Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KEGIATAN WEBINAR KESEHATAN

PENGENALAN PROFESI FARMASI

Periode Kegiatan : Juni – November 2020


Tanggal Pengumpulan Laporan : 15 Desember 2020

Disusun oleh:
Ririd Jatmiko 10717080

PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI


SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
1. Waspada Risiko Sindrom Koroner Akut Mengintai di Masa
Pandemi
Hari, Tanggal : 4 Oktober 2020
Penyelenggara: Himpunan Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta I
Narasumber:
1. Mutarobin, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp.Kep.MB.
2. Ns. Rambu Inanda Dwihasti, S.Kep
3. Titi Nurhayati, CTRN, S.Pd
Resume:
Webinar ini bertemakan tentang sindrom koroner akut dari sudut
pandang keperawatan. Pada sesi pertama, bapak Mutarobin memaparkan studi
kasus tentang pasien yang terkena penyakit koroner dengan profil EKG nya
yaitu STEMI anterior. Sebelum membahas studi kasus, pak Mutarobin
menjelaskan mengenai penyakit sindrom koroner akut. Pada masa COVID-19
ini orang yang terkena penyakit sindrom koroner akut di pasien COVID-19
berkisar antara 4.2-25%. Sindrom koroner akut terjadi akibat adanya
penyumbatan di peredaran darah LAD (Left anterior descending). Lalu dinilai
juga tingkat keparahannya melalui assestment EKG. Maka didapatkan profil EKG
yaitu STEMI, NSTEMI, dan angina tak stabil. STEMI adalah ST-segment elevation
myocardial infarction yaitu sebuah kondisi dimana terjadi infark miokardial dan
terjadi kenaikan segmen ST di profil EKG nya dari keadaan normal. Selain dilihat
dari profil EKG juga bisa dilihat dari cardiac marker yaitu dengan ada atau
tidaknya senyawa troponin. Jika tidak ada kenaikan troponin maka penyakitnya
adalah angina tak stabil, sedangkan jika ada kenaikan troponin dapat dilihat
profil EKG nya termasuk STEMI atau NSTEMI. Selama pandemi, pasien STEMI
diasumsikan dengan menggunakan tatalaksana pasien tersebut terkena COVID-
19. Diagnosis STEMI antara lain: keluhan angina pektoris, elevasi segmen ST di
EKG, dan peningkatan enzim jantung. Setelah pengenalan mengenai STEMI
selanjutnya yaitu studi kasus pasien STEMI. Dilakukan interprestasi hasil lab dan
juga profil EKG serta diagnosis dari gejala pasien. Lalu dibuat analisis SOAP.
Untuk terapi farmakologi sendiri dapat digunakan salah satu atau kombinasi
dari: aspilet 1x80 mg, clapidogrel 1x75 mg, simvastatin 1x20 mg, ISDN 5 mg (bila
nyeri dada) dll.
Lalu pada sesi kedua yaitu Ibu Rambu yang juga merupakan praktisi dari
perawat RS Harapan Kita menjelaskan tentang upaya preventif dari sindrom
koroner akut. Sindrom koroner akut adalah penyakit tidak menular yang
termasuk ke dalam penyakit jantung dan pembuluh darah. Panyakit jantung
koroner menjadi penyebab kematian tertinggi setelah stroke yakni 12.9%.
Faktor risiko penyakit ini dibagi dua yaitu yang tidak dapat dimodifikasi dan yang
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup
seperti merokok, pola makan, stress, konsumsi alkohol, obesitas, kurang
olahraga serta penyakit-penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol. Di
masa pandemi ini di mana kita tetap di rumah saja, dapat meningkatkan risiko
penyakit-penyakit jika kita selama di rumah tidak produktif. Contoh kegiatan
preventif dan promotif misalnya dengan penyuluhan agar meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam hidup sehat.
Sesi yang terakhir oleh Ibu Titi yaitu membahas mengenai pembacaan
grafik EKG dan cardiac marker. Grafik EKG dapat menilai irama sehingga dilihat
jika ada penyakit aritmia, lalu dapat menilai adanya kelainan miokardia. Grafik
EKG terdiri dari segmen PQRST yaitu gelombang P sebagai depolarisasi atrium,
gelombang QRS adalah depolarisasi ventrikel, ST segmen adalah repolarisasi
ventrikel, dan gelombang T adalah repolarisasi ventrikel juga. Pada pasien
sindrom koroner akut dapat terjadi 2 kemungkinan: perubahan segmen ST,
gelombang T, dan adanya gelombang Q patologis. Segmen ST bisa naik ataupun
turun grafiknya dari keadaan normal. Gelombang T bisa terbalik menjadi ke
bawah yang seharusnya ke atas. Dan adanya gelombang Q patologis
menunjukkan adanya kelainan di jantung. Selain dilihat EKG juga dilihat hasil lab
mengenai enzim jantung, yaitu troponin dan CKMB. Troponin spesifik untuk
kerusakan miokardia dan dapat dideteksi hingga 14 hari. Sedangkan CKMB
mencapai puncaknya pada 18-24 jam pertama dan pada 2-3 hari kembali
normal. Dan terakhir dijelaskan mengenai letak infark pada jantung dan arteri
mana saja yang terkena dilihat dari lokasi infarknya.
2. Drug Discovery – Coursera online course
Tanggal kursus : Juli – Agustus 2020
Tanggal sertifikat : 27 Agustus 2020
Penyelenggara: University of California San Diego (Coursera course)
Grade : 92%
Link sertifikat : https://coursera.org/verify/7DR5AAB55JFH
Pengajar:
1. Williams S. Ettouati, Pharm.D.
2. Philip Bourne Ph.D.
3. Ronald Christopher Ph.D.
4. Stephen Burley, M.D., Ph.D.
5. Brookie Best, Pharm. D
6. Joseph D. Ma
Resume:
Kursus ini dibagi ke dalam 3 minggu. Minggu pertama kita belajar
mengenai kondisi industri farmasi dan bioteknologi yang ada di Amerika
Serikat. Pada bahasan pertama kita diperkenalkan mengenai kemajuan RND
perusahaan farmasi AS di tahun 2014. Tercatat sekitar 43 zat aktif baru yang
dirilis. 12 di antaranya adalah yang pertama di kelas produknya serta 22 di
antaranya adalah ophan drugs (obat satu-satunya untuk penyakit tertentu). 67%
obat yang dirilis adalah obat untuk kanker, HCV, dan penyakit mata. Lalu tahun
2015 FDA merilis 4 zat aktif baru 15 di antaranya adalah orphan drugs. Setelah
memaparkan kemajuan RND, selanjut kita dipertunjukkan masalah utama
industri farmasi yaitu: perubahan pasar dan penyatuan perusahaan, penekanan
harga, produktivitas RND, reformasi kesehatan, teknologi disruptif (dari
sederhana menjadi besar), dan regulasi. Setelah mempelajari segala seluk beluk
perusahaan kita mempelajari bagaimana cara menciptakan obat yang efektif
sesuai keadaan pasar yaitu membuat obat dengan pendekatan pasien. Yaitu
mencari suatu obat yang penyakitnya sudah ada namun belum ada obatnya. Ide
ini yang banyak melahirkan orphan drugs. Karena suatu perusahaan dapat
menerima paten atas temuan obatnya dan tidak ada perusahaan lain yang
memproduksi obat tersebut. Lalu di bagian terakhir minggu pertama dikenalkan
tentang langkah-langkah inovasi RND perusahaan farmasi dalam
pengembangan obat yaitu melalui pendekatan penyakit yang sudah ada. Contoh
yang ditunjukkan adalah perkembangan obat kanker payudara.
Lalu pada minggu kedua kita mulai belajar dalam pengembangan obat
dengan keilmuan proteomik dan genomik. Genomik adalah ilmu yang
mempelajari genom dan proteomik adalah ilmu yang mempelajari protein.
Pengembangan obat ini dimulai dari kemudahan dalam sekuensing DNA. Selain
itu keilmuan ini mempunyai revolusi yang signifikan dari mulai penemuan
protein yang sederhana menjadi penemuan protein yang kompleks. Dan juga
pengenalan metagenomik yaitu suatu big data yang memuat banyak genom dari
banyak organisme di suatu lingkungan. Selain itu kemudahan mengakses jurnal-
jurnal ilmiah juga menjadi mudah dalam pengembangan obat pendekatan
proteomik dan genomik ini. Aplikasinya untuk obat contohnya Tykerb untuk
obat kanker, Gleevac untuk leukimia, dan Nexavar untuk kanker ginjal.
Permulaan penemuan obat ini dimulai dari karakterisasi situs pengikatan antara
protein-ligan dari struktur 3D nya. Setelah itu kita bisa mencari obat yang sesuai
bentuk situs aktif enzimnya. Studi kasus yang pertama adalah obat TB. Dengan
cara melihat proteomik dari bakteri TB dan obat-obat yang terikat pada protein
tersebut. Setelah itu dicari similaritasnya dan didapatkan obat entakapon dan
tolkapon yang mencegah resitensi. Lalu studi kasus yang kedua yaitu CETP
inhibitor untuk obat kolesterol yang menggunakan prinsip efek samping suatu
obat menjadi efek terapi.
Selian itu pada minggu kedua kita belajar bagaimana menyeleksi
kandidat obat yang sesuai dan dilakukan serangkaian uji yaitu preklinik dan
klinik. Penemuan obat pada umunya selama lebih dari 12 tahun. Seleksi
senyawa lead dilihat berdasarkan: efek yang baik, struktur yang unik, obat kelas
pertama, profil farmakokinetik bagus, dan tidak menyebabkan efek samping
bagi yang terkena autoimun. Tahap seleksi dari 1000 senyawa menjadi 100
hingga menjadi 5 dengan dilihat serangkaian aspek contohnya kelarutan,
reseptor binding, farmakokinetik, efek toksik ke jantung, dll. IC yang diharapkan
< 100 nM dengan selektivitas 1000 kali lipat. Contoh studi kasus yang dipaparkan
adalah inhibitor DPP-4 yang diinginkan adalah mempunyai selektivitas yang
tinggi dan tidak berinteraksi dengan CYP450. Contohnya pengembangan
alogliptin terhadap obat sitagliptin dan vildagliptin. Obat ini diuji potensinya dan
juga farmakokinetiknya didapat alogliptin lebih baik daripada kedua obat
sebelumnya. Lalu diuji di mencit obesitas alogliptin juga lebih baik. Setelah itu
dievaluasi bahaya tidak terhadap gen (tidak mutagenik) dan juga menentukan
dosis toksik. Dan terakhir diuji klinik yang didapatkan hasil alogliptin diabsorpsi
secara cepat dan dapat digunakan sehari sekali.
Minggu ketiga kita belajar penemuan obat untuk protein kinase.
Dikenalkan istilah efek hidrofobik dalam pemilihan obat. Obat yang baik harus
mempunyai lipopilisitas yang tinggi agar ikatan ke proteinnya baik. Namun jika
terlalu tinggi malah terjadi pengikatan yang tidak diinginkan. Sehingga harus
dicari nilai yang tepat yaitu nilai LLE. LLE (lipopilisitas) yang baik > 5. IC50 (potensi)
< 10 nM dan cLogP (partisi) < 3. Selain itu berat molekul juga < 400 serta LEAN >
0.27. penemuan obat berbasis fragmen yaitu menemukan obat yang mengikuti
bentuk-bentuk dari situs aktif protein dan digabungkan. Contoh studi kasusnya
adalah obat SGX523 untuk obat kanker yang menghambat protein kinase. Dilihat
interaksi ke proteinnya, lalu uji in vivo, dan uji klinik fase I. Materi terakhir di
minggu ketiga dan penutup kursus adalah sistem penghantaran obat. Didahului
dengan farmakokinetik ADME yang memengaruhi bagaimana menghantarkan
obat masuk ke targetnya. Dari mulai absorpsi dan tantangannya seperti pH
lambung, first pass effect, kelarutam, kestabilan, dll. Lalu apa saja pengaruh
fisiologis dalam absorpsi obat. Lalu distribusi bagaimana obat dari situs
penghantaran bisa beredar ke seluruh tubuh dan masuk ke target. Adanya
peristiwa protein binding dan juga transpor. Lalu ada metabolisme obat yang
dapat dibagi menjadi dua fase. Obat prodrug menjadi aktif ketika sudah
dimetabolisme. Juga interaksi antar obat. Dan yang terakhir kita belajar contoh-
contoh sediaan obat dan rute administrasinya serta tantangannya. Contoh pada
rute hidung harus dibuat sediaan dengan ukuran yang kecil agar masuk ke
hidung dan dapat masuk ke tenggorokan.
3. Industrial Biotechnology – Coursera online course
Tanggal kursus : Juli – Agustus 2020
Tanggal sertifikat : 1 September 2020
Penyelenggara: University of Manchester (Coursera course)
Grade : 94%
Link sertifikat : https://coursera.org/verify/74JARLQH6FVG
Pengajar:
1. Prof. Nicholas Turner
2. Prof. Nigel Scrutton
3. Prof. Eriko Takano
4. Prof. Rainer Breitling
5. Dr. James Winterburn
6. Prof. David Leys
7. Prof. Sabine Flitsch
8. Prof. Alan Dickson
Resume:
Kursus ini terdiri dari 6 minggu. Dimulai minggu pertama kita belajar
enzim. Materi pertama adalah bagaimana enzim bekerja, pada materi ini
diajarkan fungsi enzim sebagai katalisis reaksi biokimia dan penjelasan setiap
mekanisme katalisisnya. Bentuk enzim yang fleksibel jika ada substrat juga
memudahkan dalam katalisis reaksi. Lalu setelah itu kita belajar kegunaan enzim
di bioteknologi seperti menghancurkan dan menyintesis senyawa. Enzim yang
bagaimana yang digunakan seperti stabil, selektif, mudah digunakan, sesuai
dengan reaksi yang diinginkan. Tapi setiap organisme mempunyai variasi gen
yang menyebabkan variasi enzim juga. Sehingga dikenal evolusi molekuler.
Dengan menggunakan sistem bioinformatika dapat diteliti evolusi molekuler
terhadap suatu gen pengode enzim yang mana dengan kemampuan katalisis
terbaik. Penyiapan enzim dapat dilakukan dengan cara teknologi rekombinan
maupun isolasi enzim. Setelah itu diuji aktivitasnya contoh dengan ELISA serta
dapat di analisis secara kimia misal dengan HPLC, GC ataupun deteksi dengan
NMR dan MS. Lalu kita belajar pula tentang kinetika enzim, yaitu kapan enzim
jenuh (V max) dan bagaimana menentukan afinitasnya (Km). Dan kita belajar
pula struktur dari protein. Terakhir dari materi enzim kita belajar rekayasa enzim
yang pertama adalah bagaimana enzim berevolusi antar spesies. Dapat pula
dilakukan secara in-vitro dengan memutasikan gen pengode enzim dan melihat
mana yang mempunyai aktivitas terbaik. Contoh yang ditampilkan adalah
evolusi di lab protein MAU-N. Lalu rekayasa enzim yang kedua adalah desain
rasional. Pada metode ini menggunakan pendekatan desain protein yang sesuai
kriteria selektivitas, spesifisitas, dan stabilitas. Contohnya yang ditampilkan
yaitu P450 monooksigenase
Lalu minggu kedua kita belajar biologi sintesis. Dimulai dari semakin
mudahnya untuk sekuensing DNA. Lalu diberikan contoh sistem biologi
contohnya biosensor, bioremediasi, biofuel, bioplastik, dll. Lalu dibahas
mengenai apa itu sel. Dan juga bagaimana biologi sintesis berjalan dengan
menggunakan sel di teknologi rekombinan. Beberapa tujuan industri
bioteknologi dalam penggunaan rekayasa protein, rekayasa metabolik dan juga
desain jalur sintesis adalah untuk menghasilkan biofuel, zat kimia, dan obat. Lalu
diajarkan cara menyintesis genom dari oligonukleotida yang 100-an menjadi
1000-an dan mengeditnya dengan menggunakan CRISPR-Cas9. Setelah itu kita
dapat merekayasa jalur biosintesis dengan biologi sintesis. Rekayasa ini
berperan untuk menghasilkan suatu metabolit sekunder pada organisme
tertentu yang sebelumnya organisme tersebut tidak memproduksinya karena
tidak ada gen yang mengode enzim untuk reaksi biosintesis tersebut. Dan
sebagai penutup minggu dua kita belajar bioetik dalam sintesis biologi.
Bagaimana biologi sintesis memengaruhi kehidupan sosial budaya kita.
Selanjutnya minggu ketiga kita belajar mengenai biokimia dan rekayasa
bioproses. Dimulai dari pendahuluan yaitu kita belajar definisi dari rekayasa
biokimia. Bagaimana alur bioproses. Dan pentingnya keseimbangan antara
nutrisi yang masuk dan metabolit yang dihasilkan organisme yang digunakan
dalam bioproses ini. Lalu ditunjukkan bagaimana membuat bioreaktor untuk
fermentasi mikroba. Sel yang digunakan industri bioteknologi antara lain: E. coli,
ragi, alga, dan CHO (sel mamalia). Semakin banyak sel semakin banyak produk.
Sel tumbuh secara kurva sigmoid dan dapat diukur kinetikanya. Skala
fermentasi dimulai mulai skala kultur, skala labu, skala fermentor, dan skala
industri. Jenis reaktor misalnya, wadah yang diaduk (bakteri dan ragi), airlift, dan
reaktor yang diberi cahaya matahari untuk alga. Dan mode pemberian makan
bisa secara batch, fed-batch, maupun kontinu. Lalu yang utama kita dapat
mengoptimalisasi biokatalis dalam suatu reaktor. Setelah itu kita diajarkan
bagaimana cara untuk mengisolasi dan pemurnian produk hasil fermentasi dari
molekul-molekul kecil hingga yang besar dengan berbagai instrumentasi.
Contoh studi kasusnya adalah pemurnian bioetanol dengan distilasi dan juga l-
glutamat dengan cara kristalisasi kemudian filtrasi. Dan sebagai penutup kita
belajar bagaimana scale-up menjadi skala industri. Di sini kita mulai
memperhitungkan biaya produksi dan keuntungan yang dihasilkan dan kita pilih
proses mana yang menghasilkan keuntungan besar.
Pada minggu keempat kita belajar penggunaan bioteknologi dan desain
fermentasi bakteri untuk menghasilkan obat dan zat-zat kimia dengan
menggunakan enzim-enzim tertentu:
1. Hidrolase untuk memproduksi: pregabalin, miristil miristat, dan penisilin
G
2. Transminase untuk memproduksi: obat antidiabetes sitagliptin
3. DERA Aldolase untuk memproduksi: obat dislipidemia rostuvastatin dan
atorvastatin
4. Alkohol dehidrogenase untuk memproduksi: obat asma montelukast
5. Nitril hidratase untuk memproduksi: akrilamid (polimer)
6. Asam amino oksidase untuk memproduksi: 7-ACA (intermediet berbagai
antibiotik)
Selanjutnya pada 2 minggu terakhir kami belajar studi kasus di industri
yakni penggunaan bioenergi dan material dan glikosains dan bioterapik.
Bioenergi digunakan untuk menghasilkan suatu energi yang didapatkan dari
biomassa yang berlimpah dibumi. Contohnya pembuatan biofuel dengan rute-
rute yang baru. Upaya mencari senyawa yang mempunyai nilai energi yang
tinggi dan mempunyai kandungan melimpah di biomassa. Lalu dikenalkan juga
teknologi membran dari polimer yang dapat mengefisiensi proses pemisahan
antara prekursor dan produk. Dan aplikasi selanjutnya adalah biomaterial,
biomaterial digunakan untuk terapi sel dan rekayasa jaringan. Sel atau jaringan
ditumbuhkan di sebuah scaffolding (penyangga) dan akan tumbuh dan
berkembang. Penyangga berupa polimer yang mudah didegradasi tubuh.
Contohnya adalah hidrogel. Sehingga hidrogel sebagai tempat tumbuh sel. Dan
selanjutnya biomanufaktur yaitu penggunaan material untuk manufaktur
(mesin, kendaraan, perangkat) dari bahan yang biodegradable. Dan aplikasi
selanjutnya adalah glikosains yaitu ilmu yang mempelajari penambahan gugus
gula pada protein. Contohnya pada protein EPO dan juga biofarmasetika yaitu
obat-obat yang diproduksi dengan bantuan sel ataupun obat dari bahan alam.
4. Introduction to the Biology of Cancer – Coursera online course
Tanggal kursus : Juli – Agustus 2020
Tanggal sertifikat : 24 Agustus 2020
Penyelenggara: Johns Hopkins University (Coursera course)
Grade : 95%
Link sertifikat : https://coursera.org/verify/5EB4J2AVDXJ6
Pengajar:
1. Kenneth J. Pienta M.D.
2. Dr. Sarah Aman
3. Dr. Julian Zareef
4. Dr. Ken Vslkumberg
5. Dianne Race
Resume:
Kursus ini terdiri dari 6 minggu. Minggu pertama kita belajar insiden dan
etiologi kanker. Pertama dibahas mengenai definisi kanker dan metastasis. Lalu
kita belajar dari mana sel kanker dimulai yang dibagi menjadi 4 jenis kanker
yaitu: karsinoma (epitel), sarkoma (jaringan penghubung), leukimia (darah dari
sumsum tulang), dan limfoma (limpa). Lalu perkembangan sel kanker dari sel
normal ke hiperplasia lalu displasia dan terakhir kanker. Setelah itu kita belajar
insiden dari penyakit kanker. Pada tahun 2012, kanker paru-paru menjadi
penyebab kematian No. 5 sedunia. Pada tahun tersebut 14.1 juta orang
didiagnosis kanker dan menimbulkan 8.2 juta kematian. Dan menurut data
kematian warga AS, kanker menjadi penyebab kematian No. 2 setelah penyakit
jantung tahun 2014. 6 kanker yang paling umum di dunia pada tahun 2015
adalah:
1. Kanker paru-paru: 1.8 juta
2. Kanker payudara: 1.7 juta
3. Kanker usus: 1.4 juta
4. Kanker prostat: 1.1 juta
5. Kanker lambung: 952 ribu
6. Kanker hati: 782 ribu
Selanjutnya tiap keenam kanker dibahas identifikasi, insiden, etiologi, dan faktor
risikonya.
Lalu di minggu kedua kita belajar dasar dari penyebab terjadinya kanker
yaitu genetik. Di sini kita belajar apa itu gen? Bagaimana kontribusi gen terhadap
risiko penyebaran kanker? Bagaimana membedakan mutasi yang diwariskan
dan mutasi somatik? Lalu kita juga membedakan apa itu onkogen dan tumor
represor? Dan terakhir bagaimana kanker disebut penyakit genetik? Kanker
disebabkan oleh akumulasi perubahan yang merugikan dari gen. Satu mutasi
saja tidak cukup untuk menyebabkan kanker. Gen sendiri adalah satuan terkecil
dari pewarisan organisme. Gen tersusun atas DNA. Selama sel membelah, DNA
juga bereplikasi. Dan selama replikasi dapat memungkinkan terjadinya mutasi
yang menyebabkan variasi gen. Kebanyakan variasi hanya kecil berupa 1-2 basa.
Lalu dibahas onkogen yaitu suatu senyawa yang dapat menginduksi
pertumbuhan kanker. Sedangkan tumor supressor adalah suatu senyawa yang
melindungi terhadap kanker. Mutasi yang menyebabkan aktivasi onkogen dapat
menyebabkan kanker begitu juga sebaliknya mutasi yang menyebabkan
inaktivasi tumor supresor juga akan menyebabkan kanker. Kromosom kita
terdiri dari satu set yang terdiri dari dua unit yaitu maternal dan paternal. Kanker
timbul jika kedua kopi gen menginduksi kanker, jika hanya satu kopi saja kanker
tidak akan terjadi. Selain genetik, lingkungan juga menjadi faktor risiko mutasi
gen, serta mutasi somatik. Untuk menjadi kanker biasanya sel mengakumulasi
6-7 mutasi di gen yang berbeda. Sel kanker menunjukkan ketidakstabilan
genetik yaitu sel akan tetap bertahan dan membelah dengan kecepatan mutasi
yang tinggi. Yang pada sel normal seharusnya pembelahan berhenti.
Selanjutnya pada minggu ketiga kita belajar 10 marka kanker. Adapun ke
10 penanda sel terkena kanker, antara lain:
1. Replicative immortality: DNA akan terus menerus bereplikasi
karena adanya telomerase
2. Genome instability: sel akan terus membelah meskipun terjadi
mutasi genetik. Biasanya terjadi mutasi gen tumor supresor
3. Evasion of Growth Supressor Signals: Penghindaran sinyal yang
dikeluarkan selama pembelahan sel untuk menghentikan
pembelahan sel. Contoh sinyal: retinoblastoma, p53
4. Resistance to cell death: Sel kanker dapat terhindar dari apoptosis
karena sel kanker tidak peka terhadap kerusakan DNA. Contohnya
adanya ekspresi gen BCL-2 sebagai anti-apoptosis atau mutasi gen
pro-apoptosis
5. Sustained proliferation: Sel kanker akan terus menerus membelah
dan akan memproduksi growth factor untuk sel normal agar terus
membelah. Contoh Endothelial growth factor
6. Altered metabolism: sel kanker memperoleh energi dengan
mencari alternatif sumber energi dan alternatif jalur metabolisme.
Contohnya glukosa menjadi laktat karena ketidakhadiran oksigen
7. Avoiding immune destruction: sel kanker dapat melindungi dirinya
sendiri dengan menghambat sel T yang secara normal menyerang
sel kanker
8. Tumor promoting inflammation: sel kanker akan meniru gejala
inflamasi dan mengaktifkan sel imun untuk perkembangan sel
kanker
9. Induction of angiogenesis: sel kanker butuh asupan darah untuk
tumbuh sehingga perlu dibuat pembuluh darah baru yang
menyokong sel kanker. Contoh pro-angiogenesis adalah VEGF
10.Metastasis: keadaan di mana sel kanker lepas dari tempat awalnya
dan masuk ke dalam peredaran darah
Lalu pada minggu keempat kita belajar metastasis. Metastasis adalah
keadaan di mana sel kanker berpindah tempat melalui aliran darah. Berdasarkan
kemampuan metastasis tumor dibagi menjadi tumor jinak dan ganas. Kanker
yang sudah metastasis akan mengurangi angka harapan hidup. Serta dibahas
bagaimana metastasis ini membuat penderitanya meninggal. Staging pada
kanker dapat dilihat dari TNM (tumor, lymph node, metastasis). T menilai
seberapa besar ukuran sel kanker, N menilai ada tidaknya kanker di nodus limpa,
dan M menilai adanya metastasis di organ lain. Selanjutnya dibahas fase
metastasis dari tumor utama, angiogenesis, EMT (perubahan bentuk sel kanker),
invasi, intravasi (masuk ke pembuluh), bertahan di sirkulasi darah, ekstravasi
(keluar pembuluh) dan dorman. Yang terakhir dibahas mengapa sel kanker perlu
metastasis hal ini bertujuan untuk mencari tempat baru dengan sumber daya
baru untuk terus membelah.
Selanjutnya minggu kelima kita belajar imaging atau pencitraan kanker.
Pencitraan menggunakan energi untuk menampilkan citra sel kanker di monitor.
Contoh energi yang digunakan adalah x-ray, medan magnet (MRI), gelombang
suara (USG), dan radioisotop (radiofarmaka untuk diagnosis). Tiap metode
dibahas bagaimana caranya energi tersebut menampakkan citra. Selain itu
tujuan dari pencitraan kanker di klinik bukan hanya diagnosis juga untuk jaga-
jaga, melihat stadium kanker, melihat keberhasilan obat, dan monitoring pasien.
Dan di minggu terakhir adalah pengobatan. Adapun pengobatan yang
biasa dipakai untuk kanker antara lain:
• Operasi
• Radiasi
• Terapi hormon
• Kemoterapi
• Terapi yang ditargetkan
• Imunoterapi
Setiap pengobatan dibahas mengenai bagaimana pengobatan tersebut dapat
membantu mencegah pertumbuhan kanker. Lalu dibahas pula pengobatan
berdasarkan 6 kanker yang sering dialami. Karena tiap jenis kanker organnya
berbeda sehingga pendekatan obatnya dapat berbeda. Dan yang terakhir kita
belajar tentang uji klinik obat-obat kanker.
5. Take Better Care of You: Kelola Diri Atasi Stress di Masa Pandemi
Hari, Tanggal : 9 Oktober 2020
Penyelenggara: BEM Fakultas Farmasi UI
Narasumber:
1. Ika Malika, M.Psi, Psikolog
Resume:
Bu Ika sebagai narasumber mengawali pertemuan dengan pertanyaan
“Bagaimana kabarmu hari ini. Setelah lewati masa pandemi”. Setelah dilihat
melalui aplikasi mentimeter, para mahasiswa kebanyakan sedang stress dan hal-
hal yang berkaitan lainnya. Pertama-tama kita harus mengenali beberapa reaksi
‘normal’ saat keadaan kita yang abnormal antara lain: bosan, kesepian, marah,
stress, dan lelah. Setelah itu kita harus menerima kondisi tersebut dan kita dapat
mengelolanya juga. Dari kelima kondisi tersebut yang dibahas disini adalah
stress. Apa itu stress? Stress adalah kesenjangan antara permintaan/tuntutan
dari situasi dan sumber daya yang dimiliki seseorang. Sumber stress antara lain:
katastrop seperti bencana alam, kematian dan penyakit, peristiwa hidup utama
seperti pindah rumah, pernikahan, dan perceraian, dan lingkungan seperti
macet, banyak tugas, cuaca, dll.
Stress dibagi menjadi stress positif (eustress) di mana meskipun dalam
keadaan tertekan, kita akan timbul motivasi, kinerja, dan kesejahteraan. Hal ini
seperti kita dipacu berbuat sesuatu produktif di tengah tekanan. Lalu ada pula
stress negatif (distress) yaitu stress yang tidak menghasilkan produktivitas
malah akan tambah beban pikiran. Selain itu pembagiannya ada pula yang kronis
(gangguan sehari-hari) dan akut (trauma). Gejala stress antara lain bisa dilihat
secara fisik, emosi, kognitif, dan perilaku.
Bagaimana mengelola diri atasi stress? Yaitu dengan cara
menyeimbangkan antara pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam mengelola
perasaan kita harus menurunkan ketegangan fisik dan menstabilkan emosi. Lalu
mengelola pikiran dengan membangun mindset positif, dan berpikir fleksibel
tidak kaku akan suatu hal. Terakhir kelola perilaku dengan cara melakukan
tindakan kongkrit untuk menyelesaikan sesuatu.
Lalu Bu Ika memulai pertanyaan kembali yaitu “Bagaimana biasanya kamu
mengatasi stres?”. Mengatasi stress dapat ditinjau melalui 2 pendekatan yaitu
pendekatan emosi dan pendekatan masalah. Pendekatan emosi bertujuan
untuk menurunkan ketegangan fisik dan emosi, contohnya: melatih nafas,
menyalurkan emosi dengan hal positif, menenangkan diri secara spiritual, dan
mengenali emosi lalu dikelola. Contohnya: latihan, mandi, bercermin, dan
meditasi. Sedangkan pendekatan masalah adalah berusaha untuk mencari solusi
atas masalah yang terjadi dimulai dengan mengidentifikasi masalah, lalu
mengenali kemampuan yang dimiliki, merencanakan solusi alternatif, dan
menambahkan aktivitas bermanfaat. Contohnya manajemen waktu, meminta
bantuan, dan menyiapkan to-do list
Bagaimana jika stressor tidak dapat diubah? Ada 4 cara untuk
mengatasinya yaitu:
1. Menghindari stressor
2. Modifikasi stressor
3. Menerima stressor
4. Beradaptasi dengan stressor

Terakhir diberi tips agar tidak stress: hidup sehat, mencari dukungan sekitar,
perluas sosialisasi, kenali gejala stress dan atasi dengan efektif, dan mencari
bantuan profesional jika stress tak kunjung selesai.
Setelah sesi materi ada sesi curhat yang menampilkan curhatan peserta
saat mendaftar webinar ini yang lalu dijawab oleh Bu Ika. Selain itu peserta juga
bisa curhat langsung ke Bu Ika mengenai masalahnya.
6. Peluang dan Metode Riset BIOLOGI di era Pandemi COVID-19
Hari, Tanggal : 21 November 2020
Penyelenggara: KLIKPENELITI.ID
Narasumber:
1. Riza Arief Putranto, Dr.DEA
2. Mukhlis Jamal S.Si
Resume:
Seminar ini terdiri dari dua materi yang berbeda. Yang pertama mengenai
riset tentang COVID-19 dan yang kedua riset penelitian biologi khususnya di
bidang ekologi di masa pandemi COVID-19.
Sesi pertama adalah tentang “Biologi dan Sekuensing Genom” oleh kak
Riza Arief Putranto. Dimulai dari data pandemi COVID-19 yaitu sebesar 57.9 juta
per tanggal 21 November dengan 1.3 juta kematian dan Indonesia di urutan ke
21 dengan jumlah kasus 488 ribu dengan kematian sebanyak 15 ribu. Ada
banyak sekali bidang biologi dari skala besar seperti ekologi ke skala kecil seperti
virologi, genomik, biologi molekuler, histologi, dll. Mikroskopi adalah tema yang
menantang dalam riset biologi karena kita tidak dapat melihatnya secara
langsung harus menggunakan bantuan mikroskop. Untuk melihat virus kita
harus menggunakan mikroskop elektron. Sehingga setelah kita amati di
mikroskop struktur virus SARS-CoV-2 secara struktural terdiri dari 4 protein
yaitu: envelope, spike, membran, dan nukleokapsid.
Untuk mengetahui genom SARS-CoV-2 kita harus melakukan sekuensing
DNA. DNA terdiri dari 4 basa nukleotida yaitu A, C, T, G. T pada DNA digantikan
U di RNA. Setelah berhasil di sekuensing, gen SARS-CoV-2 dapat diamati yaitu:
• Genom nya ssRNA dengan ukuran 29.903 nukleotida
• 12 ORF
• Terdapat 4 protein struktural: M, E, N, S
• Terdapat mutasi di gen NSP2 dan NSP3 serta protein S menyebabkan virus
mempunyai perbedaan mekanisme infeksi virus SARS-CoV-2
Genom makhluk hidup beragam dari paling kecil seperti virus dan yang paling
kompleks seperti manusia. Namun manusia bukan pemilik genom terbesar,
tumbuhan berbungalah yang mempunyai genom terbesar.
Selain itu dibahas mengenai mutasi yaitu terjadinya perubahan basa
nukleotida. Mengapa kita harus mempelajari mutasi? Hal ini berkaitan dengan
sentral dogma biologi molekuler yaitu dari mutasi DNA di gen dapat mengarah
ke salahnya RNA yang ditranskripsi menyebabkan protein yang ditranslasikan
menjadi berbeda dan akhirnya timbul fenotip yaitu penyakit.
Sekuensing gen dapat dilakukan dengan swab lalu diekstraksi dan
disekuens dengan alat seperti Illumina NextSeq 500, setelah itu di analisis dan
di interprestasi lalu di upload ke GISAID. Disini juga dibahas bagaimana mesin
sekuensing bekerja. Lalu dengan adanya sekuensing kita dapat
mengelompokkan virus SARS-CoV-2. Meskipun sama, tapi genomnya mungkin
dapat berbeda sehingga dibuat klaster. Selain itu dengan sekuensing genom kita
tahu kecepatan mutasi gen dari SARS-CoV-2. Menurut Nexstrain, SARS-CoV-2
mempunyai kecepatan mutasi sekitar 0.0008 nukleotida/genom/tahun. Jadi
dalam setahun virus ini terjadi mutasi 2 basa nukleotida. Selain itu sekuensing
genom dapat melacak pasien dan virus. Keberadaan pasien X dapat dilacak
dengan membandingkan mutasi pada virus di pasien yang terinfeksi SARS-CoV-
2. Dan dilacak siapa pasien pertamanya, sebelum virus mulai bermutasi. Selain
itu kita bisa mengetahui kasus reinfeksi. Reinfeksi bisa terjadi ketika kita diinfeksi
oleh virus yang sama namun strain berbeda sehingga genomnya berbeda dan
dapat dilacak dengan sekuensing. Dan untuk ke depannya kita bisa memprediksi
adanya mutasi baru sehingga lebih hati-hati dalam perubahan. Mutasi virus
dapat menyebabkan gelombang kedua infeksi SARS-CoV-2 contoh di Inggris dan
Australia.
Terakhir sebagai penutup kita dapat belajar dari biologis zaman sekarang.
Dengan adanya kemajuan teknologi dapat membantu pekerjaan ilmuwan
biologi.
Lalu sesi kedua oleh Kak Mukhlis mahasiswa S3 Ekologi Oxford. Di sini kak
Mukhlis membahas tentang ilmuwan biologi di bidang ekologi di era pandemi.
Dimulai dari definisi ekologi. Jika manusia sakit akan berobat ke dokter, tapi jika
alam sakit siapa yang mengeceknya? Indonesia mempunyai peluang yang besar
untuk penelitian di bidang ekologi karena biodiversitasnya yang melimpah.
Namun nyatanya penelitian ekologi di Indonesia masih jauh di antara negara-
negara megabiodiversitas. Dam juga masih kalah di antara negara-negara
ASEAN. Meskipun begitu jumlah penelitian ekologi dari tahun 2001-2018
cenderung meningkat dan terjadi penurun di tahun 2019 serta karena pandemi
2020 penelitiannya sangat sedikit.
Di webinar ini membahas apa saja yang penelitian yang dilakukan
ilmuwan ekologi selama meneliti di hutan hujan dan di pertanian seperti:
• Dampak apa saja yang ditimbulkan jika hutan gundul.
• Peran kaki seribu dalam kesuburan tanah
• Interaksi kaki seribu dengan hewan tanah dalam proses penguraian
tanah
• Dampak perubahan iklim terhadap peran ekologis kaki seribu
• Peran penting fragmen hutan dalam mendukung pertanian
Lalu kaitannya dengan pandemi dapat dilihat dari penyakit zoonotik, yaitu
penyakit yang disebabkan oleh hewan. Dibahas juga mengenai apa perbedaan
mitigasi transmisi penyakit dan mitigasi pandemi. Mana yang lebih baik secara
jangka panjang. Mitigasi pandemi lebih baik secara jangka panjang. Karena
mitigasi pandemi fokus kepada penyebab penyakit. Karena pandemi juga ada
yang dari hewan, maka kita juga fokus ke keadaan alam untuk mencegah
terjadinya pandemi. Sehingga balik lagi, ekologi yang tidak baik dapat berisiko
timbulnya pandemi. Contohnya:
• Perubahan iklim
• Perdagangan hewan liar
• Perusakan ekosistem
• Polusi
Alam kita tidak sedang baik-baik saja. Kesehatan manusia ditentukan juga
dengan kesehatan alam.
Lalu bagaimana pandemi dapat mengubah bidang penelitian ilmuwan
biologi? Yaitu ilmuwan biologis tidak dapat bepergian ke lapangan dan juga
mengurangi interaksi antar manusia maupun hewan. Lalu bagaimana ahli
ekologi meneliti di masa pandemi? Dapat dilakukan dengan meneliti di kondisi
alam yang minim manusia ataupun meningkatkan kesadaran konservasi alam
dengan platform online. Selian itu bisa pula mereview jurnal seseorng ataupun
menulis jurnal.
7. Peran Farmasis dalam Bidang Pemerintahan
Hari, Tanggal : 24 November 2020
Penyelenggara: Sekolah Farmasi ITB
Narasumber:
1. Lella Rita
2. Titi Sudiati
Resume:
Pada sesi pertama diisi oleh Bu Lella sebagai perwakilan dari BPOM.
Apoteker tidak hanya berperan di rumah sakit tetapi juga bisa masuk ke
pemerintahan. Adapun apoteker dapat masuk ke Kemenkes, LIPI, BPPT, dan
BPOM. Jika berbicara pemerintah maka pekerjanya adalah PNS atau yang
sekarang dikenal aparatus sipil negara (ASN). Jumlah ASN yang apoteker hanya
0.11% dari ASN yang ada di Indonesia angka ini termasuk kurang. Serta adanya
gap antara kebutuhan yang sebenarnya dan yang dimiliki oleh BPOM. Sehingga
BPOM menarik pegawai kontrak. Kekosongan ini dapat diisi apoteker
BPOM terdapat berbagai fungsi antara lain fungsi pengawasan farmasi
dan makanan, fungsi standardisasi, fungsi penilaian, fungsi pemeriksaan, fungsi
penyelidikan, fungsi pengujian, fungsi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
dan fungsi manajerial. Fungsi penyelidikan bisa kerja sama oleh POLRI dan dibina
POLRI. Merupakan divisi baru di BPOM yang dapat melakukan pemeriksaan dan
penyidikan pidana di bidang Obat dan Makanan. Obat dan makanan dibagi
menjadi produk jadi legal dan nonlegal berdasarkan produk,
sarana/jalur/distribusi
Dasar Hukum Perkuatan BPOM: Keppres No. 103 tahun 2000, Badan POM
terus berkembang dengan penambahan balai POM, UPT, PPON. Setelah itu Bu
Lella menampilkan bagan BPOM. Di bagan tersebut menampilkan kedeputian
yang ada di BPOM yaitu meliputi:
1. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor dan Zat Aktif
2. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan Kosmetik
3. Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
terkait tentang pangan olahan, pengawasan produksi Pangan
Olahan, Pengawasan Peredaran Pangan Olahan
4. Deputi Bidang Penindakan
UPT umumnya ada balai besar dan balai. Balai besar, balai dan loka POM
tersebar di 73 wilayah:
• Balai Besar: 21
• Balai: 12
• Loka: 40
Setelah itu Bu Lella menjelasan visi dan misi dari BPOM yang intinya visinya yaitu
menjaga bahwa obat dan makanan yang ada di Indonesia itu aman dan bermutu
untuk kemajuan Indonesia. Sedangkan misinya antara lain mirip seperti fungsi-
fungsi BPOM yaitu: pengawasan, penindakan, penyusun dan pelaksana
kebijakan, pengembangan obat
Dalam fungsi pengawasan terdapat tiga aspek yaitu: pelaku usaha, BPOM
dan masyarakat. Pelaku usaha menjamin Obat dan Makanan aman, bermutu
dan berkhasiat, lalu BPOM melakukan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi)
kepada masyarakat. Lalu masyarakat daoat menjadi konsumen yang cerdas
dengan cara cek KLIK (kemasan, label, izin edar, dan kadaluarsa). Lalu bisa juga
tempat pengaduan yaitu HaloBPOM.
Industri sebelum memproduksi produk, harus ada perizinan industri.
Sebelum produksi produk, fasilitas dicek terlebih dahulu lalu setelah itu dapat
sertifikasi seperti CPOB/CPOTB. Setelah dapat sertifikasi baru bisa produksi
produk dan bisa lanjut ke proses selanjutnya untuk mendapat nomor izin edar.
Lalu distribusi. Selama distribusi juga ada inspeksi. Iklan, label dan promosi juga
diatur. Ada sinergi antara pre-market dan post-market. Di BPOM sistemnya
sudah online dan terintegrasi satu sama lain, bekerja sama dengan banyak
lembaga
BPOM berada ditengah-tengah antara pelaku usaha dan masyarakat.
BPOM bekerja sama dengan banyak instansi seperti Kementan untuk produk
herbal, Kemenkes untuk alat kesehatan dll, Kemenperin untuk izin pabrik,
Kemendag dalam perdagangan obat, Pemda dalam hal regulasi, BSN, YLKI,
masyarakat dll. Obat yang beredar dipastikan halal oleh BPJH (badan penjamin
halal)
Setelah itu Bu Lelli memaparkan tentang tantangan yang dihadapi oleh
BPOM salah satunya maraknya penjualan obat ilegal secara online ataupun obat
beresep. Lalu ada pula peluang BPOM seperti kemajuan teknologi yang
menyebabkan e-commerce makin mudah serta kemudahan akses informasi
obat.
Selanjutnya pada sesi kedua dipaparkan oleh Bu Titi yang merupakan
apoteker di Dinkes Kabupaten Pangandaran. Bu Titi merupakan mantan dosen
Farmasi ITB sebelum memutuskan untuk pindah ke Dinkes Kab Pangandaran. Bu
Titi mengawali pemaparan dengan Pekerjaan Kefarmasian menurut PP No. 51
Tahun 2009 tentang “Pekerjaan Kefarmasian” berasal dari hulu ke hilir meliputi
hal-hal berikut ini:
• Pengadaan sediaan farmasi
• Produksi sediaan farmasi
• Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
• Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Lalu Bu Titi menampilkan gambar-gambar tempat pekerjaan farmasis,
antara lain: puskesmas, rumah sakit, apotek, institusi pendidikan,
pemerintahan, dan industri farmasi
Setelah itu Bu Titi menampilkan bagan organisasi Dinkes Kabupaten
Pangandaran. Contoh yang dibahas adalah “Seksi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan” melaksanakan fasilitas bidang sumber daya kesehatan, meliputi:
1. Perencanaan dan penilaian ketersediaan
2. Manajemen farmasi dan farmasi klinik
3. Penggunaan obat rasional
4. Ketersediaan obat, makanan, dan minuman
5. Pembinaan obat tradisional dan narkotika
Lalu dibahas pula peranan seksi kefarmasian antara lain:
1. Penyusunan
• Kebijakan
• Verifikasi dan rekomendasi terkait bantuan/hibah
• Koordinasi dan pembinaan UPTD
2. Perencanaan
• Ketersediaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan
• Penilaian kebutuhan dan pengadaan
3. Pembinaan
• Manajemen farmasi dan farmasi klinik
• Obat tradisional dan kosmetik
• Pelaporan narkotik, psikotropik, dan prekursor farmasi
• Rekomendasi teknis untuk perizinan sarana kefarmasian dan
alkes.
4. Perencanaan
• Penyusunan RKO (Rencana Kebutuhan Obat) Kabupaten tiap
tahun. Acuan: Formularium Nasional
• Kebutuhan obat puskesmas
Bu Titi menjabat di UPTD Kesehatan Farmasi dan memaparkan tugas dan fungsi
UPTD Kesehatan Farmasi di Dinkes Kabupaten Pangandaran
1. Penerimaan
• Mengecek dokumen pengiriman barang
• Mengecek kesesuaian jenis dan jumlah batch
2. Penyimpanan
• Berdasarkan kategori bentuk sediaan farmasi (obat dan
bahan medis habis pakai (BMHP)
• Penyusunan secara alfabetis
• Stabilitas zat aktif/sediaan maka diatur kondisi penyimpanan
• Pencatatan dengan sistem aplikasi dan manual (kartu stok).
Kartu stok sebagai cross check
3. Distribusi
8. Pengenalan Profesi Farmasis – Rumah Sakit
Hari, Tanggal : 27 Oktober 2020
Penyelenggara: Sekolah Farmasi ITB
Narasumber:
1. Iis Rukmawati Ssi, MM, Kes, Apt
2. Ida Lisni
Resume:
Pada sesi pertama adalah Ibu Iis yang menyampaikan peran farmasis di
puskesmas. Ibu Iis adalah apoteker di puskesmas Ibrahim Adjie, Bandung.
Pertama-tama ibu Iis menyampai kan peranan pelayanan kefarmasian bagi
apoteker yang dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan sediaan farmasi bahan
medis sekali pakai (BMHP) dan alat kesehatan (alkes) serta pelayanan farmasi
klinik.
1. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
• Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan
(bisa bulanan, triwulan atau tahunan)
• Pengadaan obat: apoteker mengajukan pengadaan obat
secara langsung (saat butuh, langsung pesan)
• Permintaan obat dan perbekalan kesehatan (diajukan ke
dinas kesehatan secara rutin)
• Penyimpanan (bisa berdasarkan tanggal kadaluarsa, obat
yang sering digunakan atau farmakologi. Dibuat blok warna)
• Distribusi obat dan perbekalan kesehatan (alur distribusi ke
unit-unit yang ada di puskesmas contohnya unit ibu dan
anak, laboratorium, ruang gigi, IGD dll)
• Pemusnahan dan penarikan (pemusnahan obat kadaluarsa
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten dan kota,
puskesmas tidak boleh memusnahkan)
• Pengendalian
Masing-masing dari poin di atas dibahas oleh Ibu Iis secara lengkap dan detail
berdasarkan tugas yang berlaku
Pada saat apoteker melakukan penerimaan obat dan perbekalan
kesehatan dilakukan secara rutin. Berikut tahap-tahap dalam penerimaan obat:
1. Pemeriksaan mutu obat
• Tablet/ tablet salut : kemasan dan label, bentuk fisik
(keutuhan, basah, lengket), warna, bau, rasa
• Cairan : warna, bau, kejernihan, homogenitas, kemasan dan
label
• Salep : warna, konsisten, homogenitas, kemasan dan label
• Injeksi : warna, kejernihan, homogenitas, kemasan dan label
• Sirup kering : warna, bau, pengumpulan, kemasan dan label
• Suppo : warna, konsistensi, kemasan dan label
2. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan pada beberapa tempat tergantung
stabilitas obat. Contoh tempat penyimpanan obat: rak/lemari,
lemari narkotik, penyimpanan dalam cold chain dll.
3. Distribusi Obat, dilakukan satu pintu ke sub unit pelayanan, jejaring
(di kota Bandung sudah tidak ada), pusling (puskesmas keliling),
posyandu dll
4. Pemusnahan, puskesmas tidak melakukan pemusnahan sendiri
namun bekerja sama dengan dinas kesehatan kabupaten dan kota.
Dalam pemusnahan, apoteker memiliki tugas sebagai berikut:
• Membuat daftar obat dan perbekalan kesehatan yang akan
dimusnahkan
• Menyiapkan berita acara
• Koordinasi jadwal
• Tempat pemusnahan pihak terkait
5. Pengendalian, termasuk “First In First Out (FIFO)” dan obat darurat
contoh anafilaksis
6. Pemantauan dan Evaluasi
Sampai sini merupakan tugas apoteker yang pertama dari dua tugas yaitu
pengelolaan sediaan farmasi bahan medis sekali pakai (BMHP) dan alat
kesehatan (alkes) selanjutnya dibahas oleh Bu Iis adalah fungsi kedua yaitu
“Pelayanan farmasi klinik”
Peran apoteker pada pelayanan farmasi klinik
1. Dispensing obat: meliputi pengkaijan resep, penyiapan dan
pemberian obat.
2. Pemantaun efektifitas terapi obat: meliputi pemantauan terapi
obat, monitoring efek samping obat dan kolaborasi interpersonal
3. Pelayanan informasi obat: meliputi merancang bentuk kegiatan
PIO, Petugas PIO, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
4. Konseling
Lalu dilanjutkan sesi kedua oleh Ibu Ida yang memaparkan tentang
pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Diawali dengan pengertian instalasi
farmasi. Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian (TTK). Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pelayanan
kefarmasian harus di bawah pengawasan apoteker.
Apoteker dan TTK harus memenuhi persyaratan administrasi seperti yang
telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apoteker
misalnya harus mempunyai surat izin praktiknya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat
(3) Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa:
Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat
kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat
medis habis pakai atau peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi
(IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Setelah itu Ibu Ida menjelaskan mengenai ruang lingkup apoteker di
rumah sakit yang terdiri dari 2 bagian yaitu: pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik.
Yang pertama yakni lingkup pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai (BMHP) meliputi:
• Pemilihan
• Perencanaan kebutuhan
• Pengadaan
• Penerimaan
• Penyimpanan
• Pendistribusian
• Pemusnahan dan penarikan
• Pengendalian
• Administrasi
Sedangkan ruang lingkup pelayanan farmasi klinik meliputi:
• Pengkajian dan pelayanan resep
Yang meliputi 3 aspek yaitu: aspek administratif, aspek farmasetik
dan aspek klinik
• Penelusuran riwayat penggunaan obat pasien
• Rekonsiliasi obat (tidak ada di puskesmas)
• Pelayanan informasi obat
• Konseling
• Visite (tidak ada di puskesmas)
• Pemantauan terapi obat
• Monitoring efek samping obat
• Evaluasi penggunaan obat
• Dispensing sediaan steril (tidak ada di puskesmas, sering dibantu
pula oleh perawat)
• Pemantauan kadar obat dalam darah (tidak ada di puskesmas)
Selanjutnya dibahas paradigma baru untuk praktik kefarmasian yang
mulai muncul dan menjadi pembeda dari tenaga kesehatan lainnya, seperti:
• Pharmaceutical care
• Evidence-based pharmacy
• Meeting patients’ needs
• Chronic patient care-HIV/AIDS
• Self-medication
• Quality assurance of pharmaceutical care services
• Clinical pharmacy
• Pharmacovigilance
Terakhir Ibu Ida membahas peran apoteker dalam perencanaan obat
dalam suatu RS. Apoteker bisa mengacu pada sumber seperti Formularium
Nasional dan Formularium Rumah Sakit. Pada pelayanan farmasi klinik, apoteker
berperan dalam rekonsiliasi obat pasien. Rekonsiliasi obat pasien merupakan
proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat
pasien. Tujuan utamanya untuk mencegah terjadinya kesalahan obat
(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi obat.
9. The Science of Stem Cells – Coursera online course
Tanggal kursus : Juni – Agustus 2020
Tanggal sertifikat : 14 Agustus 2020
Penyelenggara: American Museum of Natural History (Coursera course)
Grade : 86%
Link sertifikat : https://coursera.org/verify/3VQ9RK82QC6J
Pengajar:
1. Dr. Zehra Dincer
2. Julia Zichello
3. Dr. Estaban
4. Dr. Andrew Sproul
5. Dr. Sally Temple
Resume:
Kursus ini terdiri dari 5 minggu. Kursus ini membahas apa yang bisa stem
cells (sel punca) janjikan dalam pengobatan medis. Kursus ini diselenggara oleh
sebuah museum di Amerika Serikat (AS) yang mengkhususkan di sejarah alam,
dan merupakan museum sejarah alam terbesar di dunia. Dan di dalam museum
terdapat beberapa bagian salah satunya bagian biologi yang tiap tahunnya
menyelenggarakan kursus secara langsung di museum tersebut mengenai sel
punca. Pada minggu pertama. Kita diperkenalkan tentang sel punca dimulai dari
apa itu sel punca? Bagaimana sejarah penelitian sel punca? dan apa kemampuan
sel punca untuk terapi? Diferensiasi sel adalah proses yang mana sel punca
berubah menjadi sel yang lebih spesifik Salah satu contohnya adalah sel punca
embrionik yang mempunyai kemampuan pluripoten (berubah menjadi semua
tipe sel yang ada di tubuh). Kita bisa mengenal istilah multipoten yaitu
kemampuan sel punca untuk berubah menjadi tipe sel yang masih ke dalam satu
layer (ektoderm, mesoderm, dan endoderm). Di dalam lab, ilmuwan mengkultur
sel punca di cawan kultur. Kita bisa mengarahkan suatu sel punca dengan
menambahkan growth factor tertentu yang menjadi ciri khas dari lini sel yang
kita tuju. Selain itu kita bisa membuat sel punca dari sel yang sudah
terspesialisasi, misal kita membuat sel punca dari sel kulit dengan cara
menambahkan beberapa faktor transkripsi ke dalam sel. Sel punca ini disebut
induced pluripotents stem cells atau (iPS cells). Hal ini yang mengantarkan
Shinya Yamanaka memenangkan Nobel Prize pada tahun 2012.
Sel punca mempunyai dua kemampuan yaitu mempunyai kemampuan
membelah yang tinggi dan juga multipoten. Sel punca dapat diambil ketika
masih embrio atau embryonic stem cells (ESC) yang mempunyai kemampuan
pluripoten dan diambil di plasenta bayi yang disebut cord blood stem cells yang
mempunyai kemampuan multipoten. Sejarah sel punca dimulai dari penemuan
sel. Lalu pada tahun 1818 terjadi transfusi darah pertama, dari sini orang belajar
bagaimana transfusi darah bisa berhasil dan tidak. Sampai akhirnya
ditemukannya lini sel punca darah oleh Paul Ehrlich. Dan makin banyak
penemuan sel punca di organ lain. Sampai tahun 1978 ditemukan cord blood
stem cells dan juga pada tahun itu dilakukan in vitro fertilization atau bayu
tabung oleh dr. Edwards dan dr. Steptoe yang meraih Nobel Prize pada tahun
2010. Lalu tahun 1998 ditemukannya human embryonic stem cells. Semakin ke
bawah lini, sel punca mempunyai kehilangan potensinya dan lebih aman dipakai
(tidak menyebabkan kanker). Lalu dibahas juga pentingnya sel punca bagi
manusia yang membuat ilmuwan terus meneliti tentang sel punca hingga sel
punca sekarang dapat digunakan sebagai terapi. Setelah di manusia, kita belajar
pula sel punca di makhluk hidup lain contohnya di salamander yang dapat
meregenerasi saraf tulang belakangnya jika rusak. Planaria juga contoh umum
untuk menggambarkan kemampuan regenerasi. Di tanaman terdapat
Arabidopsis thaliana di bagian meristem pucuknya merupakan sel punca.
Di minggu kedua kita belajar tentang bagaimana sel punca bekerja? Yang
menyangkut diferensiasi sel, terapi kloning dan kimera. Di sini kita belajar
bagaimana para ilmuwan mengarahkan suatu sel punca yang pluripoten
menjadi sel yang terspesialisasi. Hal ini sangat susah dilakukan membutuhkan
waktu yang berbulan-bulan. Pengarahan sel punca ke lini sel tertentu dengan
ditambahkannya growth factor atau zat kimia lainnya tidak serta merta akan
berhasil ke lini sel target. Sel bisa berubah ke lini sel lain atau malah mati karena
tidak sesuai lingkungannya. Selain itu di sini dibahas mengenai bagaimana bayi
tabung dilakukan dan juga terapi penggantian mitokondria yaitu terapi yang
menggunakan sel telur pendonor yang sudah dihilangkan nukleusnya, dan
disisipi nukleus dari embrio yang sebelumnya sudah terjadi fertilisasi namun sel
telur mengandung mitokondria yang rusak. Di sini dibahas mengenai bagaimana
membuat iPS cells yaitu dengan memberi 4 faktor transkripsi (OCT4, NANOG,
SOX2, dan c-MYC) ke dalam sel dewasa, maka sel tersebut berubah menjadi sel
puncak yang pluripoten seperti pada embrio.
Pada minggu ketiga kita belajar bagaimana sel punca ini bisa menjadi
model dari suatu penyakit. Sehingga kita tidak perlu menggunakan mencit yang
diinduksi sehingga sakit, tetapi kita hanya mengarahkan sel punca menuju ke
kondisi sel yang tidak fungsional. Contoh kasus yang digunakan Dr. Sproul dalam
penelitiannya adalah menggunakan sel punca untuk meneliti penyakit
Alzheimer. Bagaimana sel punca dapat menjadi model penyakit Alzheimer?
Yaitu dengan cara mengisolasi sel fibroblas dari pasien Alzheimer keturunan.
Setelah diisolasi, fibroblas dikultur dan diprogram ke iPS cells dengan bantuan 4
faktor transkripsi tadi. Setelah itu kita bisa dapatkan sel punca dengan mutasi
gen penyebab Alzheimer. Sel punca ini kita bisa teliti bagaimana perkembangan
sel tersebut dari sel punca menjadi sel saraf yang terkena Alzheimer sehingga
kita bisa liat misalnya ekspresi protein Tau-nya yang membuat Alzheimer. Selain
itu sel punca tadi dapat digunakan sebagai penelitian tentang penemuan obat
yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer atau lainnya. Sehingga tidak
perlu hewan percobaan lagi hanya lini sel saja yang dijadikan uji in vivo suatu
obat. Lalu selain penyakit Alzheimer, klinik di AS meneliti model penyakit
diabetes melalui sel punca. Sel punca yang dibuat, diambil dari sel kulit pasien
penderita diabetes yang sudah didapat persetujuan dan diprogram menjadi iPS
cells guna mencari pengobatan yang sesuai.
Lalu pada minggu keempat kita belajar bagaimana sel punca bisa
mengobati suatu penyakit. Contoh yang ditampilkan oleh Dr. Temple adalah
untuk pengobatan penyakit-penyakit saraf. Contoh pada penyakit age-related
macular disease (AMD) pada mata, kita bisa mengganti sel retinal pigment
epithelium (RPE) yang rusak dengan sel punca. Awalnya di kultur terlebih dahulu
di media, lalu jika sudah berkembang menjadi sel yang sudah spesifik RPE lalu
ditransplantasikan ke dalam mata. Penelitian ini sudah dilakukan di tikus dan
berhasil mengobati tikus yang terkena AMD. Namun di manusia harus dilakukan
serangkaian uji klinik yang membutuhkan biaya yang besar sehingga menjadi
tantangan penelitian ini. Setelah belajar mengenai terapi sel punca di pasien
AMD, kita belajar mengenai mitos-mitos tentang sel punca dewasa. Adapun
mitos-mitosnya adalah:
• Semua sel punca dewasa adalah sama
• Semua sel punca bisa berdiferensiasi menjadi jenis sel apa saja
• Mesenchymal Stem Cells (MSC) dapat membuat tulang, hati, sistem saraf,
dll. MSC ini berbahaya jika digunakan untuk terapi, jangan percaya klaim
pengobatan
• Satu terapi sel punca dapat mengobati segala penyakit yang tak terobati
• Pasien yang ingin berpartisipasi dalam penelitian sel punca harus
membayar mahal sekitar ribuan dolar
Semua poin di atas adalah mitos dan tak benar. Harus diketahui juga bahwa
terapi sel punca bukan terapi ajaib yang bisa mengobati segalanya dan tidak
berbahaya. Kemampuan sel punca yang bisa menjadi sel lain dan juga
kecepatan membelah yang tinggi jika salah digunakan malah bisa
menimbulkan kanker. Jangan percaya klaim-klaim tentang pengobatan sel
punca, karena sampai saat ini sel punca masih diteliti
Lalu pada minggu kelima kita diperlihatkan talkshow dari ketiga
narasumber yang ahli di bidang bioetik dan biologi. Talkshow ini sangat
menarik karena membahas budaya, etika, politik yang menghambat ilmuwan
dalam mengembangkan sel punca. Ilmuwan juga harus patuh terhadap
hukum-hukum yang berlaku, karena ini menyangkut penciptaan dan juga
modifikasi pada manusia sehingga hal ini menjadi sensitif dari segi etika.
Pendanaan juga menjadi tantangan ilmuwan sel punca di AS. Negara tidak
memberikan dananya untuk penelitian ini, ataupun diberi jika memenuhi
syarat-syarat tertentu. Lalu juga dibahas seperti kontroversi bayi tabung.
Apakah rumah sakit berhak menarik uang untuk menyimpan embrio bayi-
bayi tabung yang tidak terpakai? Atau apakah baik jika dilakukan
pemusnahan sisa bayi tabung tersebut? Semua ada pro kontranya, tidak ada
jawaban yang mutlak ya atau tidak. Namun jawaban berada di antaranya
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
10. Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran Daring
dan Metoda Analisis
Hari, Tanggal : 21 November 2020
Penyelenggara: Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI)
Narasumber:
1. Prof. Dr.rer.nat. Triana Hertiani, S.Si., M.Si, Apt.
2. Dr. Ilma Nugrahani M.Si, Apt.
Resume:
Webinar ini berisi tentang dua tema yang berbeda pada sesi pertama
yang disampaikan oleh Bu Triana menyampaikan tentang pembelajaran daring
untuk mahasiswa farmasi. Bu Triana ini merupakan salah satu dosen di bidang
bahan alam Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada semester ganjil tahun ajaran
2020/2021 memaksa mahasiswa untuk kuliah 100% daring. Kuliah daring ini
memanfaatkan suatu LMS yang mana antara dosen, mahasiswa, dan bahan ajar
bisa berkumpul jadi satu sistem. Metode ajar juga bisa sinkron dan asinkron. Ada
banyak fasilitas yang bisa dimanfaatkan seperti LMS untuk asinkron, video
conference untuk sinkron, Google Drive atau MSTeams untuk penyimpanan, dll.
Praktikum juga bisa dilaksanakan daring. Praktikum daring ini bisa mencakup
pertemuan di Zoom untuk asistensi, pretes, diskusi, maupun responsi. Dan
asinkron di LMS untuk melihat pengumuman atau info-info lainnya. Bisa juga
melihat video praktikum dan mengumpulkan tugas. Kuliah daring ini sebaiknya
jadwal kuliah sudah tersinkronisasi dengan pertemuan Zoom di sistem informasi
akademiknya, sehingga mahasiswa tidak tertinggal informasi pertemuan Zoom.
Di sesi ini, dibahas teknis-teknis dalam kuliah daring dari mulai
penggunaan breakout rooms di Zoom untuk praktikum, penggunaan LMS untuk
praktikum, teknis-teknis selama praktikum, video praktikum, UTS, rubrik
penilaian, dan lembar kerja. Setelah itu pembelajaran dievaluasi sesuai capaian
yang sudah direncanakan sebelumnya. Lalu di UGM juga ada program Crash
program yang sudah dilakukan pertimbangan mana saja mata kuliah yang
menggunakan crash program.
Lalu lanjut ke sesi kedua yaitu materi dari Bu Ilma yang merupakan dosen
ITB di bidang farmakokimia yang menyampaikan tentang analisis padatan
farmasi. Sekitar 80-90% bahan baku dan sediaan obat adalah zat padat karena
bentuknya stabil dan energi kinetiknya rendah. Keteraturan susunan molekul zat
padat dibagi menjadi dua yaitu amorf yang keteraturannya rendah dan kristal
yang keteraturannya tinggi. Zat padat sendiri bisa terdiri dari senyawa tunggal
maupun campuran. Senyawa campuran dapat membentuk struktur kristal:
solvat/hidrat, garam, kokristal, garam kokristal, dan garam-kokristal-hidrat.
Struktur kristal dapat dilihat dari satuan terkecilnya yaitu kisi kristal ada banyak
bentuknya ada yang kubus atau balok. Contoh karbon yang mempunyai susunan
berbeda penampakannya beda, arang adalah karbon amorf dan kristal dan intan
adalah karbon berbentuk kristal. Begitu pula CuSO4 yang dalam keadaan hidrat
berwarna biru dan anhidratnya putih.
Bentuk kristal dapat memengaruhi sifat fisikokimianya. Contoh pada sifat
mekanik dari polimorf indometasin dan juga upaya peningkatan kelarutan
diklofenak dengan rekayasa kristal.
Selanjutnya pembahasan utama adalah analisis padatan. Dimulai dengan
definisi, tujuan, dan aplikasi dari analisis padatan. Lalu kita membahas pula
metode dan instrumen yang dipakai dalam analisis. Metode dan instrumen yang
digunakan antara lain:
1. Mikroskop: untuk melihat habit kristal
2. Analisis termal: energi dari senyawa
3. Spektroskopi: ikatan intermolekul dengan cahaya IR
4. Difraksi x-ray: kisi kristal yang dapat merefleksikan sinar X
Semua metode dan instrumen dibahas satu persatu. Misalnya mikroskop
dibahas dari mulai prinsip kerja, jenis-jenis mikroskop (cahaya, elektron SEM dan
TEM), dan contoh kristal yang teramati di mikroskop. Lalu ada analisis termal
kita belajar prinsipnya, alat-alatnya ada berbagai macam dari yang sederhana
hanya menampilkan suhu lebur sampai yang digital sehingga bisa melihat energi
dari senyawa. Analisis termal terdapat grafik yang disebut termogram yang
melihat aliran panas di suatu senyawa ketika suhu dinaikkan. Lalu kita
membahas spektroskopi. Spektroskopi yang dipakai adalah FTIR. FTIR selain
analisis kualitatif bisa digunakan pula analisis kuantitatif dengan hukum Lamber-
Beer. Contoh analisis kuantitatif kokristal diklofenak-L-prolin dengan FTIR. Dan
analisis yang terakhirdengan Xray difraktometer (XRD). Dibahas prinsip XRD
yang dibagi menjadi dua jenis yaitu PXRD (powder) dan SCXRD (single crystal).
Aplikasi PXRD bisa untuk identifikasi zat padat, penetapan struktur, uji
kemurnian, uji kuantitatif, dan uji forensik. PXRD dapat dikombinasikan dengan
analisis termal. Bu Ilma menampilkan contoh kasus identifikasi obat-obat yang
mengandung aspirin dan Vitamin C dengan PXRD. Ditampilkan juga contoh
penggunaan PXRD di bidang forensik misal mengidentifikasi narkoba. Sedangkan
SCXRD bisa digunakan untuk elusidasi struktur dibahas prinsip instrumennya
dan contoh hasilnya. Dibahas pula keuntungan menggunakan SCXRD dalam
elusidasi struktur salah satunya mampu membedakan jenis atom. Contoh yang
ditampilkan adalah elusidasi struktur senyawa bahan alam yaitu kurkumin.
Kesimpulan pada sesi kedua ini adalah analisis padatan bisa menggunakan
4 metode tadi dan dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis padatan sifatnya ramah lingkungan dan preparasi sampelnya tidak sulit.
Praktik analisis padatan ini penting dipelajari oleh para farmasis karena
instrumennya juga yang canggih. Karena itu pula ketersediaannya masih jarang
di instansi-instansi sehingga harus diperluas lagi. Instrumen analisis padatan
sudah tersedia di pusat-pusat penelitian di Indonesia. FTIR dan elektrotermal
sendiri sudah banyak fakultas farmasi yang sudah mempunyainya. Namun XRD
belum dimiliki oleh satupun fakultas farmasi di Indonesia dibandingkan dengan
fakultas farmasi di Jepang yang sudah mempunyai semua. Dan juga beberapa
industri sudah memiliki DSC dan SCXRD namun belum dimanfaatkan maksimal.
Di ITB sendiri untuk memakai XRD harus ke fakultas pertambangan (FTTM)
karena Sekolah Farmasi (SF) ITB belum memilikinya.

Jakarta, 15 Desember 2020

Ririd Jatmiko
10717080

Anda mungkin juga menyukai