Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOLOGI DAN SEROLOGI

OBJEK 1. PEMISAHAN ANTISERA DAN ANTIGEN

OLEH:

NAMA : INDAH TRI AZIZAH

NIM : 2011012018

KELOMPOK/SHIFT : 4/5

HARI/TANGGAL : JUMAT/8 OKTOBER 2021

ANGGOTA :

1. MEISYA DWI ASRI 2011011043


2. DHIA FADHILAH 2011012053
3. SHAYLIHA FARA HAMIDAH 2011013001
4. PUTRI RIA RANIAH RIDUAN 2011017004
5. SITI NABILA MUKTAR 2011012058

LABORATORIUM IMUNOLOGI DAN SEROLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu memisahkan plasma (antisera) dan eritrosit (antigen)
sampel
b. Mahasiswa mampu memurnikan plasma dan eritrosit

II. TEORI
Darah merupakan satu-satunya jaringan dalam tubuh yang berupa fluida.
Darah mentransport oksigen dan zat gizi ke jaringan dan membuang produk
sisa seperti karbon dioksida. Darah merupakan sampel yang sering diperiksa
di laboratorium rumah sakit.1
Darah merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan
yang disebut dengan plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap
sebagai jaringan pengikat dalam artian luas karena pada dasarnya terdiri atas
unsur-unsur sel dan substansi intraseluler yang berbentuk plasma.1
Komponen darah adalah bagian-bagian darah yang dipisahkan dengan
cara fisik atau mekanik tanpa menambahkan bahan kimia ke dalamnya yaitu
dengan cara pengendapan atau pemutaran. Derivat darah (plasma) adalah
bagian darah yang dipisahkan dengan cara kimiawi (dengan menambahkan
bahan kimia pada proses pembuatannya).2
Pengolahan komponen darah adalah tindakan memisahkan komponen
darah donor dengan prosedur tertentu menjadi komponen darah yang siap
untuk dipakai. Satu unit darah terdiri dari elemen-elemen seluler nonseluler
yang mempunyai fungsi beragam. Komponen darah seluler antara lain sel
darah merah pekat, sel darah merah miskin leukosit, leukosit, dan trombosit
konsentrat. Sedangkan, komponen darah nonseluler antara lain plasma
donor tunggal, plasma segar beku, dan kriopresipitat.2
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran
sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen
selain ABO dan Rh. Penetapan golongan darah menentukan jenis
aglutinogen yang ada dalam sel dan menentukan aglutinin yang ada dalam
serum.3
Dalam penggolongan darah berlaku asas yang mengatakan bahwa serum
seseorang tidak akan mengendapkan sel darah merah orang itu sendiri serta
sel darah merah orang lain yang bergolongan yang sama. Darah manusia
dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu golongan darah A, golongan darah B,
golongan darah AB dan golongan darah O. Penggolongan darah ini dikenal
dengan sistem penggolongan darah ABO, pembagian golongan darah ini
berdasarkan perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) pada
membran sel permukaan darah.4
Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidak adanya
Ag A dan atau Ag B yang terekspresikan pada sel darah merah serta tidak
adanya antibodi (Ab) A dan atau B yang terdapat di dalam serum/plasma.
Antigen pada sistem golongan darah ABO merupakan jenis Ag
oligosakarida. Jenis ini tidak hanya berada pada sel darah merah saja
melainkan juga terdapat pada sel dan jaringan lain seperti sel epitel patu
serta cairan tubuh dalam bentuk Ag terlarut. Ag pada sistem ABO
merupakan produk dari ekspresi gen H, gen ABO, dan gen Se. Ketiga gen
tersebut menentukan jenis, sifat dan letak Ag sistem ABO yang
terekspresikan.2
Faktor yang menentukan golongan darah manusia berupa antigen yang
terdapat pada permukaan luar sel darah merah disebut aglutinogen. Zat anti
terhadap antigen yang bersangkutan disebut aglutinin dalam serum, suatu
antibodi alamiah yang secara otomatis terdapat pada tubuh manusia.5
Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan
golongan darah ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang
berasal dari hibridisasi immunoglobulin sel tikus dan hasil pemeriksaannya
akan terbentuk aglutinasi.6
Serum merupakan sejumlah darah yang tertampung di tabung atau wadah
jika dibiarkan selama 15 menit akan mengalami proses pemisahan atau
pembekuan akibat terperasnya cairan dari dalam bekuan, selanjutnya
disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5-10 menit. Lapisan
jernih kuning muda bagian atas merupakan serum, dalam proses bekuan
darah fibriogen diubah menjadi fibrin, maka serum sudah tidak mengandung
fibrinogen, tetapi masih mengandung zat-zat lain yang masih di dalamnya.7
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan
yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan
kemampuannya untuk merangsang produksi antibodi. Antigen adalah zat
yang dapat berekasi dengan respon imun spesifik. Substansi yang dikenal
sebagai antigen golongan darah merupakan produk gen yang spesifik dan
juga bersifat imunogenik. Individu memiliki suatu pola genetik spesifik
(genotip) dan antigen ini biasanya mengekspresikan diri pada eritrosit.
Antigen terdapat pada permukaan sel darah merah yang terdiri atas bilipid
membran suatu molekul yang besar.8
Anti A dan B merupakan jenis antibodi yang terbentuk secara alamiah
dan dapat dideteksi di dalam serum setelah bayi berusia 3-6 bulan. Sistem
imun tubuh akan membentuk antibodi terhadap antigen yang berlawanan
atau tidak dipunyai oleh tubuh dan timbul karena adanya paparan terhadap
lingkungan (Ab alamiah). Jenis Ab A dan B umumnya adalah
imunoglobulin m (IgM) yang mempunyai sifat dapat mengaktifkan
komplomen dan bereaksi optimum pada suhu 20-24C. Ab jenis ini dapat
menyebabkan reaksi transfusi yang berbahaya jika terjadi
inkompatibilitas/ketidakcocokan golongan darah ABO. Anti A dan B juga
mempunyai IgG yang dapat menyebabkan reaksi inkompatibilitas pada ibu
golongan darah O yang mengandung anak dengan golongan darah selain O.
Reaksi ini menyebabkan lisis sel darah merah hemolitik pada bayi baru
lahir, namun tidak terlalu berbahaya seperti inkompatibilitas golongan darah
Rh.2
III. PROSEDUR KERJA
3.1. ALAT
Jarum suntik 5 ml, tabung reaksi 10 ml, rak tabung reaksi, tabung
sentrifus, sentrifus dan pipet tetes.

3.2. BAHAN
Darah golongan A, B, AB, dan O, larutan NaCl fisiologi, kalsium klorida
dan natrium azida.

3.3. PROSEDUR
a. Pemisahan Plasma (antisera) dan eritrosit (antigen)
1. Ambil darah 5 ml, masukkan dalam tabung sentrifus
2. Sentrifugasi 2000 rpm selama 10 menit
3. Ambil plasma dan masukkan dalam tabung reaksi (antisera
golongan darah)

b. Pemurnian eritrosit (antigen)


1. Eritrosit pada tabung sentrifus ditambah dengan larutan NaCl
fisiologi sama banyak, aduk dengan cara memutar mutarkan tabung
sentrifus pada kedua telapak tangan
2. Sentrifugasi 2000 rpm selama 10 menit
3. Buang sepenuhnya, lalu ditambah lagi dengan larutan NaCl
fisiologi, sama banyak, aduk dengan cara memutar mutarkan
tabung sentrifus pada kedua telapak tangan
4. Sentrifugasi 2000 rpm lagi selama 10 menit
5. Larutan prosedur ini sampai 3 kali, sehingga diperoleh eritrosit
bersih (kadar eritrosit ini dianggap 100%)

c. Pemurnian Plasma (Antisera)


1. Cairan plasma ditambahkan dengan kristal kalsium klorida
sebanyak 1 mg untuk 1 ml darah, aduk, biarkan selama 10 menit
2. Saring, dengan kapas, lalu tambahkan lagi kalsium klorida
sebanyak 1 mg untuk 1 ml darah, aduk, biarkan selama 10 menit
3. Lakukan pula pengerjaan ini sebanyak 3 kali
4. Kemudian ditambahkan dengan kristal ammonium oksalat
sebanyak 1 mg untuk ml darah, aduk, biarkan selama 10 menit,
kemudian disaring
5. Pengerjaan ini sebanyak 3 kali
6. Ditambahkan natrium azida sebanyak 1 mg untuk 1 ml darah
7. Antisera siap digunakan
DAFTAR PUSTAKA

1. James W. Andrew’s diseases of the skin. 10th ed. Philadelphia: Elsevier;


2006.
2. Noviar G. Imunohematologi dan bank darah. Jakarta: Kemenkes RI; 2018.
3. Andriyani R. Buku ajar biologi reproduksi dan perkembangan. 1st ed.
Yogyakarta: Deepublish; 2015.
4. Sadikin M. Biokimia darah. Jakarta: Widya Medika; 2001.
5. Waluyo J. Biologi umum. Jember: University Press; 2010.
6. Tulip M. Perbedaan serum dan plasma; 2015.
7. Kee J. Pedoman pada laboratorium dan diagnostik. 6th ed. Jakarta:
ECG;2008.
8. Mutiawati V. Perbedaan derajat aglutinasi pemeriksaan golongan darah
antara eritrosit tanpa pencucian dengan pencucian pada penderita
talasemia. kedokteran syiah kuala. 2010; 13(2).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai