DISUSUN OLEH:
ASTRID LESTARY (1910212007)
VANIA CLARISSHA (1910212008)
DIAH PERMATA (1910212021)
DOSEN PENGAMPU:
APT. IMAM PRABOWO, M.Farm.
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk
untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan,
termasuk memperindah tubuh atau bagian tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan
disimpan sedemikian rupa dengan memperhatikan sifat bahan obat yang digunakan,
sehingga efektivitas optimal dan sifat tidak merusaknya, terjamin. Konsentrasi dan
jumlah bahan penolong yang digunakan dalam pembuatannya harus tersatukan dengan
bahan aktifnya (Voigt, 1994).
Teknologi sediaan adalah cara memformulasi atau merancang suatu obat menjadi
bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat adalah bentuk sediaan
yang mengandung zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Berdasarkan bentuknya,
sediaan obat yang beredar dibedakan dalam empat golongan yaitu: sediaan cair, sediaan
padat, sediaan semi padat, dan sediaan gas. Perkembangan teknologi menyebabkan obat
tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2014, macam-macam sediaan solid pada obat antara lain:
serbuk, granul, tablet,kapsul, pil, suppositoria, dll.
Dewasa ini, produksi sediaan tablet banyak dikembangkan untuk bahan aktif tanaman.
Hal tersebut untuk mendorong perkembangan pengobatan tradisional. Bahan aktif
tanaman yang telah diuji secara in vitro dan in vivo, sangat memungkinkan untuk
dikembangkan dalam berbagai sediaan salah satunya tablet. Tablet memiliki banyak
kelebihan dibandingkan sediaan lain dilihat dari segi penyimpanan, distribusi maupun
saat penggunaan (Sapri et al., 2012).
Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang disebabkan mediasi oleh
reaksi hipersensitivitas atau alergi tipe 1. Rhinitis alergi dapat terjadi karena sistem
kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap alergen. Menurut ARIA (Allergic
Rhinitis and its Impact on Asthma). Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rhinorrhea, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen karena reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh IgE
(Cantani, 2008).
Rhinitis alergi telah menjadi masalah kesehatan global yang menyerang 5-50%
penduduk di dunia. Prevalensi rinitis alergi di Indonesia mencapai 1,5-12,4% dan
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan rhinitis alergi di
masyarakat menjadi masalah baru yang harus ditangani secara serius karena berdampak
pada penurunan kualitas hidup penderitanya seperti, terjadi penurunan produktivitas
kerja, prestasi di sekolah, aktivitas sosial serta dapat menyebabkan gangguan psikologi.
(Girish. 2004).
Penanganan yang biasa digunakan untuk Rhinitis alergi adalah terapi simtomatik salah
satunya dengan menggunakan antihistamin oral. Terapi simtomatik lainnya adalah
dekongestan dan steroid keduanya baik intranasal maupun oral (Bousquet ,2010).
Ketiga terapi simtomatik tersebut sangat membantu dalam mengontrol gejala penderita,
namun banyak menimbulkan efek samping.. Antihistamin golongan pertama
menimbulkan efek sedatif, mulut kering, penambahan berat badan, penurunan
pengecapan dan sakit kepala (Bousquet ,2010).
Antihistamin oral dapat dibagi menjadi dua kategori utama, nonselektif dan selektif
perifer. Akan tetapi, masing-masing obat harus dipandang dari efek sedasi spesifiknya
karena ada variasa antar obat dalam kategori yang luas. Efek sedatif sentral mungkin
tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak. (Isofarkot)
I.3 Hipotesis
CTM dalam bentuk sediaan tablet merupakan obat yang tepat, efektif, dan efisien dalam
mengatasi penyakit gangguan saluran pernafasan, khusunya akibat alergi rhinitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Karbinoksamin Maleat
Struktur
(Pubchem)
Bentuk basa bebasnya berupa cairan menyerupai minyak yang larut dalam
lipid. Garam maleatnya berbentuk kristal putih, larut dalam air dan mudah
larut dalam alkohol dan kloroform. Perbedaan struktur karbinoksamin dengan
klorfeniramin terletak pada atom oksigen yang dipisahkan oleh atom karbon
asimetrik dari rantai samping aminoetil.
2. Prometazin hidroklorida
Struktur
Sinonim N,N-dimethyl-1-phenothiazin-10-ylpropan-2-
amine;hydrochloride
pH 4,0-5,0
indikasi: gejala alergi seperti hay fever, urtikaria, angioedema, rhinitis, dan
konjungtivitis (Martindale ed. 38, p. 638)
kontra indikasi: pasien koma, serangan akut asma, bayi prematur (PIONAS)
dosis: 25 mg, malam hari, bila perlu dinaikkan sampai 50 mg atau 10-20 mg 2-
3 kali/hari; anak dibawah 2 tahun tidak dianjurkan; 2-5 tahun: 5-15 mg/hari
(PIONAS)
kekurangan:
Struktur
(Pubchem)
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi (DepKes RI, 1995). Tablet dapat berbeda baik dalam ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung
pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).
Tablet memiliki syarat kualitas meliputi kekerasan, kerapuhan, kadar zat aktif dan
jaminan pelepasan obat yang baik dan harus mempunyai kestabilan fisikokimia sampai
ke tangan pasien. Penampilan umum tablet juga harus diperhatikan seperti ukuran,
bentuk, warna, bau dan rasa. Kemampuan zat aktif lepas dari tablet perlu diketahui
supaya kemanjuran suatu tablet dapat dievaluasi (Lachman dkk., 1994).
Tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan digunakan karena hampir
sebagian besar sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet. Keunggulan tablet antara
lain:
● volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
● memiliki variabilitas sediaan yang rendah, keseragaman lebih baik
● bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
● dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan yang bisa diatur
● merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan yang
mudah dan murah
● rasa yang tidak enak dapat ditutup dengan penyalutan (Lachman dkk., 1994).
Bahan yang akan dikempa harus memenuhi sifat–sifat sebagai berikut supaya
menghasilkan sediaan tablet yang baik;
1. Mudah mengalir
Jumlah bahan yang mengalir dari hopper ke dalam mesin cetak selalu sama
untuk setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak memiliki variasi yang
besar.
2. Kompaktibel
Bahan menjadi kompak jika dikempa sehingga dihasilkan tablet yang cukup
keras dan stabil dalam pengemasan dan penyimpanan.
Tablet mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan sehingga
permukaan halus dan licin.
Bahan tambahan atau eksipien dalam tablet berfungsi untuk membantu proses
penabletan dalam memperbaiki hasil akhir tablet. Eksipien harus netral, tidak berbau,
tidak berasa dan jika mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984).
Eksipien digolongkan sesuai dengan tugas atau fungsinya dalam formulasi tablet.
Siregar dan Wikarsa (2010) menggolongkan zat tambahan tablet sebagai berikut:
Bahan pengisi ditambahkan atau diperlukan apabila dosis obat tidak cukup
untuk dikempa menjadi tablet (Lachman dkk., 1994). Bahan pengisi
digunakan untuk menambah bobot tablet dalam hal penyesuaian bobot dan
ukuran agar sesuai dengan persyaratan. Bahan pengisi harus netral secara
farmakologis. Bahan pengisi yang lazim digunakan yaitu laktosa, amilum,
manitol, avicel dan garam kalsium seperti kalsium karbonat (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
4. Bahan pelicin
Metode ini dilakukan pada bahan-bahan obat atau bahan tambahan yang
bersifat mudah mengalir dan memiliki sifat kohesif yang memungkinkan
untuk langsung di tablet tanpa memerlukan proses granulasi. Tahap-tahapnya
yaitu zat aktif bersama-sama dengan bahan pengisi, bahan penghancur, bahan
pengikat dicampur pelicin hingga homogen lalu dikempa (Ansel, 1989).
Pemeriksaan fisik granul penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu granul
sebelum dilakukan penabletan. Pemeriksaan fisik granul meliputi:
1. Pengetapan
2. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat. Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel,
kondisi permukaan partikel, kelembaban granul dan adanya fines. Granul yang
baik jika waktu alirnya kurang dari 10 detik untuk 100 gram bahan yang diuji.
Pengujian waktu alir dilakukan dengan cara memasukkan 100 gram campuran
ke dalam corong yang ujung tangkainya diberi tutup, tutup dibuka dan
campuran dibiarkan mengalir. Waktu alir lebih dari 10 detik akan mengalami
kesulitan pada waktu penabletan (Fudholi, 1983).
3. Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut maksimum yang didapat antara permukaan tegak
bebas dari tumpukan serbuk dengan bidang horizontal, jika sejumlah granul
atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur. Metode sudut diam menghasilkan
sudut dinamis yang paling mendekati situasi manufaktur dimana serbuk-
serbuk tersebut bergerak. Nilai sudut diam yang baik antara 20-40⁰, yang akan
memudahkan pengempaan granul menjadi tablet (Lachman dkk., 1994).
Pengujian sudut diam granul dengan memasukkan campuran kedalam silinder,
lalu penutup lubang bagian bawah dibuka. Serbuk akan keluar melalui lubang
bagian bawah dan bertahan pada penyangga dengan membentuk kerucut.
Sudut diam dihitung dengan mengukur tinggi kerucut dan diameter serbuk.
Pemeriksaan kualitas fisik tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari tablet
yang dihasilkan. Pemeriksaan kualitas fisik tablet meliputi:
Keseragaman bobot tablet dipersyaratkan jika tablet yang diuji tidak bersalut
dan mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau
lebih bobot sediaan. Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan
banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari
semua tablet sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia Edisi
IV (DepKes RI, 1995).
2. Kekerasan tablet
3. Kerapuhan tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang menunjukkan kuat tidaknya ikatan
partikel bagian tepi dan permukaan tablet dalam melawan pengikisan dan
goncangan mekanik pada saat uji kerapuhan. Besaran yang dipakai adalah %
bobot yang hilang selama pengujian dengan alat friabilator. Kerapuhan diatas
1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman dkk.,
1994).
Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur dalam
medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
bersalut selaput (DepKes RI, 1995).
Eksipien
1. Disintegran
Struktur
pH 9-10
konsentrasi 2-10%
Struktur
pH 5,5-7,5
konsentrasi 2-8%
Struktur
(sumber: Sciencedirect.com)
Sinonim Hypromellose
Pemerian
Bubuk tidak berbau dan berasa, dengan atau krem-
putih berserat atau granular berwarna.
Kelarutan
Larut dalam air dingin membentuk koloid kental,
praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan
eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometana, dan campuran metanol dan
diklorometana
pH 5-8
konsentrasi 4-10%
Methyl cellulose
Struktur
(sumber: PubChem)
pH 5-8
konsentrasi 2-10%
2. Filler
Pemerian
Serbuk atau granul putih : praktis tidak berbau : bentuk
pentahidrat sedikit mekar pada suhu 120° menjadi
bentuk anhidrat.
Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
ethanol
pH 6-8
konsentrasi
Struktur
konsentrasi
Kelarutan
Tidak larut dalam air dan etanol. Praktis tidak larut
atau tidak larut dalam larutan natrium hidroksida (50 g
/ L)
pH 5-7.5
konsentrasi 20-50%
3. Binder
Struktur
Pemerian
serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
pH
konsentrasi
Struktur
Pemerian
Serbu sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak
atau hampir tidak berbau, higroskopik
Kelarutan
Larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol,
dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
dan minyak.
pH 3-7
konsentrasi 0,5-5%
Struktur
Sinonim Aquacel
Aquaplast
Carboxymethyl Cellulose
Carboxymethylcellulose
Carboxymethylcellulose Sodium
Carboxymethylcellulose, Sodium
carmellose sodium
Cellolax
Cellulose, Carboxymethyl
Cethylose
Croscarmellose Sodium
Polycell
Ruspol
Sodium Carboxymethylcellulose
Sodium, Carboxymethylcellulose
Sodium, Carmellose
Sodium, Croscarmellose (Pubchem)
Pemerian
Natrium karboksimetilselulosa terjadi sebagai warna
putih hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
bubuk granular. Itu higroskopis setelah pengeringan.
(Rowe et al, 2009)
Kelarutan
Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan
larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut
organik.
4. Lubrikan
Struktur
Pemerian
kristal berwarna putih atau krem hingga kuning pucat,
serpihan, atau bubuk yang terasa halus, seperti sabun,
rasa pahit, dan bau samar zat berlemak
Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter
pH
konsentrasi 1-2%
Struktur
(Sumber: PubChem)
Pemerian
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa, mudah
mengalir
Kelarutan
praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), air, eter;
agak larut dalam benzena hangat dan etanol (95%)
hangat
pH
konsentrasi 0,25-5%
Starch 1500
Struktur -
Berat molekul -
Sinonim -
Pemerian
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan
tidak larut dalam air
Inkompatibilitas -
pH 4,5-7
konsentrasi 4-15%
Mekanisme aksi starch 1500 sebagai bahan penghancur adalah dengan cara
pengembangan(swelling) yaitu apabila tablet terkena air maka bahan penghancur akan
mengembang akibatnya granul atau partikel penyusun tablet akan terdesak dan
akhirnya hancur. Starch 1500 juga merupakan superdisintegrant yang efektif dan
relatif inert walaupun kelembabannya tinggi.
Struktur
(Sumber: PubChem)
Pemerian
keras, putih atau agak kuning, terkadang mengkilap,
kristal padat atau putih atau serbuk putih kekuningan.
Sedikit berbau dan rasa seperti lemak
Kelarutan
mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida,
kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksan,
dan propilen glikol; praktis tidak larut dalam air
Inkompatibilitas Inkompatibel hampir dengan semua besi hidroksida
dan mungkin inkompatibel dengan agen pengoksidasi
dan agen pereduksi.
pH -
konsentrasi 1-3%
5. Glidant
Struktur
Struktur
Wacker HDK.
Struktur molekul
Rumus molekul MgO
Kegunaan glidant
6. Antiadherent
Konsentrasi 5-20%
Struktur
Rumus molekul H2Mg3O12Si4
Kegunaan 1-5%
Inkompatibilitas -
Metode Praktikum
3.1 Alat
3.2 Bahan
3.3 Formulasi
Leucine antiadherent
Aerosil glidant
1. Starch 1500
2. Microcrystalline cellulose
6. magnesium stearat
magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan karena umumnya lebih efektif
daripada lubrikan larut air dan dapat digunakan dengan konsentrasi lebih
rendah
3.4 Evaluasi
Bab IV
Pembahasan Formulasi
Daftar Pustaka
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim,
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Fassihi, A. R., dan Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow
Fudholi, 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direct, Majalah Medika, No. 7,
Tahun ke-9.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar Dasar
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani, N.,
Edisi V, Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kemenkes RI, p. 1062
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SOLID
OBAT ANTISPASMODIK
DISUSUN OLEH:
ASTRID LESTARY (1910212007)
VANIA CLARISSHA (1910212008)
DIAH PERMATA (1910212021)
DOSEN PENGAMPU:
APT. IMAM PRABOWO, M.Farm.
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk
untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan,
termasuk memperindah tubuh atau bagian tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan
disimpan sedemikian rupa dengan memperhatikan sifat bahan obat yang digunakan,
sehingga efektivitas optimal dan sifat tidak merusaknya, terjamin. Konsentrasi dan
jumlah bahan penolong yang digunakan dalam pembuatannya harus tersatukan dengan
bahan aktifnya (Voigt, 1994).
Teknologi sediaan adalah cara memformulasi atau merancang suatu obat menjadi
bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat adalah bentuk sediaan
yang mengandung zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Berdasarkan bentuknya,
sediaan obat yang beredar dibedakan dalam empat golongan yaitu: sediaan cair, sediaan
padat, sediaan semi padat, dan sediaan gas. Perkembangan teknologi menyebabkan obat
tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2014, macam-macam sediaan solid pada obat antara lain:
serbuk, granul, tablet,kapsul, pil, suppositoria, dll.
Antispasmodik merupakan golongan obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot
polos. Obat yang termasuk dalam kelas ini adalah antimuskarinik dan relaksan yang
dipercaya bekerja langsung di otot halus usus. Sifat relaksan otot polos dari senyawa
antimuskarinik dan obat antispasmodik lain mungkin bermanfaat untuk Irritable Bowel
Syndrome (IBS) dan penyakit divertikular. (Pionas)
Obat golongan antispasmodik adalah obat yang bekerja untuk mengurangi spasme otot
tanpa mempengaruhi gerakannya, misalnya pada NPB, rematik dengan kekakuan otot
dan keadaan spastik lainnya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, sediaan relaksan otot
golongan antispasmodik terbagi atas (Abbruzzese, 2002) :
Antispasmodik juga diperlukan untuk pereda kejang otot yang dialami pasien ISK
(Pratiwi & Dwi P, 2015)
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mebeverin HCl
Struktur
pKa 10,31
stabilitas -
2. Dicyclomine HCl
Struktur
pKa -
stabilitas -
pH 5-5,5
dosis (medicine.org.uk):
(2R,4S,5S,7s)-9-butyl-7-hydroxy-9-methyl-3-oxa-9-
azoniatricyclo[3.3.1.0(2,4)]nonane. Obat ini memiliki peran sebagai
antagonis muskarinik dan obat antispasmodik. Ini adalah ester
karboksilat, epoksida, ion amonium kuaterner dan alkaloid tropan.
Struktur
2-phenylpropanoyl]oxy}-9-methyl-3-oxa-9-
azatricyclo[3.3.1.0^{2,4}]nonan-9-ium
bromide
pKa 15,15
pH 5,5 - 6,5
Inkompatibilitas -
● Mebeverin hcl cepat diabsorpsi setelah pemberian via oral ( Radwan et al.,
1998)
● Memiliki efek samping yang cenderung ringan dan cepat berlalu (NHS, 2019)
● Hyoscine butylbromide memiliki bioavailabilitas oral yang sangat rendah
dengan hanya 0,25-0,82% yang mencapai sirkulasi sistemik, dan memiliki
absorbsi yang buruk.
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi (DepKes RI, 1995). Tablet dapat berbeda baik dalam ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung
pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).
Tablet memiliki syarat kualitas meliputi kekerasan, kerapuhan, kadar zat aktif dan
jaminan pelepasan obat yang baik dan harus mempunyai kestabilan fisikokimia sampai
ke tangan pasien. Penampilan umum tablet juga harus diperhatikan seperti ukuran,
bentuk, warna, bau dan rasa. Kemampuan zat aktif lepas dari tablet perlu diketahui
supaya kemanjuran suatu tablet dapat dievaluasi (Lachman dkk., 1994).
Tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan digunakan karena hampir
sebagian besar sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet. Keunggulan tablet antara
lain:
● volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
● memiliki variabilitas sediaan yang rendah, keseragaman lebih baik
● bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
● dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan yang bisa diatur
● merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan yang
mudah dan murah
● rasa yang tidak enak dapat ditutup dengan penyalutan (Lachman dkk., 1994).
Bahan yang akan dikempa harus memenuhi sifat–sifat sebagai berikut supaya
menghasilkan sediaan tablet yang baik;
1. Mudah mengalir
Jumlah bahan yang mengalir dari hopper ke dalam mesin cetak selalu sama
untuk setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak memiliki variasi yang
besar.
2. Kompaktibel
Bahan menjadi kompak jika dikempa sehingga dihasilkan tablet yang cukup
keras dan stabil dalam pengemasan dan penyimpanan.
Tablet mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan sehingga
permukaan halus dan licin.
Bahan tambahan atau eksipien dalam tablet berfungsi untuk membantu proses
penabletan dalam memperbaiki hasil akhir tablet. Eksipien harus netral, tidak
berbau, tidak berasa dan jika mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984).
Eksipien digolongkan sesuai dengan tugas atau fungsinya dalam formulasi
tablet. Siregar dan Wikarsa (2010) menggolongkan zat tambahan tablet
sebagai berikut:
Bahan pengisi ditambahkan atau diperlukan apabila dosis obat tidak cukup
untuk dikempa menjadi tablet (Lachman dkk., 1994). Bahan pengisi
digunakan untuk menambah bobot tablet dalam hal penyesuaian bobot dan
ukuran agar sesuai dengan persyaratan. Bahan pengisi harus netral secara
farmakologis. Bahan pengisi yang lazim digunakan yaitu laktosa, amilum,
manitol, avicel dan garam kalsium seperti kalsium karbonat (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
4. Bahan pelicin
1. Pengetapan
2. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat. Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel,
kondisi permukaan partikel, kelembaban granul dan adanya fines. Granul yang
baik jika waktu alirnya kurang dari 10 detik untuk 100 gram bahan yang diuji.
Pengujian waktu alir dilakukan dengan cara memasukkan 100 gram campuran
ke dalam corong yang ujung tangkainya diberi tutup, tutup dibuka dan
campuran dibiarkan mengalir. Waktu alir lebih dari 10 detik akan mengalami
kesulitan pada waktu penabletan (Fudholi, 1983).
3. Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut maksimum yang didapat antara permukaan tegak
bebas dari tumpukan serbuk dengan bidang horizontal, jika sejumlah granul
atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur. Metode sudut diam menghasilkan
sudut dinamis yang paling mendekati situasi manufaktur dimana serbuk-
serbuk tersebut bergerak. Nilai sudut diam yang baik antara 20-40⁰, yang akan
memudahkan pengempaan granul menjadi tablet (Lachman dkk., 1994).
Pengujian sudut diam granul dengan memasukkan campuran kedalam silinder,
lalu penutup lubang bagian bawah dibuka. Serbuk akan keluar melalui lubang
bagian bawah dan bertahan pada penyangga dengan membentuk kerucut.
Sudut diam dihitung dengan mengukur tinggi kerucut dan diameter serbuk.
Pemeriksaan kualitas fisik tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari
tablet yang dihasilkan. Pemeriksaan kualitas fisik tablet meliputi:
Keseragaman bobot tablet dipersyaratkan jika tablet yang diuji tidak bersalut
dan mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau
lebih bobot sediaan. Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan
banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari
semua tablet sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia Edisi
IV (DepKes RI, 1995).
2. Kekerasan tablet
3. Kerapuhan tablet
Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur dalam
medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
bersalut selaput (DepKes RI, 1995).
Eksipien
7. Disintegran
Struktur
pH 9-10
konsentrasi 2-10%
Struktur
pH 5,5-7,5
konsentrasi 2-8%
Struktur
(sumber: Sciencedirect.com)
Sinonim Hypromellose
Pemerian
Bubuk tidak berbau dan berasa, dengan atau krem-
putih berserat atau granular berwarna.
Kelarutan
Larut dalam air dingin membentuk koloid kental,
praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan
eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometana, dan campuran metanol dan
diklorometana
pH 5-8
konsentrasi 4-10%
Methyl cellulose
Struktur
(sumber: PubChem)
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam aseton, metanol, kloroform,
etanol (95%), eter, larutan garam jenuh, toluena, dan
panas air. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam
campuran yang setara volume etanol dan kloroform.
Di air dingin, metilselulosa membengkak dan
menyebar perlahan untuk membentuk bening hingga
opalescent, kental, dispersi koloid
pH 5-8
konsentrasi 2-10%
8. Filler
Struktur
Pemerian
Serbuk atau granul putih : praktis tidak berbau : bentuk
pentahidrat sedikit mekar pada suhu 120° menjadi
bentuk anhidrat.
Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
ethanol
pH 6-8
konsentrasi
Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
ethanol
konsentrasi
Struktur
pH 5-7.5
konsentrasi 20-50%
9. Binder
Struktur
Pemerian
serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
pH
konsentrasi
Struktur
Kelarutan
Larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol,
dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
dan minyak.
pH 3-7
konsentrasi 0,5-5%
Struktur
Sinonim Aquacel
Aquaplast
Carboxymethyl Cellulose
Carboxymethylcellulose
Carboxymethylcellulose Sodium
Carboxymethylcellulose, Sodium
carmellose sodium
Cellolax
Cellulose, Carboxymethyl
Cethylose
Croscarmellose Sodium
Polycell
Ruspol
Sodium Carboxymethylcellulose
Sodium, Carboxymethylcellulose
Sodium, Carmellose
Sodium, Croscarmellose (Pubchem)
Pemerian
Natrium karboksimetilselulosa terjadi sebagai warna
putih hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
bubuk granular. Itu higroskopis setelah pengeringan.
(Rowe et al, 2009)
Kelarutan
Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan
larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut
organik.
10. Lubrikan
Struktur
Pemerian
kristal berwarna putih atau krem hingga kuning pucat,
serpihan, atau bubuk yang terasa halus, seperti sabun,
rasa pahit, dan bau samar zat berlemak
Kelarutan
mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter
pH
konsentrasi 1-2%
(Sumber: PubChem)
Pemerian
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa, mudah
mengalir
Kelarutan
praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), air, eter;
agak larut dalam benzena hangat dan etanol (95%)
hangat
pH
konsentrasi 0,25-5%
Starch 1500
Struktur -
Berat molekul -
Sinonim -
Pemerian
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan
tidak larut dalam air
Inkompatibilitas -
pH 4,5-7
konsentrasi 4-15%
Mekanisme aksi starch 1500 sebagai bahan penghancur adalah dengan cara
pengembangan(swelling) yaitu apabila tablet terkena air maka bahan penghancur akan
mengembang akibatnya granul atau partikel penyusun tablet akan terdesak dan
akhirnya hancur. Starch 1500 juga merupakan superdisintegrant yang efektif dan
relatif inert walaupun kelembabannya tinggi.
(Sumber: PubChem)
Pemerian
keras, putih atau agak kuning, terkadang mengkilap,
kristal padat atau putih atau serbuk putih kekuningan.
Sedikit berbau dan rasa seperti lemak
Kelarutan
mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida,
kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksan,
dan propilen glikol; praktis tidak larut dalam air
pH -
konsentrasi 1-3%
Bab III
Metode Praktikum
3.1 Alat
3.2 Bahan
3.3 Formulasi
3.4 Evaluasi
Bab IV
Pembahasan Formulasi
Daftar Pustaka
30-4.
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim,
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Fassihi, A. R., dan Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow
Fudholi, 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direct, Majalah Medika, No. 7,
Tahun ke-9.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
https://www.nhs.uk/medicines/mebeverine/#:~:text=Like%20all%20medicines
%2C%20mebeverine%20can,itchy%20skin%20rash%20or%20swelling.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar Dasar
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani, N.,