Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PERAN EDUKATOR DAN PELATIHAN SENAM KAKI DIABETES


MELITUS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH MULYOREJO RT03 RW05
SURABAYA

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018
PROPOSAL
KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PERAN EDUKATOR DAN PELATIHAN SENAM KAKI DIABETES


MELITUS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH MULYOREJO RT03 RW05
SURABAYA

Disusun Oleh :

1. Siti Fatmawati (1711029)


2. Sit Harista (1711030)
3. Siti Winarni (1711031)
4. Suci Dewani A (1711032)
5. Sugeng Santoso (1711033)
6. Syoviana Kartikaningrum (1711034)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

1. JUDUL : PERAN EDUKATOR DAN PELATIHAN SENAM KAKI


DIABETES MELITUS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH MULYOREJO
RT03 RW05 SURABAYA
2. KETUA PELAKSANA
a. Nama : Sugeng Santoso
b. NIM : 1711033
3. Anggota
a. Siti Winarni
b. Siti Fatmawati
c. Siti Harista
d. Suci Dewani
e. Syoviana Kartikaningrum
4. Waktu dan Kegiatan
Hari/Tanggal : Kamis, 28 Juni 2018
Pukul : 08.00 s/d selesai
5. Lokasi kegiatan : Aula Kelurahan Mulyorejo Surabaya
6. Jumlah anggaran yang dipakai : swadaya dari kelompok dan sumbangan masyarakat

Surabaya, 14 April 2018


PJMK KOMUNITAS Ketua Panitia

Yoga K., S.Kep., Ns.,M.Kep., Sp.Kep.Kom Mochammad Choirurrozik


NIP. 03.042 NIM: 1711022

Mengetahui,

Ka Prodi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya

Dhian Satya R,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP.03.008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan proposal pengabdian masyarakat yang berjudul ” Peran
Edukator Dan Pelatihan Senam Kaki Diabetes Melitus Pada Masyarakat Di Wilayah
Mulyorejo RT03 RW05 Surabaya”
Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
Keperawatan Komunitas. Proposal ini banyak memanfaatkan berbagai literatur serta
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis menyadari
tentang segala keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan literatur, sehingga proposal ini
dibuat dengan sangat sederhana baik dari segi sistematika maupun isinya jauh dari
sempurna.
Dalam penyusunan proposal ini, kelompok mendapat banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah kami
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

2. Dhian Satya Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kepala Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.
3. Yoga Kertapati, S.Kep., Ns., M.Kep, Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing

Kami menyadari proposal ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan proposal ini. Semuga proposal ini bisa
berguna bagi kami dan pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI
SUSUNAN KEPANITIAAN

PENYULUHAN SENAM DIABETES DI WILAYAH MULYOREJO RT03 RW05


SURABAYA

Pelindung : Yoga K., S.Kep., Ns.,M.Kep., Sp.Kep.Kom


Penasehat : Yoga K., S.Kep., Ns.,M.Kep., Sp.Kep.Kom
Ketua Panitia : Sugeng Santoso
Sekretaris : Suci Dewani
Bendahara : Siti Fatmawati
Acara : Siti Winarni
Syoviana Kartikaningrum
Siti Harista
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang
kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif yaitu penyakit yang tidak menular
akan tetapi dapat diturunkan. Salah satu penyakit degeneratif yang memerlukan
penanganan secara tepat dan serius adalah diabetes mellitus (DM).
Menurut laporan dari beberapa tempat di Indonesia, angka kejadian dan
komplikasi DM cukup tersebar sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu masalah
nasional yang harus mendapat perhatian lebih. Di Wilayah Kelurahan Mulyorejo RT03
RW05 Surabaya terdapat 125 warganya penderita Diabetes Melitus. Sebagian besar
Penderita DM di wilayah Mulyorejo sudah datang berobat dan konsultasi ke
Puskesmas.
Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang sering dijumpai adalah
kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat bermanifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan
gangren dan artropati Charcot (Reptuz, 2009; dikutip Andarwanti, 2009). Ada dua
tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic foot yaitu tindakan pencegahan dan
tindakan rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi meliputi program terpadu yaitu evaluasi
tukak, pengendalian kondisi metabolik, debridemen luka, biakan kuman, antibiotika
tepat guna, tindakan bedah rehabilitatif dan rehabilitasi medik. Tindakan pencegahan
meliputi edukasi perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009).
Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi Penyandang DM atau
bukan Penyandang untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki (Soebagio, 2011). (Anggriyana & Atikah, 2010). Perawat
sebagai salah satu tim kesehatan, selain berperan dalam memberikan edukasi kesehatan
juga dapat berperan dalam membimbing Penyandang DM untuk melakukan senam kaki
sampai dengan Penyandang dapat melakukan senam kaki secara mandiri (Anggriyana
& Atikah, 2010).
Gerakan-gerakan senam kaki ini dapat memperlancar peredaran darah di kaki,
memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki dan mempermudah gerakansendi
kaki. Dengan demikian diharapkan kaki Penyandang diabetes dapat terawat baik dan
dapat meningkatkan kualitas hidup Penyandang diabetes (Anneahira, 2011).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Wilayah Kelurahan Mulyorejo RT03
RW05 Surabaya terdapat 125 orang dari 3449 warganya merupakan Penderita DM,
sebagian besar Penderita mengetahui bahwa DM dapat menimbulkan komplikasi pada
kaki, di wilayah Mulyorejo juga rutin untuk mengadakan posyandu Lansia tetapi yang
rutin memeriksakan kesehatan hanyalah lansia wanita saja. Di wilayah Mulyorejo juga
pernah dilakukan penyuluhan tentang senam DM sebanyak satu kali tetapi belum
semua warganya yang antusias untuk mengikuti penyuluhan tersebut baik Penyandang
DM itu sendiri maupun warganya yang sehat. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa
Penderita DM di wilayah Mulyorejo belum sepenuhnya pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang manfaat senam kaki pada penderita DM dalam upaya
pencegahan komplikasi diabetes pada kaki (Diabetes Foot).

1.2 Perumusan Masalah


Berbagai upaya telah dilakukan dalam mencegah komplikasi pada diabetes
mellitus salah satunya dengan selalu berobat di puskesmas maupun posyandu dan diet
untuk Penyandang diabetes juga telah dilakukan. Selain itu. sebagai anggota
masyarakat yang Penyandang DM dapat melakukan senam kaki untuk membantu
memperlancar aliran darah pada kaki dan mencegah komplikasi. Oleh karena itu
masalah dalam pengabdian masyarakat dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana
peran edukator dan pelatihan senam kaki Diabetes Mellitus pada masyarakat di
wilayah Mulyorejo RT03 RW05 Surabaya?”

1.3 Tujuan Kegiatan


1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan pencegahan komplikasi Diabetes pada kaki.
1.3.2 Tujuan khusus
1) Memberdayakan masyarakat dalam kemampuan melakukan senam kaki
diabetes secara mandiri
2) Memberdayakan masyarakat dalam mencegah komplikasi melalui senam kaki
diabetes

1.4 Manfaat Kegiatan


Manfaat kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas pemberdayaan
masyarakat dengan menggunakan kreatifitas mahasiswa. Pengetahuan dan wawasan
mahasiswa tentang DM akan bertambah. Mahasiswa juga mendapatkan pengalaman
sehingga dapat mengoreksi kesalahan sehingga tidak akan terulang lagi pada
kegiatan selanjutnya. Mahasiswa akan semakin terlatih untuk melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat sehingga masalah- masalah kesehatan dapat teratasi.
2. Bagi Masyarakat
Melakukan senam kaki DM merupakan suatu hal yang mudah dan
menyenangkan. Masyarakat juga bisa mengisi waktu luang dengan senam kaki.
Selain itu manfaat sangat besar bisa dirasakan masyarakat dengan selalu melakukan
senam kaki DM yaitu untuk memperlancar peredaran darah terutama pada kaki dan
mencegah komplikasi.

1.5 Khalayak Sasaran


Sasaran dilakukannya senam kaki diabetes adalah pada kelompok masyarakat
yang beresiko terkena DM khususnya pada pasien DM dan umumnya pada semua
masyarakat Mulyorejo RT03 RW05 Surabaya, terutama yang berpotensi mengalami
gangguan pada saat berjalan seperti adanya kesemutan pada kedua tungkai sehingga
dengan melakukan senam kaki dapat memperlancar peredaran darah perifer sehingga
terhindar dari luka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diabetes Melitus


Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes Melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan insulin, kerja insulin , atau keduanya.
Diabetes melitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif
kekurangan insulin (Soewondo,2006).
Diabetes tipe II (NIIDM) merupakan diabetes yang paling sering ditemukan di
Indonesia. Penyandang tipe ini biasanya ditemukan pada usia di atas 40tahun disertai
berat badan yang berlebih. Selain itu, diabetes tipe II ini dipengaruhi oleh faktor
genetik, keluarga, obesitas, diet tinggi lemak, dan disertai kurang gerak badan.
(Nabil,2009)
Diabetes melitus adalah penyakit menahunyang timbul pada seseorang yang
disebabkan karena adanya peningkatan gula darah atau glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Kemenkes RI,2011).

2.2 Identifikasi Faktor Risiko Diabetes Melitus


1. Umur
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui terdapat hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian DM. Pendugaan faktor risiko usia dengan
DM didapatkan bahwa probabilitas untuk terjadinya DM pada usia <45 tahun dan
45 tahun adalah lebih kurang 1 banding 6 dengan asumsi sekitar 84% kasus DM
dapat dicegah dengan memperhatikan faktor risiko umur. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa mereka dengan usia lebih dari 45 tahun adalah kelompok
usia yang berisiko menderita DM. Lebih lanjut dikatakan bahwa DM merupakan
penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama
gangguan organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga DM akan
meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan usia.
2. Riwayat Keluarga
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui terdapat hubungan yang
bermakna antara riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian DM. Dapat
diketahui pula bahwa jumlah yang memiliki riwayat keluarga menderita DM lebih
banyak pada kelompok kasus. Pendugaan faktor risiko riwayat keluarga dengan DM
diperoleh probabilitas untuk terjadinya DM pada orang dengan tidak ada riwayat
keluarga menderita DM dan ada riwayat keluarga adalah lebih kurang 1 banding 4
dengan asumsi sekitar 73% kasus DM dapat dicegah dengan memperhatikan faktor
risiko adanya riwayat keluarga menderita DM. Salah satu kelompok yang berisiko
tinggi menderita DM jika ada salah satu yang mempunyai keturunan baik pada
orang tuanya atau kakeknya, saudaranya dan lain-lain yang menderita DM. Faktor
risiko keluarga lain adalah mereka yang melahirkan anak di atas 4 kg (gestasional
DM).
3. Pengetahuan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan tentang DM dengan kejadian DM. Dapat diketahui
bahwa jumlah yang memiliki pengetahuan tidak baik lebih banyak pada kelompok
kontrol.
Ketidaktahuan seseorang tentang sesuatu dalam hal ini tentang DM tentunya
akan meningkatkan risiko orang tersebut untuk menderita DM. Pada kenyataannya
hasil temuan menemukan bahwa pada kelompok kasus lebih banyak yang
berpengetahuan baik dari pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar Penyandang DM (kelompok kasus) sudah menderita DM selama
bertahun-tahun, sehingga mereka mencari sumber-sumber informasi tentang DM.
Seseorang cenderung berusaha mencari tahu atau mencari informasi setelah ia
mengalami gangguan/masalah atau berusaha mencari tahu apa permasalahan yang
sedang dihadapi dan bagaimana pemecahannya.

4. Pola Makan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pola makan dengan kejadian DM. Dapat diketahui bahwa
jumlah yang memiliki pola makan tidak sehat sedikit lebih banyak pada kelompok
kasus. Probabilitas untuk terjadinya DM pada orang dengan pola makan tidak sehat
dan pola makan sehat adalah lebih kurang sama atau 1 banding 1. Selanjutnya dari
nilai PAR diketahui sekitar 6% kasus DM dapat dicegah dengan menghilangkan
faktor risiko adanya pola makan yang tidak sehat.
5. Pola Kepribadian
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pola kepribadian dengan kejadian DM. Dapat diketahui pula
bahwa jumlah yang memiliki kepribadian tipe A lebih banyak pada kelompok kasus.
Pendugaan faktor risiko pola kepribadian responden diperoleh bahwa OR sebesar
50,4 yang artinya probabilitas untuk terjadinya DM pada orang dengan tipe
kepribadian A/B dan B dan tipe kepribadian A adalah lebih kurang 1 banding 50
dimana dari nilai PAR diperoleh sekitar 98% (kasus DM dapat dicegah dengan
menghilangkan faktor risiko adanya pola kepribadian tipe A). Hal ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa orang dengan aktivitas fisik yang kurang dan
mengalami stress psikososial serta individu dengan gaya hidup yang agresif, selalu
berkompetisi (type A personality) atau biasa juga disebut dengan sedentary person
merupakan faktor risiko menderita DM (pre-diabetic risk factor)

2.3 Penyebab
1. Diabetes Melitus tipe 1
Pada diabetes tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Penyandang tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktifitas
limfosit,antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri
(Misnadiarly,2006).
2. Diabetes Melits tipe 2
Pada diabetes tipe 2, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke
dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat. (Misnadiarly,2006).
3. Diabetes melitus Tipe Spesifik Lain
Penyebab bagi diabetes tipe ini merupakan defek spesifik pada sekresi atau
fungsi insulin, kelainan metabolik yang menyebabkan gangguan sekresi insulin,
kelainan mitokondria, dan keadaan-keadaan yang lainnya yang menyebabkan IGT
(Powers,2005).
2.4 Tanda dan gejala
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

2.5 Klasifikasi Diabetes Melitus


Menurut klasifikasi WHO, diabetes dibagi menjadi beberapa jenis :
1. Diabetes Melitus tipe 1, Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Menurut American Diabetic Association (ADA) TAHUN 2010 merupakan
kondidi tidak terkontrolnya gula didalam tubuh karena kerusakan sel β pankreas
sehingga mengakibkan berkurangnya produksi insulin sepenuhnya. Sementara itu,
menurut Gustaviani, diabetes melitus tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang
dipengaruhi secara genetik oleh gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses
perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin secara bertahap
(Rifka,2014)
DM tipe 1 disebut juga diabetes onset-anak (atau onset-remaja) dan diabetes
rentan-ketos (karena sering menimbulkan ketosis). Onset DM tipe 1 biasanya terjadi
sebelum usia 25-30 tahun (tetapi tidak selalu demikian karena orang dewasa dan
lansia yang kurus juga mengalami diabetes tipe ini). Sekresi insulin mengalami
defisiensi (jumlahnya sangat rendah atau tidak ada sama sekali). Dengan demikian,
tanpa pengobatan dengan insulin (pengawasan dilakukan melalui pemberian insulin
bersamaan dengan adaptasi diet), pasien biasanya akan mudah terjerumus ke dalam
situasi ketoasidosis diabetik.
Jalannya penyakit DM tipe 1 meliputi 5 tahap, yaitu :
a) Penyandang diabetes memiliki kerentanan genetik terhadap penyakit ini
b) Keadaan lingkungan biasanya memulai proses terjadinya penyakit pada
individu dengan kerentanan genetik. Infeksi virus diyakini sebagai satu
mekanisme pemicu, tetapi agen non-infeksius bisa juga terlibat.
c) Rangakaian proses peradangan pankreas atau insulitis. Monosif atau makrofag
dan limfosit T teraktivasi mneginfiltrasi sel β pankreas.
d) Perubahan atau transformasi sel β sehingga tidak lagi dikenal sebagai “sel
sendiri”, tetapi dilihat oleh sistem imun sebagai “sel asing”.
e) Perkembangan respon imunitas. Hasil akhir berupa perusakan sel β dan
penampakan diab etes.
Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat, dan perjalananya sangat
progresif, jika tidak diawasi, dapat berkembang menjadi ketoasidosis dan koma.
Ketika diagnosis ditegakkan, pasien biasanya memilik berat badan yang rendah,
hasil tes deteksi antibodi islet hanya bernilai sekitar 50-80%, dan kadar gula darah
puasa >140 mg/Dl (Arisman, 2002).

2. Diabetes Melitus tipe 2,non- insulin dependent diabetes melitus (NIDDM)


Diabetes melitus tipe 2 merupakan kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak
terkontrol akibat gangguan sensitivitas sel β pankreas untuk menghasilkan hormon
insulin yang berperan sebagai pengontrol kadar gula dalam tubuh. Hasil laporan
statistika International Diabetes Fedreration (IDF) menyatakan bahwa terdapat 3,2
juta kasus kematian akibat DM tipe 2 setiap tahun. Selain kematian, komplikasi
penyakit diabetes melitus tipe 2 dapat mengarah pada gangguan microvascular
(retinopathy dan penyakit saraf) serta macrovascular (stroke, tekanan darah tinggi,
serta kelainan ginjal, hati, dan jantung).
Patogeneses DM tipe 2 belum diketahui sepenuhnya, tetapi ada 3 faktor
penting yang perlu diperhatikan sebagai penyebab terjadinya DM tipe 2, yaitu :
1) Faktor individu atau genetik etnis yang menyebabkan kerawanan pada kejadian
DM
2) Kerusakan sel β pankreas
3) Berkurangnya kerja hormon insulin di dalam jaringan (resistensi insulin),
termasuk otot skeletal, hati, dan jaringan adiposa.
a. Diabetes tipe 2 bukan disebabkan kurangnya sekresi insulin, tetapi
ketidakmampuan sel-sel target insulin untuk merespon hormon insulin
secara normal sehingga gula darah tidak dapat masuk ke dalam sel.
b. Pada Penyandang DM tipe 2 terjadi sekresi hormon insulin dan produksi
glukosa darah yang berlebih
c. Hal yang membedakan dengan DM tipe 1 adalah tidak terjadi kerusakan sel
β langer-haens secara autoimun.
Tanda atau gejala khas DM tipe 2 ini yaitu :
a) Poliuri (banyak kencing)
b) Polidipsi (banyak minum)
c) Poliphagi (banyak makan)
d) Penurunun berat badan
e) Kelelahan
f) Luka sulit sembuh
g) Pruritus (gatal-gatal)
h) Infeksi
i) Refraksi mata mudah berubah
j) Katarak
k) Gejala saraf
l) Gangguan serangan jantung (Rifka, 2014)

3. Diabetes Kehamilan (Gestational).


Diabetes kehamilan adalah gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang
ditemukan pertama kali pada saat hamil, tanpa membedakan apakah Penyandang
perlu terapi insulin atau tidak. Pada umumnya Penyandang diabetes mellitus
kehamilan, menunjukkan gangguan toleransi glukosa yang relatif ringan, sehingga
jarang memerlukan pertolongan dokter (Asdie, 2000).

4. Diabetes Tipe lainnya.


Tipe-tipe diabetes lain dijumpai pada kondisi dan sindroma tertentu. Tipe
diabetes ini dapat timbul sebagai akibat kerusakan pancreas karena radang, cidera
atau adanya suatu keganasan. Kasus ini hanya mencakup 1-10% dari seluruh kasus
diabetes (Kalat, 2007 & WHO, 2003).

2.6 Komplikasi Diabetes Melitus


Secara garis besar komplikasi diabetes mellitus diabagi menjadi 2 yaitu :
1. Akut :
a. Hipoglikemi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula
darah antara 70-110 mg/dL. Sementara pada Penyandang diabetes, kadar gula
darahnya tersebut berada pada tingkat terlalu tinggi dan pada Penyandang
hipoglikemia, kadar gula darahnya berada ( antara < 50 mg/dL ) atau < 80
mg/dL dengan gejala klinis
b. Ketoasidosis ( Diabetik Ketoasidosis )
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan
metabolic yang ditandai oleh trias Hiperglikemi ,asidosis ,dan ketosis ,terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolute atau relative. KAD atau
Hipoglikemia merupakan komplikasi acute dari diabetes mellitus (DM) yang
serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat
c. Koma hiperosmolar nonketotik
Suatu sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar,
dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran

2. Kronik :
a. Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik adalah kerusakan progresif pembuluh darah di retina yang
disebabkan oleh kadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Sebagai komplikasi
umum dari diabetes mellitus, penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan
gangguan penglihatan lainnya
b. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering
ditandai dengan rasa nyeri.
c. Neuropati Diabetik
Neuropati Diabetik adalah suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom dan
syaraf cranial yang ada hubunganya dengan diabetes mellitus.Keadaan ini
disebabkan oleh kerusakan mikrovaskuler yang disebabkan oleh diabetes yang
meliputi pembuluh darah yang kecil-kecil yang memperdarahi syaraf(vasa
nervorum).
d. Rentan Infeksi
e. Kaki Diabetik

2.7 Pencegahan Diabetes Melitus


1. Pencegahan untuk Penyandang DM
a. Pencegahan Primer
Pencegahan penyakit diabetes melitus secara primer ini dilakukan
dengan tujuan untuk tahap awal pencegahan terjadinya diabetes. Salah satunya
selalu memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit diabetes
baik secara genetik ataupun karena faktor lingkungan.
Adapun cara pencegahan primer diantaranya :
1) selalu menjaga pola makan sehari-hari
2) selalu melakukan olahraga secara teratur

3) tidur yang cukup


4) menghindari obat-obatan yang dapat menimbulkan penyakit diabetes.
2. Pencegahan untuk kelompok resiko DM
a. Cara pencegahan sekunder
Cara pencegahan sekunder ini bertujuan untuk menghambat persebaran
penyakit diabetes militus yang sudah ada dalam tubuh mengkoplikasi penyakit
yang lain. Dengan pencegahan sekunder ini banyak sekali hal yang harus
dilakukan salah satunya melakukan pendeteksi dini pada Penyandang diabetes
melitus.
Adapun untuk tahap pencegahan sekunder ini adalah sebagai berikut :
1) Sering melakukan pengetesan kadar gula darah dalam tubuh
2) Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat badan
yang lebih maka usahakan untuk menurunkannya.
3) Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik
Anda
b. Cara pencegahan tersier
Jika sudah dalam tahap ini maka bisa dibilang penyakit diabetes tersebut
telah parah dan telanjur mengoplikasi penyakit yang lainnya, maka dari itu yang
harus dilakukan pencegahan tersier diantaranya sebagai berikut
1) Mencegah dari resiko terkana gagal ginjal kronik yang menyerang pembulu
darah
2) Mencegah terjadinya luka apapun yang dapat memperparah keadaan fisik,
karena jika sesorang yang memiliki penyakit diabetes jika memiliki luka
cenderung sangat sulit untuk disembuhkan
3) Mencegah resiko terkena peyakit stroke.

2.8 Senam kaki Diabetes Melitus


2.8.1 Pengertian Senam Kaki Diabetes
Senam kaki diabetes adalah suatu kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki.
2.8.2 Manfaat Senam Kaki Diabetes
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan juga memperkuat
otot-otot kecil kaki serta mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu,
senam kaki juga dapat meningkatkan kekuatan pada otot paha, betis, dan juga
mengatasi keterbatasan dalam pergerakan sendi.

2.8.3 Tujuan Dilakukannya Senam Diabetes


a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Memperkuat otot-otot kecil
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
e. Mengatasi keterbatasan gerak

2.8.4 Indikasi dan Kontra Indikasi Senam Diabetes


a. Indikasi
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh Penyandang Diabetes mellitus
dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa
menderita Diabetes Mellitus sebagai tindakan pencegahan dini.
b. Kontra Indikasi
1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipnea atau nyeri dada
2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas

2.8.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan Senam Kaki Diabetes


1. Pasien duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh lantai

2. Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan
keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10
kali.
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.
Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai
dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan secara bersamaan
pada kaki kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke
atas dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6. Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki
kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan.
Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali.
7. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut
dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke-8,
namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi gerakan
tersebut sebanyak 10 kali.
9. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Kemudian
gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.
10. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada
pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari
angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

11. Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut
menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali bola tersebut
menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Gerakan ini
dilakukan hanya sekali saja.
12. Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran
tersebut.
13. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
14. Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki
lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi.
15. Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri
menjadi bentuk bola.
BAB III
METODE PENGABDIAN MASYARAKAT

3.1 Solusi masyarakat untuk berperan aktif


1) Penyuluhan dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan penyuluhan terjadwal
berkesinambungan pada kelompok diabetes
2) Bagi Penderita DM yang terpaut jarak, penyuluhan dan senam kaki diabetic dapat
dilakukan dengan bergulir tempat (RT)
3) Bagi Penderita DM yang terpaku kondisi fisik, penyuluhan dan senam kaki diabetic
dapat dilakukan dengan kunjungan ke rumah penderita DM.
4) Berdasarkan data yang didapat bahwa yang rutin memeriksakan diri ke Posyandu
Lansia adalah wanita dan kader Posyandu Lansia juga didominasi kaum wanita pula.
Oleh sebab itu, Posyandu Lansia akan merekrut kader laki-laki sebagaimana alasan
tersebut.
5) Pesan penyuluhan dapat disampaaikan melalui media yang dapat diterima oleh
indera pendengaran dan indera penglihatan. Misal : slide show power point, video
6) Memberikan penjelasan tentang penyakit diabetes mellitus sampai dengan dampak
penyakit diabetes mellitus, supaya pasien rutin mengikuti penyuluhan.
7) Memberikan dukungan/ nasihat yang positif dan menghindari kecemasan
8) Memberikan informasi secara bertahap
9) Dalam kegiatan dapat memberikan pengobatan sesederhana mungkin.

3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat


1. Resiko Diabetes Melitus
Pemeriksaan TTV

Pemeriksaan gula darah

Penyuluhan

Evaluasi (pemeriksaan gula darah )


2. Penyandang DM

Pemeriksaan TTV

Pemeriksaan sirkulasi darah


menggunakan tensimeter dan
vaskuler droppler

Pengukuran gula
darah
Penyuluhan dan senam
kaki diabetik

Metode pelaksanaan kegiatan pelatihan senam kaki terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:
1) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital sebelum melakukan tindakan, cek status
respiratori (dispnea atau nyeri dada), serta mengkaji status emosi responden
(suasana hati/mood, motivasi).
2) Mengukur sirkulasi darah sebelum melakukan senam kaki diabetes (pre test) dengan
menggunakan tensimeter dan vascular doppler di lengan dan kaki hingga diperoleh
tekanan sistolik lengan dan kaki. Lalu dihitung berdasarkan rumus ABPI dan
mencatat hasil pengukuran sirkulasi darah ke dalam lembar observasi.
3) Penyuluhan
Memberikan penyuluhan tentang :
a. Pengertian senam kaki
b. Tujuan senam kaki
c. Manfaat senam kaki
d. Indikasi dan kontraindikasi senam kaki
e. Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki
4) Pelatihan dan pelaksanaan senam kaki :
a. Mengajarkan senam kaki sesuai dengan standar operasional prosedur.
b. Senam kaki dilakukan dengan menggunakan alat berupa kursi untuk tempat
duduk responden dan Koran bekas
c. Senam kaki dilaksanakan selama 30-45 menit,.
5) Mengukur kembali sirkulasi darah sesudah melakukan senam kaki (post test) dengan
menggunakan tensimeter dan vascular doppler di lengan dan kaki hingga diperoleh
tekanan sistolik lengan dan kaki. Lalu dihitung berdasarkan rumus ABPI dan
mencatat hasil pengukuran sirkulasi darah ke dalam lembar observasi.

3.3 Rancangan Evaluasi


Dari kegiatan tersebut disusun rancangan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dan dapat dicapai dengan baik
sesuai tujuan kegiatan.

1. Untuk mengukur aspek kognitif :


a. Penderita DM mengetahui tujuan dilakukannya senam kaki
b. Penderita DM mengetahui manfaat senam kaki
c. Penderita DM mengetahui indikasi dan kontraindikasi senam kaki
d. Penderita DM mengetahui cara melaksanakan senam kaki.
2. Untuk mengukur aspek afektif :
a. Penderita DM menyatakan senang mendapatkan pelatihan tentang senam kaki
b. Penderita DM menyatakan mau dan tertarik untuk mempelajari senam kaki.
c. Penderita DM menyatakan mau dan akan melaksanakan senam kaki 3 kali dalam
seminggu
d. Penderita DM menyadari pentingnya melaksanakan senam kaki untuk mencegah
komplikasi DM pada kaki.
3. Untuk mengukur aspek psikomotor/tindakan :
a. Penderita DM mampu berdiskusi perihal pelaksanaan senam kaki
b. Penderita DM antusias, perhatian dan aktif selama kegiatan pelatihan senam kaki
c. Penderita DM mampu melakukan senam kaki secara mandiri

3.4 Jadwal Pelaksanaan


Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlokasi di wilayah Mulyorejo RT03 RW05
Surabaya. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu
dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2018, berdasarkan tabel berikut:
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Tahun 2018
Mei Juni Juli Agustus
Penyusunan proposal X
Pengurusan perizinan X
Pelaksanaan Kegiatan X X
Pemantauan X X
Laporan X
LAMPIRAN
PLAN OF ACTION

HARI, TANGGAL, ANGGARAN


NO. KEGIATAN SASARAN TEMPAT PJ KET
JAM DANA
1. Musyawarah Selasa, 12 Juni 2018 Mahasiswa, Ketua Balai RW Mulyorejo Ketua Panitia -
Kota I Jam 10.00– selesai Lurah, Ketua RW, Surabaya
(Kelurahan) Ketua RT, Kader
2. Musyawarah Selasa, 12 Juni 2018 Ketua RT dan Tokoh Rumah ketua RT Ketua kader Rp. 200.000,-
Kota (RT) Jam 20.00 – selesai masyarakat,warga
Mulyorejo
3. Pengkajian Kamis-Jumat, 21-22 Masyarakat Wilayah Mulyorejo RT 01 : Nissa
Komunitas Juni 2018 Mulyorejo RT03 RT 02 : Ilham
Jam : 09.00-15.00 WIB RW05 RT 03: Tiara
RTO4 : Luthfa
RT 05 : Retna
4. Tabulasi data Sabtu –Senin, 23-25 - Anggota
Juni 2016 kelompok
Jam 08.00-Selesai
5. Musyawarah Selasa 26 Juni 2018 Warga Mulyorejo Rumah Kepala RT Kepala Kader Rp.400.000,-
Kota II jam 20.00-Selesai
6.. Pelaksanaan
a. Persiapan Rabu, 27 Juni 2018 Warga masing- Aula Kelurahan RT 01 : Nisa Rp. 200.000,-
tempat dan Jam 15.00-selesai masing RT RT 02 : Ilham
perlengkapan RT 03: Tiara
RTO4 : Luthfa
RT 05 : Retna
b. Melaksanakan Kamis, 28 Juni 2018 Resiko penderita Aula Kelurahan Rp. 250.000,-
pemeriksaan Jam 08.00 – 12.00 DM
TTV, dan tes
gula darah,
c. Melaksanakan Kamis, 28 Juni 2018 Penderita DM Aula Kelurahan Rp.150.000,-
pemeriksaan Jam 08.00-12.00
sirkulasi darah
menggunakan
tensimeter dan
vaskuler
Doppler
d. Penyuluhan Kamis, 28 Juni 2018 Penderita DM Aula Kelurahan Rp. 150.000
senam kaki Jam 12.00 – 12.30
diabetik
7. Seminar Askep Senin, 2 Juli 2018 Anggota Kelompok Balai RW Mulyorejo -
Komunitas Jam 09.00 – 10.00
8. Penyusunan hasil Senin, 2 Juli 2018 Anggota Kelompok Rumah Kader Anggota Rp.100.000,-
kegiatan Jam 12.00 – selesai Kelompok
9. Musyawarah Senin, 2 Juli 2018 Warga Mulyorejo Rumah ketua RT Ketua RT Rp.200.000,-
Kota III (RT) Jam 19.00 – selesai
10. Penutup (RW) Selasa, 3 Juli 2018 Mahasiswa, Ketua Balai RW Mulyorejo Kepala RT
Jam 09.00 – selesai RT, Kepala Kader Ketua
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association.2005. Diagnosis and Classification of Diabetes


Melitus. Diabetes Care.

Asdie, A.H. 2000. Patogenesis dan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2. Yogyakarta:
Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Dewi, Rifka Kumala. 2014. Diabetes Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta : Fmedia

Kemenkes RI. 2011. Petunjuk teknis : Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus
Edisi 3. Jakarta : Depkes RI

Misnadiarly. 2006. Diabetes Melitus Gangren,Ulcer, Infeksi, Mengenali gejala,


Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Nabil. 2009. Mengenal Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Powers, A.C., 2005. Diabetes Melitus. In: Gibson, R.J., ed. The 16th Edition Of
Harrison’s Principles Of Internal Medicine. USA: The McGraw-Hill
Companies.

Soegondo, Sidartawan. Dkk. 1995. Diabetes Melitus Pelaksanaan Terpadu. Jakata :


FKUI

Soegondo, Sidartawan. 2009. Penatalaksanaan Diabates Melitus Terpadu. Jakarta :


Balai Penerbit FK UI

Tjokroprawiro, Askandar. 1991. Diabetes Melitus: Klasifikasi, Diagnosis, dan


dasar-dasar terapi. Jakarta : PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai