Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Dunia medis erat kaitannya dengan diagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit. Untuk mengetahui jenis dan adanya suatu penyakit, dilakukan dengan cara mendiagnosis penyakit yang diderita seseorang. Bila sudah diketahui penyakitnya, pengobatanpun bisa tepat dan lebih cepat. Di beberapa negara, pemanfaatan nuklir di bidang kesehatan terus berkembang pesat. Skala ekonominya telah mencapai angka yang menjanjikan. Di Amerika Serikat dilaporkan telah mencapai 49 milyar dollar AS per tahun pada tahun 1998, atau sekitar 5% dari total belanja kesehatan nasional negara tersebut yang sebesar 987 milyar dollar AS. Sedang di Jepang, pemanfaatan radiasi nuklir memiliki skala ekonomi 12 milyar dollar AS per tahun, atau setara dengan 4,3% dari total belanja kesehatan yang sebesar 279 milyar dollar AS. Potensi ekonomi yang tersimpan di dalam layanan kesehatan berbasis teknologi nuklir ini diprediksi akan mendorong berbagai pihak untuk mengembangkannya di tanah air (Info Nuklir, 2013). Berbagai cara dan teknologi diterapkan untuk melakukan diagnosis dan pengobatan tersebut. Ada yang menggunakan obat-obatan herbal, kimia, hingga ke sinar dari radioaktif. Penggunaan Sinar X untuk rontgen sudah umum digunakan. Namun, kini ada teknologi diagnosis dan terapi dengan menggunakan sinar alfa atau materi bermuatan (alfa dan beta). Penggunaannya melalui aliran darah, baik dengan oral, injeksi, maupun diisap. Seperti dalam pengobatan HIV yang selama ini menggunakan Highly active antiretroviral therapy (HAART) selama ini digunakan dalam pengobatan pasien dengan cara menekan replikasi virus dalam tubuh. Namun dibalik kesuksesan HAART dalam mengurangi virus HIV secara efektif, peneliti yakin bahwa sel dalam tubuh yang terinfeksi secara laten mencegah kemungkinan sembuh secara permanen. Dalam makalah ini akan mencoba membahas mengenai pengobatan pasien HIV dengan menggunakan teknik radioimunoterapi (RIT). 1

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan radioimunoterapi (RIT)? 2. Bagaimanakah teknik pengobatan pasien HIV dengan menggunakan

radioimunoterapi (RIT)? 3. Bagaimana perbandingan pengobatan pasien HIV dengan menggunakan Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) dan Radioimunoterapi (RIT)?

1.3 Batasan Masalah Pada pembahasan makalah ini hanya menjelaskan mengenai pengobatan

radioimunoterapi (RIT) pada penderita HIV.

1.4 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan radioimunoterapi (RIT). 2. Untuk mengetahui teknik pengobatan pasien HIV dengan menggunakan

radioimunoterapi (RIT). 3. Untuk mengetahui perbandingan pengobatan pasien HIV dengan menggunakan Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) dan Radioimunoterapi (RIT). 1.5 Manfaat Adapun maanfaat dari makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai radioimunoterapi (RIT), teknik pengobatan pasien HIV dengan menggunakan radioimunoterapi (RIT), dan perbandingan pengobatan pasien HIV dengan menggunakan Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) dan Radioimunoterapi (RIT).

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Radiasi Korpuskuler Radiasi korpuskuler adalah suatu pancaran atau aliran dari atom-atom dan atau partikelpartikel sub atom yang mempunyai kemampuan untuk memindahkan energi geraknya atau energi kinetiknya ke bahan-bahan yang mereka tumbuk/bentur. Sinar alfa adalah sinar korpuskuler atau partikel dari inti atom terdiri dari proton dan neutron. Sinar ini tidak dapat menembus kulit dan tidak banyak dipakai dalam radioterapi.

2.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang memperlemah sistem kekebalan tubuh pada manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

Gambar 2.1 HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). 3

AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (L) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

2.3 Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) HAART adalah kombinasi obat antiretroviral yang mengurangkan replikasi HIV. Kombinasi 3 kelas obat yang biasa digunakan adalah nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs), non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs) dan protease inhibitors (PIs). Efek samping dari penggunaan obat NRTI dan PIs adalah diare (WHO, 2008). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), diare kronik bertanggungjawab terhadap 17% kasus AIDS yang baru didiagnosa di Amerika Serikat akibat penggunaan terapi antiretroviral yang sangat tinggi (HAART) (Wilcox, 2010). Obat antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV. Kelas obat antiretroviral yang berbeda berjaman pada stadium lingkaran kehidupan HIV yang berbeda. Kombinasi beberapa obat antiretroviral diketahui sebagai terapi antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Orang yang terinfeksi HIV dapat menggunakan terapi antiretroviral (highly active antiretroviral therapy /HAART) untuk menekan secara efektif replikasi virus dalam tubuh, tetapi sel-sel yang terinfeksi laten masih ada di dalam tubuh dan mencegah penyembuhan secara permanen. Di dalam tubuh pasien HIV yang menjalani HAART, obat menekan replikasi virus yang berarti menekan jumlah virus dalam aliran darah agar tetap rendah. Akan tetapi HAART tidak membunuh sel yang terinfeksi HIV. Oleh karena itu diperlukan pengobatan HIV yang membunuh sel-sel terinfeksi HIV.

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Radioimunoterapi (RIT) RIT berdasarkan sejarahnya telah digunakan untuk mengobati kanker, menggunakan selsel yang diketahui sebagai antibodi monoklonal (sel-sel klon yang dijadikan alat oleh sistem imun untuk mengidentifikasi dan menetralkan antigen) untuk menghasilkan antigen dan mengikat sel. Antigen adalah objek asing seperti bakteri dan virus yang menstimulasi respon imun (kekebalan) dalam tubuh. Antibodi monoklonal juga berpasangan dengan isotop radioaktif dan saat dimasukkan ke dalam aliran darah penderita, mereka akan mengirimkan radiasi hanya ke sel yang menjadi target, lalu membunuhnya. RIT mampu membunuh HIV (virus yang menginfeksi limfosit) yang sebelumnya diobati dengan HAART, mengurangi infeksi HIV dalam sampel darah pada tingkat yang tidak terdeteksi. Sel-sel yang terinfeksi HIV dieliminasi dengan RIT. RIT digunakan dalam pengobatan kanker, mengkapitalisasi pada kenyataan bahwa setiap jenis antibodi diprogram untuk mencari hanya satu jenis antigen dalam tubuh. Dengan melampirkan bahan radioaktif untuk antibodi tertentu, radiasi dapat ditargetkan pada sel-sel spesifik yang mengekspresikan antigen yang sesuai, meminimalkan kerusakan pada jaringan lain. RIT pada awalnya dikembangkan sebagai terapi untuk pengobatan kanker dan telah menjadi paling sukses sejauh ini dalam pengobatan limfoma non-Hodgkin, kanker yang berasal dalam sel-sel dari sistem kekebalan tubuh. Karena virus sangat berbeda dari sel-sel kanker, radioimunoterapi yang digunakan untuk pengobatan HIV menimbulkan tantangan yang signifikan. Virus adalah bit kecil dari DNA atau RNA yang dibungkus dalam mantel protein tipis. Sederhana, tangguh, dan tahan banting, virus mudah menghindari radiasi diarahkan pada mereka dan mudah dapat memperbaiki kerusakan yang mungkin terjadi. Virus HIV dapat bersembunyi di sel-sel kekebalan tubuh dan dapat menjaga virus diluar jangkauan antibodi. 3.2 Teknik Pengobatan Pasien HIV dengan Menggunakan Radioimunoterapi (RIT) Dalam penggunaan RIT, antibodi mengikat sel terinfeksi dan membunuhnya dengan radiasi alfa. Ketika HAART dan RIT digunakan bersama-sama, mereka dapat membunuh dan sel yang terinfeksi sekaligus. RIT membunuh sel terinfeksi HIV secara spesifik dan jelas. 5

Radionuklida yang digunakan mengirimkan radiasi hanya untuk sel yang terinfeksi HIV tanpa merusak sel-sel di dekatnya.

Gambar 3.1 Antibodi yang dilabel radioaktif mengikat protein gp41 virus yang terekspresi pada permukaan limfosit yang terinfeksi HIV. Sel-sel tersebut dibunuh menggunakan radiasi alfa yang dibawa oleh antibodi tersebut.

Para peneliti dari Albert Einstein College of Medicine di Yeshiva University, New York pernah melakukan pengujian dengan memodifikasi terapi yang saat ini digunakan untuk pasien leukemia. Pengujian ini dilakukan pada darah 15 pasien dengan HIV. Para peneliti menemukan bukti bahwa terapi modifikasi ini mampu menjangkau sel-sel yang terinfeksi. Sel laten inilah yang menyebabkan HIV tidak bisa disembuhkan. Sel-sel yang terinfeksi ini bersembunyi di dalam tubuh, diam, namun ketika pengobatan berhenti, sel-sel ini bereaksi kembali. Terapi ini memusnahkan sel terinfeksi yang masih bersarang di tubuh pasien, bahkan di otak. Obat-obatan bahkan tidak bisa memberikan hasil seperti ini. Radioimunoterapi menggunakan antibodi monoklonal, sebuah versi rekayasa dari virus sistem kekebalan tubuh manusia, yang kemudian bersentuhan dengan material radioaktif, bismuth-213. Antibodi ini dirancang untuk mengenali HIV, kemudian mengenai sel yang terinfeksi, dan mengantarkan radiasi yang mematikan virus HIV. Radionuklida yang digunakan mengantarkan radiasi hanya ke sel yang terinfeksi HIV tanpa merusak sel di

sekitarnya. terapi ini tidak berbahaya karena ide dasar dari radioimunoterapi untuk HIV menggunakan isotop yang bisa mengenai sel terinfeksi secara tepat. Antibodi bisa mengenali sel mana yang seharusnya diserang karena sel-sel ini menampilkan sedikit bagian protein pada permukaan sel. Namun HIV terintegrasi dengan DNA sel. Dan menurut ahli, virus ini bisa menginfeksi sel tanpa menunjukkan keberadaannya. Sehingga antibodi sepintar apa pun tidak akan bisa menemukan atau mengenalinya. 3.3 Perbandingan Pengobatan Pasien HIV dengan Menggunakan Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) dan Radioimunoterapi (RIT) Adapun dampak yang ditimbulkan dari pengobatan pasien HIV dengan menggunakan Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) dan Radioimunoterapi (RIT) yaitu I. Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) 1. Pengobatan dengan Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) merupakan pengobatan dengan obat antiretroviral. 2. Pengobatan dengan Antiretroviral kadang-kadang berefek samping obat dapat begitu kuat, tidak dapat ditoleransi atau bahkan mengancam jiwa dimana pengobatan harus diubah. 3. Perubahan pengobatan diperlukan ketika Antiretroviral gagal untuk memperlambat replikasi virus dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari resistensi obat, kepatuhan kurang, penyerapan obat kurang, kombinasi obat lemah, peningkatan viral load HIV atau timbulnya penyakit terkait tanda-tanda kegagalan Antiretroviral. 4. Orang yang terinfeksi HIV dapat menggunakan terapi antiretroviral (highly active antiretroviral therapy /HAART) untuk menekan secara efektif replikasi virus dalam tubuh, tetapi sel-sel yang terinfeksi laten masih ada di dalam tubuh. 5. Penggunaan obat Antiretroviral hanya dapat menekan replikasi virus yang ini berarti menjaga jumlah partikel virus. 6. HAART tidak dapat membunuh sel yang terinfeksi HIV.

7. Terapi obat yang disebut antiretroviral bisa menekan virus ke level terendah dan sangat kecil kemungkinannya menginfeksi yang lain. Meski begitu, masih ada virus yang tersisa. Dan jika pengobatan terhenti, virus muncul lagi.

II.

Radioimunoterapi (RIT) 1. Teknik pengobatan Radioimunoterapi (RIT) merupakan teknik pengobatan dengan menggunakan antigen dan radiasi. 2. RIT mampu membunuh HIV (virus yang menginfeksi limfosit) yang sebelumnya diobati dengan HAART. 3. Radionuklida yang digunakan dalam radioimunoterapi mengirimkan radiasi hanya untuk sel yang terinfeksi HIV tanpa merusak sel-sel di dekatnya. 4. Terapi ini tidak berbahaya karena ide dasar dari radioimunoterapi untuk HIV menggunakan isotop yang bisa menyasar sel terinfeksi secara tepat. 5. radioimunoterapi ini memusnahkan sel terinfeksi yang masih bersarang di tubuh pasien, bahkan di otak.

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan : 1. Radioimunoterapi (RIT) merupakan terapi yang menggunakan sel-sel yang diketahui sebagai antibodi monoklonal untuk menghasilkan antigen dan mengikat sel dan menggunakan radionuklida yang digunakan dalam radioimunoterapi mengirimkan radiasi hanya untuk sel yang terinfeksi. 2. Teknik pengobatan dengan radioimunoterapi yaitu antibodi yang dilabel radioaktif mengikat protein gp41 virus yang terekspresi pada permukaan limfosit yang terinfeksi HIV. Sel-sel tersebut dibunuh menggunakan radiasi alfa yang dibawa oleh antibodi. 3. Pengobatan dengan menggunakan radioimunoterapi (RIT) lebih efektif dalam menyembuhkan penderita HIV dibandingkan dengan menggunakan HAART (highly active antiretroviral therapy).

Anda mungkin juga menyukai