Anda di halaman 1dari 58

ASKEP KELUARGA

PADA TUBERKULOSIS DAN


HIV/AIDS

NI LUH PUTU EVA YANTI


TUBERKULOSIS (TB)

PENYAKIT MENULAR LANGSUNG YG


DISEBABKAN OLEH KUMAN MYCOBACTERIUM
TUBERCULOSIS
Sebagian besar kuman TB menyerang paru dan
dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya,
termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe.
CARA PENULARAN

SUMBER: PASIEN TB DENGAN BTA POSITIF


PADA SAAT BATUK ATAU BERSIN  PERCIKAN/
DROPLET
DROPLET DAPAT BERTAHAN BEBERAPA JAM DI
RUANGAN GELAP DAN LEMBAB
DAYA PENULARAN: KEPOSITIFAN HASIL
PEMERIKSAAN DAHAK
FAKTOR SESEORANG TERPAJAN KUMAN TB
KONSENTRASI DROPLET & LAMANYA MENGHIRUP
UDARA YG MENGANDUNG KUMAN TB
PENULARAN TB
Gejala TB

Gejala Utama: batuk berdahak selama 2-3 minggu


atau lebih
Gejala batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari
satu bulan
Suspek TB  wajib pemeriksaan dahak!!
Gejala TB

Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada


penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis,
bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke Fasyankes
dengan gejala tersebut, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Strategi Penemuan Kasus TB

1. Penemuan secara pasif


2. Penemuan secara aktif
a. Kelompok khusus yang rentan/ berisiko tinggi sakit TB
seperti pada pasien imunosupresif (lansia, kanker, dlm terapi
kortikosteroid, klien HIV/AIDS)
b. Klien yg dgn peny kronis (DM, gagal ginjal kronis, malnutrisi)
c. Kelompok yang rentan tertular TB seperti keluarga atau
kontak pasien TB (terutama dgn TB BTA positif), mereka yg
hidup pd daerah kumuh, di rmh tahanan/ LP (narapidana)
d. Kontak dengan pasien TB resistan obat
e. Petugas kesehatan
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan dahak mikroskopis


Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan
diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan.
Spesimen dahak  3 spesimen
Sewaktu -- Pagi – Sewaktu
 Pemeriksaan biakan
Pemeriksaan utk menegakkan diagnosis TB pd
pasien TB extra paru, TB Anak, TB BTA negatif, TB
MDR
Pemeriksaan Diagnostik

Uji Kepekaan Obat TB


Tujuan untuk resistensi M. Tuberkulosis terhadap
OAT. Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di
laboratorium yang tersertifikasi dan lulus
pemantapan mutu atau Quality Assurance (QA)
Pemeriksaan ditujukan untuk diagnosis pasien TB
yang memenuhi kriteria suspek TB-MDR
DIAGNOSIS TB

TB Paru
Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
kepekaan  penunjang diagnosis
 TB extra Paru
Gejala dan keluhan b/ pd organ yg terkena mis: kaku
kuduk pd meningitis TB, nyeri dada pd TB pleura, dll
Diagnosis pasti ditegakkan dgn pemeriksaan klinis,
bakteriologis/ histopatologi yg diambil dari jaringan tubuh
yg terkena
Pengobatan TB

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan


pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
OAT hrs diberikan dlm bentuk kombinasi beberapa
jenis obat, dlm jumlah cukup dan dosis tepat  KDT
Pengelompokan OAT
Pengobatan TB

WHO menganjurkan Kombinasi Dosis Tetap (KDT)


atau Fixed Doses Combination (FDC)
Keuntungan FDC:
a. Dosis obat disesuaikan dgn berat badan shg menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping
b. Mencegah penggunaan obat tunggal shg menurunkan
risiko terjadinya resistensi obat ganda & kesalahan
penulisan resep
c. Jumlah tablet yg ditelan lebih sedikit shg pemberian obat
mjd sederhana & meningkatkan kepatuhan pasien
Pengobatan TB

Panduan OAT
Kategori I (pasien baru TB BTA (+); TB paru BTA (-)
fotothorak positif; pasien TB extra paru
PENGOBATAN

KATEGORI 1
TAHAP AWAL (intensif) -----
2-3 BLN MINUM OBAT
SETIAP HARI

TAHAP LANJUTAN ----


4-5 BLN MINUM OBAT
SEMINGGU 3 KALI
Kategori II
Pasien kambuh, pasien gagal, pasien putus obat (loss
to follow up)
Efek samping OAT
Efek samping OAT
UPAYA PENGENDALIAN TB

DOTS  Directly Observed Treatment


Short-course
Manajemen utk menjamin kepatuhan
pasien TB menelan obat
Dilakukan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO)
UPAYA PENGENDALIAN TB

DOTS  metode yg paling cost effective


dan cost benefit
Dengan strategi DOTS angka
kesembuhan pasien TB menjadi > 85%
(Bagiada, Primasari, 2010)
Obat yang diberikan dlm bentuk kombinasi
dosis tetap (fixed dose)
Persyaratan PMO

Seseorang yang dikenal, dipercaya dan


disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun
pasien, selain itu harus disegani dan dihormati
oleh pasien
Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
Bersedia membantu pasien dengan sukarela
Bersedia dilatih dan atau mendapat
penyuluhan bersama-sama dengan pasien
Siapa yang bisa jadi PMO ?

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan,


misalnya Bidan di Desa, Perawat
Bila tidak ada petugas kesehatan yang
memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader
kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau
tokoh masyarakat lainnya atau anggota
keluarga.
Tugas PMO

1. Mengawasi pasien TB agar menelan obat


secara teratur sampai selesai pengobatan
2. Memberi dorongan kepada pasien agar mau
berobat teratur
3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang
dahak pada waktu yang telah ditentukan
Tugas PMO

4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga


pasien TB yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Fasyankes)
5. Tugas seorang PMO bukan untuk mengganti
kewajiban pasien mengambil obat dari unit
pelayanan kesehatan
PMO bukan dari Petugas Kesehatan

Wajib mendapatkan informasi & paham tentang TB, shg


dapat memberikan informasi kpd pasien & kel, yg
mencakup:
1. TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan
2. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
3. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya
4. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
5. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
6. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera
meminta pertolongan ke Fasyankes
PENCEGAHAN TB
Asuhan Keperawatan Keluarga pada klien TB

Pengkajian: Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual
Breathing: batuk, pola nafas, sputum, suara nafas
Blood: nadi, denyut jantung, TD
Brain: Compos mentis, konjungtiva anemis, sianosis
perifer (pd gangguan perfusi berat)
Bladder: jumlah intake-output cairan, hati-hati oliguria
 tanda syok, berikan edukasi terkait perubahan
warna urin  efek samping obat
Bowel: mual, muntah, nafsu makan turun, BB 
Bone: kelemahan, kelelahan,
Pengkajian

1. Riwayat masa lalu: riwayat TB Paru pada keluarga, riwayat pengobatan TB,
PMO, kebiasaan/ perilaku membuang dahak sembarangan, merokok
2. Riwayat saat ini: kaji adanya batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih,
batuk dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas (malaise), nafsu
makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, sulit tidur, demam/ meriang lebih dari satu bulan
3. Pemeriksaan fisik, meliputi:
a. Tanda vital: suhu badan, frekuensi pernafasan, pola pernafasan,
frekuensi nadi; berat badan (turun atau tetap dalam 6 bulan terakhir),
tekanan darah.
b. Fokus pemeriksaan fisik pada pasien TB
• Perkusi didapatkan suara redup
• Auskultasi suara nafas, suara nafas tambahan: ronki basah kasar
dan nyaring area paru
• Retraksi otot-otot interkostal
Pengkajian (lanjutan)

4. Pemeriksaan diagnostik meliputi:


 Pemeriksaan sputum (Sewaktu Pagi Sewaktu/ SPS)
 Ziehl Neelsen (pemeriksaan BTA)
 Test kulit (Protein Purified Derivate/ PPD atau Mantoux test)
 Foto torak
5. Pengkajian lingkungan: data kondisi lingkungan rumah pasien TB,
diantaranya pencahayaan sinar matahari, ventilasi udara, jenis lantai.
6. Pengkajian psikososial: kaji perasaan isolasi, penolakan lingkungan,
perubahan harga diri, peran, strategi koping; kaji sistem pendukung
termasuk keluarga, orang yang berarti dan teman; aktivitas kehidupan
sehari-hari termasuk perubahan yang terjadi; status pekerjaan, aktivitas
sosial, hobi, dan sumber finansial.
7. Pengkajian kebutuhan pembelajaran klien dan keluarga (terkait 5 tugas
keluarga)
Diagnosis Keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Resiko tinggi penyebaran/ aktivasi ulang infeksi
tuberkulosis
Intoleransi aktivitas
Dx Kep: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Tujuan: dlm waktu 2 x 24 jam setelah intervensi


kebersihan jalan nafas kembali efektif
Kriteria evaluasi:
Klien mampu melakukan batuk efektif
RR normal (16-20 x/menit) tanpa penggunaan otot
bantu nafas.
Bunyi nafas normal dan pergerakan nafas normal
Rencana Intervensi

Kaji fungsi nafas


Kaji kemampuan mengeluarkan sputum
Berikan posisi fowler/ semifowler
Libatkan keluarga membantu klien utk melakukan
nafas dalam dan batuk efektif
Pertahankan intake cairan
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi OAT
Nutrisi kurang dari Keb tubuh

Tujuan: 3 x 24 jam setelah tindakan, intake nutrisi


terpenuhi
Kriteria hasil: klien dpt mempertahankan status gizi
dari semula kurang  adekuat
Pernyataan motivasi kuat utk memenuhi
kebutuhannya
Rencana Intervensi

Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan,


derajat penurunan BB, integritas mukosa oral,
kemampuan menelan, riwayat mual/ muntah, diare
Fasilitasi klien utk memperoleh diet yg disukai klien
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan
Kolaborasi dengan ahli gizi
Kolaborasi utk pemberian multivitamin
DAFTAR PUSTAKA

Bagiada, M dan Primasari, N L P. (2010). Faktor faktor yang


mempengaruhi Tingkat Ketidakpatuhan Penderita
Tuberkulosis dalam Berobat di Poliklinik DOTS RSUP
Sanglah Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam, Vol 11,No 3,
September, 2010
Depkes RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Buku Saku
Kader Program Penanggulangan TB. Jakarta: Depkes RI
Kemenkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI
HIV AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)


merupakan kumpulan gejala penyakit akibat adanya
penurunan immunitas atau zat kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV).
Faktor Risiko: individu yang berisiko terserang virus
HIV adalah: laki-laki homoseksual atau biseks, orang
yang kecanduan obat melalui suntikan, partner seks
dari penderita AIDS, penerima darah atau produk
darah (transfusi), dan bayi dari Ibu/ Bapak terinfeksi
HIV.
Cara Penularan

HIV terdapat pada semua cairan tubuh klien tetapi


yang terbukti berperan dalam menularkan virus HIV
air mani, cairan vagina dan darah.
Penularan virus HIV dapat terjadi melalui: transfusi
darah yang mengandung HIV, jarum suntik atau alat
tusuk lain (akupunktur, tato, tindik) bekas dipakai
oleh orang yang mengidap HIV, hubungan seksual
dengan seseorang yang tubuhnya mengidap HIV,
ibu hamil yang tubuhnya mengidap HIV dapat
memindahkan virus tersebut kepada janinnya.
Patofisiologi

Virus masuk kedalam tubuh menyerang sel target


(sel T helper) yang mempunyai fungsi penting
sebagai sistem pertahanan tubuh. Akibat terinfeksi
oleh virus HIV fungsi sistem imun (daya tahan
tubuh) menjadi rusak, akibatnya daya tahan tubuh
seseorang menurun sehingga mudah terserang
infeksi dan mudah terkena penyakit. Masa inkubasi
virus ini (mulai masuknya virus sampai timbul gejala)
antara 6 sampai lebih dari 10 tahun.
Manifestasi Klinik

Gejala yang muncul akibat terinfeksi virus HIV adalah:


• Rasa lelah berkepanjangan,
• sesak nafas dan batuk berkepanjangan,
• diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas,
• sering demam disertai keringat malam,
• bercak merah kebiruan (kanker) pada kulit,
• berat badan menurun drastis,
• pembesaran kelenjar limfa,
• bercak putih atau luka di mulut dan di genetalia,
• nyeri kepala,
• nyeri belakang mata,
• mual, muntah, nyeri menelan.
Penatalaksanaan

Pengobatan Antiretroviral (ARV)


Merupakan obat yg digunakan pada klien dengan tes HIV positif.

Manfaat ARV
• Menekan replikasi virus sedini mungkin dalam waktu yang lama
• Memperbaiki fungsi immun
• Dapat hidup bebas dari penyakit untuk waktu lama
• Resiko resistensi obat rendah dengan penekan virus sempurna
• Menurunnya kemungkinan resiko transmisi virus
Jenis Obat ARV yg ada di Indonesia

Zidovudin Glaxosmith Retrovir Kap. 100 mg


AZT/ZDV Kimia farma Idovex * Tab. 300 mg
    Reviral

Lamivudin Glaxosmith Epivir Tab. 150 mg


3TC Kimia farma Lamivox* Lar. 10 mg/cc
Hiviral Tab. 150 mg

Stavudin Brystol Myer Zerith Kap. 30 mg


D4T Squib Stavex* Kap. 40 mg
Didanosine, ddl Brystol Myers Videx Tab. Kunyah
100 mg
Efek Samping Obat

Efek Samping Obat ARV antara lain: mual, muntah,


rasa lelah, ruam kulit, tuli ( gejala hilang set 3 mgg),
lemah, baal/ kesemutan, nyeri perut, mata/ kulit
kuning, lemah, kurang nafsu makan, nyeri otot, sakit
kepala, diare, hipersensitif, gangguan tidur, mimpi
buruk, sensitif, depresi (keinginan bunuh diri),
mengucilkan diri.
Prinsip penatalaksanaan klien HIV/ AIDS (1)

Berikan dukungan pada anggota keluarga yang mengidap


HIV (bersikap hangat, beri perhatian, ajak berkomunikasi,
dengarkan keluhannya, libatkan dalam aktivitas yang
mampu dilakukan)
Perawatan kebersihan diri (kebersihan gigi & mulut, kulit,
rambut, genetalia) dan kebersihan lingkungan serta
keamanan
Perawatan di rumah sesuai kondisi misalnya: pengaturan
posisi dan mobilisasi, perawatan luka, pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan cairan yang adekuat, pemenuhan
kebutuhan personal hygiene dan lingkungan, istirahat/ tidur,
eliminasi, kenyamanan.
Prinsip penatalaksanaan klien HIV/ AIDS (2)

Kenali dan lakukan tatalaksana gejala dan keluhan yang sering dialami klien
mencakup: demam, nyeri, neuropsikologi, diare, mual/ muntah, sesak napas/
batuk, masalah kulit/ genitalia, lemah/ kelelahan dan Lakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan jika timbul gejala infeksi berat
Pendidikan kesehatan pada keluarga yang berkaitan dengan HIV/ AIDS:
Tingkatkan perilaku hidup sehat (istirahat cukup, asupan nutrisi secara
adekuat/tinggi kalori dan tinggi protein, latihan secara teratur), menjaga
perilaku seksual yang aman (menggunakan kondom)
Materi edukasi mencakup materi pencegahan, pengobatan, dan perawatan
antara lain: HIV/ AIDS, pencegahan infeksi, infeksi opportunistik dan cara
penanganannya, tanda-tanda bahaya, kebutuhan nutrisi, cara perawatan
Lakukan upaya pencegahan terhadap penularan infeksi HIV yaitu melakukan
upaya universal precaution antara lain dengan (cuci tangan, pembuangan
limbah, perawatan luka), menghindari luka akibat penggunaan suntikan
bekas klien
Prinsip penatalaksanaan klien HIV/ AIDS (3)

Lakukan konseling individu atau keluarga


Kolaborasi dalam pemberian obat anti viral dan
obat-obat untuk mengatasi infeksi
Lakukan perawatan pada kondisi terminal: hormati
keinginan klien dan siapkan klien dan keluarga
menghadapi kematian
Komplikasi

Tuberkulosis
Pneumonia (Pneumocystis carinii)
Kandidiasis: Infeksi jamur berulang di kulit, mulut dan
tenggorokan
Infeksi gastrointestinal (Cryptosporidiosis)
Diare kronis dengan penurunan berat badan
Infeksi neurologik (Cryptococcal), atau meningitis
Keganasan: Sarkoma kaposi, NHL
Kelainan neurologis
Herpes simplex, Condiloma acuminata
Herpes genitalia, Kandidiasis vaginalis
Askep Keluarga pd klien HIV AIDS

Pengkajian
Riwayat kesehatan
 Riwayat masa lalu:
 Kaji hasil test HIV positif/negatif
 Perilaku berisiko (perilaku seksual, pengguna obat)

 Riwayat tranfusi

 Riwayat saat ini:


 Kaji gejala klinis infeksi HIV seperti: demam, kelainan penglihatan,
berkeringat banyak di malam hari, pruritus, penurunan berat badan,
ulkus genital, anoreksia, bercak kulit atau gatal, diare, kesulitan
menelan, batuk, sesak nafas, kejang, nyeri kepala yang makin
memberat
 Obat-obat yang diminum
Askep Keluarga pd klien HIV AIDS

Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
Penampilan umum: tingkat kesadaran, berat badan, tanda-tanda vital
Kelenjar limpa: pembesaran kelenjar limpa, lokasi
Kulit: mudah pecah, ulserasi, infeksi
Mata: bintik putih, infiltrat, perdarahan retina
Rongga mulut: ulkus, lesi putih, radang gusi, radang jaringan penyangga gigi,
radang sudut bibir
Paru-paru: ronchi, nafas pendek, dyspnoe
Jantung: murmur
Abdomen: pembesaran hepar, pembesaran limfa
Genetalia: ulkus/ luka, kutil
Anus : ulkus/ luka, kutil
Sistem neurologi: disorientasi, daya ingat menurun, kemampuan berhitung
menurun, apatis
Pemeriksaan Lab

Diagnosis HIV (Pemeriksaan antibodi/ antigen)


 Enzyme Immunoassay (EIA)
 Pemeriksaan Rapid
 Western Blot (WB)

Mengawali dan memantau pengobatan


 CD4
 Viral Load
Pengkajian (4)

Pengkajian psikososial
 Kaji sistem pendukung termasuk keluarga, orang yang
berarti dan teman; aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk
perubahan yang terjadi; status pekerjaan, aktivitas sosial,
hobi, dan sumber finansial. Kaji tingkat kecemasan,
suasana hati/mood, kemampuan kognitif, perubahan harga
diri, citra tubuh, peran, dan strategi koping.

Pengkajian kebutuhan pembelajaran klien dan keluarga


(terkait 5 tugas keluarga)
Diagnosis Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


tubuh
Risiko terjadi infeksi
Harga diri rendah
Dx: Harga Diri Rendah

Tujuan:Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali


klien dapat meningkatkan harga dirinya
Kriteria hasil:
Klien mampu mempertahankan kontak mata,
mengekspresikan perasaannya secara terbuka, dapat
mengidentifikasi aspek positif, dapat menerima
dirinya, menerima penghargaan dari orang lain,
melakukan kegaiatan sesuai kemampuannya
Rencana Tindakan

Tujuan:Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali


klien dapat meningkatkan harga dirinya
Kriteria hasil:
Klien mampu mempertahankan kontak mata,
mengekspresikan perasaannya secara terbuka, dapat
mengidentifikasi aspek positif, dapat menerima
dirinya, menerima penghargaan dari orang lain,
melakukan kegaiatan sesuai kemampuannya
Rencana Tindakan

 Bina hubungan saling percaya dan gunakan komunikasi terapeutik saat


berinteraksi dengan klien
 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan tidak berguna, dan
ketidakberdayaannya
 Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien

 Libatkan keluarga untuk membantu klien mengidentifikasi aktivitas yang


dapat dilakukan sesuai kemampuannya
 Ajarkan cara untuk meningkatkan harga dirinya seperti melakukan
kegiatan yang disukai, berinteraksi dengan orang lain seperti keluarga,
teman
 Dorong kemandirian klien dalam perawatan diri, pengambilan
keputusan
 Libatkan keluarga dalam membantu klien mengambil keputusan dan
memberi pujian terhadap kegiatan yang berhasil dilakukan klien
Diskusi Kasus (Kasus 1)
Deskripsi Kasus:
Keluarga Bp.M (32 tahun) dan Ibu H (28 tahuh) memiliki 2 orang anak balita An. J (3 tahun ) dan
An. S (1 Tahun). Bapak M sejak 2 bulan yang lalu dinyatakan menderita tuberkulosis. Saat ini
mengeluh cepat lelah, kurang nafsu makan dan kadang terasa nyeri di dada. Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital :TD: 130/70 mmHg, N: 82x/ menit, S: 38°C, R: 24x/ menit. BB sekarang : 50 kg
(BB bulan lalu: 55 kg), TB: 160 cm. Hasil pemeriksaan sputum: BTA positif (3 bulan yang lalu).
Klien tampat pucat, keringat dingin dan sering batuk-batuk berdahak. Keluarga mengatakan sejak
dinyatakan menderita tuberkulosis, Bp.M sudah minum OAT, dan selanjutnya berhenti minum
obat karena selalu merasa mual. Bapak M bekerja sebagai buruh angkut di pasar, pendapatan
sehari-hari tidak menentu. Bp.M biasa mengkonsumsi nasi dengan lauk tempe atau tahu. Saat ini
Bp.M tidak bisa menghentikan kebiasan merokok. Keluarga Bp.M tinggal di lingkungan kumuh
dan padat penduduk.

Tugas:
1. Identifikasi data-data yang perlu dikaji lebih lanjut terkait kasus diatas
2. Rumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan analisa data
3. Buatlah rencana keperawatan berdasarkan prioritas masalah yang ada
4. Lakukan role play 10 menit di depan kelas
Diskusi Kasus 2

Deskripsi Kasus:
Keluarga Bp.R (50 tahun) dan Ibu H (47 tahun) memiliki anak L berusia
16 tahun, telah dinyatakan positif mengidap HIV. Anak L mengatakan
tidak mengalami gejala-gejala tertentu, hanya sering merasa lelah
selama 4 minggu terakhir dan BB turun 4 kg. Klien terlihat kurus, tidak
nafsu makan, TB: 160 cm dan BB 50 kg, Tekanan Darah 110/80 mmHg,
pernapasan 24 x/menit. Anak L belum minum obat ARV kecuali
multivitamin. Riwayat keluarga ada yang menderita TB paru.
Tugas:
Identifikasi data-data yang perlu dikaji lebih lanjut terkait kasus diatas
Rumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan analisa data
Buatlah rencana keperawatan berdasarkan prioritas masalah yang ada
Lakukan role play askep di depan kelas selama 10 menit
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai