Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

TUBERKULOSIS

Desyana Putri 1704015146


Nur Khalifany 1704015126
Putri Mirna 1704015066
Amelia Sugesti 1704015340
Nur Euis Fajriyah 1704015310

Dosen pengampu:
Nora Wulandari, M.Farm., Apt.

A1

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi TB
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Ini juga dapat menghasilkan infeksi laten
yang diam-diam penyakit progresif dan aktif. M. tuberculosis ditularkan
dari orang ke orang melalui batuk atau bersin. Kontak dekat pasien TB
kemungkinan besar akan terinfeksi (Dipiro edisi 7 halaman 532)
B. Patofisiologi
Infeksi primer dimulai dengan implantasi organisme di alveolar
tetesan inti yang cukup kecil (1 sampai 5 mm) untuk keluar dari siliaris sel
epitel saluran pernapasan bagian atas dan mencapai permukaan alveolar.
Setelah ditanamkan, organisme berkembang biak dan tertelan oleh paru
makrofag, tempat mereka dibunuh, atau, terus berkembang biak. Dengan
perbanyakan bakteri, makrofag akhirnya pecah, melepaskan banyak
bakteri basil.Sejumlah besar makrofag aktif mengelilingi caseous solid
Fokus TB (seperti keju) (area nekrotik) sebagai bagian dari imunitas yang
dimediasi sel. Hipersensitivitas tipe tertunda juga berkembang melalui
aktivasi dan perbanyakan limfosit T. Makrofag membentuk granuloma
untuk dikandung organisme.Penahanan M. tuberculosis yang berhasil
membutuhkan aktivasi sebagian dari Limfosit CD4, disebut sebagai sel
Th-1, yang mengaktifkan makrofag melalui sekresi interferon γ. Sekitar
90% pasien yang mengalami penyakit primer tidak ada manifestasi klinis
lebih lanjut selain tes kulit positif baik sendiri-sendiri atau dalam
kombinasi dengan bukti radiografi granuloma stabil. Jaringan nekrosis dan
kalsifikasi dari situs yang semula terinfeksi dan getah bening regional
node dapat terjadi, menghasilkan pembentukan area radiodense yang
dirujuk menjadi kompleks Ghon. Sekitar 5% pasien (biasanya anak-anak,
manula, atau orang dengan gangguan sistem imun) mengalami penyakit
primer progresif di lokasi infeksi primer (biasanya lobus bawah) dan
seringkali oleh penyebab, menyebabkan meningitis dan seringkali
melibatkan lobus atas paru-paru juga. Kira-kira 10% pasien
mengembangkan penyakit reaktivasi, yang timbul setelah penyebaran
organisme secara hematogen. Di United Menyatakan, sebagian besar kasus
TB diyakini akibat pengaktifan kembali. Kadang-kadang, inokulum besar
organisme dapat dimasukkan ke dalam aliran darah, menyebabkan
penyakit yang menyebar luas dan pembentukan granuloma dikenal sebagai
TB milier (dipiro edisi 7 halaman 532).

C. Gejala Tuberculosis

1. Gejala umum

 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat


disertai dengan darah)

 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,


biasanya dirasakan malam hari disertai keringat
malam

 Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan


bersifat hilang timbul

 Penurunan nafsu makan dan berat badan

 Perasaan tidak enak (malaise), lemah

2. Gejala khusus
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatansebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanankelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”,suara nafas melemah yang disertai
sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru),
dapat disertaidengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dandisebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demamtinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.

D. Klasifikasi Tuberkulosis

a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

1. TB paru. TB paru adalah TB yang menyerang jaringan


(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.

2. TB ekstra paru. TB yang menyerang organ tubuh lain


selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya :

1. Baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan


OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (4 minggu).

2. Kambuh (Relaps) Adalah pasien TB yang sebelumnya


pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan BTA positif (apusan atau kultur).

3. Pengobatan setelah putus berobat (Default) Adalah


pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.

4. Gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan


dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

5. Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan


dari sarana pelayanan kesehatan yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Lain-lain: Adalah semua kasus yang tidak memenuhi
ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus
Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulangan. TB paru BTA
negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh,
gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun
sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik,
bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan
medis spesialistik.
E. Diagnosis
 Metode penyaringan untuk infeksi meningitis (tes kulit tuberculin)
 The man toax metode administrasi PPD (infeksi intracutaneous PPD
berisi 5 tuberculin unit). Tes ini dibaca 48 – 72 jam setelah injeksi
mengukur zona induration
 Beberapa pasien tes positif setelah tes negatif awal (efek booster)
 X – Ray dada, pemeriksaan mikrobiologis dahak
 TB aktif isolasi Mycobacterium tuberculosis dari yang terinfeksi
harian dahak > 3 hari berturut – turut ( dipiro edisi 7 tahun 2009
halaman 533-534

Algoritma Tuberculosis
Suspek TB paru dengan melakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis di waktu yang berbeda, yaitu sewaktu dan pagi hari jika hasil
dahak terdapat BTA positif maka dinyatakan mengidap penyakit TB, jika
hasil BTA positif-negative untuk memastikan lebih jelas bisa dilakukan
foto toraks untuk melihat kondisi paru-paru, jika di paru-paru terdapat
edema maka dinyatakan mengidap penyakit TB, dan jika hasil BTA
negative dilakukan terlebih dahulu terapi antibiotic non OAT, jika tidak
ada perbaikan maka dilakukan pemeriksaan dahak dan melihat hasil BTA.
Dinyakatan mengidap penyakit TB dapat dilihat dari foto toraks untuk
melihat kondisi paru-paru nya.
F. KASUS
Tn. AN, usia 35 tahun, tinggi badan 170 cm, berat badan turun dari 65 kg
menjadi 50 kg, datang ke dokter dengan keluhan sudah hampir seminggu
ini merasa lemas, sesak, keringat berlebih di malam hari, nyeri di dada
sebelah kiri dan mengalami diare. Pasien juga mengeluhkan batuk dengan
sputum disertai bercak darah dan demam sudah lebih dari dua minggu
yang lalu. Data klinik menunjukkan TD 140/80 mmHg; suhu 380C; nadi 105
x/menit; RR 30 x/menit, cairan pleura positif. Data laboratorium menunjukkan
SGOT: 75 (nilai normal: 5-40 μ/L) dan SGPT: 121 (nilai normal: 7-56 μ/L)
Obat yang diresepkan dokter adalah :

R/ Isoniazid 300 mg s. 1.d.d 1 tab


R/ Rifampisin 450 mg s. 1.d.d 1 tab
R/ Pirazinamid 1250 mg s. 1.d.d 1 tab
R/ Etambutol 500 mg s. 1.d.d 1 tab
R/ Codein 10 mg s. 1.d.d 1 tab
R/Levofloxasin 750 mg s. 1.d.d 1 tab
R/ Ceftazidim 1 g s. 1.d.d 1 tab
R/ Attapulgit 2 g s. 1.d.d 1 tab
R/ Parasetamol 500 mg s. 1.d.d 1 tab
SOAP Tn. AN, usia 35 tahun, tinggi badan 170 cm, berat
badan turun dari 65 kg menjadi 50 kg, merasa
lemas, sesak, keringat berlebih di malam hari, nyeri
di dada sebelah kiri dan mengalami diare, batuk
dengan sputum disertai bercak darah dan demam
sudah lebih dari dua minggu yang lalu
OBJEKTIF TD 140/80 mmHg; suhu 38°C; nadi 105 x/menit;
RR 30 x/menit, cairan pleura positif. Data
laboratorium menunjukkan SGOT: 75 (nilai
normal: 5-40 μ/L) dan SGPT: 121
ASSESMENT Dosis pirazinamid terlalu tinggi
Levofloxacin & ceftazidim tidak diperlukan
Coffein tidak untuk indikasi batuk berdahak
Terjadi inetraksi obat paracetamol
PLAN Penurunan obat pirazinamid menjadi dosis 1000
mg untuk BB 50kg
Mengganti PCT menjadi aspirin
Mengganti codein menjadi guaifensin

Pembahasan :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber
penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pasiem Tn. An mempunyai keluhan yang gejala utama pasien TB
paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan. Berbeda dengan TB ekstra paru dengan gejala dan
keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang
(gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya
Tn.An merupakah pasien baru yang mengidap penyakit TB,
sehingga diberikan terapi tahap awal (intensif), untuk mengatasi TB
menggunakan antibiotic OAT karena kasus baru maka termasuk kedalam
kategori 1 adalah 2HRZE/4(HR)3:
tahap intensif yaitu 2HRZE Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, dan
Ethambutol yang masing-masing diberikan setiap hari selama 2 bulan
tahap lanjutan 4(HR)3 yaitu Isoniazid selama 3 kali dalam seminggu
dan Rifampicin 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan.
Pengobatan TB menggunakan antibiotic OAT bertujuan untuk
menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT. Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip -
prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
a) Tahap awal (intensif).
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari
dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
b) Tahap Lanjutan.
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

DAFTAR PUSTAKA

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015.
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris
Dipiro, J.T, Talbert, R.L, Yee,G.C, Matzke G.R, Wells, Posey L.M. 2009.
Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach 7t hEdition.USA: The
McGrawHill Education.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2007. PEDOMAN NASIONAL
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS. EDISI KEDUA

Anda mungkin juga menyukai