1102014075
1. Memahami dan Menjelaskan Oksigen dan Hemoglobin
1.1 Oksigen
1.1.1 Definisi Oksigen
Oksigen adalah unsur gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan diperlukan
untuk kehidupan serta menunjang pembakaran. Oksigen membentuk 20-21%
dari udara atmosfer. Oksigen diangkut ke jaringan oleh
oksihemoglobin (hemoglobin jenuh disertai oksigen). Masing-masing dari
keempat gugus heme di sebuah molekul hemoglobin memiliki afinitas
yangberbeda terhadap oksigen, yang menyebabkan kurva disosiasi oksigen
berbentuk sigmoid.
Hal ini menunjukan betapa mudahnya gugus heme menyerahkan oksigen ke
jaringan yang juga bergantung pada suhu, pH dan tekanan karbon dioksida.
Penyaluran oksigen adalah jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan yang
bergantung pada curah jantung, kadar hemoglobuin dan saturasi hemoglobin.
Konsumsi oksigen atau pengeluaran oksigen adalah laju pengeluaran oksigen dari
darah oleh jaringan.
1.1.2 Peran dan Fungsi Oksigen
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional, mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini
tidak terlepas dari kondisi sistem respirasi. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
Oksigen secara langsung berhubungan dengan aktifitas kimiawi di dalam tubuh,
yaitu dalam reaksi katabolisme yang melibatkan reaksi fosforilasi oksidatif.Reaksi
katabolisme misalnya respirasi aerob, merupakan reaksi yang membutuhkan oksigen
sebagai akseptor electron. Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis
yang mengubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O, dan menghasilkan
energi sebesar 38 ATP.Pada pernapasan ini, pembebasan energi menggunakan oksigen
bebas dari udara.
1.2 Hemoglobin
1.2.1 Definisi Hemoglobin
Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan pada sel darah merah yang
memberi merah pada darah. Hemoglobin membentuk ikatan reversibel yang tidak
stabil dengan oksigen. Dalam keadaan kaya oksigen hemoglobin disebut
oksihemoglobin dan berwarna merah terang. Dalam keadaan kurang oksigen disebut
deoksihemoglobin dan berwarna ungu kebiruan. Hemoglobin terdiri dari zat besi
yang merupakan pembawa oksigen. Batasan normal hemoglobin pada pria dewasa
adalah 13,5-17 gr/dl, sedangkan pada wanita dewasa 12-15 gr/dl.
1.2.2 Peran dan Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin berperan dalam memelihara fungsi transpor oksigen dari paru-paru
kejaringan. Hemoglobin mengambil oksigen di paru paru kemudian dibawa ke
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, mengatur pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam jaringan jaringan tubuh
Reaksi Pengikatan Oksigen
Hemoglobin mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin, kemudian
dibawa keseluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Mekanisme
pengikatan oksigen oleh hemoglobin merupakan reaksi kesetimbangan.
Hb + O2 HBO2
Reaksi pengikatan oksigen oleh Hb terjadi dalam paru-paru. Reaksi tersebut
berjalan ke arah kanan karena konsentrasi oksigen bertambah. Ketika oksigen mulai
beredar kedalam jaringan tubuh, konsentrasi oksigen akan berkurang karena
digunakan untuk proses pembakaran. Dengan demikian, reaksi didalam jaringan
berjalan ke arah kiri. Reaksi kesetimbangan dalam peredaran darah ini dapat
menjelaskan alasan mengapa mengisap gas karbon monoksida (CO) yang beracun
dapat mengganggu kesehatan. Ketika gas CO terisap dan larut dalam peredaran darah,
gas CO berikatan dengan Hb. Co dan O2 akan bersaingketat agar dapat berikatan
dengan Hb. Tetapan kesetimbangan kimia Hb-CO lebih besar daripada tetapan
kesetimbangan Hb-O2 sehingga Hb lebih mudah mengikat CO.
HbO2 + CO
HbCO + O2
Perubahan asam piruvat menjadi asetil KoA merupakan persimpangan jalan untuk
menuju berbagai biosintesis yang lain. Asetil KoA yang terbentuk kemudian
memasuki siklus krebs.
3. Siklus Krebs ( Siklus Asam Sitrat)
Pada siklus krebs ini (terjadi dimatriks mitokondria) asetil KoA diubah menjadi KoA.
Asetil KoA bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. KoA
dilepaskan sehingga memungkinkan untuk mengambil fragmen 2C lain dari asam
piruvat. Pembentukan asam sitrat terjadi diawal siklus krebs, sementara itu sisa dua
karbon dari glukosa dilepaskan sebagai CO2. Selama terjadi pembentukan
pembentukan , energy yang dibutuhkan dilepaskan untuk menggabungkan fosfat
denga ADP membentuk molekul ATP.
Pada siklus krebs , pemecahan rantai karbon pada glukosa selesai, Jadi,
sebagai hasil dari glikoslisis , reaksi antara dan siklus krebs adalah pemecahan
satu molekul glukosa 6 karbon menjadi 6 molekul 1 karbon, selain itu juga
dihasilkan 2 molekul ATP dari glikolisis dan 2 ATP lagi dari siklus krebs.
Perlu diingat bahwa tiap tiap proses melepaskan atom hydrogen yang
ditranspor ke sistem transport electron oleh molekul pembawa .
4. Sistem transport electron
Pada sistem transpor electron berlangsung pengepakan energy dari
glukosa menjadi ATP.
Reaksi ini terjadi didalam membaran dalam mitokondria, hydrogen dari siklus
krebs yang tergabung dalam FADH2dan NADH diubah menjadi elektorn dan
proton.
Pada sistem transport electron ini, oksigen adalah akseptor electron yang
terakhir , setelah menerima electron , O2akan bereaksi dengan H+ membentuk
H2O. pada sistem ini dihasilkan 34 ATP.
Jadi total ATP yang dihasilkan dari respirasi seluler adalah sebagai berikut:
(Secara tidak langsung secara lewat sistem transport elektron langsung)
Glikolisis
2 NADH2 = 6 ATP
2 ATP
Reaksi antara
2 NADH2 = 6 ATP
Siklus Krebs
6 NADH2 = 18 ATP
2 ATP
2 FADH2 = 4 ATP
Total :
38 ATP
I.2.3 Struktur
Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang
terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2
alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih
dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul
hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai
HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit
protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara
nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama.
Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat
molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.
Gugus Heme
Molekul Hemoglobin
I.2.4 Komponen
Hemoglobin menjadi dua komponen yaitu :
1).Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat
digunakan kembali.
2).Komponen heme akan dipecah menjadi dua yaitu :
Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang.
Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu.
anemik dan pada keracunan karbon monoksida dan pada hipoksia histotoksik.
DAMPAK DARI HIPOKSIA
Dampak dari hipoksia adalah :
. kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi
. kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis
. penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya
. keringat dingin bila berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan akhirnya
meninggal. Hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki.
Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu
lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak bisa
menerima perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi berjalan agak lama. Tentu saja hal
ini akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru - paru.
Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang
sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan clan sirkulasi darah dianjurkan
untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh, Dengan demikian,
sebelum mendaki gunung periksa keadaan diri.
.
2.4 Tingkat hipoksia
Hipoksia Fulminan : Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru - paru
menghirup udara tanpa adanya udara bersih ( oksigen ). Sering dalam waktu satu
menit akan jatuh pingsan.
Hipoksia Akut.
Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbonmonoksida.
Misalnya, seorang pendaki gunung tiba tiba panik takkala udara belerang datang
menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru - paru tak kuasa
menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.
2. 5 Mekanisme Hipoksia
Ketika kita bepergian ke daerah yang tinggi, tubuh kita mulai membentuk
respon fisiologis yang inefisien. Terdapat kenaikan frekuensi pernapasan dan denyut
jantung hingga dua kali lipat walaupun saat istirahat. Denyut nadi dan tekanan darah
meningkat karena jantung memompa lebih kuat untuk mendapatkan lebih banyak
oksigen. Kemudian, tubuh mulai membentuk respon pengerjaannya efisien secara
normal, yaitu aklimatisasi. Sel darah merah dan kapiler lebih banyak diproduksi untuk
membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru akan bertambah ukurannya untuk
memfasilitasi osmosis oksigen dan karbondioksida. Terjadi pula peningkatan
vaskularisasi otot yang memperkuat tranfer gas.
Ketika kembali pada permukaan laut setelah terjadi aklimatisasi yang sukses
terhadap ketinggian, tubuh mempunyai lebih banyak akan sel darah merah dan
kapasitas paru yang lebih besar. Akan tetapi, perubahan fisiologik ini hanya
berlangsung singkat. Pada beberapa minggu, tubuh akan kembali pada kondisi
normal.
Apabila kondisi tersebut tidak diatasi maka dapat menimbulkan hipoksia akut
yang menyebabkan kematian jaringan, penekanan aktivitas mental yang kadangkadang memberat sampai koma, dan menurunkan kapasitas kerja otot. Resiko klinis
hipoksia Akut pada ketinggian di Atas 10.000 kaki diantaranya (pada yang ringan):
penurunan kemampuan adaptasi terhadap gelap, peningkatan frekuensi pernapasan
(hiperventilasi), peningkatan denyut jantung, tekanan sistolik, dan curah jantung
(cardiac output). Sedangkan jika terjadi berlanjut akan terjadi gangguan yang lebih
berat seperti berkurangnya pandangan sentral dan perifer, termasuk ketajaman
penglihatan (visus), indera peraba berkurang fungsinya, Dan pendengaran berkurang.
Demikian juga terjadi perubahan proses-proses mental seperti gangguan
intelektual dan munculnya tingkah laku aneh seperti euforia (rasa senag
berlebihan). Selain itu kemampuan koordinasi psikomotor akan berkurang. Pada
tahapan yang kritis, setelah terjadinya sianosis dan sindroma hiperventilasi
berat, maka tingkat kesadaran akan berangsur hilang (kehilangan kesadaran), dan
pada tahap akhir dapat terjadi kejang dilanjutkan dengan henti napas / apnoe.
2.6 Penanganan hipoksia
Penanganan yang dapat dilakukan terhadap penderita hipoksia adalah:
1).Pemberian oksigen
Merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam saluran pernafasan dengan alatbantu oksigen.
Pemberian oksigen dapat dilakukan meallui tiga cara, yaitu melaluikanula, nasakm
dan masker. Pemberian oksigen ini ditujukan untuk memenuhikebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia.
Penanganan pada daerah yang tinggi :
2).Turun segera
Dengan turun segera dari ketinggian dapat menyembuhkan gejala dalam
beberapa jam, namun misi naik gunung dapat tertunda.
3).Istirahat di ketinggian yang sama
Diharapkan terjadinya proses aklimatisasi(penyesuaian ketersediaan O2 yangmenurun
di dataran tinggi), namun gejala baru akan hilang dalam 24-48 jam.
4).Istirahat dan minum Acetazolamide, atau Deksametason, atau keduanya
Dengan Acetazolamide, gejala dapat hilang dalam 12-24 jam, namun ada efek samping
obat. Sedangkan pada Deksametason dapat menghilangkan gejala dalambeberapa jam, namun
hanya menyembunyikan gejala dan tidak terjadi prosesaklimatisasi.
5).Terapi oksigen hiperbarik
Gejala akan hilang dalam beberapa menit, namun hanya dapat meningkatkan
jumlahO2 yang larut dalam darah arteri, sehingga memberikan arti yang terbatas
padahipoksia stagnan, anemik, histotoksik, dan hipoksik.
Daftar Pustaka