Disusun oleh:
Ririd Jatmiko 10717080
Terakhir diberi tips agar tidak stress: hidup sehat, mencari dukungan sekitar,
perluas sosialisasi, kenali gejala stress dan atasi dengan efektif, dan mencari
bantuan profesional jika stress tak kunjung selesai.
Setelah sesi materi ada sesi curhat yang menampilkan curhatan peserta
saat mendaftar webinar ini yang lalu dijawab oleh Bu Ika. Selain itu peserta juga
bisa curhat langsung ke Bu Ika mengenai masalahnya.
6. Peluang dan Metode Riset BIOLOGI di era Pandemi COVID-19
Hari, Tanggal : 21 November 2020
Penyelenggara: KLIKPENELITI.ID
Narasumber:
1. Riza Arief Putranto, Dr.DEA
2. Mukhlis Jamal S.Si
Resume:
Seminar ini terdiri dari dua materi yang berbeda. Yang pertama mengenai
riset tentang COVID-19 dan yang kedua riset penelitian biologi khususnya di
bidang ekologi di masa pandemi COVID-19.
Sesi pertama adalah tentang “Biologi dan Sekuensing Genom” oleh kak
Riza Arief Putranto. Dimulai dari data pandemi COVID-19 yaitu sebesar 57.9 juta
per tanggal 21 November dengan 1.3 juta kematian dan Indonesia di urutan ke
21 dengan jumlah kasus 488 ribu dengan kematian sebanyak 15 ribu. Ada
banyak sekali bidang biologi dari skala besar seperti ekologi ke skala kecil seperti
virologi, genomik, biologi molekuler, histologi, dll. Mikroskopi adalah tema yang
menantang dalam riset biologi karena kita tidak dapat melihatnya secara
langsung harus menggunakan bantuan mikroskop. Untuk melihat virus kita
harus menggunakan mikroskop elektron. Sehingga setelah kita amati di
mikroskop struktur virus SARS-CoV-2 secara struktural terdiri dari 4 protein
yaitu: envelope, spike, membran, dan nukleokapsid.
Untuk mengetahui genom SARS-CoV-2 kita harus melakukan sekuensing
DNA. DNA terdiri dari 4 basa nukleotida yaitu A, C, T, G. T pada DNA digantikan
U di RNA. Setelah berhasil di sekuensing, gen SARS-CoV-2 dapat diamati yaitu:
• Genom nya ssRNA dengan ukuran 29.903 nukleotida
• 12 ORF
• Terdapat 4 protein struktural: M, E, N, S
• Terdapat mutasi di gen NSP2 dan NSP3 serta protein S menyebabkan virus
mempunyai perbedaan mekanisme infeksi virus SARS-CoV-2
Genom makhluk hidup beragam dari paling kecil seperti virus dan yang paling
kompleks seperti manusia. Namun manusia bukan pemilik genom terbesar,
tumbuhan berbungalah yang mempunyai genom terbesar.
Selain itu dibahas mengenai mutasi yaitu terjadinya perubahan basa
nukleotida. Mengapa kita harus mempelajari mutasi? Hal ini berkaitan dengan
sentral dogma biologi molekuler yaitu dari mutasi DNA di gen dapat mengarah
ke salahnya RNA yang ditranskripsi menyebabkan protein yang ditranslasikan
menjadi berbeda dan akhirnya timbul fenotip yaitu penyakit.
Sekuensing gen dapat dilakukan dengan swab lalu diekstraksi dan
disekuens dengan alat seperti Illumina NextSeq 500, setelah itu di analisis dan
di interprestasi lalu di upload ke GISAID. Disini juga dibahas bagaimana mesin
sekuensing bekerja. Lalu dengan adanya sekuensing kita dapat
mengelompokkan virus SARS-CoV-2. Meskipun sama, tapi genomnya mungkin
dapat berbeda sehingga dibuat klaster. Selain itu dengan sekuensing genom kita
tahu kecepatan mutasi gen dari SARS-CoV-2. Menurut Nexstrain, SARS-CoV-2
mempunyai kecepatan mutasi sekitar 0.0008 nukleotida/genom/tahun. Jadi
dalam setahun virus ini terjadi mutasi 2 basa nukleotida. Selain itu sekuensing
genom dapat melacak pasien dan virus. Keberadaan pasien X dapat dilacak
dengan membandingkan mutasi pada virus di pasien yang terinfeksi SARS-CoV-
2. Dan dilacak siapa pasien pertamanya, sebelum virus mulai bermutasi. Selain
itu kita bisa mengetahui kasus reinfeksi. Reinfeksi bisa terjadi ketika kita diinfeksi
oleh virus yang sama namun strain berbeda sehingga genomnya berbeda dan
dapat dilacak dengan sekuensing. Dan untuk ke depannya kita bisa memprediksi
adanya mutasi baru sehingga lebih hati-hati dalam perubahan. Mutasi virus
dapat menyebabkan gelombang kedua infeksi SARS-CoV-2 contoh di Inggris dan
Australia.
Terakhir sebagai penutup kita dapat belajar dari biologis zaman sekarang.
Dengan adanya kemajuan teknologi dapat membantu pekerjaan ilmuwan
biologi.
Lalu sesi kedua oleh Kak Mukhlis mahasiswa S3 Ekologi Oxford. Di sini kak
Mukhlis membahas tentang ilmuwan biologi di bidang ekologi di era pandemi.
Dimulai dari definisi ekologi. Jika manusia sakit akan berobat ke dokter, tapi jika
alam sakit siapa yang mengeceknya? Indonesia mempunyai peluang yang besar
untuk penelitian di bidang ekologi karena biodiversitasnya yang melimpah.
Namun nyatanya penelitian ekologi di Indonesia masih jauh di antara negara-
negara megabiodiversitas. Dam juga masih kalah di antara negara-negara
ASEAN. Meskipun begitu jumlah penelitian ekologi dari tahun 2001-2018
cenderung meningkat dan terjadi penurun di tahun 2019 serta karena pandemi
2020 penelitiannya sangat sedikit.
Di webinar ini membahas apa saja yang penelitian yang dilakukan
ilmuwan ekologi selama meneliti di hutan hujan dan di pertanian seperti:
• Dampak apa saja yang ditimbulkan jika hutan gundul.
• Peran kaki seribu dalam kesuburan tanah
• Interaksi kaki seribu dengan hewan tanah dalam proses penguraian
tanah
• Dampak perubahan iklim terhadap peran ekologis kaki seribu
• Peran penting fragmen hutan dalam mendukung pertanian
Lalu kaitannya dengan pandemi dapat dilihat dari penyakit zoonotik, yaitu
penyakit yang disebabkan oleh hewan. Dibahas juga mengenai apa perbedaan
mitigasi transmisi penyakit dan mitigasi pandemi. Mana yang lebih baik secara
jangka panjang. Mitigasi pandemi lebih baik secara jangka panjang. Karena
mitigasi pandemi fokus kepada penyebab penyakit. Karena pandemi juga ada
yang dari hewan, maka kita juga fokus ke keadaan alam untuk mencegah
terjadinya pandemi. Sehingga balik lagi, ekologi yang tidak baik dapat berisiko
timbulnya pandemi. Contohnya:
• Perubahan iklim
• Perdagangan hewan liar
• Perusakan ekosistem
• Polusi
Alam kita tidak sedang baik-baik saja. Kesehatan manusia ditentukan juga
dengan kesehatan alam.
Lalu bagaimana pandemi dapat mengubah bidang penelitian ilmuwan
biologi? Yaitu ilmuwan biologis tidak dapat bepergian ke lapangan dan juga
mengurangi interaksi antar manusia maupun hewan. Lalu bagaimana ahli
ekologi meneliti di masa pandemi? Dapat dilakukan dengan meneliti di kondisi
alam yang minim manusia ataupun meningkatkan kesadaran konservasi alam
dengan platform online. Selian itu bisa pula mereview jurnal seseorng ataupun
menulis jurnal.
7. Peran Farmasis dalam Bidang Pemerintahan
Hari, Tanggal : 24 November 2020
Penyelenggara: Sekolah Farmasi ITB
Narasumber:
1. Lella Rita
2. Titi Sudiati
Resume:
Pada sesi pertama diisi oleh Bu Lella sebagai perwakilan dari BPOM.
Apoteker tidak hanya berperan di rumah sakit tetapi juga bisa masuk ke
pemerintahan. Adapun apoteker dapat masuk ke Kemenkes, LIPI, BPPT, dan
BPOM. Jika berbicara pemerintah maka pekerjanya adalah PNS atau yang
sekarang dikenal aparatus sipil negara (ASN). Jumlah ASN yang apoteker hanya
0.11% dari ASN yang ada di Indonesia angka ini termasuk kurang. Serta adanya
gap antara kebutuhan yang sebenarnya dan yang dimiliki oleh BPOM. Sehingga
BPOM menarik pegawai kontrak. Kekosongan ini dapat diisi apoteker
BPOM terdapat berbagai fungsi antara lain fungsi pengawasan farmasi
dan makanan, fungsi standardisasi, fungsi penilaian, fungsi pemeriksaan, fungsi
penyelidikan, fungsi pengujian, fungsi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
dan fungsi manajerial. Fungsi penyelidikan bisa kerja sama oleh POLRI dan dibina
POLRI. Merupakan divisi baru di BPOM yang dapat melakukan pemeriksaan dan
penyidikan pidana di bidang Obat dan Makanan. Obat dan makanan dibagi
menjadi produk jadi legal dan nonlegal berdasarkan produk,
sarana/jalur/distribusi
Dasar Hukum Perkuatan BPOM: Keppres No. 103 tahun 2000, Badan POM
terus berkembang dengan penambahan balai POM, UPT, PPON. Setelah itu Bu
Lella menampilkan bagan BPOM. Di bagan tersebut menampilkan kedeputian
yang ada di BPOM yaitu meliputi:
1. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor dan Zat Aktif
2. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan Kosmetik
3. Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
terkait tentang pangan olahan, pengawasan produksi Pangan
Olahan, Pengawasan Peredaran Pangan Olahan
4. Deputi Bidang Penindakan
UPT umumnya ada balai besar dan balai. Balai besar, balai dan loka POM
tersebar di 73 wilayah:
• Balai Besar: 21
• Balai: 12
• Loka: 40
Setelah itu Bu Lella menjelasan visi dan misi dari BPOM yang intinya visinya yaitu
menjaga bahwa obat dan makanan yang ada di Indonesia itu aman dan bermutu
untuk kemajuan Indonesia. Sedangkan misinya antara lain mirip seperti fungsi-
fungsi BPOM yaitu: pengawasan, penindakan, penyusun dan pelaksana
kebijakan, pengembangan obat
Dalam fungsi pengawasan terdapat tiga aspek yaitu: pelaku usaha, BPOM
dan masyarakat. Pelaku usaha menjamin Obat dan Makanan aman, bermutu
dan berkhasiat, lalu BPOM melakukan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi)
kepada masyarakat. Lalu masyarakat daoat menjadi konsumen yang cerdas
dengan cara cek KLIK (kemasan, label, izin edar, dan kadaluarsa). Lalu bisa juga
tempat pengaduan yaitu HaloBPOM.
Industri sebelum memproduksi produk, harus ada perizinan industri.
Sebelum produksi produk, fasilitas dicek terlebih dahulu lalu setelah itu dapat
sertifikasi seperti CPOB/CPOTB. Setelah dapat sertifikasi baru bisa produksi
produk dan bisa lanjut ke proses selanjutnya untuk mendapat nomor izin edar.
Lalu distribusi. Selama distribusi juga ada inspeksi. Iklan, label dan promosi juga
diatur. Ada sinergi antara pre-market dan post-market. Di BPOM sistemnya
sudah online dan terintegrasi satu sama lain, bekerja sama dengan banyak
lembaga
BPOM berada ditengah-tengah antara pelaku usaha dan masyarakat.
BPOM bekerja sama dengan banyak instansi seperti Kementan untuk produk
herbal, Kemenkes untuk alat kesehatan dll, Kemenperin untuk izin pabrik,
Kemendag dalam perdagangan obat, Pemda dalam hal regulasi, BSN, YLKI,
masyarakat dll. Obat yang beredar dipastikan halal oleh BPJH (badan penjamin
halal)
Setelah itu Bu Lelli memaparkan tentang tantangan yang dihadapi oleh
BPOM salah satunya maraknya penjualan obat ilegal secara online ataupun obat
beresep. Lalu ada pula peluang BPOM seperti kemajuan teknologi yang
menyebabkan e-commerce makin mudah serta kemudahan akses informasi
obat.
Selanjutnya pada sesi kedua dipaparkan oleh Bu Titi yang merupakan
apoteker di Dinkes Kabupaten Pangandaran. Bu Titi merupakan mantan dosen
Farmasi ITB sebelum memutuskan untuk pindah ke Dinkes Kab Pangandaran. Bu
Titi mengawali pemaparan dengan Pekerjaan Kefarmasian menurut PP No. 51
Tahun 2009 tentang “Pekerjaan Kefarmasian” berasal dari hulu ke hilir meliputi
hal-hal berikut ini:
• Pengadaan sediaan farmasi
• Produksi sediaan farmasi
• Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
• Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Lalu Bu Titi menampilkan gambar-gambar tempat pekerjaan farmasis,
antara lain: puskesmas, rumah sakit, apotek, institusi pendidikan,
pemerintahan, dan industri farmasi
Setelah itu Bu Titi menampilkan bagan organisasi Dinkes Kabupaten
Pangandaran. Contoh yang dibahas adalah “Seksi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan” melaksanakan fasilitas bidang sumber daya kesehatan, meliputi:
1. Perencanaan dan penilaian ketersediaan
2. Manajemen farmasi dan farmasi klinik
3. Penggunaan obat rasional
4. Ketersediaan obat, makanan, dan minuman
5. Pembinaan obat tradisional dan narkotika
Lalu dibahas pula peranan seksi kefarmasian antara lain:
1. Penyusunan
• Kebijakan
• Verifikasi dan rekomendasi terkait bantuan/hibah
• Koordinasi dan pembinaan UPTD
2. Perencanaan
• Ketersediaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan
• Penilaian kebutuhan dan pengadaan
3. Pembinaan
• Manajemen farmasi dan farmasi klinik
• Obat tradisional dan kosmetik
• Pelaporan narkotik, psikotropik, dan prekursor farmasi
• Rekomendasi teknis untuk perizinan sarana kefarmasian dan
alkes.
4. Perencanaan
• Penyusunan RKO (Rencana Kebutuhan Obat) Kabupaten tiap
tahun. Acuan: Formularium Nasional
• Kebutuhan obat puskesmas
Bu Titi menjabat di UPTD Kesehatan Farmasi dan memaparkan tugas dan fungsi
UPTD Kesehatan Farmasi di Dinkes Kabupaten Pangandaran
1. Penerimaan
• Mengecek dokumen pengiriman barang
• Mengecek kesesuaian jenis dan jumlah batch
2. Penyimpanan
• Berdasarkan kategori bentuk sediaan farmasi (obat dan
bahan medis habis pakai (BMHP)
• Penyusunan secara alfabetis
• Stabilitas zat aktif/sediaan maka diatur kondisi penyimpanan
• Pencatatan dengan sistem aplikasi dan manual (kartu stok).
Kartu stok sebagai cross check
3. Distribusi
8. Pengenalan Profesi Farmasis – Rumah Sakit
Hari, Tanggal : 27 Oktober 2020
Penyelenggara: Sekolah Farmasi ITB
Narasumber:
1. Iis Rukmawati Ssi, MM, Kes, Apt
2. Ida Lisni
Resume:
Pada sesi pertama adalah Ibu Iis yang menyampaikan peran farmasis di
puskesmas. Ibu Iis adalah apoteker di puskesmas Ibrahim Adjie, Bandung.
Pertama-tama ibu Iis menyampai kan peranan pelayanan kefarmasian bagi
apoteker yang dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan sediaan farmasi bahan
medis sekali pakai (BMHP) dan alat kesehatan (alkes) serta pelayanan farmasi
klinik.
1. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
• Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan
(bisa bulanan, triwulan atau tahunan)
• Pengadaan obat: apoteker mengajukan pengadaan obat
secara langsung (saat butuh, langsung pesan)
• Permintaan obat dan perbekalan kesehatan (diajukan ke
dinas kesehatan secara rutin)
• Penyimpanan (bisa berdasarkan tanggal kadaluarsa, obat
yang sering digunakan atau farmakologi. Dibuat blok warna)
• Distribusi obat dan perbekalan kesehatan (alur distribusi ke
unit-unit yang ada di puskesmas contohnya unit ibu dan
anak, laboratorium, ruang gigi, IGD dll)
• Pemusnahan dan penarikan (pemusnahan obat kadaluarsa
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten dan kota,
puskesmas tidak boleh memusnahkan)
• Pengendalian
Masing-masing dari poin di atas dibahas oleh Ibu Iis secara lengkap dan detail
berdasarkan tugas yang berlaku
Pada saat apoteker melakukan penerimaan obat dan perbekalan
kesehatan dilakukan secara rutin. Berikut tahap-tahap dalam penerimaan obat:
1. Pemeriksaan mutu obat
• Tablet/ tablet salut : kemasan dan label, bentuk fisik
(keutuhan, basah, lengket), warna, bau, rasa
• Cairan : warna, bau, kejernihan, homogenitas, kemasan dan
label
• Salep : warna, konsisten, homogenitas, kemasan dan label
• Injeksi : warna, kejernihan, homogenitas, kemasan dan label
• Sirup kering : warna, bau, pengumpulan, kemasan dan label
• Suppo : warna, konsistensi, kemasan dan label
2. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan pada beberapa tempat tergantung
stabilitas obat. Contoh tempat penyimpanan obat: rak/lemari,
lemari narkotik, penyimpanan dalam cold chain dll.
3. Distribusi Obat, dilakukan satu pintu ke sub unit pelayanan, jejaring
(di kota Bandung sudah tidak ada), pusling (puskesmas keliling),
posyandu dll
4. Pemusnahan, puskesmas tidak melakukan pemusnahan sendiri
namun bekerja sama dengan dinas kesehatan kabupaten dan kota.
Dalam pemusnahan, apoteker memiliki tugas sebagai berikut:
• Membuat daftar obat dan perbekalan kesehatan yang akan
dimusnahkan
• Menyiapkan berita acara
• Koordinasi jadwal
• Tempat pemusnahan pihak terkait
5. Pengendalian, termasuk “First In First Out (FIFO)” dan obat darurat
contoh anafilaksis
6. Pemantauan dan Evaluasi
Sampai sini merupakan tugas apoteker yang pertama dari dua tugas yaitu
pengelolaan sediaan farmasi bahan medis sekali pakai (BMHP) dan alat
kesehatan (alkes) selanjutnya dibahas oleh Bu Iis adalah fungsi kedua yaitu
“Pelayanan farmasi klinik”
Peran apoteker pada pelayanan farmasi klinik
1. Dispensing obat: meliputi pengkaijan resep, penyiapan dan
pemberian obat.
2. Pemantaun efektifitas terapi obat: meliputi pemantauan terapi
obat, monitoring efek samping obat dan kolaborasi interpersonal
3. Pelayanan informasi obat: meliputi merancang bentuk kegiatan
PIO, Petugas PIO, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
4. Konseling
Lalu dilanjutkan sesi kedua oleh Ibu Ida yang memaparkan tentang
pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Diawali dengan pengertian instalasi
farmasi. Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian (TTK). Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pelayanan
kefarmasian harus di bawah pengawasan apoteker.
Apoteker dan TTK harus memenuhi persyaratan administrasi seperti yang
telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apoteker
misalnya harus mempunyai surat izin praktiknya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat
(3) Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa:
Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat
kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat
medis habis pakai atau peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi
(IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Setelah itu Ibu Ida menjelaskan mengenai ruang lingkup apoteker di
rumah sakit yang terdiri dari 2 bagian yaitu: pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik.
Yang pertama yakni lingkup pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai (BMHP) meliputi:
• Pemilihan
• Perencanaan kebutuhan
• Pengadaan
• Penerimaan
• Penyimpanan
• Pendistribusian
• Pemusnahan dan penarikan
• Pengendalian
• Administrasi
Sedangkan ruang lingkup pelayanan farmasi klinik meliputi:
• Pengkajian dan pelayanan resep
Yang meliputi 3 aspek yaitu: aspek administratif, aspek farmasetik
dan aspek klinik
• Penelusuran riwayat penggunaan obat pasien
• Rekonsiliasi obat (tidak ada di puskesmas)
• Pelayanan informasi obat
• Konseling
• Visite (tidak ada di puskesmas)
• Pemantauan terapi obat
• Monitoring efek samping obat
• Evaluasi penggunaan obat
• Dispensing sediaan steril (tidak ada di puskesmas, sering dibantu
pula oleh perawat)
• Pemantauan kadar obat dalam darah (tidak ada di puskesmas)
Selanjutnya dibahas paradigma baru untuk praktik kefarmasian yang
mulai muncul dan menjadi pembeda dari tenaga kesehatan lainnya, seperti:
• Pharmaceutical care
• Evidence-based pharmacy
• Meeting patients’ needs
• Chronic patient care-HIV/AIDS
• Self-medication
• Quality assurance of pharmaceutical care services
• Clinical pharmacy
• Pharmacovigilance
Terakhir Ibu Ida membahas peran apoteker dalam perencanaan obat
dalam suatu RS. Apoteker bisa mengacu pada sumber seperti Formularium
Nasional dan Formularium Rumah Sakit. Pada pelayanan farmasi klinik, apoteker
berperan dalam rekonsiliasi obat pasien. Rekonsiliasi obat pasien merupakan
proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat
pasien. Tujuan utamanya untuk mencegah terjadinya kesalahan obat
(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi obat.
9. The Science of Stem Cells – Coursera online course
Tanggal kursus : Juni – Agustus 2020
Tanggal sertifikat : 14 Agustus 2020
Penyelenggara: American Museum of Natural History (Coursera course)
Grade : 86%
Link sertifikat : https://coursera.org/verify/3VQ9RK82QC6J
Pengajar:
1. Dr. Zehra Dincer
2. Julia Zichello
3. Dr. Estaban
4. Dr. Andrew Sproul
5. Dr. Sally Temple
Resume:
Kursus ini terdiri dari 5 minggu. Kursus ini membahas apa yang bisa stem
cells (sel punca) janjikan dalam pengobatan medis. Kursus ini diselenggara oleh
sebuah museum di Amerika Serikat (AS) yang mengkhususkan di sejarah alam,
dan merupakan museum sejarah alam terbesar di dunia. Dan di dalam museum
terdapat beberapa bagian salah satunya bagian biologi yang tiap tahunnya
menyelenggarakan kursus secara langsung di museum tersebut mengenai sel
punca. Pada minggu pertama. Kita diperkenalkan tentang sel punca dimulai dari
apa itu sel punca? Bagaimana sejarah penelitian sel punca? dan apa kemampuan
sel punca untuk terapi? Diferensiasi sel adalah proses yang mana sel punca
berubah menjadi sel yang lebih spesifik Salah satu contohnya adalah sel punca
embrionik yang mempunyai kemampuan pluripoten (berubah menjadi semua
tipe sel yang ada di tubuh). Kita bisa mengenal istilah multipoten yaitu
kemampuan sel punca untuk berubah menjadi tipe sel yang masih ke dalam satu
layer (ektoderm, mesoderm, dan endoderm). Di dalam lab, ilmuwan mengkultur
sel punca di cawan kultur. Kita bisa mengarahkan suatu sel punca dengan
menambahkan growth factor tertentu yang menjadi ciri khas dari lini sel yang
kita tuju. Selain itu kita bisa membuat sel punca dari sel yang sudah
terspesialisasi, misal kita membuat sel punca dari sel kulit dengan cara
menambahkan beberapa faktor transkripsi ke dalam sel. Sel punca ini disebut
induced pluripotents stem cells atau (iPS cells). Hal ini yang mengantarkan
Shinya Yamanaka memenangkan Nobel Prize pada tahun 2012.
Sel punca mempunyai dua kemampuan yaitu mempunyai kemampuan
membelah yang tinggi dan juga multipoten. Sel punca dapat diambil ketika
masih embrio atau embryonic stem cells (ESC) yang mempunyai kemampuan
pluripoten dan diambil di plasenta bayi yang disebut cord blood stem cells yang
mempunyai kemampuan multipoten. Sejarah sel punca dimulai dari penemuan
sel. Lalu pada tahun 1818 terjadi transfusi darah pertama, dari sini orang belajar
bagaimana transfusi darah bisa berhasil dan tidak. Sampai akhirnya
ditemukannya lini sel punca darah oleh Paul Ehrlich. Dan makin banyak
penemuan sel punca di organ lain. Sampai tahun 1978 ditemukan cord blood
stem cells dan juga pada tahun itu dilakukan in vitro fertilization atau bayu
tabung oleh dr. Edwards dan dr. Steptoe yang meraih Nobel Prize pada tahun
2010. Lalu tahun 1998 ditemukannya human embryonic stem cells. Semakin ke
bawah lini, sel punca mempunyai kehilangan potensinya dan lebih aman dipakai
(tidak menyebabkan kanker). Lalu dibahas juga pentingnya sel punca bagi
manusia yang membuat ilmuwan terus meneliti tentang sel punca hingga sel
punca sekarang dapat digunakan sebagai terapi. Setelah di manusia, kita belajar
pula sel punca di makhluk hidup lain contohnya di salamander yang dapat
meregenerasi saraf tulang belakangnya jika rusak. Planaria juga contoh umum
untuk menggambarkan kemampuan regenerasi. Di tanaman terdapat
Arabidopsis thaliana di bagian meristem pucuknya merupakan sel punca.
Di minggu kedua kita belajar tentang bagaimana sel punca bekerja? Yang
menyangkut diferensiasi sel, terapi kloning dan kimera. Di sini kita belajar
bagaimana para ilmuwan mengarahkan suatu sel punca yang pluripoten
menjadi sel yang terspesialisasi. Hal ini sangat susah dilakukan membutuhkan
waktu yang berbulan-bulan. Pengarahan sel punca ke lini sel tertentu dengan
ditambahkannya growth factor atau zat kimia lainnya tidak serta merta akan
berhasil ke lini sel target. Sel bisa berubah ke lini sel lain atau malah mati karena
tidak sesuai lingkungannya. Selain itu di sini dibahas mengenai bagaimana bayi
tabung dilakukan dan juga terapi penggantian mitokondria yaitu terapi yang
menggunakan sel telur pendonor yang sudah dihilangkan nukleusnya, dan
disisipi nukleus dari embrio yang sebelumnya sudah terjadi fertilisasi namun sel
telur mengandung mitokondria yang rusak. Di sini dibahas mengenai bagaimana
membuat iPS cells yaitu dengan memberi 4 faktor transkripsi (OCT4, NANOG,
SOX2, dan c-MYC) ke dalam sel dewasa, maka sel tersebut berubah menjadi sel
puncak yang pluripoten seperti pada embrio.
Pada minggu ketiga kita belajar bagaimana sel punca ini bisa menjadi
model dari suatu penyakit. Sehingga kita tidak perlu menggunakan mencit yang
diinduksi sehingga sakit, tetapi kita hanya mengarahkan sel punca menuju ke
kondisi sel yang tidak fungsional. Contoh kasus yang digunakan Dr. Sproul dalam
penelitiannya adalah menggunakan sel punca untuk meneliti penyakit
Alzheimer. Bagaimana sel punca dapat menjadi model penyakit Alzheimer?
Yaitu dengan cara mengisolasi sel fibroblas dari pasien Alzheimer keturunan.
Setelah diisolasi, fibroblas dikultur dan diprogram ke iPS cells dengan bantuan 4
faktor transkripsi tadi. Setelah itu kita bisa dapatkan sel punca dengan mutasi
gen penyebab Alzheimer. Sel punca ini kita bisa teliti bagaimana perkembangan
sel tersebut dari sel punca menjadi sel saraf yang terkena Alzheimer sehingga
kita bisa liat misalnya ekspresi protein Tau-nya yang membuat Alzheimer. Selain
itu sel punca tadi dapat digunakan sebagai penelitian tentang penemuan obat
yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer atau lainnya. Sehingga tidak
perlu hewan percobaan lagi hanya lini sel saja yang dijadikan uji in vivo suatu
obat. Lalu selain penyakit Alzheimer, klinik di AS meneliti model penyakit
diabetes melalui sel punca. Sel punca yang dibuat, diambil dari sel kulit pasien
penderita diabetes yang sudah didapat persetujuan dan diprogram menjadi iPS
cells guna mencari pengobatan yang sesuai.
Lalu pada minggu keempat kita belajar bagaimana sel punca bisa
mengobati suatu penyakit. Contoh yang ditampilkan oleh Dr. Temple adalah
untuk pengobatan penyakit-penyakit saraf. Contoh pada penyakit age-related
macular disease (AMD) pada mata, kita bisa mengganti sel retinal pigment
epithelium (RPE) yang rusak dengan sel punca. Awalnya di kultur terlebih dahulu
di media, lalu jika sudah berkembang menjadi sel yang sudah spesifik RPE lalu
ditransplantasikan ke dalam mata. Penelitian ini sudah dilakukan di tikus dan
berhasil mengobati tikus yang terkena AMD. Namun di manusia harus dilakukan
serangkaian uji klinik yang membutuhkan biaya yang besar sehingga menjadi
tantangan penelitian ini. Setelah belajar mengenai terapi sel punca di pasien
AMD, kita belajar mengenai mitos-mitos tentang sel punca dewasa. Adapun
mitos-mitosnya adalah:
• Semua sel punca dewasa adalah sama
• Semua sel punca bisa berdiferensiasi menjadi jenis sel apa saja
• Mesenchymal Stem Cells (MSC) dapat membuat tulang, hati, sistem saraf,
dll. MSC ini berbahaya jika digunakan untuk terapi, jangan percaya klaim
pengobatan
• Satu terapi sel punca dapat mengobati segala penyakit yang tak terobati
• Pasien yang ingin berpartisipasi dalam penelitian sel punca harus
membayar mahal sekitar ribuan dolar
Semua poin di atas adalah mitos dan tak benar. Harus diketahui juga bahwa
terapi sel punca bukan terapi ajaib yang bisa mengobati segalanya dan tidak
berbahaya. Kemampuan sel punca yang bisa menjadi sel lain dan juga
kecepatan membelah yang tinggi jika salah digunakan malah bisa
menimbulkan kanker. Jangan percaya klaim-klaim tentang pengobatan sel
punca, karena sampai saat ini sel punca masih diteliti
Lalu pada minggu kelima kita diperlihatkan talkshow dari ketiga
narasumber yang ahli di bidang bioetik dan biologi. Talkshow ini sangat
menarik karena membahas budaya, etika, politik yang menghambat ilmuwan
dalam mengembangkan sel punca. Ilmuwan juga harus patuh terhadap
hukum-hukum yang berlaku, karena ini menyangkut penciptaan dan juga
modifikasi pada manusia sehingga hal ini menjadi sensitif dari segi etika.
Pendanaan juga menjadi tantangan ilmuwan sel punca di AS. Negara tidak
memberikan dananya untuk penelitian ini, ataupun diberi jika memenuhi
syarat-syarat tertentu. Lalu juga dibahas seperti kontroversi bayi tabung.
Apakah rumah sakit berhak menarik uang untuk menyimpan embrio bayi-
bayi tabung yang tidak terpakai? Atau apakah baik jika dilakukan
pemusnahan sisa bayi tabung tersebut? Semua ada pro kontranya, tidak ada
jawaban yang mutlak ya atau tidak. Namun jawaban berada di antaranya
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
10. Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran Daring
dan Metoda Analisis
Hari, Tanggal : 21 November 2020
Penyelenggara: Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI)
Narasumber:
1. Prof. Dr.rer.nat. Triana Hertiani, S.Si., M.Si, Apt.
2. Dr. Ilma Nugrahani M.Si, Apt.
Resume:
Webinar ini berisi tentang dua tema yang berbeda pada sesi pertama
yang disampaikan oleh Bu Triana menyampaikan tentang pembelajaran daring
untuk mahasiswa farmasi. Bu Triana ini merupakan salah satu dosen di bidang
bahan alam Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada semester ganjil tahun ajaran
2020/2021 memaksa mahasiswa untuk kuliah 100% daring. Kuliah daring ini
memanfaatkan suatu LMS yang mana antara dosen, mahasiswa, dan bahan ajar
bisa berkumpul jadi satu sistem. Metode ajar juga bisa sinkron dan asinkron. Ada
banyak fasilitas yang bisa dimanfaatkan seperti LMS untuk asinkron, video
conference untuk sinkron, Google Drive atau MSTeams untuk penyimpanan, dll.
Praktikum juga bisa dilaksanakan daring. Praktikum daring ini bisa mencakup
pertemuan di Zoom untuk asistensi, pretes, diskusi, maupun responsi. Dan
asinkron di LMS untuk melihat pengumuman atau info-info lainnya. Bisa juga
melihat video praktikum dan mengumpulkan tugas. Kuliah daring ini sebaiknya
jadwal kuliah sudah tersinkronisasi dengan pertemuan Zoom di sistem informasi
akademiknya, sehingga mahasiswa tidak tertinggal informasi pertemuan Zoom.
Di sesi ini, dibahas teknis-teknis dalam kuliah daring dari mulai
penggunaan breakout rooms di Zoom untuk praktikum, penggunaan LMS untuk
praktikum, teknis-teknis selama praktikum, video praktikum, UTS, rubrik
penilaian, dan lembar kerja. Setelah itu pembelajaran dievaluasi sesuai capaian
yang sudah direncanakan sebelumnya. Lalu di UGM juga ada program Crash
program yang sudah dilakukan pertimbangan mana saja mata kuliah yang
menggunakan crash program.
Lalu lanjut ke sesi kedua yaitu materi dari Bu Ilma yang merupakan dosen
ITB di bidang farmakokimia yang menyampaikan tentang analisis padatan
farmasi. Sekitar 80-90% bahan baku dan sediaan obat adalah zat padat karena
bentuknya stabil dan energi kinetiknya rendah. Keteraturan susunan molekul zat
padat dibagi menjadi dua yaitu amorf yang keteraturannya rendah dan kristal
yang keteraturannya tinggi. Zat padat sendiri bisa terdiri dari senyawa tunggal
maupun campuran. Senyawa campuran dapat membentuk struktur kristal:
solvat/hidrat, garam, kokristal, garam kokristal, dan garam-kokristal-hidrat.
Struktur kristal dapat dilihat dari satuan terkecilnya yaitu kisi kristal ada banyak
bentuknya ada yang kubus atau balok. Contoh karbon yang mempunyai susunan
berbeda penampakannya beda, arang adalah karbon amorf dan kristal dan intan
adalah karbon berbentuk kristal. Begitu pula CuSO4 yang dalam keadaan hidrat
berwarna biru dan anhidratnya putih.
Bentuk kristal dapat memengaruhi sifat fisikokimianya. Contoh pada sifat
mekanik dari polimorf indometasin dan juga upaya peningkatan kelarutan
diklofenak dengan rekayasa kristal.
Selanjutnya pembahasan utama adalah analisis padatan. Dimulai dengan
definisi, tujuan, dan aplikasi dari analisis padatan. Lalu kita membahas pula
metode dan instrumen yang dipakai dalam analisis. Metode dan instrumen yang
digunakan antara lain:
1. Mikroskop: untuk melihat habit kristal
2. Analisis termal: energi dari senyawa
3. Spektroskopi: ikatan intermolekul dengan cahaya IR
4. Difraksi x-ray: kisi kristal yang dapat merefleksikan sinar X
Semua metode dan instrumen dibahas satu persatu. Misalnya mikroskop
dibahas dari mulai prinsip kerja, jenis-jenis mikroskop (cahaya, elektron SEM dan
TEM), dan contoh kristal yang teramati di mikroskop. Lalu ada analisis termal
kita belajar prinsipnya, alat-alatnya ada berbagai macam dari yang sederhana
hanya menampilkan suhu lebur sampai yang digital sehingga bisa melihat energi
dari senyawa. Analisis termal terdapat grafik yang disebut termogram yang
melihat aliran panas di suatu senyawa ketika suhu dinaikkan. Lalu kita
membahas spektroskopi. Spektroskopi yang dipakai adalah FTIR. FTIR selain
analisis kualitatif bisa digunakan pula analisis kuantitatif dengan hukum Lamber-
Beer. Contoh analisis kuantitatif kokristal diklofenak-L-prolin dengan FTIR. Dan
analisis yang terakhirdengan Xray difraktometer (XRD). Dibahas prinsip XRD
yang dibagi menjadi dua jenis yaitu PXRD (powder) dan SCXRD (single crystal).
Aplikasi PXRD bisa untuk identifikasi zat padat, penetapan struktur, uji
kemurnian, uji kuantitatif, dan uji forensik. PXRD dapat dikombinasikan dengan
analisis termal. Bu Ilma menampilkan contoh kasus identifikasi obat-obat yang
mengandung aspirin dan Vitamin C dengan PXRD. Ditampilkan juga contoh
penggunaan PXRD di bidang forensik misal mengidentifikasi narkoba. Sedangkan
SCXRD bisa digunakan untuk elusidasi struktur dibahas prinsip instrumennya
dan contoh hasilnya. Dibahas pula keuntungan menggunakan SCXRD dalam
elusidasi struktur salah satunya mampu membedakan jenis atom. Contoh yang
ditampilkan adalah elusidasi struktur senyawa bahan alam yaitu kurkumin.
Kesimpulan pada sesi kedua ini adalah analisis padatan bisa menggunakan
4 metode tadi dan dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis padatan sifatnya ramah lingkungan dan preparasi sampelnya tidak sulit.
Praktik analisis padatan ini penting dipelajari oleh para farmasis karena
instrumennya juga yang canggih. Karena itu pula ketersediaannya masih jarang
di instansi-instansi sehingga harus diperluas lagi. Instrumen analisis padatan
sudah tersedia di pusat-pusat penelitian di Indonesia. FTIR dan elektrotermal
sendiri sudah banyak fakultas farmasi yang sudah mempunyainya. Namun XRD
belum dimiliki oleh satupun fakultas farmasi di Indonesia dibandingkan dengan
fakultas farmasi di Jepang yang sudah mempunyai semua. Dan juga beberapa
industri sudah memiliki DSC dan SCXRD namun belum dimanfaatkan maksimal.
Di ITB sendiri untuk memakai XRD harus ke fakultas pertambangan (FTTM)
karena Sekolah Farmasi (SF) ITB belum memilikinya.
Ririd Jatmiko
10717080