Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

OBAT TETES MATA SUSPENSI KLORAMFENIKOL

Tanggal Praktikum : 16 September 2019


Tanggal Pengumpulan : 23 September 2019

Nama Asisten : Gabby Vanessa (10716072)

Disusun oleh :
Kelompok Senin 5

Maduri Sagita Putri 10717024


Mumpuningtyas Restu D. 10717040
Fadhila Alfatiharenzi 10717072
Ririd Jatmiko 10717080
Triani Apelianti 10717086

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
I. Tujuan
1. Menentukan formulasi yang baik untuk membuat sediaan obat tetes mata suspensi
kloramfenikol.
2. Menentukan kelayakan produk obat dengan berbagai evaluasi diantaranya adalah
uji kebocoran, uji sterilitas, uji efektivitas pengawet, uji potensi antibiotik, uji
keberadaan partikulat, uji partikulat visibel, uji volume terpindahkan, uji
osmolalitas, dan uji pH.

II. Pendahuluan
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 12, larutan obat mata adalah
larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas
sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas,
kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet)
sterilisasi dan kemasan yang tepat. Perhatian yang sama juga dilakukan untuk sediaan
hidung dan telinga. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi III halaman 10, tetes
mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakna dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.
Obat tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu :
1. Steril, tidak ada bakteri hidup patogen dan non-patogen yang dapat
menyebabakan infeksi oportunis;
2. Sedapat mungkin isohidris, disesuaikan dengan pH air mata yaitu 7.4. Jika tidak
mungkin, pH dicapai dengan teknik euhidri;
3. Sedapat mungkin isotonis, 0.9% NaCl b/v (atau dalam rentang 0.7–1.5 % b/v) jika
tidak mungkin, larutan dibuat hipertonis;
4. Bebas partikel asing dan serat halus, agar tidak mengganggu aliran darah; dan
5. Larutan berwarna jernih, memastikan semua zat sudah terlarut sempurna.
Selain itu, dalam formulasi obat tetes mata perlu ditambahkan eksipien antara lain:
1. Pengawet
Obat tetes mata merupakan sediaan steril yang memiliki dosis tunggal atau dosis
ganda. Untuk sediaan obat tetes mata dosis ganda, diperlukan pengawet yang
berfungsi untuk menjamin tidak adanya pertumbuhan bakteri dari luar setelah
kemasan dibuka akibat pemakaian berulang. Pengawet yang ditambahkan pada
sediaan harus memperhatikan kesesuaian dengan pH stabilitas sediaan, suasana
asam-basa sediaan, dan konsentrasi pengawet yang digunakan.
2. Dapar
Lalu digunakan pula dapar yang tujuannya untuk menjaga pH yang mempunyai
rentang pH stabilitasnya kecil. Dan dapar yang digunakan, mempunyai kapasitas
dapar yang rendah. Karena pH optimum harus dipertahankan untuk menjamin
stabilitas obat.
3. Peningkat viskositas
Peningkat viskositas ditambahkan untuk memperpanjang waktu kontak antara
sediaan dengan permukaan bola mata. Perlu diperhatikan bahwa peningkat
viskositas yang digunakan harus aman untuk membran mukosa serta memilki
rentang pH stabilitas mendekati pH cairan mata, yaitu 7,4.

Pada praktikum ini akan dibuat sediaan obat tetes mata suspensi kloramfenikol.
Kloramfenikol merupakan antibiotik golongan makrolida yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi mata (seperti konjungtivitis dan infeksi okular) akibat bakteri.
Kloramfenikol bekerja pada spektrum luas dengan menghambat sintesis protein bakteri.
Obat ini terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase
sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein bakteri.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-
kadang bersifat bakterisid terhadap bakteri tertentu. Spektrum anti bakteri meliputi
D.pneumoniae, S. Pyogenes, S.viridans, Neisseria, Haemophillus, Bacillus spp, dan
Listeria.
III. Formulasi

OTM Suspensi Kloramfenikol


No Bahan Jumlah Fungsi / alasan penambahan bahan
(%)
1 Kloramfenikol 0,5% Zat Aktif
2 Asam borat 1,894% Dapar (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th
: 68-69)
3 Sodium borat 0,0568% Dapar (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th :
633-634)
4 Benzalkonium 0,01% Pengawet (Handbook of Pharmaceutical Excipient
Klorida 6th : 56 )
5 HPMC 0,5% Suspending agent (Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th :326- 327)
6 Polisorbat 80 0,5% Wetting agent
7 Purified water ad 100% Pembawa

IV. Preformulasi zat aktif

Kloramfenikol - antibiotik
Pemerian Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga
putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus
P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.(Farmakope
Indonesia V, 684)
Kelaruta Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol,
n dalam aseton dan dalam etil asetat.(Farmakope Indonesia V, 684)
Stabilita
● Panas Memiliki titik leleh 149°C sampai 153°C (The Pharmaceutical Codex,
● Hidrolisis 787)
Hidrolisis terkatalis oleh ion monohidrogen fosfat, monohidrogen dan
● Oksidasi dihidrogen sitrat dan asam asetat. (The Pharmaceutical Codex, 788)
● Cahaya Dapat teroksidasi bila terkena cahaya (The Pharmaceutical Codex,
787)
Dapat terdegradasi oleh cahaya (The Pharmaceutical Codex, 787)
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : ester
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : suspensi
Cara sterilisasi sediaan : sinar gamma
Kemasan : Botol tetes mata yang berwarna gelap dan tidak tembus cahaya (wadah kaca
tipe 1 bahan borosilikat)
Rute pemberian (untuk sediaan injeksi): -
V. Preformulasi eksipien
1. Asam Borat (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th : 68-69)
BM = 61,83 gram/mol (trihidrat) atau 43,82 gram/mol (monohidrat)
Pemerian Higroskopis, serbuk kristalin putih, plat tidak berwarna, atau
Kristal putih.

Kelarutan Larut dalam etanol, eter, gliserin, air, dan minyak volatil lainnya.
Kelarutan dalam air meningkat dengan penambahan hidroklorat, sitrat,
atau asam tartrat

Stabilita
● Panas Jika dipanaskan perlahan sampai suhu 181°C, akan kehilangan
air.
● Hidrolisis Pada larutan basa dan logam alkali.
● Oksidasi Bereaksi dengan dengan kalium dan asam anhidrat.
● Cahaya Tidak disebutkan, dianggap stabil.

Kesimpulan : asam borat merupakan pendapar bersama dengan natrium borat.

Cara sterilisasi: aseptis

Kemasan : di wadah tertutup rapat.

2. Natrium Borat (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th : 633-634)


BM = 381,37 gram/mol
Pemerian Kristal keras warna putih, atau granul, atau serbuk kristalin, tidak
berbau.

Kelarutan Larut dalam 1 bagian gliserin, 1 bagian air mendidih, 16 bagian air

Stabilita
● Panas Tidak disebutkan, dianggap stabil.
● Hidrolisis Tidak disebutkan, dianggap stabil.
● Oksidasi Bereaksi dengan asam, logam dan garam alkaloid.
● Cahaya Tidak disebutkan, dianggap stabil.

Kesimpulan : bersama dengan asam borat digunakan sebagai pendapar.

Cara sterilisasi: aseptis

Kemasan : di wadah tertutup rapat di tempat kering dan sejuk


3. Benzalkonium Klorida (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th : 57)
BM = 360 gram/mol (rata-rata dari berbagai macam rumus molekul)
Pemerian Berupa serbuk amorf berwarna putih, atau putih-kekuningan, gel tebal,
atau serpihan gelatin. Higroskopis, berbusa jika dipegang, wangi harum
lembut, dan rasa sangat pahit

Kelarutan Praktis tidak larut di eter, sangat larut di aseton, etanol, metanol, propanol,
dan air. Larutan benzalkonium klorida dapat berfungsi sebagai penurun
tegangan permukaan.

Stabilita
● Panas Stabil di suhu normal. Titik leleh 40°C
● Hidrolisis Tidak disebutkan, dianggap stabil.
● Oksidasi Sensitif terhadap udara.
● Cahaya Sensitif terhadap cahaya.

Kesimpulan : Dapat digunakan sebagai pengawet dalam sediaan OTM pada rentang pH
4-10

Cara sterilisasi: autoklaf

Kemasan : di wadah tertutup rapat bebas dari cahaya dan udara

4. HPMC (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th :326- 327)


BM = 59.08 gram/mol
Tidak berbau, tidak berasa, serat atau serbuk granul berwarna putih atau
Pemerian krem.

Kelarutan Larut dalam air dingin, membentuk larutan koloidal kental.

Stabilita
● Panas Material stabil.
● Hidrolisis Material stabil.
● Oksidasi Material stabil.
● Cahaya Material stabil.

Kesimpulan : HMPC digunakan sebagai peningkat viskositas yang harus dikembangkan


menggunakan air dingin

Cara sterilisasi: aseptis

Kemasan : di wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan kering.


5. Polisorbat 80 (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th :549-550)
BM: 1310 gram/mol
Pemerian cairan minyak kekuningan (pada suhu 25 C), berbau dan sedikit terasa
pahit. dapat tersaponifikasi dengan asam kuat atau basa kuat.

Kelarutan larut dalam air dan etanol.

Stabilita
● Panas
● tidak disebutkan, dianggap stabil.
Hidrolisis tidak disebutkan, dianggap stabil.
● Oksidasi penyimpanan dalam waktu lama dapat membentuk peroksida.
● Cahaya terlindung dari cahaya.

Kesimpulan : polisorbat 80 digunakan sebagai wetting agent yang larut dalam air dan
etanol.

Cara sterilisasi: sinar UV, aseptis

Kemasan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat kering dan
sejuk.

6. Akuades
BM : 18 gram/mol
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa (Farmakope
Indonesia IV: 112)

Kelarutan Larut dalam hampir semua pelarut polar. (Farmakope Indonesia IV: 112)

Stabilita
● Panas Stabil pada semua wujud. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th:766)
● Hidrolisis Stabil pada semua wujud. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th:766)
● Oksidasi Stabil pada semua wujud. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th:766)
● Cahaya Stabil pada semua wujud. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th:766)

Kesimpulan : akuades sebagai pembawa. (Handbook of Pharmaceutical Excipient


6th:766)

Cara sterilisasi: filtrasi membran


Kemasan : dalam wadah tertutup rapat. (Handbook of Pharmaceutical Excipient
6th:766)

VI. Penimbangan
Jumlah sediaan yang dibuat : 5x5mL (suspensi dibuat 70 mL)
Dengan mempertimbangkan volume terpindahkan, kemungkinan kehilangan selama proses
produksi, dan untuk evaluasi maka volume sediaan dibuat berlebih, yaitu sebanyak 70 mL.

No Nama bahan Jumlah yang ditimbang (gram)

1 Kloramfenikol 0,5/100 x 70 = 0,35

2 Asam borat 1,894/100 x 70 = 1,3258

3 Natrium borat 0,0568/100 x 70 = 0,03976

4 Benzalkonium Klorida 0,01/100 x 70 = 0,007

5 HPMC 0,5/100 x 70 = 0,35

6 Polisorbat 80 0,5/100 x 70 = 0,35

7 Akuades ad 100%
Menurut data pada Farmakope Indonesia V halaman 1570 , volume maksimal yang dapat
ditambahkan pada larutan kental 5 mL adalah 0,5 mL.

VII. Prosedur

RUANG PROSEDUR MONITORING RUANGAN


& PROSES

Ruang Gelas kimia 100 ml ditara 70 ml. Alat- Memastikan terlebih dahulu oven
Sterilisasi alat dan wadah yang akan digunakan dan autoklaf dapat digunakan.
disterilkan terlebih dahulu dengan Menyiapkan pula etanol 70%
(Kelas D)
metode yang sesuai : untuk sterilisasi alat yang tidak
a. Peralatan yang tahan panas dan tahan panas
presisi mulutnya dibungkus terlebih dulu
menggunakan aluminium foil atau kertas
perkamen, kertas filter membran yang
sudah dipotong terlebih dahulu sesuai
ukuran syringe dimasukkan ke dalam
plastik tahan panas. lalu disterilisasi
menggunakan metode autoklaf 121°C 15
menit

b. Peralatan yang tahan panas dan tidak


presisi menggunakan metode oven 170°C
1 jam

c. Peralatan yang tidak tahan panas


disterilkan dengan direndam atau
disemprot etanol 70%

Alat dan wadah yang telah disterilisasi,


dimasukkan ke white area melalui pass
box.

Ruang Penimbangan bahan yang akan Pastikan timbangan yang dipakai


penimbangan digunakan dengan kaca arloji dan ditutup berfungsi dengan baik.
(Kelas C) aluminium foil: Timbangan dibersihkan setiap
selesai digunakan dengan
1. Kloramfenikol 0,35 g
menggunakan kuas

2. Asam borat 1,3258 g

3. Natrium Borat 0,03976 g

4. Benzalkonium klorida 0,007 g


5. HPMC 0,35 g

6. Polysorbate 0,35 g

Alat dan bahan dipindahkan ke White


Area melalui Transfer Box

Ruang pre- 1. Serbuk kloramfenikol ditaburkan Pastikan zat yang dilewati sinar
sterilisasi diatas alumunium foil sebagai alas
tersebar dengan merata karena
dan dilewatkan sinar gamma
(Kelas D)
( tetapi di lab hanya UV) sinar UV hanya dapat

2. Serbuk asam borat, natrium borat, mensterilkan pada permukaan


HPMC dibungkus dengan
alumunium foil dan di oven permukaan

170°C 1 jam.

3. 0,35 g polysorbate dilarutkan pada


5 mL aquades di dalam gelas
kimia 10 mL, lalu gelas kimia
dibungkus alumunium foil, bagian
atas gelas diikat dengan tali agar
tertutup rapat dan dimasukkan ke
dalam autoklaf 121°C 15 menit.

Ruang 1. Meja kerja disemprot dengan Monitoring ruangan dilakukan


pencampuran etanol 70% dan di lap sampai dengan cara media fill, yaitu
(Kelas A) bersih. penempatan media kultur di setiap
sudut ruangan kerja. Apabila
2. 20 mL aquades dipanaskan hingga
terdapat koloni, maka ruangan
suhu +/- 80°C, lalu dimasukkan ke
tersebut tidak steril.
mortar A.

3. 0,35 g HPMC ditaburkan ke Monitoring proses dilakukan


mortar A. berisi air es, ditunggu dengan cara uji sterilitas, yaitu
sampai HPMC terbasahkan dan pengambilan sampel larutan
digerus kuat untuk kemudian diuji sterilitas.
mengembangkan.

4. 0,35 g kloramfenikol dimasukkan


In Process Control:
ke mortar B, lalu polisorbat 80
yang sudah dilarutkan dimasukkan 1. Organoleptik : Mengamati
ke mortar B warna dan tampilan dari
sediaan yang dibuat.
5. Bahan eksipien lainnya dilarutkan
Memenuhi jika sediaan
sebagai berikut :
terdispersi secara sempurna

1. 1,3258 g asam borat partikel zat aktif yang

dilarutkan di dalam gelas berwarna putih dan tidak ada

kimia 50 mL dengan 15 endapan

mL aquades 2. pH : Mengecek pH

2. 0,03976 g natrium borat berdasarkan pH cairan darah

dilarutkan dalam gelas dengan menggunakan kertas

kimia 5 mL dengan 2 mL pH universal. Memenuhi

aquades syarat jika pH sediaan

3. 0,007 g benzalkonium mempunyai rentang 7.2-7.6

klorida dilarutkan di gelas 3. Uji kebocoran wadah :

kimia 5 mL dengan 1 mL Sebelum diberi etiket,

aquades sediaan yang sudah diisikan


ke wadah dibalik dan
6. Zat dalam mortar A dimasukkan pastikan tidak ada yang
ke dalam mortar B, digerus dan bocor. Memenuhi jika tidak
ada cairan yang keluar.
dicampurkan hingga homogen

7. Eksipien lain yang telah dilarutkan


dengan aquades ditambahkan
pada mortar B

8. Sediaan pada mortar B


dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL yang telah ditara
dan di ad sampai batas 70 mL.

9. Buret dibilas dengan sedikit


sediaan, lalu sediaan dalam
gelas kimia dituang ke buret 25
mL, lalu sediaan difilling
sebanyak 5,5 mL tiap botol

( terdapat 5 botol) dan ditutup


dengan penutupnya.

10. Selanjutnya, sediaan dibawa ke


ruang evaluasi (Grey Area)

Ruang 1.Sediaan ditempel etiket. Pastikan etiket menempel dengan


Evaluasi baik dan tahan air
2. Sediaan yang telah dibuat dilakukan
(Grey Area) evaluasi yang meliputi:

1) Uji kebocoran wadah

2) Uji sterilitas

3) Uji efektivitas pengawet


4) Uji kejernihan

5) Uji pH

6) Uji volume injeksi

7) Uji osmolaritas

8) Uji potensi antibiotik

VIII. Perhitungan
1. Tonisitas
Metode : Ekivalensi NaCl
Perhitungan :
Jumlah NaCl yang dibutuhkan :
0,9% x 5 mL = 0,045g
Bahan Massa (g) E Ekivalensi NaCl (g)
Asam borat 0,0947 0,5 0,047
Sodium borat 2,84 x 10-3 0,42 1,19 x 10-3
Benzalkonium klorida 5 x 10-4 0,18 9 x 10-5
HPMC 0,025 0,026 6,5 x 10-4
Polysorbate 80 0,025 0,02 0,0005
Jumlah 0,0494

● Data E HPMC tidak didapatkan sehingga digunakan nilai E dari perhitungan Liso
E = 17 x Liso / MW = 17 x 1,9 / 1261,4 = 0,026
● Tonisitas : 0,0494 / 0,045 x 0,9% = 0,99%

Kesimpulan :
Sediaan bersifat hipo-iso-hipertonis : hipertonis, namun masih dapat diterima karena
masih berada dalam rentang 0,6% sampai 2,0% (Farmakope Indonesia Edisi V, hal 53)
Perhatian yang harus dicantumkan dalam informasi obat : -

2. Dapar
Jenis dapar/kombinasi Borat
Target pH 7,4
Kapasitas dapar 0,01
Perhitungan :
β : kapasitas dapar = 0.01
C : konsentrasi molar dapar
Ka : tetapan disosiasi = 5.80X10-10
: antilog (-pH) = antilog (-7,4) = 3,98 x 10-8
maka, konsentrasi dapar dengan pH 7,4 adalah
5,8 x 10−10 x 3,98 x 10−8
0,01=2,303 x C x+
(5,8 x 10 ¿ ¿−10+3,98 x 10−8).2 ¿

C = 0,31mol/L
+ = 0,31M

Konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi total dapar.


Dihitung perbandingan konsentrasi antara asam asetat dan natrium asetat dalam dapar.

pH = pKa +

7,4 = 9,24 +

= -1,84

= 0,015
= 0,015
+ = 0,31 mol/L
0,015  + = 0,31mol/L
1,015 = 0,31mol/L
= 0,306 mol/L
Massa asam dalam 0,005 mL =  x Mr x 0,005=0,306 x 61,9 = 0,0947 gr

+ = 0,31mol/L
= 0,31– 0,306 = 4 x 10-3mol/L
Massa garam dalam 0,005mL = x Mr = 4 x 10-3x 142x 0,005 = 2,84 x 10-3g
IX. Hasil

IPC (In Process Control)


No. Jenis IPC Hasil Pengamatan Syarat
1. Organolepti Terdispersi Mengamati warna dan
sempurna, tidak tampilan dari sediaan yang
k
dibuat. Memenuhi jika
ada endapan
sediaan terdispersi secara
sempurna partikel zat aktif
yang berwarna putih dan
tidak ada endapan
2. Uji pH Tidak dilakukan Mengecek pH berdasarkan
(keterbatasan pH cairan darah dengan
menggunakan kertas pH
alat)
universal. Memenuhi syarat
jika pH sediaan mempunyai
rentang 7.2-7.6
3. Uji Tidak terdapat Sebelum diberi etiket,
kebocoran kebocoran pada sediaan yang sudah diisikan
wadah ke wadah dibalik dan
wadah (5 botol)
pastikan tidak ada yang
bocor. Memenuhi jika tidak
ada cairan yang keluar.

Sediaan
No. Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah Hasil Syarat
sampel pengamatan

1. Wadah yang masih panas


Uji kebocoran setelah disterilisasi, 5 Tidak terdapat Tidak ada larutan
wadah dimasukkan ke dalam larutan wadah kebocoran metilena yang
biru metilena 0,1%. Jika pada kelima masuk ke dalam
terdapat kebocoran,larutan wadah wadah.
biru metilena akan masuk ke
dalam wadah karena adanya
perbedaan tekanan di dalam
dan di luar wadah.
2. Uji sterilitas 4 Dispensasi
(Farmakope Uji sterilitas bertujuan untuk wadah Pada interval waktu
Indonesia V : mengetahui jumlah mikroba tertentu dan akhir
1359-1365) yang hidup di sediaan. Uji periode inkubasi
terdiri dari rangkaian uji yaitu dan diamati
uji fertilitas media, uji pertumbuhan
sterilitas media, uji sterilitas bakteri. Dengan
sediaan dengan penyaringan syarat masing-
membran dan uji sterilitas masing uji
sediaan dengan inokulasi
langsung. Pada sediaan Uji fertilitas
OTM suspensi digunakan media : terdapat
metode inokulasi langsung. koloni

Media yang digunakan untuk Uji sterilitas


bakteri adalah Media media : tidak
tioglikolat cair dengan pH terdapat koloni
sterilisasi 6.9-7.3. Dan media
Uji sterilitas
yang digunakan untuk kapang
sediaan : tidak
adalah Soybean-Casein
terdapat koloni
Digest Medium dengan pH
7.1-7.5

Setelah itu dilakukan inkubasi


pada suhu 37oC selama 3 hari
untuk bakteri dan 22.5oC
selama 2 hari untuk jamur.
3. Uji efektivitas Kategori 1
pengawet Inokulasi tiap wadah dengan 1 Dispensasi (sediaan injeksi
(Farmakope satu inokula baku, inkubasi wadah dan parenteral
Indonesia wadah. Ambil sampel dari tip lain) Jumlah koloni
V:1354-1357) wadah pada interval yang bakteri tidak
tertera dan hitung jumlah kurang dari 1.0 log
koloni dengan ALT dan reduksi pada hari
hitung perubahaan dalam nilai ke 7, tidak kurang
log jumlah koloni/mL dan dari 3.0 log reduksi
nyatakan dalam jumlah log pada hari ke 14,
reduksi. dan tidak ada
pertambahan pada
hari ke 28. Jumlah
koloni kapang tidak
meningkat sampai
hari ke-28
4. Uji Larutan dimasukkan ke dalam Partikel
Keberadaan corong saring berpenghisap 1 Dispensasi berukuran ≥
Partikulat yang pada bagian atasnya wadah 10 µm
(Farmakope terdapat membran, lalu berjumlah ≤
Indonesia disaring setelah selesai 50 partikel
V:1495) penyaring membran ditaruh di per mL,
cawan petri , lalu obyek partikel
ditutup dan diamati dengan berukuran ≥
mikroskop yang 25 µm
dilengkapi.Mikrometer dan berjumlah ≤
partikel pada penyaring 5 partikel per
dihitung mL, partikel
berukuran ≥
50 µm
berjumlah ≤
2 partikel per
mL. (USP Ed.
35) Tidak
mengandung
partikel dan
serat dengan
ukuran.
5. Menghitung secara teoritis Dispensasi
Uji osmolaritas dari sediaan yang 4 Mendekati
osmolaritas dibuat. Ataupun dapat dicari wadah osmolaritas darah
(Farmakope melalui osmolalitas yang yaitu 285-310
Indonesia diukur dengan Osmometer mOsmol/L
V:1545) dengan prinsip penurunan titik
beku.
Harga pH adalah harga yang Dispensasi
6. Uji pH diberikan oleh alat 1 pH berkisar antara
(Farmakope potensiometrik (pH meter) wadah 7.2-7.6
Indonesia V: yang sesuai, yang telah
1563-1564) dibakukan sebagaimana
mestinya, yang mampu
mengukur harga pH sampai
0,02 unit pH menggunakan
elektroda indikator yang
peka,elektroda kaca, dan
elektroda pembanding yang
sesuai. Pengukuran dilakukan
pada suhu 23-27oC.
7. Uji potensi Dapat dilakukan dengan 1 Dispensasi Mempunyai
antibiotik metode lempeng dan metode wadah potensi setara
(Farmakope turbidimetri. Pada metode (dengan dengan tidak
Indonesia lempeng dihitung diameter tingkat kurang dan lebih
V:1392) zona lingkaran di sekeliling dosis dari 10%
lempeng difusi. Pada tengah
turbidimetri, dilihat 2.5
kekeruhannya dengan mcg/ml
spektrofotometer. Dengan )
menggunakan bakteri
Escherichia coli untuk
kloramfenikol pada suhu 32-
35°C dalam waktu 24 jam
sebanyak 3 media.
8. Uji waktu Menghitung waktu yang 5 Dispensasi Suspensi dikatakan
redispersi dibutuhkan suspensi dari wadah baik juga dapat
(Martin’s terbentuknya endapan hingga terdispersi segara
Physical terdispersi kembali. setelah dikocok
Pharmacy : Dengan cara memasukkan
758) sediaan OTM ke botol kaca,
dan menunggu hingga
mengendap semua. Kemudian
kocok suspensi hingga tidak
ada endapan lagi. Mencatat
waktu yang diperlukan untu
redispersi.
9. Uji Menguji ada tidaknya endapan Dispensasi Suspensi yang baik
sedimentasi dan rasio antara sedimen yang juga kecepatan
(Martin’s terbentuk dengan suspensinya sedimentasinya
Physical lambat dan juga
Pharmacy : Masukkan suspensi ke dalam nilai rasio
752) tabung sedimentasi. sedimentasinya
Mengamati perubahan kecil
suspensi dari hari ke hari
sampai hari ke 14. Mengamati
ada tidaknya sedimen dan
juga hitung tinggi sedimen
terhadap suspensi.
10. Uji viskositas Menghitung viskositas dari 4 Dispensasi Mendekati
(Martin’s suspensi yang digunakan wadah viskositas
Physical suspending agent untuk Hydroxypropyl
Pharmacy: memperlambat timbulnya methylcellulose.
852) sedimen dan juga agar tetesan
OTM tidak mengalir setelah
ditetesi ke mata.
Menggunakan viskometer
ostwald yang sudah
dikalibrasi
rumus : v = kdt,
k = konstanta alat, d = massa
jenis, t = waktu, v = viskositas

X. Pembahasan

Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik berspektrum luas yang berasal dari


beberapa jenis streptomyces misalnya S. Venezuelae, S. phaeochromogenes dan S.
Omiyanensis. Kloramfenikol dapat digunakan untuk mengobati infeksi mata yang
disebabkan oleh bakteri, seperti konjungtivis. Bakteri penyebab konjungtivis yang dapat
diobati dengan tetes mata kloramfenikol antara lain adalah Staphylococcus aureus dan
Moraxella lacunata.

Menurut The Pharmaceutical Codex, 1994 halaman 787, kloramfenikol


merupakan zat yang tidak tahan terhadap panas (termolabil), dan dapat terfotolisis
sehingga proses sterilisasinya menggunakan sinar gamma dan pekerjaan harus dilakukan
secara aseptis. Sediaan obat tetes mata harus steril dan bebas partikel asing sebab
pemakaiannya langsung kontak dengan membran mukosa dan agar tidak mengiritasi
mata. Karena dapat terfotolisis yaitu terdegradasi bila terkena cahaya, pada pembuatan
sediaan tetes mata kloramfenikol harus meminimalisir adanya cahaya. Hal ini dapat
dilakukan dengan melapisi setiap wadah gelas yang digunakan dengan alumunium foil
serta menggunakan wadah sediaan berwarna gelap yang tidak tembus cahaya.

Obat tetes mata merupakan sediaan steril yang digunakan berulang kali (multiple
dose) sehingga ditambahkan pengawet ke dalam sediaan untuk mencegah mikroba masuk
saat proses penggunaan berulang. Pada sediaan ini, ditambahkan benzalkonium klorida
sebanyak 0.01% sebagai pengawet karena aktif bekerja pada pH 5-8 dan mempunyai
kelarutan yang baik di air pada pH tersebut. Menurut Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th halaman 56, rentang benzalkoniumklorida yang dapat ditambahkan ke
dalam sediaan optalmik adalah 0,01-0,02%.

Terdapat persyaratan sediaan obat tetes mata, di mana sediaan tetes mata
sebaiknya isotonis dengan cairan mata agar tidak perih saat digunakan, sehingga di dalam
sediaan perlu diperhitungkan tonisitas dari sediaan. Berdasarkan perhitungan tonisitas
yang telah dilakukan, tonisitas sediaan adalah 0,99%, maka termasuk hipertonis. namun
masih dapat diterima karena masih berada dalam rentang 0,6% sampai 2,0% (Farmakope
Indonesia Edisi V, hal 53)

Selain itu, penting untuk mempertahankan pH stabilitas dari sediaan.


Kloramfenikol memiliki rentang pH dari 7,0-7,5. Rentang yang sempit ini perlu
dipertahankan menggunakan dapar dan dipilih larutan dapar fosfat karena dapar ini aktif
di pH 8-10, dan juga kloramfenikol dapat terhidrolisis dengan adanya oleh ion
monohidrogen fosfat, monohidrogen dan dihidrogen sitrat dan asam asetat. (The
Pharmaceutical Codex, hal 788). Kloramfenikol tidak larut dalam air dan tidak stabil
dalam bentuk larutan sehingga dibuat dalam bentuk suspensi. Oleh karena itu,
ditambahkan HPMC sebagai suspending agent untuk mendispersikan kloramfenikol
dalam air dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat, dan
polisorbat 80 sebagai wetting agent untuk menurunkan tegangan antar muka sehingga
kloramfenikol dapat larut di air. Menurut Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th
halaman 327, rentang konsentrasi HPMC yang boleh ditambahkan pada sediaan tetes
mata adalah 0,4-1% sehingga pada sediaan ini HPMC ditambahkan sebanyak 0,5%.
Menurut Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th halaman 550, rentang konsentrasi
polisorbat 80 sebagai wetting agent adalah 0,1-3% sehingga pada sediaan ini polisorbat
80 ditambahkan sebanyak 0,5%

Pada praktikum akan dibuat larutan obat tetes mata kloramfenikol sebanyak 5 mL per
botol. Dibuat larutan sebanyak 70 mL untuk mengantisipasi kehilangan selama proses
pembuatan sediaan dan untuk evaluasi, serta menurut Farmakope Indonesia halaman
1570, sebaiknya volume ditambahkan pada proses pengisian ke wadah dan diperbolehkan
menambahkan volume 0,5mL untuk larutan kental 5mL. Oleh karena itu, gelas kimia
ditara 50 mL dan 70mL. Penaraan gelas kimia bertujuan agar diketahui sebanyak apa
aquades perlu ditambahkan untuk menggenapkan volume sediaan. Setelah semua bahan
ditimbang sesuai kebutuhan di kelas D, zat aktif dan eksipien dipresterilisasi dahulu
karena sediaan tidak bisa disterilisasi akhir berhubung zat aktif kloramfenikol bersifat
termolabil dan tidak dapat difiltrasi membran pula karena merupakan suspensi.
Kloramfenikol disterilisasi dengan radiasi sinar gamma. Eksipien seperti asam borat,
natrium borat, benzalkonium klorida ditempatkan di kaca arloji dan dibungkus
aluminium foil untuk dipresterilisasi dengan oven 170C selama 1 jam, dan polisorbat 80
dilarutkan di air lalu di autoklaf 121C selama 15 menit. Setelah di presterilisasi, semua
bahan dibawa ke kelas A untuk pengerjaan aseptis. HPMC ditaburkan ke mortar A
dengan air dingin, ditunggu sampai HPMC terbasahkan dan digerus kuat untuk
mengembangkan. Di mortar B, polisorbat 80 dimasukkan dan kloramfenikol ditaburkan,
lalu digerus dan dicampurkan hingga homogen. Eksipien lain yang telah dilarutkan
dengan akuades ditambahkan pula ke mortar B. Setelah bercampur, HPMC ditambahkan
ke mortar B. Setelah digerus hingga homogen, campuran dimasukkan ke gelas kimia
yang telah ditara lalu digenapkan volume hingga mencapai garis tara. Dilakukan
pengecekan organoleptik dan kesempurnaan melarut untuk memastikan sediaan sudah
jernih dan semua zat telah melarut sempurna. Seharusnya dilakukan pengecekan pH
sebelum penggenapan volume untuk mengetahui bahwa sediaan yang digunakan telah
mencapai pH target. pH target untuk obat tetes mata adalah 7,4 namun karena
keterbatasan alat tidak dilakukan.

Campuran tersebut kemudian diisikan ke dalam wadah botol tetes mata.


Seharusnya botol yang digunakan berwarna gelap dan tidak tembus cahaya, namun
karena tidak tersedia digunakan botol tetes mata biasa yang dilapisi aluminium foil.
Volume yang diisikan ke dalam botol sebanyak 5,5 mL, hal ini mengikuti prosedur di
Farmakope Indonesia halaman 1570, untuk larutan kental 5 mL ditambahkan 0,5 mL.
Sediaan yang telah disterilisasi diberi etiket dan dikemas. Untuk menentukan kelayakan
perlu dilakukan evaluasi sediaan tetapi pada percobaan tidak semua uji evaluasi
dilakukan karena keterbatasan waktu praktikum sehingga diberikan dispensasi atau tidak
dilakukan. Hal tersebut menyebabkan tidak dapat ditentukan apakah sediaan yang dibuat
memenuhi syarat atau tidak.

XI. Kesimpulan
1. Formula yang baik untuk membuat sediaan OTM Kloramfenikol :

No Bahan Jumlah (%) Fungsi Bahan


.

1. Kloramfenikol 0,5% Zat Aktif


2. Asam borat 1,894% Dapar (Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th : 68-69)
3. Natrium borat 0,0568% Dapar (Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th : 633-634)
4. Benzalkonium 0,01% Pengawet (Handbook of Pharmaceutical
Klorida Excipient 6th : 56 )

5. HPMC 0,5% Suspending agent (Handbook of


Pharmaceutical Excipient 6th :326- 327)
6. Polisorbat 80 0,5% Wetting agent
7. Akuades ad 100% Pembawa

2. Sediaan belum dapat ditentukan sudah memenuhi persyaratan atau belum karena tidak semua
uji evaluasi dilakukan

XII. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai