Anda di halaman 1dari 28

ANTIHISTAMIN

 Histamin adalah suatu senyawa amina yang didalam tubuh dibentuk


dari asam amino histidin oleh pengaruh enzim histidin
dekarboksilase.
 Hampir semua organ dijaringan tubuh mengandung histamin.
 Histamin terdapat terutama dalam sel-sel tertentu, dalam keadaan
terikat dan tidak aktif.
 Histamin dapat dibebaskan dari ikatan nya dalam bermacam-macam
faktor antara lain reaksi alergi, luka-luka berat, sinar UV dari
matahari, racun ular dan tawon, enzim proteolitik serta beberapa
macam obat-obatan (opiat, tubokurarin, klordiazepoksida).
 Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin
(penghambatan saingan).
 Pada awalnya hanya dikenal satu tipe antihistamin , tetapi setelah
ditemukannya jenis reseptor khusus pada tahun 1972, yang disebut
reseptor-H2, maka secara farmakologi reseptor histamin dapat dibagi
dalam dua tipe , yaitu reseptor-H1 dan reseptor-H2
 Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak
dapat menetralkan atau mengubah efek antihistamin yang sudah
terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi
histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara
bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.
 Antihistamin dibagi dalam dua kelompok, yakni antagonis reseptor-H1
(singkatnya disebut H1-blockers atau antihistaminika) dan antagonis reseptor
H2 ( H2-blockers atau zat penghambat-asam)
 H1-blockers (antihistaminika klasik). Mengantagonis histamin dengan jalan
memblok reseptor-H1 di otot polos dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran
cerna, kandung kemih dan rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler
dan ujung saraf (gatal).
 Efeknya adalah simtomatis, antihistamin tidak dapat menghindarkan timbulnya
reaksi alergi. Dahulu antihistamin dibagi secara kimiawi dalam 7-8 kelompok,
tetapi kini digunakan penggolongan dalam 2 kelompok atas dasar kerjanya
terhadap SSP, yakni zat-zat generasi ke-1 dan ke-2.
a. Obat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin,
(klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin
(periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin,
ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset). Obat-obat ini berkhasiat
sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis

b. Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin,


akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab) dan
emedastin (Emadin). Zat- zat ini bersifat antihistamin hidrofil dan
sukar mencapai CCS (Cairan Cerebrospinal), maka pada dosis
terapeutik tidak bekerja sedative. Keuntungan lainnya adalah t ½
plasma lebih panjang, sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali
sehari. Efek anti-alerginya juga karena dayanya menghambat sintesis
mediator-radang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.
 H2-blockers (Penghambat asam). Obat-obat ini menghambat secara efektif
sekresi asam lambung yang meningkat akibat histamine, dengan jalan
persaingan terhadap reseptor-H2 di lambung. Efeknya adalah berkurangnya
hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah
menurun. Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambug usus guna
mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat pelindung tambahan pada
terapi dengan kortikosteroida. Lagi pula sering kali bersama suatu zat
stimulator motilitas lambung (cisaprida) pada penderita reflux.
Penghambat asam yang dewasa ini banyak digunakan adalah simetidin,
ranitidine, famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa-
senyawa heterosiklis dari histamin.
 Orang asam lambung, diberi ranitidine
 Penggolongan Antihistamin
 Menurut struktur kimianya antihistamin dapat dibagi
dalam beberapa kelompok :

X= atom O, N atau C
R= gugus aromatik dan/atau heterosiklik
R1 dan R2 = gugus metal atau heterosiklik.
 Turunan Etanolamin (X=O)
Contoh : Difenhidramin, Dimenhidrinat, Klorfenoksamin, Karbinoksamin
dan Feniltoloksamin.
Kelompok ini memiliki daya kerja seperti Atropin (antikolibergik) dan
bekerja terhadap SSP(sedative)

 Turunan Etilendiamin (X=N)


Contoh: Antazolin,Tripelamin,Klemizol dan Mepirin.
Kelompok ini umumnya memiliki daya sedative lemah.
 Turunan Propilamin (X=C)
Contoh : Feniramin, klorfeniramin, bromfeniramin dan triprolidin.
Kelompok ini memiliki daya antihistamini kuat.

 Turunan Piperazin
Contoh : Siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, Sinarizin, Flunarizin.
Umumnya  bersifat long acting.  
 Turunan Fenotizin
Contoh : Prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, metdilazin.
Efek antihistamin dan antikolinergiknya tidak begitu kuat, berdaya
neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikosis karena juga
berefek meredakan batuk, maka sering digunakan dalam obat batuk.

 Turunan Trisiklik Lainnya


Contoh : Siproheptadin (mensimulasi nafsu makan), Azatadin, Pizotifen.
Mempunyai daya antiserotonin kuat dan menstimulir nafsu makan, maka
banyak digunakan untuk stimulant nafsu makan.
 Zat-zat non sedative
Contoh : Terfenadin dan astemizol.
Memiliki daya antihistamin tanpa efek sedative.

 Golongan Sisa
Contoh :Mebhidrolin, Dimetinden, Difenilpiralin
Dengan asam sulfat pekat :
1. Tiazinamidum :  Rosa
2. Prometazin  :  Rosa merah
3. Mebhidrolin : Kuning tua
4. Pheniramin  : Kuning
5. Metil difenhidramin:  Kuning dengan  bintik jingga
6. Difenhidramin    :  Jingga + coklat + merah
7. Fenotiazin   :  merah + jingga + hijau
Dengan HNO3 pekat
1. Mebhidrolin : Kuning dengan bintik jingga
2. Metil difenhidramin: kekuningan
3. Pheniramin maleat : Kuning + gas
Reagen yang sering dipakai dalam penentuan kualitatif antihistamin :
Untuk reaksi warna :

 Asam-asam pekat yaitu H2SO4p atau HNO3p.

 Reagen Erdmann, yaitu 32 cc pereaksi (H2SO4 + HNO3 6 tetes) kemudian


ditambahkan 6 tetes campuran zat.

 HNO3 dalam air 4,25 %

 Aqua brom larutan jenuh dalam air

 pDAB HCl (para dimetil a


 FeCl3

 Marquis

 Frohnde

 Mandelin (Vanadat 1 % dalam H2SO4p )

 Reagen Roux
Untuk reaksi kristal :

 Asam dilutus (larutan asam dilutus jenuh dalam air)

 Asam pikrat

 Asam pikrolon (larutan asam pikrolon jenuh dalam air)

 Bouchardat

 Drogendorf

 KBr padat

 K2CrO4 atau K2Cr2O7


 K3Fe(CN)6 padat atau K4Fe(CN)6 padat

 KI padat

 KMnO4 padat

 Sublimat
Proses kerja : zat dilarutkan dalam HCl 0,2 N kemudian
ditambahkan
pereaksi endapan, dipanaskan dalam api kecil hingga larut,
dinginkan→ mengkristal
 Masing-masing zat + H2SO4 pekat/HCl pekat/HNO3 pekat ->
berwarna + air -> berubah (kemungkinan alkaloid 80%), jika tetap
kemungkinan alkaloid, tapi beberapa alkaloid juga bisa
menyebabkan perubahan warna tergantung posisi N

Perlu dilakukan reaksi pendukung lainnya.


• Mandelin
Pereaksi : NH – Vanadat dalam air + H2SO4 pekat
• Frohde
Pereaksi : Larutan 1% Ammonium molibdat dalam H2SO4 pekat
• Pengecualian untuk pereaksi asam pikrat: pada gelas objek,
zat diberi air kemudian ditetesi asam pikrat, jangan ditambah
HCl (dengan HCl, yang keluar adalah kristal asam pikrat
sendiri)

• Pengecualian untuk asam pikrolon : Tidak perlu dipanaskan


dalam api kecil

• Mayer (pada plat tetes)

Pereaksi : HgCl2 + lautan KI 5% + H2SO4 pekat


Proses kerja : zat + HCl 0,2 N + pereaksi
Dragendorff
Pereaksi : Larutan bismut nitrat basa dalam air/asam
asetat glasial dengan KI dalam air
Proses kerja : zat + pereaksi
•CTM

Nama Lain           : Choltrimethon, Chlorpheniramini Maleas


Berat Molekul      : 390,87
Rumus Molekul   : C16H19ClN2.C4H4O4
Pemerian              : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit. 
Kelarutan             : Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) P
                              dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kandungan : biasanya 4ml, obat bebas terbatas
Analisis Kualitatif Chlorapheniramin Maleat (CTM)

Organoleptis
- Bentuk : Serbuk hablur
- Warna : Putih
- Bau : Tidak berbau
- Rasa : Pahit

Kelarutan
Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) dan dalam 10
bagian kloroform; sukar larut dalam eter.
Reaksi Identifikasi

- Zat + DAB HCl (amin aromatis), kuning


- Zat + FeCl3 (gugus fenol)
- Zat + reagen Marquis, warna kuning
- Reaksi kristal dengan aseton – air
Reaksi Identifikasi

- Inti piridin
- Zat + asam citrate + Asam asetat anhidrat, dipanaskan, (+) merah
- Zat + HCl + Mayer, endapan kuning
- Zat + DAB HCl, kuning
- Frohde ( Zat + ammonium molybdat ), kuning
- Cuprifil
- Larutan sampel dalam air + NaOH, biru hijau

Reaksi kristal
Zat di atas gelas objek + aseton + air, diamati di bawah mikroskop,
bentuk kristal jarum, latar belakang putih
Difenhidramin HCl (Bendadryl)

Sinonim               : Diphenhydramini Hydrochloridum


Berat Molekul      : 291,82
Rumus Molekul   : C17H21NO.HCl
Pemerian           : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; pahit. Jika kena cahaya
perlahan-lahan warnanya akan semakin gelap. Larutannya
praktis netral terhadap kertas lakmus P.
Kelarutan             : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95 %) P dan dalam
                               kloroform P; agak sukar larut dalam aseton P; sangat
                               sukar larut dalam  benzene P dan dalam eter P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Reaksi identifikasi

- Zat + KMNO4 - dipanaskan Bau dimetilamin


- Zat dilarutkan dalam HNO3 + H2SO4 merah + air + CHCl3
kocok Lapisan CHCl3 (ungu)
- Zat + H2SO4 jingga – merah, coklat (pada pengenceran warna
tetap
- Zat + pereaksi Marquis kuning
- Zat + Mayer ungu muda
- Zat + Aqua Iod hitam dan keunguan
Reaksi kristal
• Zat di atas gelas objek + asam pikrat, amati di bawah mikroskop,
bentuk kristal batang, latar belakang kuning
 Kiat:

Kristal, khasnya ?
Reaksi khusus, hapalkan
Reaksi umum hapalkan. Seperti CTM (punya amine,
fenol)

Anda mungkin juga menyukai