Anda di halaman 1dari 6

Katabolisme Karbohidrat

Katabolisme karbohidrat adalah proses penguraian atau pemecahan karbohidrat untuk menghasilkan
energi dalam bentuk ATP. Kata-kata yang menghasilkan energi ini terjadi di dalam sel sehingga
disebut respirasi internal (respirasi sel). Karbohidrat untuk respirasi sel berupa gula heksosa, yaitu
glukosa. Glukosa akan dioksidasi untuk menghasilkan energi secara bertingkat melalui serangkaian
reaksi yang disebut respirasi aerob. Namun, jika persediaan oksigen didalam sel tubuh kurang
mencukupi akan terjadi respirasi anaerob(fermentasi).

Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen bebas dari udara sebagai penerima
elektron terakhir. Oksigen bebas ini digunakan untuk pembakaran bahan baku. Proses respirasi
secara umum dapat kalian lihat sebagai berikut.
Senyawa organik + Oksigen → Karbondioksida + Air + Energi
Apabila bahan baku respirasi aerob berupa glukosa (heksosa) maka reaksi keseluruhan respirasi
adalah:
C6H12O6 + 6O2 → 6H2O + 6CO2 + 686 kal
Dari reaksi di atas, terlihat bahwa respirasi aerob dengan bahan baku glukosa menghasilkan energi.
Pada tumbuhan, energi yang dihasilkan sebagian berupa panas, sebagian lagi digunakan untuk
aktivitas hidup tumbuhan itu sendiri seperti untuk proses pembentukan zat organik, untuk proses
osmosis, untuk pengaliran protoplasma, atau untuk pembelahan sel. Penguraian heksosa juga
menghasilkan CO2 dan air (H2O).
Respirasi glukosa (termasuk karbohidrat) disebut juga katabolisme karbohidrat. Secara umum, reaksi
respirasi aerobik dibedakan menjadi tiga tahap an yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif dan daur
Krebs, serta rantai transportasi elektron respirasi dengan fosforilasi oksidatif.

1) Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki 6 atom C) menjadi asam
piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH, dan ATP. NADH (Nikotinamida Adenin
Dinukleotida Hidrogen) adalah koenzim yang mengikat elektron (H), sehingga disebut sumber
elektron berenergi tinggi. ATP (adenosin trifosfat) merupakan senyawa berenergi tinggi. Setiap
pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi. Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa
diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP. Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara
lain: glikolisis dapat berlangsung secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP
dan ADP, serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat dari
molekul yang satu ke molekul yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma (sitosol).
Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan
pelepasan energi.
Berikut ini reaksi glikolisis secara lengkap:

Dari skema tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap penggunaan
energi adalah 2 ATP. Sementara itu, energi yang dihasilkan pada tahap pelepasan energi adalah 4
ATP dan 2 NADH. Dengan demikian, selisih energi atau hasil akhir glikolisis adalah 2 ATP + 2
NADH. Proses pembentukan ATP ini disebut fosforilasi. Pada tahapan glikolisis tersebut, enzim
mentransfer gugus fosfat dari substrat (molekul organik dalam glikolisis) ke ADP sehingga prosesnya
disebut fosforilasi tingkat substrat. Keseluruhan reaksi glikolisis, dapat dibuat persamaaan reaksi
sebagai berikut:
Glukosa + 2ADP + 2Pi + 2NAD+ → 2 Piruvat + 2H2O + 2ATP + 2NADH + 2H+

Selain glukosa, bahan makanan yang kalian konsumsi tidak selalu mengandung gula sederhana
seperti glukosa saja. Kadang-kadang kalian mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung gula
kompleks (karbohidrat kompleks) seperti maltosa, laktosa, dan sukrosa. Gula-gula atau karbohidrat
yang kompleks tersebut harus dirombak dahulu sehingga menjadi bahan yang dapat dimetabolisme
langsung oleh sel. Maltosa, sukrosa, dan laktosa terlebih dahulu diubah menjadi monomer
penyusunnya yaitu glukosa dan gula sederhana yang lain yaitu fruktosa atau galaktosa. Selanjutnya,
glukosa atau gula-gula sederhana akan masuk siklus glikolisis seperti biasa. Glukosa akan diubah
menjadi glukosa 6P dan seterusnya sehingga dapat dihasilkan 2 asam piruvat. Fruktosa dan manosa
dapat langsung diubah menjadi fruktosa 6P.

2) Dekarboksilasi Oksidatif
Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan
pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima
elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke tahapan
siklus Krebs. Oleh karena itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara
glikolisis dengan siklus Krebs. Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol
diubah menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria. Pada tahap 1, molekul piruvat (3
atom C) melepaskan elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah menjadi CO2 dan molekul
berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima elektron) menjadi NADH + H+. Pada tahap
3, molekul berkar-bon 2 dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-A.
Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH.

3) Siklus Krebs
Asetil-KoA yang telah terbentuk akan menjadi bahan baku pada siklus selanjutnya, yaitu siklus
Krebs. Oleh karena itu, Asetil Ko-A disebut senyawa intemediate atau senyawa antara. Siklus Krebs
terjadi di matriks mitokondria dan disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus
Krebs tersebut menghasilkan senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam sitrat dan
asam isositrat. Asetil koenzim A hasil dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks mitokondria untuk
bergabung dengan asam oksaloasetat dalam siklus Krebs, membentuk asam sitrat. Demikian
seterusnya, asam sitrat membentuk bermacam-macam zat dan akhirnya membentuk asam
oksaloasetat lagi. Hasil sebanyak 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP (ingat: jumlah ini untuk katabolisme
setiap 1 molekul glukosa).
*4) Sistem Transportasi Elektron (STE) dan Fosforilasi Oksidatif
*

Sistem transportasi elektron terjadi di membran dalam mitokondria. Pada tahap ini, elektron-elektron
yang dibawa oleh produk glikolisis dan siklus Krebs (NADH dan FADH2) dipindahkan melewati
beberapa molekul yang sebagian besar berupa protein. Transportasi elektron menghasilkan 90%
ATP dari keseluruhan ATP hasil respirasi aerobik sel. Pembentukan ATP pada tahap ini terjadi
melalui transfer elektron dengan penerima elektron terakhir yaitu oksigen, sehingga disebut
fosforilasi oksidatif. Molekul pertama yang menerima elektron berupa fl avoprotein, dinamakan flavin
mononukleotida (FMN). Selanjutnya, elektron dipindahkan berturut-turut melewati molekul protein
besi-sulfur (Fe-S), ubiquinon (Q atau CoQ), dan sitokrom (Cyst). Elektron melewati sitokrom b, Fe-S,
sitokrom c1, sitokrom c, sitokrom a, sitokrom a3, dan oksigen sebagai penerima elektron terakhir.
Akhirnya terbentuklah molekul H2O (air). Pada sistem transportasi elektron, NADH dan FADH2
masing-masing menghasilkan rata-rata 3 ATP dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2
NADH hasil dekarboksilasi oksidatif masing-masing menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6 NADH
dan 2 FADH2 hasil siklus Krebs masing-masing menghasilkan 18 ATP dan 4 ATP. Jadi, sistem
transportasi elektron menghasilkan 34 ATP. Rantai atau sistem transportasi elektron respirasi dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Respirasi Anaerob
Dalam reaksi oksidasi, tidak hanya terjadi penerimaan oksigen saja. Proses pelepasan elektron juga
merupakan reaksi oksidasi. Oleh karena itu, oksidasi tanpa oksigen masih dapat memungkinkan
terjadinya metabolisme. Berdasarkan kemampuan menggunakan oksigen dalam respirasi,
organisme dibedakan menjadi 2 yaitu organisme aerobik (menggunakan oksigen untuk respirasi) dan
organisme anaerobik (mampu melakukan respirasi tanpa oksigen). Respirasi yang dapat dilakukan
dalam keadaan tanpa oksigen ini disebut respirasi anaerob (bahasa Yunani, an = tanpa, aer = udara,
dan bios = kehidupan). Sementara respirasi aerobik menggunakan oksigen sebagai penerima
elektron terakhir, respirasi anaerobik menggunakan senyawa organik selain oksigen sebagai
penerima elektron terakhir. Nah, proses perombakan senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana, dengan penerima maupun pemberi elektron atau hydrogen berupa
senyawa organik disebut fermentasi. Pada keadaan aerob, piruvat hasil glikolisis dapat melanjutkan
tahapan ke siklus Krebs. Pada keadaan anaerob, piruvat diubah menjadi produk lain seperti etanol
atau asam laktat melalui fermentasi. Oleh karena itu, fermentasi dikatakan sebagai kelanjutan dari
glikolisis. Proses respirasi dan fermentasi tersebut dapat dilakukan pada suatu sel, tergantung pada
ada tidaknya oksigen.
Fermentasi dibedakan berdasarkan produknya, misalnya fermentasi alkohol (produknya alkohol) dan
fermentasi asam laktat (produknya asam laktat). Penerima elektron pada proses fermentasi dapat
berupa asam piruvat, yaitu pada fermentasi asam laktat. Sementara itu, penerima elektron pada
fermentasi alkohol adalah asetaldehid. Energi yang dihasilkan pada fermentasi lebih kecil
dibandingkan energi hasil respirasi aerobik, yaitu 2 ATP : 36 ATP.

1) Fermentasi Alkohol
Setiap reaksi dalam metabolisme memerlukan bahan baku sebagi substrat awal. Seperti telah
disebutkan sebelumnya bahwa glikolisis dapat menggunakan bahan seperti karbohidrat, baik
kompleks (maltosa) maupun sederhana (glukosa). Demikian juga pada fermentasi alkohol maupun
asam laktat. Pada fermentasi alkohol, piruvat hasil glikolisis akan mengalami dekarboksilasi
(melepas CO2) sehingga membentuk asetaldehid. Pada fermentasi alkohol, NADH yang dihasilkan
tersebut digunakan untuk mereduksi asetaldehid menjadi etanol. Oleh karena itu, asetaldehid
merupakan senyawa organik sebagai penerima hidrogen terakhir pada fermentasi alkohol. Beberapa

contoh fementasi alkohol, antara lain: pada pembuatan tape singkong atau tape ketan, bir, dan
minuman anggur. Beberapa organisme bersel satu yang berperan dalam fermentasi alkohol adalah
ragi (khamir) dan bakteri. Saccharomyces cereviceae merupakan khamir yang berperan dalam
pembuatan tape. Alkohol merupakan hasil fermentasi larutan gula oleh khamir. Untuk mengetahui
ada tidaknya aktivitas fermentasi alkohol pada bahan, dapat dilihat berdasarkan gas CO2 yang
dihasilkan (dilihat dari ada tidaknya gelembung udara) dan ada tidaknya alkohol yang dihasilkan
(dapat dicium bau alkoholnya).

2) Fermentasi Asam Laktat


Pada fermentasi asam laktat, piruvat tidak dikarboksilasi terlebih dahulu menjadi asetaldehid
melainkan langsung direduksi oleh NADH menjadi asam laktat. Dengan demikian, piruvat merupakan
senyawa organik sebagai penerima hidrogen terakhir pada fermentasi asam laktat. Asam laktat
tersebut mengalami ionisasi membentuk laktat. Beberapa mikroorganisme seperti fungi (jamur
mikroskopis) dan bakteri tertentu (Lactobacillus sp.) berperan dalam fermentasi asam laktat ini,
antara lain dalam pembuatan susu, keju, dan minuman yoghurt.
Katabolisme protein dan lemak

Lemak merupakan molekul besar yang tersusun oleh 2 molekul kecil, yaitu asam lemak dan gliserol.
Lemak dapat tersusun oleh 2-20 atom karbon. Lemak berfungsi sebagai cadangan energi yang
tinggi. Satu gram lemak mempunyai kandungan energi yang lebih besar (kira-kira 2 kali lipat)
dibandingkan dengan 1 gram karbohidrat.
Lemak akan diuraikan menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase. Gliserol dapat diubah
menjadi gliseraldehid fosfat dalam siklus glikolisis. Selanjutnya, akan masuk ke tahapan
dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs, dan sistem transportasi elektron. Oleh karena itu, dihasilkan
energi yang setara dengan katabolisme karbohidrat (glukosa) yaitu 36 ATP. Selanjutnya, asam
lemak akan dioksidasi menjadi asetil Ko-A. Oksidasi asam heksanoat (6 atom C) akan menghasilkan
3 molekul asetil Ko-A (3 molekul masing-masing dengan 2 atom C) yang akan masuk ke siklus
Krebs.Pada siklus Krebs tersebut dihasilkan 6 NADH, 3 FADH2, dan 2 ATP (dari 2 molekul asetil Ko-
A yang berasal dari 1 molekul glukosa). Dengan demikian, ATP yang dihasilkan oleh 3 molekul
glukosa tentunya akan menghasilkan jumlah ATP lebih besar dibandingkan katabolisme glukosa.
Oleh karena itu, semakin panjang rantai karbon penyusun asam lemak semakin banyak jumlah
energi yang dihasilkan.
Pemecahan atau katabolisme protein dilakukan oleh organisme, jika cadangan makanan berupa
karbohidrat dan lemak telah habis. Seperti halnya karbohidrat dan lemak, protein juga merupakan
molekul besar yang tersusun oleh molekul-molekul yang lebih kecil, yaitu asam amino. Oleh karena
itu, protein akan dipecah menjadi asam-asam amino penyusunnya. Asam-asam amino seperti tirosin
dan fenilalanin akan diubah menjadi fumarat. Metionin dan valin akan menjadi suksinat, serta asam
amino arginin, prolin, histidin, dan glutamin akan diubah menjadi -ketoglutarat. Selanjutnya, asam-
asam amino tersebut masuk ke dalam siklus Krebs. Beberapa asam amino dapat mengalami
deaminasi atau pelepasan gugus aminnya (-NH2). Kerangka-kerangka karbon hasil pemecahan
asam amino tersebut akan masuk ke siklus glikolisis, siklus Krebs dan dihasilkan jumlah energi yang
setara dengan katabolisme karbohidrat.

Anda mungkin juga menyukai