Anda di halaman 1dari 19

ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

NEKROPSI KELINCI BETINA

Dosen Pengampu: Drh. Isyunani, M.Agr


Drh. Nurdianti

Oleh:

Mardiah Dwi Subyanti


07.2.2.16.2194
Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan VB

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN)


MALANG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas kuliah dari
matakuliah “Anatomi dan Fisiologi Ternak” setelah melakukan praktikum
mengenai “Nekropsi Kelinci Betina”

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen pengampu pada mata kuliah ini, Drh. Abdul Muksid, M.Agr, Drh.
Isyunani, M.Agr, Drh. Nurdianti yang telah membimbing kami dalam praktikum
ini.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Malang, 14 Januari 2019

Mardiah Dwi Subyanti


BAB I
PENDAHULUAN
Judul Praktikum
“Nekropsi Kelinci Betina”
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan
kelinci
2. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem pencernaan
kelinci
3. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi
kelinci
4. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem sirkulasi
kelinci
5. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem urinari
kelinci
6. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem saraf
kelinci
7. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem kerangka
kelinci
8. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem otot kelinci
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pada matakuliah Anatomi dan Fisiologi Ternak dengan tema “Nekropsi
Kelinci Betina” dilaksanakan pada hari Kamis 10 Januari 2019 pukul 08.00-11.00
WIB di Laboratorium Kesehatan Hewan, Politeknik Pembangunan Pertanian
Malang
2.2 Materi Praktikum
Alat yang digunakan dalam
praktikum:
 Pisau
 Gunting
 Scapel
 Mata scapel
 Pinset
 Timbangan
 Pita ukur
 Nampan plastik persegi panjang
 Nampan plasik lingkaran

Bahan yang digunakan dalam


praktikum:
 1 ekor kelinci betina

2.3 Langkah-langkah Kegiatan Praktikum


1. Persiapan alat
2. Persiapan bahan

3. Penimbangan kelinci sebelum


disembelih dilakukan untuk
mengetahui bobot badan kelinci
sebelum kelinci tersebut disembelih

4. Proses penyembelihan dilakukan


dengan memutus 4 saluran (arteri
karotis, vena jugolaris, trakhea dan
oesofagus) kulit dan otot tidak sampai
putus antara badan dan kepala

5. Kelinci yang telah mati disiram


dengan air agar darah berhenti
mengalir dari leher kelinci dan rambut
kelinci tidak menempel pada otot saat
melakukan nekropsi
6. Proses nekropsi dengan mengiris
pada kulit diteruskan ke bagian
posterior di daerah abdomen.
Kuliti pada bagian ventral badan leher
Potong bagian dada demikian
sehingga nampak organ dalam.
Mulailah pengamatan
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Pengamatan organ bagian dalam kelinci betina
1. Sistem Pernafasan
 Cavum Nasalis
 Trachea
 Larynx
 Bronchiolus
 Paru-paru

2. Sistem Pencernaan
 Oeshophagus
 Lambung
 Duodenum
 Jejenum
 Illeum
 Apendiks
 Colon
 Rektum
 Anus

Glandula Digestoria
 Hati (hepar)
 Empedu (vesica fellea)
 Pankreas (pancreas)

3. Sistem Reproduksi
 Serviks
 Infundibulum
 Bifocartio uteri
 Uterus
 Vagina
 Labia minor-Labia mayor
4. Sistem Sirkulasi
 Jantung
 Limfa

5. Sistem Urogenital
 Ginjal
 Ureter
 Vulva

6. Sistem Saraf
 Cereblum
 Cerebellum
7. Sistem Kerangka
 Tengkorak
 Tulang leher
 Radius
 Ulna
 Tulang kaki depan
 Tulang rusuk
 Ruas tulang belakang
 Tulang paha
 Tulang panggul
 Pubik
 Tulang ekor
 Tulang kaki belakang

8. Sistem Otot
 Otot lurik
 Otot polos (organ bagian dalam)
 Otot jantung (jantung)
3.2 Berat
Nama sistem Berat (g) Gambar
Sistem pernapasan 12

Sistem pencernaan 358

Sistem sirkulasi 6
Sistem urogenital 12

Sistem saraf 120

Sistem kerangka 677

3.3 Panjang
1. Esophagus = 14 cm
2. Lambung = 22 cm
3. Duodenum = 60 cm
4. Jejenum = 74 cm
5. Illeum = 280 cm
6. Usus buntu = 10 cm
7. Usus besar = 38 cm
8. Trackea = 6 cm
9. Jantung = 4 cm
10. Paru-paru = 5 cm
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sistem Pernapasan


Paru-paru mamalia berada dalam rongga dada, yang dapat dibesarkan atau
disempitkan, sehingga udara dapat keluar masuk. Percabangan pada paru-paru
masih mengalami percabangan-percabangan lagi, sehingga percabangan yang
terkecil tidak lagi diperkuat oleh cincin tulang rawan dan berakhir pada ujung
yang buntu disebut alveolus yang berfungsi memperluas permukaan paru-paru,
sehingga memperbesar kemungkinan mengadakan pertukaran udara pernafasan
oleh kapiler-kapiler pada dinding alveolus (Brotowidjoyo, 1994).
Urutan jalannya pernafasan pada kelinci (Lepus nigricollis) adalah :

1. Nares eksterna (Lubang hidung luar)


2. Cavum nasalis (rongga hidung)
3. Nares internal (lubang hidung dalam)
4. Pharink (tekak)
5. Larynk (jakun)
6. Trachea (tenggorok)
7. Bronchus (cabang dari trachea)
8. Bronchiolus (cabang dari brochus)
9. Alveolus (kantong udara)

4.2 Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan makanan pada kelinci (Lepus nigricollis) terdiri dari
saluran-saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai
dari rongga mulut, pharynk, esophagus, ventriculus, intestinum dan berakhir di
anus. Rongga mulut pada kelinci (Lepus nigricollis) dibentuk oleh atap dan dasar,
atap terdiri atas palatum durun yang berupa langit-langit keras disebelah anterior
dan palatum molle yang merupakan langit-langit lunak dan didalam rongga mulut
terdapat gigi yang tertanam dalam alveolus (lubang dalam rahang). Gigi pada
kelinci (lepus nigricollis) berfungsi untuk memotong atau mengerat makanan.
Pharynk berfungsi untuk rongga dibelakang mulut yang merupakan persimpangan
jalan makanan dari jalan respirasi. Oesophagus merupakan pipa musculus yang
sempit yang menembus diafragma masuk ke dalam abdomen. Ventriculus
merupakan kantong sebagai lanjutan dari oesophagus yang dapat dibedakan atas
cardia, pylorus yang bersambung dengan deodenum dan fundus. Selain itu
terdapat juga kelenjar pencernaan yang meliputi kelenjar ludah, menghasilkan
saliva yang mengandung enzim-enzim pencernaan. Kelenjar empedu dikeluarkan
oleh hati, pankreas menghasilkan hormon insulin dan kelenjar pencernaan
(Brotowidjoyo, 1994).
Lidah mempunyai papila perasa. Terdapat 4 pasang kelenjar ludah, yaitu
parotid, infraorbital, submaxilari dan sublingual. Terdapat kandung empedu
dengan saluran getah pankreas yang bermuara kedalam duodenum. Sekum
(caecum) bedar berdinding tipis, panjangnya kira-kira 50 cm dengan apendiks
fermiformis (umbai cacing) yang bentuknya seperti jari (Brotowidjoyo, 1994).
Menurut Kamal dan Muhammad, 1994 yaitu Urutan sistem digesti kelinci adalah
sebagai berikut:
1. Mulut terjadi pencernaan secara mekanik yaitu dengan jalan mastikasi
bertujuan untuk memecah pakan agar menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil dan mencampurnya dengan saliva yang mengandung enzim amilase
yang mengubah pati menjadi maltosa agar mudah ditelan.
2. Oesophagus merupakan lanjutan dari pharing dan masuk ke dalam cavum
abdominale dan bermuara pada bagian ventriculus.
3. Ventriculus, Lambung kelinci disebut juga ventrikulus yang terdiri dari
tiga bagian yaitu bagian awal (kardia), bagian tengah (fundus) dan bagian
akhir (pilorus). Ventrikulus berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan
dan tempat terjadinya proses pencernaan dimana dinding lambung
mensekresikan getah lambung yang terdiri dari air, garam anorganik,
mucus, HCl, pepsinogen dan faktor intrinsik yang penting untuk efisiensi
absorbsi vitamin B12. Keasaman getah lambung bervariasi sesuai dengan
macam makanannya. Pada umumnya sekitar 0,1N atau ber-pH lebih
kurang dari 2.
4. Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan illeum. Kelenjar branner
menghasilkan getah duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum
melalui vili-vili dan getah ini bersifat basa. Getah pankreas yang
dihasilkan disekresikan ke dalam duodenum melalui ductus pancreaticus.
Jejenum merupakan kelanjutan dari duodenum dan illeum di sebelah
caudal ventriculus dan berfungsi sebagai tempat absorbsi makanan.
5. Coecum berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-abuan.
Dalam coecum makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan
selulosa dilakuakan oleh bakteri yang menghasilkan asam asetat, propionat
dan butirat.
6. Intestinum crissum, colon berjalan ke arah caudal diagonal menyilang
coecum. Di sini terdapat ascenden dan colon transverasum, colon
descenden dan colon sigmoideum yang belum jelas.
7. Rectum merupakan kelanjutan dari colon dan membentuk feses. Rektum
berakhir sebagai anus.
8. Anus, feses yang keluar lewat anus mengandung air. Feses merupakan sisa
makanan yang tidak tercerna. Cairan dari tractus digestivus, sel-sel epitel
usus, mikroorganisme, garam organik, stearol dan hasil dekomposisi dari
bakteri keluar melalui anus.
4.3 Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi kelinci akan siap sebagai mana mestinya pada saat
kelinci tersebut mencapai usia yang matang atau dewasa. Masing-masing jenis
kelinci mencapai kematangan di usia yang berbeda. Kelinci dengan ukuran sedang
misalnya, usia dewasanya dicapai di umur 4 sampai 4,5 bulan. Sedangkan kelinci
denga bobot tubuh yang besar biasanya akan mencapai usia dewasa di usia 6
sampai 9 bulan. Lain lagi dengan kelinci mini. Usia dewasanya akan dicapai di
suai 3,5 bulan sampai 4 bulan. Jika kelinci betina telah mencapai usia matang atau
dewasa, maka sebaiknya ia harus segera dikawinkan. Sebab jika tidak, ada
kemungkinan si akan menjadi mandul seumur hidupnya. Hal yang menyebabkan
ia mandul adalah kegemukan. Tumpukan lemak yang berlebih dalam tubuhnya
akan membuat ia susah untuk dibuahi sebab sel telur sang betina akan menyempit.
Kelinci mulai mencoba kopulasi sebulan atau 2 bulan sebelum mencapai
dewasa kelamin, tetapi tidak bisa untuk memproduksi anak sebelum ia mengalami
dewasa kelamin. Menurut Suradi,K.(2005), Dewasa kelamin pada kelinci
tergantung pada bangsanya, jenis kelinci lebih cepat mencapai dewasa kelamin
dibanding dengan jenis kelinci yang lebih besar. Jenis kelinci kecil mencapai
dewasa kelamin pada umur 4 bulan, jenis menengah mencapai umur 6 sampai 7
bulan dan jenis berat mencapai dewasa kelamin pada umur 9 sampai 12 bulan.
Dewasa kelamin lebih dahulu terjadi sebelum dewasa tubuh terjadi, oleh sebab itu
ternak betina tidak dikawinkan pada waktu munculnya tanda-tanda pubertas yang
pertama karena untuk mencegah hewan betina bunting, sedang kondisi badan
masih dalam proses pertumbuhan, sehingga tidak menguntungkan bagi
pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak dikandungnya (Limbong,S.R.2008).
Sistem reproduksi tersusun atas sistem genital interna dan eksterna. Pada
kelinci betina organ interna berupa sepasang ovarium dan uterus. Ovarium
terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat folikel-folikel Graaf
berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan berkelok-kelok dan terbagi
atas infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ eksterna tersusun atas vagina, vulva,
labium majus, labium ninus, dan clitoris (Hernawati.2007).
Organ genitalia kelinci betina terdiri atas:
Terdiri dari sepasang, terletak di sebelah caudal dari ren. Dalam ovarium
terdapat folikel graaf. Selain itu terdapat corpus luteum, bentuknya massif,
berwarna kuning yang dari folikel. Corpus luteum ini setelah terisi membentuk
hormon progesteron.
 Infundibulum
Merupakan pelebaran dari tubae yang berbentuk corong dekat ovarium. Pada
tepi terdapat rambut-rambut yang disebut fibrae.
 Tubae
Merupakan saluran tipis berkelok-kelok dan merupakan lanjutan dari
infundibulum ke sebelah caudal serta pada rostralnya terjadi conceptio.
 Uterus
Uterus pada kelinci adalah uterus tipe bikornis yang berdinding tebal dan
merupakan tempat embrio melekat dengan perantara placenta.
 Vagina
Merupakan muara keluar sebagai icroitus vagina.
 Vulva
Vulva adalah bagian dari alat reproduksi merupakan celah diantara labia
mayora, sedangkan labia minora terletak sebelah dalam labia mayora.
 Clitoris
Clitoris adalah alat kecil yang homolog dengan penis yang terdiri dari corpus
covernosum spoisum, clitoris, preputium dan glandula clitori.
4.4 Sistem Sirkulasi
Menurut Yatim (1996), sistem peredaran darahnya memiliki 3 komponen,
yaitu berupa jantung, pembuluh dan darah. Karakteristik yang paling menonjol
pada kelinci adalah percabangan lengkung aorta menjadi arteri innominator dan
arteri subklavia kiri. Arteri innominator juga bercabang menjadi 3, yaitu arteri
subklavia kanan, arteria karotis kanan, dan arteri karotis kiri (Brotowidjoyo,
1994). Rongga jantung pada kelinci terpisah secara sempurna oleh sekat
membujur, menjadi rongga jantung kiri dan kanan. Rongga jantung kiri
mengandung darah yang kaya dengan oksigen yaitu oksigen dari darah arteri.
Rongga jantung yang berisi darah yang mengadung karbondioksida adalah vena.
Masing-masing rongga tadi tersekat lagi menjadi serambi jantung dan bilik
jantung yang saling berhubungan dengan katub atau kleb. Sistem peredaran darah
pada kelinci (Lepus nigricollis) merupakan sistem peredaran darah tertutup.
Pembuluh darah dibagi atas (Yatim, 1996) :

1. Pembuluh nadi
2. Pembuluh balik
3. Pembuluh kapiler
4. Pembuluh limfa

4.5 Sistem Urogenital


Organ ekskresi pada kelinci (Lepus nigricollis) yaitu berupa sepasang
ginjal (unipapila) yang terletak didaerah lumbalis sebelah atas peritonium. Cairan
urin akan keluar dari masing-masing ginjal ke bawah melalui pembuluh ureter dan
ditampung sementara dalam vesika urinaria yang berkontraksi sehingga urin akan
keluar melalui pembuluh uretra. Urin pada kelinci juga banyak mengandung
kalsium karena pengaruh makanannya dan dapat berubah warnanya
yang dipengaruhi oleh makanannya. Pada mamalia ginjal adalah sepasang organ
berbentuk biji kacang merah. Urin keluar meninggalkan ginjal melalui ductus
yang disebut ureter. Kedua ginjal tersebut mengosongkan isinya kedalam kandung
kemih (urinary bladder). Selama urinasi urin meninggalkan tubuh dari kandung
kemih melalui saluran yang di sebut uretra (Campbell, 2003).
4.6 Sistem Saraf
Sistem syaraf terdiri atas dua bagian yaitu, syaraf pusat dan syaraf perifer.
Dan sebagai pusat adalah otak dan medula spinalis (sumsum tulang belakang).
Sistem syaraf pusat memiliki tugas untuk mengolah informasi yang masuk, otak
depan untuk membau, otak tengah untuk melihat, dan otak belakang untuk
mendengar. Sedangkan pada sistem syaraf tepi (perifer) memiliki fungsi untuk
mengumpulkan informasi yang berbentuk rangsangan listrik (impuls) dari
berbagai organ dalam dan luar untuk disampaikan pada syaraf pusat, juga
membawa impuls dari syaraf menuju pusat motorik tubuh (Jasin, 1984).
4.7 Sistem Kerangka
Skeleton sebagian besar terdiri atas tulang keras dan tulang rawan pada
permukaannya sambung menyambung pada bagian tertentu. Disamping tulang
rawan terdapat tulang membran dan kadang-kadang tendon tertentu yang berisi
sel-sel tulang dikenal sebagai ossemoidus. (Jasin, 1984).
Sistem skeleton pada kelinci sama seperti pada mamalia lainnya (termasuk
manusia). Pada setiap rahang terdapat gigi seri (insisipus), 2 buah di atas dan satu
buah dibawah, gigi taring (caninus) tidak terdapat pada kelinci, gigi premolar (3
buah di atas dan 2 buah dibawah), gigi molar (3 buah di atas dan 3 buah di bawah)
(Brotowidjoyo, 1994). Rangka dan otot memepunyai hubungan kerja sama yang
erat dengan otot. Bahan rangka dibina atas 3 komponene, yaitu : tulang, tulang
rawan dan jaringan pengikat (Yatim, 1996).
4.8 Sistem Otot
Pada mamalia ada 3 macam otot, yaitu : otot lurik, otot polos dan otot
jantung. Otot lurik memiliki miofibril yang tampak memantulkan cahaya
berselang-seling, gelap terang berjejer teratur membentuk seperti pita vertikal
terhadap poros otot, sehingga disebut otot lurik. Sel otot polos berbentuk
gelendong. Sel bertetangga yang dihubungkan dengan junctional compleks,
sekeliling sel ada selaput jaringan pengikat endomisium. Otot jantung dibina atas
otot, lurik, bercabang-cabang dan bertemu dengan serat tetangga, sehingga secara
keseluruhan terbentuk jalinan serat otot. Terdapat pada jantung. Persyarafan :
autonom, tak dibawah kesadaran atau kemauan (involunter) (Sarwono, 2001: 1).
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil praktek nekropsi burung merpati betina yang telah
dilakukan adalah:
 Sistem pernafasan pada kelinci betina terdiri dari Cavum Nasalis, Trachea,
Larynx, Bronchiolus dan Paru-paru
 Sistem pencernaan pada kelinci betina terdiri dari Oeshophagus, Lambung,
Duodenum, Jejenum, Illeum , Apendiks, Colon, Rektum dan Anus
 Sistem reproduksi pada kelinci betina terdiri dari Serviks, Infundibulum,
Bifocartio uteri, Uterus, Vagina dan Labia minor-Labia mayor
 Sistem sirkulasi pada kelinci betina terdiri dari Jantung dan Limpa
 Sistem urogenital pada kelinci betina terdiri dari Ginjal, Ureter dan Vulva
 Sistem saraf pada kelinci betina terdiri dari cerebrum dan cerebellum
 Sistem kerangka pada kelinci betina terdiri dari Tengkorak, Tulang leher,
Radius, Ulna, Tulang kaki depan, Tulang rusuk, Ruas tulang belakang,
Tulang paha, Tulang panggul, Pubik, Tulang ekor dan Tulang kaki
belakang
 Sistem otot pada kelinci betina terdiri dari Otot lutik, Otot polos, dan Otot
jantung
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo. 1994. Sirkulasi Pada Manusia dan Hewan Zoologi Dasar.
Erlangga: Jakarta, Indonesia.

Hernawati.2007.Perbaikan kinerja reproduksi akibat pemberian isoflavon dari


tanaman kedelai.Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia.(online): tidak dipublikasikan.diakses pada rabu, 18
juni 2014.

Jasin, M.1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vetebrata. Sinar Wijaya:


Surabaya.

Kamal, Muhammad. 1994. Nutrisi Ternak 1. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Limbong,S.R.2008.Pengaruh frekuensi perkawinan dan sex ratio terhadap lama


bunting dan litter size pada kelinci persilangan.USU Repository.(online):
tidak dipublikasikan.diaks es pada rabu, 18 juni 2014.

Sarwono, B. 2001. Beternak Kelinci Unggulan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suradi,K.2005.Upaya peningkatan gizi masyarakat melalui teknologi Pengolahan


daging kelinci.Seminar Internasional Simposium Kebudayaan Indonesia
Malaysia IX.(online): ristek.go.id.diakses pada rabu, 18 juni 2014.

Yatim, W. 1996. Biologi Moderen Sirkulasi Pada Mamalia. Bandung: Tarsito.574


YAT.

Anda mungkin juga menyukai