Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN FIELD LAB SEMESTER Ⅲ

“TUBERCULOSIS”

DI PUSKESMAS II PURWOKERTO UTARA

Preseptor Fakultas : dr. Amin Nurokhim, Sp.OG


Preseptor Lapangan : dr. Srie Astuti Handayani

Disusun oleh:
Dwi Azwin Imanullah
2213010099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2024

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Field Lab ini dibuat oleh :


Nama : Dwi Azwin Imanullah

NIM : 2213010099

Perseptor Lapangan : dr. Srie Astuti Handayani

Perseptor FK UMP : dr. Amin Nurokhim, Sp.OG.

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah


Purwokerto

Telah diperiksa dan disetujui oleh Perseptor dan pihak berwenang.

Mengetahui,
Perseptor Lapangan Perseptor Fakultas

dr. Srie Astuti Handayani dr. Amin Nurokhim, Sp.OG.

NIP. 197811292009032002 NIP. 21607440

2
BAB I
KASUS

Pengambilan data dilakukan pada Rabu, 24 Januari 2024 pada pukul 10.30 di Puskesmas II
Purwokerto Utara.

1.1 Identitas
Identitas pasien
a. Nama : Ny. H
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Usia : 21 tahun 3 bulan 7 hari (tanggal lahir 17 Oktober 2002)
d. Alamat : Sunter agung Rt04/08,Sunter Agung,Tanjung Priok,Jakarta
utara,DKI Jakarta
e. Pekerjaan : Mahasiswa
f. Status pernikahan : Belum menikah

1.2 Keluhan Utama


Pasien datang dan mengeluh Batuk dua minggu yang lalu disertai darah dan
tenggorokannya gatal.

1.3 Sacred Seven


a. Keluhan Utama : Batuk darah .
b. Lokasi : Di sekitar leher
c. Onset : 2 minggu yang lalu
d. Kronologi : Berdasarkan anamnesis pasien merasakan batuk lalu
mengeluarkan darah dan merasakan gatal di tenggorokannya.
e. Kualitas : Dahak berwarna merah bercampur dengan darah
f. Kuantitas :-

3
g. Faktor pemberat : -
h. Faktor peringan :-
i. Keluhan lain : nafsu makan menurun

1.4 Fundamental Four


a. Riwayat Penyakit Sekarang : Tuberculosis
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
d. Riwayat Kebiasaan, dan Sosial Ekonomi

● Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, dan tidak mengonsumsi

kopi

● Pasien berobat menggunakan pelayanan BPJS

1.5 Hasil pemeriksaan


a. Pemeriksaan umum : Compos Mentis
b. Tanda vital

● Tekanan Darah : 100/70 mmHg

● Nadi : 80 x/menit

● RR : 22 x/menit

● Suhu : 36,30C

● Tinggi badan : 156 cm

● Berat badan : 43 kg

c. Pemeriksaan fisik :- Irama nafas: teratur


- Suara jantung : reguler
- Keluhan nyeri dada : tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang :
 Cek sputum BTA

4
 Tes IGRA
1.6 Diagnosis

● Diagnosis utama : Tuberculosis bacteriologically and hispatologucally

confirmed

● Diagnosis sekunder : Pneumonia,TB limfadenopati

1.7 Plan
a. Non – medikamentosa :

● Konseling kepada pasien pentingnya control rutin

● Menjaga pola makan yang tinggi kalori dan tinggi protein

● Edukasi untuk memakai masker khususnya terhadap keluarganya

● Edukasi gaya hidup bersih dan sehat.

● Istirahat yang cukup

b. Medikamentosa :

● OAT

● Ranitidin

● Vitamin C

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan

5
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang
paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis).

2.2 Klasifikasi
 TB Paru
o Berdasarkan hasik pemerksaan dahak,TBC paru dalam ;
TB Paru BTA(+)
Kriteria hasil dari tuberculosis paru BTA positif adalah sekurang-
kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (+) dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran
tuberculosis aktif
TB Paru(-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.TBC paru
BTA(-),rontgen (+) dibagi berdasarkan Tingkat keparahan
penyakitnya,yaitu bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila
gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan
paru yang luas
 Tuberkulosis ekstra paru
- TB ektra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe,pleuritis eksudativa unilateral,tulang
(kecuali tulang belakang),sendi,dan kelenjar adrenal.
-TB ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis,milier,pericarditis,pleuritis eksudativa duplex,TBC
tulang belakang,TBC usus,TBC saluran kencing dan alat kelamin
 Tipe penderita
o Kasus baru

6
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis
harian)
o Kambuh
Adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh,kemudian
Kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+)
o Pindahan
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
tempat dan berpindah ke tempat lain
o Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan,dan
berhenti 2 bulan atau lebih,kemudian datang Kembali dengan hasil
pemeriksaan dahak (+)

2.3 Faktor risiko


 Usia
 Jenis Kelamin
 Riwayat keluarga
 Merokok
2.4 Manifestasi klinis
 Demam terjadi 1 bulan,biasanya pada pagi hari
 Batuk
 Sesak nafas
 Nyeri dada hilang timbul
 Malaise ditemukan berupa anoreksia
 Berkeringat pada malam hari
2.5 Patofisiologi
Infeksi berawal dari basil Mycobacterium tuberculosis yang terhirup
oleh individu. Bakteri menyebar ke orang lain melalui jalan nafas menuju
alveoli kemudian berkembang biak dan bertumpuk. Perkembangan dari bakteri
Mycobacterium tuberculosis dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru
( lobus paru). Selain itu juga dapat menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuhyang lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan lobus

7
atas dari paru. Kemudian reaksi inflamasi terjadi sebagai respon dari sistem
kekebalan tubuh. Netrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis ( menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan)
basil danjaringan normal. Infeksi awal timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri. Pada masa awal infeksi terjadi interaksi antara
Mycobacterium tuberculosis dengan sistem kekebalan tubuh kemudian
terbentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma, yang terdiri
atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
dinding. Kemudian granuloma berubah menjadi massa jaringan fibrosa dengan
bagian tengah yang disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag
dan bakteri yang menjadi nekrotik selanjutnya membentuk materi yang
berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi
dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, dan bakteri menjadi nonaktif., jika
sistem imun tidak adekuat setelah terjadi infeksi awal, maka penyakit menjadi
lebih parah kemudian menimbulkan akibat infeksi ulang atau bakteri yang
sebelumnya aktif kembali manjadi pasif

2.6 Pemeriksaan penunjang


 1. Pemeriksaan laboratorium

8
o a. Pemeriksaan darah Saat TB mulai aktif akan didapatkan jumlah
leukosit yang sedikit lebih tinggi, limfosit masih dibawah normal,
dan laju endap darah mengalami peningkatan.
o b. Pemeriksaan sputum Dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman
BTA dan sebagai evaluasi terhadap pengobatan yang telah
dilakukan.
o c. Tes tuberculin Tes ini hanya digunakan untuk menyatakan
apakah individu sedang atau pernah terinfeksi M.Tuberculosa,
M.Bovis, vaksinasi BCG dan mycobacterium pathogen lainnya
 2. Pemeriksaan radiologi
o Pemeriksaan radiologi dada dilakukan untuk menemukan lesi
tuberculosis, gambaran radiologis berupa adanya penebalan pleura,
bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas, adanya
bayangan hitam radiolusen dipinggir paru, dan adanya massa
berupa cairan dibagian bawah paru. Pemeriksaan radiologis dapat
berupa MRI atau CT scan

2.7 Penatalaksanaan

Non medikamentosa

● Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada keluhan

dan mengambil obat jika obatnya habis

● Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya setelah

2 bulan dan 6 bulan

● Konseling kepada pasien untuk makan makanan tinggi kalori dan protein

● Membatasi kontak secara langsung dengan penderita juga menginggatkan

untuk memakai masker


Medikamentosa

9
2.8 Komplikasi

● Pleuritis

● Efusi pleura

● Empisema

● Obstruksi jalan nafas

● Laryngitis

2.9 Prognosis
Prognosis pada penderita TB paru non DM memiliki resiko kematian
yang lebih rendah daripada penderita TB paru dengan DM. Resiko
kekambuhan serta resiko penularan juga meningkat pada penderita TB dengan
DM walaupun dalam masa terapi

BAB III
HAMBATAN DAN SOLUSI

3.1 Hambatan : Pasien tidak datang langsung ke puskemas,hanya menggunakan


rekam medis dan susahnya mencari data yang lainnya.

3.2 Solusi : Bertanya kepada dokter reseptor puskesmas dan mencari lebih
lengkap data yang kurang.

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang saya dapatkan pada tanggal 24 Januari 2024, Ny. H
usia 21 tahun dengan tinggi badan 156 cm dan berat badan 43 kg meminta rujukan ke
Puskesmas IⅠ Purwokerto Utara dengan keluhan utama pasien menderita Batuk dua

11
minggu yang lalu disertai darah dan tenggorokannya gatal. Sehingga pasien harus
menjalani Pemeriksa penunjang berupa tes Sputum BTA dan tes IGRA.

4.2 Saran
Mahasiswa harus memiliki sifat inisiatif untuk mengembangkan ilmu yang
sudah dimiliki dan mengasah terus kemampuan sesuai materi yang sudah diajarkan
demi tercapainya kesejahteraan responden atau pasien agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Pasien harus menjaga kesehatan agar penyakit yang diderita lekas
membaik dan sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

Center For Disease Control and Prevention (CDC). Reported tuberculosis in United Stated,
2008. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services; 2009.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di


Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2006.

12
WHO.Tuberculosis. New York: WHO Media Centre; 2006.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. TB update 2011; 2011 May 7-8. Bogor. Indonesia:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. TBC masalah kesehatan dunia. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.

Puskesmas Panjang. Profil kegiatan Puskesmas Panjang tahun 2014. Bandarlampung:


Puskesmas Panjang; 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia


2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.

Reviono, Suradi, Adji M, Sulaeman ES. Hubungan modal sosial dan pencapaian case
detection
rate tuberkulosis puskesmas kabupaten karanganyar. J Respir Indo. 2015; 35(1):28-
38.

Keman S. Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan.


2005; 2(1):29-42.

LAMPIRAN

13
14

Anda mungkin juga menyukai