambutol dan
isoniazid dapat menyebakan kerusakan syaraf dimana dapat memunculkan efek samping kedua
obat. Masalah yang ketiga adalah subtherapeuticdosage yaitu dosis obat yang diberikan dalam
dosis tersebut terlalu kecil, sehingga efek terapi tidak memadai untuk mengobati penyakit pasien.
Obat yang dimaksud adalah Pirazinamid, dimana dokter memberikan 1x sehari sebanyak 500
mg, jika mengacu pada buku tatalaksana tuberkulosis maka seharusnya obat yang diberikan
frekuensinya 3x sehari 500 mg. Masalah yang terakhir terkait obat adalah adanya
adversedrugsevents dimana Isoniazid menyebabkan pasien sering mengalami kesemutan pada
pasien. Maka dapat disimpulkan bahwa dokter telah memberikan pasien tepat obat, namun untuk
dosis dirasa belum tepat karena frekuensi pirazinamid masih dirasa kurang .
Masukan yang dapat dilakukan oleh apoteker adalah merekomendasikan untuk
meningkatkan frekuensi pemberian pyrazinamide menjadi 3x500 mg sehari sesuai pedoman,
merekomendasikan pemberian Piridoksin 50-75 mg / hari untuk mengurangi kesemutan akibat
efek samping penggunaan INH, dan merekomendasikan pemberian paracetamol 500 mg prn (jika
diperlukan) (Pedoman Penanggulangan TB, 2011). Selain masukan farmakologi apoteker juga
memberikan masukan secara non farmakologi, yaitu kegiatan pemberian konseling dimana
apoteker memberikan instruksi lengkap termasuk berapa banyak, kapan, berapa lama
penggunaan dan bagaimana jika obat lupa diminum, informasi tentang penyakit yang diderita ,
kapan dan bagaimana pemakaian obat akan bermanfaat untuk penyembuhan, serta pemberian
informasi tentang efek samping obat, edukasi kesehatan salah satunya urin berwarna merah
tersebut merupakan hal yang wajar, dan motivasi pada pasien TB dan anggota keluarga mereka
tentang penyakit dan perlunya pengobatan teratur sampai selesai. Dukungan psikososial kepada
pasien TB untuk tercapainya keberhasilan pengobatan. Penyuluhan khusus juga diberikan kepada
pasien mengenai etika batuk / higiene respirasi (menutup mulut dengan tangan ketika batuk atau
bersin, atau lebih disarankan menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun setelah batuk
atau bersin), menggunakan masker.dn menghentikan rokok (Kemenkes, 2014).
Monitoring adalah Cek sputum untuk melihat apakah masih ada bakteri m.tb (cek BTA
kembali setelah 2 bulan pengobatann. Mengecek apakah pasien meminum obatnya tepat waktu
atau tidak (Tatalaksana TBC, 2020). Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga bahwa
obat harus diminum sesuai aturan agar tidak terjadi resistensi dan harus dihabiskan maka dapat
dilakukan dengan menunjuk salah satu anggota keluarga pasien sebagai PMO (pengawas
menelan obat) untuk memudahkan jadwal dan mengawasi proses menelan obat. Lalu dengan
monitoring fungsi hepar sgot dan sgpt jika diperlukan untuk mengecek apakah ada penurunan
hasil atau malah terjadi kenaikan.

Kegiatan pemberian konseling antara lain ialah dengan memberikan edukasi kesehatan,
dan motivasi pada pasien TB MDR dan anggota keluarga mereka tentang penyakit dan perlunya
pengobatan teratur sampai selesai adalah sangat penting. Dukungan psikososial kepada pasien
TB MDR untuk tercapainya keberhasilan pengobatan. Penyuluhan khusus juga diberikan kepada
pasien mengenai etika batuk / higiene respirasi (menutup mulut dengan tangan ketika batuk atau
bersin, atau lebih disarankan menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun setelah batuk
ataubersin).
DAFTAR PUSTAKA

Ni Made Mertaningsih, dkk. 2013. Buku Ajar Tuberkulosis Diagnostik Mikrobilogis. Surabaya :
Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga

https://books.google.com/books?
id=d1crEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=diagnosis+tuberkulosis&hl=id&newbks=
1&newbks_redir=1&sa=X&ved=2ahUKEwjjydy58vbzAhVPbysKHQFTA_gQ6AF6BAg
GEAI

DEPKES RI 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.

Indrawaty, Sri. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai