Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
2015
BAB I
KERACUNAN TEOFILIN
I. PENDAHULUAN\
a. Gambaran Zat Toksik
Teofilin[(3,7-dihidro-1,3-di-metilpurin-2,6-(1H)-dion] atau 1,3-dimetilxantin
merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit dan mantap di udara. Teofilin
mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 101,5 % C7H8N4O2,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kelarutan dari teofilin yaitu : larut
dalam lebih kurang 180 bagian air; lebih mudah larut dalam air panas; larut dalam
lebih kurang 120 bagian etanol(95%) p, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam
ammonia encer P.
Teofilin [(3,7-dihidro-1,3-di-metilpurin-2,6-(1H)-dion] atau 1,3-
dimetilxantin
Mekanisme yang tepat dari toksisitas tidak diketahui. Teofilin adalah antagonis
reseptor adenosin, dan menghambat phosphodiesterase pada tingkat tinggi,
meningkatkan intraseluler siklik adenosin monofosfat(cAMP). Hal ini juga dikenal
untuk melepaskan katekolamin endogen pada konsentrasi terapeutik dan mungkin itu
sendiri merangsang reseptor beta-adrenergik. Dosis toksik teofilin, dosis tunggal akut
8-10mg/kg akan meningkatkan tingkat serum hingga 15-20mg/L. Overdosisoral akut
lebih dari 50mg/kg berpotensi mengakibatkan
peningkatan 100mg/L dan keracunan yang berat.
b. Toksikokinetika
1. Farmakodinamik
Banyak studi klinis memperlihatkan bahwa terapi jangka panjang dengan
teofilin lepas lambat efektif dalam mengontrol gejala asma dan memperbaiki
fungsi paru. Teofilin merupakan bronkodilator yang mempunyai efek ekstra
pulmonari, termasuk efek antiinflamasi. Teofilin secara bermakna menghambat
reaksi asma segera dan lambat segera setelah paparan dengan alergen. Beberapa
studi mendapatkan teofilin berpengaruh baik terhadap inflamasi kronis pada
asma.Mekanisme kerja dari Teofilin sendiri adalah dapat memblokir
reseptor adenosine (A1) dalam kadar rendah. Pada konsentrasi terapi yang lebih
tinggi akan terjadi penghambatan fosfodiesterase-kenaikan kadar cAMP.Reaksi-
reaksi yang dicetuskan oleh cAMP sebagai second messenger mengakibatkan
relaksasi otot-otot bronchial dan penghambatan pengeluaran zat-zat mediator dari
sel-sel mast dan granulosit. Suatu kombinasi dengan -simpatomlmetik
mengakibatkan obat ini sudah efektif bahkan pada dosis yang sangat rendah
sehingga suatu desensibilisasi dari -reseptor dapat dicegah. Arteriol dan
pembuluh-pembuluh kapasitas akan mengalami dilatasi. Pada jantung, Teofilin
bekerja inotrop positif dan kronotrop positif-pemakaian oksigen bertambah.
Peningkatan volume sekuncup jantung dan dilatasi pembuluh ginjal mengakibatkan
kenaikan filtrasi glomerular.
Efek farmakologi yang terpenting dari teofilin sendiri adalah:
a) perangsang SSP yang kuat, lebih kuat dari kafein
b) merangsang pusat napas di medula oblongata
c) memperkuat kontraktilitas diafragma
d) mempunyai efek inotropik positif pada jantung;merelaksasi kuat otot polos
bronkus yang menyebabkan meningkatnya kapasitas vital sehingga
dimanfaatkan sebagai bronkodilator pada asma bronkial
e) meningkatkan ekskresi air dan elektrolit dengan efek mirip diuretik tiazid.
2. Farmakokinetik
Farmakokinetik. Penyerapanmungkin tertundadengan sediaanlepas
lambat.Volume distribusi(Vd) adalah sekitar 0,5L/kg. Eliminasiyang normalwaktu
paruh4-6jam; ini dapatdua kali lipatolehpenyakitatauberinteraksiobatyang
memperlambatmetabolisme hati, seperti penyakithati, gagal jantungkongestif,
influenza, eritromisin, dancimetidine, dan dapatmeningkat menjadisebanyak 20jam
setelahoverdosis.
1. Bilas lambung
2. Pemberian 50 gram arang aktif yang dapat diulang setiap 2 jam.
3. Monitoring keadaan klinis pasien dalam perawatan yang intensif
4. Pemberian 10 mg metoklopamide
5. Jika kadar kalium berkurang maka diberikan injeksi (iv) sodium bikarbonat
sebanyak 50 mEq
6. Jika denyut jantung pasien lebih dari 100/menit (takikardia) maka dapat
diberikan metoprolol 15 mg
7. Saat pasien mengalami kejang dapat diberikan 5 mg diazepam secara iv
8. Untuk pasien yang sering mangalami kejang dapat diberikan infus midazolam
dan vecuronium
B. ALGORITMA
C. TERAPI NON FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI
1. TERAPI NON FARMAKOLOGI
a. Bilas la
2. TERAPI FARMAKOLOGI
a. Pemberian 50 gram arang aktif yang dapat diulang setiap 2 jam.
b. Pemberian 10 mg metoklopamide
c. Jika kadar kalium berkurang maka diberikan injeksi (iv) sodium bikarbonat
sebanyak 50 mEq
d. Jika denyut jantung pasien lebih dari 100/menit (takikardia) maka dapat
diberikan metoprolol 15 mg
e. Saat pasien mengalami kejang dapat diberikan 5 mg diazepam secara iv
f. Untuk pasien yang sering mangalami kejang dapat diberikan infus
midazolam dan vecuronium
D. MONITORING
1. Tes kadar serum teofillin di darah diulangi setiap 2 jam sampai kadarnya turun
(<20mg/dl).
2. Tes fungsi organ lain :
Ginjal : BUN (dewasa : 5-25 mg/dL; anak-anak : 5-20 mg/dL);
Clearance (pria 90-145 ml/menit ; wanita : 75-115 ml/menit )
Hati : SGPT (pria : sampai dengan 42 U/L; wanita : sampai dengan 32
U/L).
3. Pemeriksaan elektrolit dalam serum: Na (135-145 meq/L), K (3,5-5 meq/L),
Cl (95-105 meq/L)
BAB II
KERACUNAN DIGOKSIN
I. PENDAHULUAN
a. Gambaran Zat Toksik
Terhirup:Dapatmenyebabkaniritasipadasaluranpernapasan.Kontakdengankulit:
Dapatmenyebabkaniritasipadakulit,
permeator.Kontakdenganmata :Dapatmenyebabkaniritasipadamata, edema
epitelreversibel (reversible epithelial edema) danpembengkakanstromakornea.
Tertelan :Berbahayajikatertelan. Dapatmenyebabkaniritasipadasaluranpencernaan.
Paparanjangkapanjang
Terhirup:Jikaterhirupsangatberbahaya.
Kontakdengankulit:Berbahayajikakontakdengankulit, dapatmenyebabkaniritasi,
permeator. Kontakdenganmata:dapatmenyebabkaniritasi.
Tertelan :Sangatberbahayajikatertelan.
b. Toksikokinetik
Farmakodinamik/Farmakokinetik: Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2
jam; IV : 5-30 menit. Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam.
Durasi : dewasa : 3-4 hari pada kedua sediaan.
Absorpsi :melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat
menyebabkan absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi
jumlah yang diabsorpsi.
Distribusi: Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg, Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg,
Anak-anak : 16 L/kg, Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal. Ikatan
obat dengan protein (protein binding) : 30%.
Metabolisme :melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui
reduksi cincin lakton oleh bakteri di intestinal , metabolism berkurang dengan adanya
gagal jantung kongestif.
Ekskresi : urin (50% hingga 70% dalam bentuk obat yang tidak berubah),
Konsentrasi serum digoksin pada Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8 ng/ml, Aritmia:
0,8-2 ng/ml, Dewasa : < 0,5 ng/ml Terjadi Toksisitasbila > 2,5 mikrogram/ml.
Mekanisme Aksi
Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja
dengan meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga
meningkatkan kadar kalsium intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia
supraentrikular : Secara langsung menekan konduksi AV node sehingga
meningkatkan periode refractory efektif dan menurunkan kecepatan konduksi – efek
inotropik positif, meningkatkan vagal tone, dan menurunkan kecepatan ventricular
dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat menurunkan sensitifitas dan meningkatkan
toleransi pada serum konsentrasi digoksin yang lebih tinggi.
Mekanisme toksisitas.
Glikosida jantungmenghambatfungsipompanatrium-kalium-ATPase.
Setelahoverdosisakut, mengakibatkan hiperkalemia(pada keracunankronis,
tingkatkaliumserumbiasanya normalatau rendahkarenaterapi diuretikbersamaan).
potensiasi tekananvagal,kecepatansinusdankonduksi node atrioventrikel(AV)
menurun. Otomasisasi seratPurkinjemeningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan
(http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/final%20kep_lampiran.pdf )
Olson, K. R., 2007, Lange Poisoning and Drug Overdose 4th ed., McGraw-Hill