OBJEK 1
OLEH
NO.BP : 1911011042
SHIFT/JAM : 1/13.30-16.00
KELOMPOK :2
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
PEMISAHAN ANTISERA DAN ANTIGEN
I. Tujuan
II. Teori
Antibodi adalah salah satu bagian pertahanan tubuh yang digunakan untuk
menghilangkan atau mengurangi zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
Mekanisme kerja antibody dalam tubuh dimulai dengan diikatnya epitop
( Antigen bagian) oleh antibody. Ikatan ini akan membentuk kompleks antigen-
antibodi ini juga dapat dikenali oleh sel makrofag, yang akan mendegradasi
kompleks ini [1].
Antibodi juga berkaitan dengan aktivitas antigen yang merusak dengan cara
mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel yang
ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua yang mempunyai
kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh
makrofag. Antobodi mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya
menjadi lebih mudah menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.
IgM dan IgG latihan sistem komplemen, suatu kelompok protein yang
mempunyai kemampuan unutk memecah membran sel. IgM dan IgG bekerja
paling maksimal dalam sirkulasi sistem, IgA dapat keluar dari darah dan
memasuki tubuh lainnya. IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada
permukaan mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak penyakit.
IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh bayi. IgD
merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon imun.
IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi reaksi dan kemungkinan besar
merespon infeksi dari protozoa dan parasit [4].
Antigen adalah suatu zat asing terhadap inang yang mula-mula terhubung oleh
factor-faktor alamiah oleh pengaktifan HI atau CMI. Zat ini terikat pada reseptor
permukaan antigen spesifik koloni sel T atau sel B. Antigen adalah suatu
substansi yang merespon oleh tubuh, dan akan memacu terjadinya respon imun
yang akhirnya akan memacu produksi antibodi . Antigen yang berhasil masuk ke
dalam tubuh akan mengaktifkan berbagai respon spesifik dan non-spesifik. Jika
antigen tidak mendukung dengan baik oleh sistem imun kita, antigen tersebut
dapat menimbulkan penyakit sesuai dengan jenis penyakit yang dibawanya.
Secara fungsional antigen dibagi menjadi dua, yaitu imunogen dan hapten.
Imunogen adalah molekul besar dari sebuah antigen yang bersifat sebagai
pembawa pembawa molekul pembawa molekul kecil (hapten) dari suatu antigen.
Imunogen ini dapat dikenal oleh antibodi dan memacu pemesanan antibodi
(imunogenik). Hapten adalah molekul kecil yang mempunyai kandungan
antigenik (molekul karier) yang diikat oleh molekul besar (imunogen). Namun hal
ini tidak dapat memacu produksi antibodi jika tidak berikatan dengan molekul
besar sehingga disebut sebagai molekul non-imunogenik [5].
Antigen O disebut juga sebagai antigen dinding sel, karena antigen tersebut
adalah bagian auter layer dari dinding sel bakteri gram negatif. Antigen O
tersusun dari Lipo Polisakarida yang berdfungsi pula sebagai endotoksin, resisten
terhadap piutang 100 ° C, alkohol dan asam, reaksi aglutinasinya berbentuk butir
pasir. Antigen H atau antigen flagel, antigen ini terdiri dari suatu protein yang
dikode oleh gen flg yang berada pada lokus fliC. Antigen H bersifat termolabil
dan dapat rusak oleh alkohol, dikendalikan pada suhu di atas 60 ° C dan asam,
dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk butir-butir pasir yang hilang bila
dikocok. Antigen Vi atau kapsul antigen yaitu antigen yang terdiri dari polimer
polisakarida dan bersifat asam . Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di
dalam darah yang warnanya merah. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut yaitu
mengambil oksigen dari paru-paru untuk matiarkan ke seluruh jaringan tubuh,
macet karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru,
mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dikirim ke seluruh
jaringan tubuh, dikeluarkan zat-zat yang Tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan
penyakit, Koordinasi panas ke seluruh tubuh [7].
Tubuh orang dewasa sehat terdapat darah kira-kira 1/13 dari badan berat atau
empat sampai lima liter. Bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah banyak dan
waktu singkat akibat perdarahan, pembedahan atau komplikasi dari kelahiran,
yang kedekatan adalah mengganti cairan yang hilang dengan segera. Transfusi sel
darah merah dapat menjadi penting karena akan mengembalikan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah . Transfusi darah adalah proses pemindahan
atau pemberian darah dari seseorang (donor) kepada orang lain ( resipien ).
Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar,
mengatasi shock, mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi [8].
Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan
bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas udara, elektrolit dan protein
darah, sedangkankan butir darah terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.
Komponen penyusun darah ada 2 cara yaitu plasma darah, yang berfungsi
pengangkut gas dan sari makanan disamping plasma darah juga mengandung
fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah. Plasma darah merupakan
bagian yang cair dari darah yang mempunyai atau mengandung udara (91-92%),
protein 8-9%, substansi lain selain protein seperti garam amonium urea, asam urat
kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin.
Darah dalam pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Sel darah, adalah
merupakan 45% volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (leukosit), Mentransfusi darah dari orang ke orang, donor darah
dan darah resipier normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe golongandarah
O-A_B yang utama. Pada sistem rhesus, terdiri dari rhesus positif dan rhesus
negatif. Sebagian besar orang asia termasuk Indonesia yang memiliki rhesus
positif, sedangkan rhesus negatif pada umumnya dimiliki orang kaukasia. Orang
yang memiliki suatu rhesus positif darahnya akan mengalami aglutinasi yang
diberi anti-Rh. Sedangkan rhesus negatif darahnya tidak bereaksi bila diberi anti-
Rh. Golongan darah O adalah golongan darah paling banyak di dunia. Sedangkan
golongan darah AB adalah golongan darah yang paling langka. Golongan darah O
disebut Donor Universal karena darahnya dapat didonorkan pada semua
golongan darah, tetapi hanya dapat menerima dari golongan darah O. Golongan
darah AB disebut Resipien Universal, hal itu disebabkan karena dapat menerima
transfusi dari semua golongan darah [9].
III.Prosedur kerja
Alat
Jarum suntik 5 ml, tabung reaksi 10 ml, rak tabung reaksi, tabung
sentrifus, sentrifus dan pipet tetes.
Bahan
3.2Cara kerja
4.1.Hasil
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemisahan antigen dan antisera, proses
pemurnian eritrosit atau antigen dan proses pemurnian plasma atau antisera
dengan menggunakan alat sentrifus. Pemisahan ini didasarkan oleh gaya
sentrifugal yang dimiliki oleh alat sentrifus. Prinsip kerja alat sentrifus ini yaitu
dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik, dimana dititik
tersebut dikenakan gaya. Pada saat objek diputar, partikel-partikel yang ada akan
berpisah dan berpencar sesuai berat jenis masing-masing partikel. Dengan gaya
yang paling berperan adalah gaya sentrifugal
Pada saat proses sentrifugasi volume darah di dalam tabung harus
seimbang agar sentrifus tidak bergoyang ketika proses sentrifugasi.
Berdasarkan gaya gravitasi atau gaya tarik bumi yang mana nantinya
molekul yang lebih berat akan mengendap kebawah. Dalam hal ini, eritrosit atau
antigen yang mengendap. Pada saat memipet plasma atau antisera hendaklah
dilakukan dengan hati-hati agar tidak tercampur dengan eritrosit yang telah
mengendap. Langkah untuk mencegah hal demikian dapat dilakukan dengan
memipet dari pinggir tabung sentrifus.
Pada proses kali ini antisera yang diambil adalah antisera golongan darah.
Dalam praktikum pemisahan antisera dan antigen ini, Sampel dimasukkan ke
dalam tabung sentrifus kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm
selama 10 menit dan setelah sampel disentrifugasi akan terjadi pemisahan
berdasarkan berat jenis, dimana lapisan paling bawah yang berwarna merah
adalah eritrosit (antigen) dan lapisan atas adalah plasma darah (antisera) yang
berwarna bening.
Plasma darah (antisera) yang telah dipisahkan dari eritrosit dimasukkan ke
dalam tabung reasksi lalu ditambahkan dengan Kristal kalsium klorida. Tujuan
penambahan kalsium klorida adalah untuk mengikat kalsium yang terdapat pada
antisera sehingga diperoleh antisera murni. Pada proses ini juga ditambahkan
ammonium oksalat yang berguna untuk mengendapkannya, selanjutnya juga
ditambahkan natrium azita yang digunakan untuk zat pengawet.
Pada eritrosit ditambahkan Natrium klorida (NaCl) fisiologis sama banyak
kemudian disentrifugasi sebanyak tiga kali. Tujuan penambahan Natrium clorida
atau NaCl fisiologi adalah untuk memisahkan eritrosit dari pengotornya sehingga
diperoleh eritrosit (antigen) yang murni.
Pada proses pemurnian eritrosit atau disebut juga dengan antigen
dilakukan juga penambahan anti koagulan atau anti penggumpal, pada proses ini
juga biasa juga dilakukan dengan penambahan EDTA atau heparin cairan,
sebelumnya biarkan heparin mengendap terlebih dahulu baru ditambahkan darah
setelah 30 menit, lalu di sentrifus dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit.
Didapatkan cairan bening dibagian atas. Serum dalam tabung itu juga ditambah
defibrinogen untuk menghilangkan protein fibrin. darah yang diambil tidak boleh
langsung disentrifus, biarkan selama lebih kurang 30 menit terlebih dahulu agar
tidak mengalami hemolisa.
Pemisahan antigen dan antisera bertujuan untuk mendapatkan antisera dan
antigen yang benar-benar murni dan bebas dari komponen-komponen lainnya.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya akan
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
disebabkan karena hemoglobin. Darah dapat didefinisikan sebagai cairan cair
yang terdiri dari dua bagian antara lain plasma darah dan sel darah. Sel darah
terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Plasma darah disebut juga antisera
yang berupa cairan kekuningan yang menjadi medium sel-sel darah dan
mengandung zat agglutinin atau zat penggumpal. Eritrosit biasanya disebut
dengan antigen karena mengandung aglutinogen yang dianggap sebagai substansi
yang menyebabkan sel menjadi aglutinasi.
plasma darah memiliki berat jeni 1, 024 sampai 1, 028 sedangakan sel
darah memiliki berat jenis 1,030 sampai 1,060 sehingga sel darah akan berada
diatas lapisan larutan tabung. Buffy coat berada diantara sel darah dan plasma
darah. Lapisan atas merupakan plasma darah yang diambil untuk dimurnikan dan
dipisahkan dari suatu sel darah merah, sedangkan eritrosit tetap berada di dasar
tabung sentrifus.
Plasma darah (Antisera) adalah komponen darah berbentuk cairan
berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup.
55% dari jumlah atau volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma
darah terdiri dari 90 % berupa air dan 10 % berupa larutan protein, glukosa, factor
koagulasi, ion mineral, hormone dan karbondioksida.
V.Kesimpulan dan saran
5.1 kesimpulan
Dari hasil pemisahan antisera dan antigen didapat dua lapisan, lapisan
bening berwarna kekuningan yaitu antisera dan yang berwarna merah yaitu
eritrosit atau antigen
5.2 saran
3. pada saat praktikum jangan sampai kulit kontak dengan darah karena darah
yang kita gunakan belum tentu bebas dari virus atau zat-zat berbahaya
Daftar pustaka
[1]
Emantoko, Sulistyo. Antibodi Rekombinan. Surabaya: Universitas Surabaya ;
2001.
[2]
Abbas, dkk. Imunologi Seluler dan Molekuler. Amerika Serikat: Elseiver
Saunder; 2005.
[3]
Ward, PA, dkk. Produksi Antibodi Monoklonal. Washington: National Academy
Press; 2007.
[4]
Perry dan Potter. Fundamental Of Nursing. Jakarta: EGC; 2005
[5]
Suryawidjaja, Julius. Buku Saku Imunologi. Jakarta: Penerbit Binapura Aksara;
2005.
[6]
Hayes, Peter C. dan Thomas, W. Mackay. Jakarta. Buku Saku Diagnosis dan
Terapi: EGC; 1997.
[7]
Darmawanti. Keanekaragaman Genetik. Semarang: Universitas Muhammadiyah
semarang Press; 2009.
[8]
Guyton, Arthur C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC;
2009.
[9]
Pearce, E. anatomi dan Fisiologi Manusia Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 2004.