Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula
menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Tujuan respirasi adalah untuk
mendapatkan energi melalui proses glikolisis. Senyawa gula diperoleh dari proses
fotosintesis. Butiran amilum yang tersimpan dalam jaringan dan organ penyimpan cadangan
makanan akan diubah kembali dalam bentuk glukoa fosfat di dalam sitoplasma sel.
Kemudian glukosa fosfat akan dipecah menjadi piruvat dan masuk ke dalam siklus Krebs.
Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan
dikeluarkan dari dalam sel. Gas tersebut dengan berdifusi akan terkumpul dalam rongga-
rongga antarsel dan bila tekanan telah cukup akan keluar dari jaringan.
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
glukosa oksigen karbon dioksida air
Respirasi seluler adalah proses perombakan molekul organik kompleks yang kaya akan
energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah pada tingkat seluler.
Pada respirasi sel, oksigen terlibat sebagai reaktan bersama dengan bahan bakar organik dan
akan menghasilkan air, karbon dioksida, serta produk energi utamanya ATP. ATP (adenosin
trifosfat) memiliki energi untuk aktivitas sel seperti melakukan sintesis biomolekul dari
molekul pemula yang lebih kecil, menjalankan kerja mekanik seperti pada kontraksi otot, dan
mengangkut biomolekul atau ion melalui membran menuju daerah berkonsentrasi lebih
tinggi. Secara garis besar, respirasi sel melibatkan proses-proses yang disebut glikolisis,
siklus Krebs atau siklus asam sitrat, dan rantai transpor elektron.
Rantai transpor elektron menerima elektron dari produk hasil perombakan glikolisis
dan siklus Krebs dan mentransfer elektron dari satu molekul ke molekul lain. Energi yang
dilepaskan dari setiap pelepasan elektron tersebut digunakan untuk membuat ATP

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian transport electron?
2. Apa saja molekul pemindah electron dan proton?
3. Apa yang dimaksud Rantai transpor elektron eukariotik?
4. Apa yang dimaksud Rantai transpor elektron prokariotik?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sistem Transpor Elektron


Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor
elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan
penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah
molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi
yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika
NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat
anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan
elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+.
Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses
oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP
dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini
merupakan akhir dari rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh
sebuah atom oksigen, yang merupakan zat yang paling elektro negatif dalam rantai tersebut,
dan merupakan akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen
ini kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom
b membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup
besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara
keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan ATP.
Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2
sebanyak 10 dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua
molekul FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.
10 NADH + 5 O2  10 NAD+ + 10 H2O
2 FADH2 + O2  2 FAD + 2H2O
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk
setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah
dari hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler
menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP
untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.

Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut :


1. NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I. Peristiwa ini
membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari matriks mitokondria menuju
ruang antar membran. NADH yang telah kehilangan elektron akan berubah menjadi
NAD+.
2. Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3. Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4. Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5. Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
6. Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian berikatan
dengan 2 ion H+ membentuk H2O.
7. Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi memicu
dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+ atau proton tersebut akan
kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim yang disebut ATP sintase.
8. Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk ATP secara
bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang masuk kembali ke dalam matriks, maka
terbentuklah 3 molekul ATP.
9. Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan
kemiosmosis.
FADH2 akan mentransfer elektronnya bukan kepada komplek protein I, namun pada komplek
protein II. Transfer pada komplak protein II tidak memicu dipompanya H+ keluar menuju
ruang antar membran. Setelah dari komplek protein II, elektron akan ditangkap oleh ubiquinon
dan proses selanjutnya sama dengan transfer elektron dari NADH. Jadi pada transfer elektron
yang berasal dari FADH2 , hanya terjadi 2 kali pemompaan H+ keluar menuju ruang antar
mebran. Oleh sebab itu dalam proses kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul ATP saja.

Jadi kesimpulannya adalah:


 Satu NADH yang menjalani transfer elektron akan menghasilkan 3 molekul ATP.
 Sedangkan satu molekul FADH2 yang menjalani transfer elektron akan menghasilkan 2
molekul ATP.

Disinilah akhir dari respirasi aerob molekul glukosa. Respirasi ini akan menghasilkan energi
sebanyak 36 / 38 ATP dengan hasil akhir berupa CO 2 dan H2O yang akan dikeluarkan dari
tubuh sebagai zat sisa respirasi. Satu molekul glukosa dengan 6 atom C, ketika mengalami
respirasi aerob akan melepaskan 6 molekul CO2. Karbondioksida tersebut dibebaskan pada
tahap dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs.

II.2 Jalur Pentosa Posfat


Setelah tahun 1950, para ahli fisiologi tumbuhan secara bertahap mulai manyadari
bahwa glikolisis dan daur Krebs bukanlah satu-satunya reaksi tumbuhan dalam memperoleh
energi dari oksidasi gula menjadi karbon dioksida dan air. Karena senyawa antaranya adalah
glukosa fosfat lima-karbon, maka rangkaian reaksi alternatif tersebut disebut lintasan pentose
fosfat (LPF). Beberapa senyawa lintasan pentosa fosfat juga anggota daur Calvin, tempat gula
fosfat disintesis di kloroplas. Perbedaan utama antara daur Calvin dan lintasan pentose fosfat
adalah pada lintasan pentosa fosfat gula fosfat tidak disintesis melainkan dirombak. Dalam hal
ini, reaksi pentosa fosfat serupa dengan reaksi pada glikolisis hanya perbadaannya lintasan
pentosa fosfat penerima elektronnya selalu NADP+, sedangkan di glikolisis penerima
elektronnya adalah NAD+.
Reaksi LPF pertama melibatkan glukosa-6-fosfat, yang berasal dari perombakan pati
fosforilase di glikolisis, dari penambahan fosfat akhir pada ATP ke glukosa atau langsung dari
fotosintesis. Senyawa ini segera dioksidasi oleh glukosa-6-fosfat dehidrogenase menjadi 6-
fosfoglukono-laktona (reaksi 1). Laktona ini secara cepat dihidrolisis oleh laktonase menjadi 6-
fosfoglukonat (reaksi 2), kemudian senyawa terakhir ini segera didekarboksilasi secara
oksidatif menjadi ribulosa-5-fosfat oleh 6-fosfoglukonat dehidrogenase (reaksi 3). Selanjutnya
LPF menghasilkan pentosa fosfat dan dikatalisis oleh isomerase (reaksi 4) dan epimerase
(reaksi 5), yang merupakan salah satu jenis isomerase. Reaksi ini dan reaksi berikutnya serupa
dengan beberapa reaksi di daur Calvin. Enzim yang penting ialah transketolase (reaksi 6 dan 8)
dan transaldolase (reaksi 7). Perhatikan bahwa ketiga reaksi terakhir membentuk 3-
fosfogliseraldehid dan fruktosa-6-fosfat, yang merupakan senyawa-antara pada glikolisis. Jadi,
LPF dapat dianggap jalur alternatif menuju senyawa yang akan dirombak oleh glikolisis.
Reaksi-reaksi ini dipacu oleh enzimisomeras, epimerase, transketolase dan transaldolase.
Fungsi Lintasan Pentosa Fosfat yaitu:
1. Produksi NADPH, dimana senyawa ini kemudian dapat dioksidasi untuk menghasilkan
ATP
2. Terbentuknya senyawa erithrosa-4-P, dimana senyawa ini merupakan bahan baku esensial
untuk pembentukan senyawa fenolik seperti sianin dan lignin
3. Menghasilkan ribulosa-5-P yang merupakan bahan baku unit ribosa dan deoksiribosa pada
nukleotida pada RNA dan DNA.

II.3 Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat di bedakan menjadi dua bagian
yakni:
A. Faktor dalam sel itu sendiri
1. Jumlah plasma dalam sel. Jaringan-jaringan meristematis muda yang mana sel-selnya
masih penuh dengan plasma biasanya mempunyai kecepatan respirasi yang lebih besar
dari pada jaringan-jaringan yang lebih tua dimana jumlah plasmanya sudah lebih
sedikit.
2. Struktur fisikokimia dari protoplasma, misalnya tentang sifat hidratasi dari
protoplasma.
3. Banyaknya enzim-enzim respirasi yang ada dalam plasma
4. Jumlah substrat respirasi dalam sel
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan
respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan
laju yang rendah pula.

B. Faktor di luar sel


1. Suhu
Pada umumnya dalam batas-batas tertentu kenaikan suhu menyebabkan pula kenaikan
kecepatan respirasi. laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10
oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.

2. Kadar O2 udara
Pengaruh kadar O2 dalam atmosfir terhadap kecepatan respirasi akan berbeda-beda
tergantung pada jaringan dan lama perlakuan, tetapi meskipun demikian makin tinggi kadar O2
di atmosfir maka makin tinggi kecepatan respirasi

3. Kadar air dalam jaringan


Pada umumnya dengan naiknya kadar air dalam jaringan kecepatan respirasi juga
akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji yang dikecambahkan

4. Cahaya
Cahaya dapat meningkatkan respirasi pada jaringan tanaman yang berklorofil karena
cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi yang dihasilkan dari proses fotosintesa.
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Pengertia Transpor Elektron

Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor
elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan
penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah
molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.

Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi
yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika
NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat
anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan
elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh
sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga
menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP.
Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor
elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan
zat yang paling elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron.
Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+
yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O). Oksidasi yang
terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan
gugus fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor
elektron yang menghasilkan ATP.

Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2
sebanyak 10 dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua
molekul FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.

Transport elektron merupakan reaksi yang membutuhkan oksigen sebagai akseptor elektron
terakhir. Reaksi penangkapan elektron oleh oksigen akan menyebabkan terbentuknya molekul
air (H2O).
Kompleks transport elektron tersusun atas lima kompleks protein, yang masing-masing
memiliki fungsi spesifik.
1. Kompleks I
Kompleks I dinamakan NADH reduktase. Fungsi dari kompleks I adalah memecah NADH
menjadi NAD+ dan H+. Pemecahan tersebut akan menyebabkan elektron dibebaskan dari
NADH. Setiap elektron yang dibebaskan akan bergerak melintasi kompleks I, yang
mengakibatkan ion H+ bergerak dari matriks menuju ruang intermembran. Elektron yang
melintasi kompleks I selanjutnya akan ditangkap oleh ubiquinon da dibawa menuju kompleks
III.
2. Kompleks II
Kompleks II dinamakan suksinat dehidrogenase. Fungsi dari kompleks II adalah
membebaskan elektron yang ada pada FADH2, diikuti dengan reaksi perubahan suksinat
menjadi fumarat. Elektron yang melintasi kompleks II tidak menyebabkan pergerakan ion
hidrogen menuju ruang intermembran. Elektron juga akan ditangkap oleh ubiquinon, yang
akan dibawa menuju kompleks III.
3. Kompleks III
Kompleks III dinamakan dengan sitokrom reduktase. Elektron dari ubiquinon akan
dilalukan melalui kompleks ini. Pergerakan elektron melintasi kompleks ini menyebabkan ion
hidrogen bergerak dari matriks menuju ruang intermembran. Elektron selanjutnya akan dibawa
oleh sitokrom C menuju kompleks IV.
4. Kompleks IV
Pergerakan ion pada kompleks IV menyebabkan aliran ion hidrogen dari matriks menuju
ruang intermembran. Selain itu, elektron akan dikembalikan ke matriks. Proses ini
membutuhkan oksigen. Oksigen berperan sebagai penangkap elektron terakhir. Reaksi
penangkapan tersebut menyebabkan terbentuknya molekul air (H2O).
5. Kompleks V
Kompleks V merupakan enzim ATP sintase. Enzim tersebut berfungsi untuk membentuk
molekul berenergi, ATP, dari ADP dan Pi. Ion hidrogen yang dibergerak menuju ruang
intermembran menimbulkan gradien elektrokimia dari ruang intermembran dengan matriks
mitokondria. Matriks kehilangan ion hidrogen karena bergerak ke ruang intermembran
menyebabkan konsentrasi ion H+ yang lebih rendah. Akibatnya, ion hidrogen akan bergerak
menuju kembali ke matriks untuk menyeimbangkan konsentrasi. Akan tetapi, membran dalam
mitokondria impermeabel (tidak bisa dilalui) terhadap ion H+. Satu-satunya lintasan yang ada
adalah kompleks V. Pergerakan ion H+ melintasi kompleks V digunakan untuk membentuk
ATP. Setiap ion hidrogen masuk, maka akan dibentuk ATP. Jadi, ada kaitannya antara proses
lewatnya elektron dalam kompleks-kompleks sebelumnya dengan pembentukan ATP. Aliran
elektron menyebabkan ion H+ bergerak ke ruang intermembran, akibatnya konsentrasi berbeda
dan ion hidrogen yang kembali ke matriks melalui Kompleks V digunakan untuk membentuk
ATP.

III.2 Molekul pemindah elektron dan proton

Rantai transpor elektron membawa baik proton maupun elektron, mengangkut proton
dari donor ke akseptor, dan mengangkut proton melawati membran. Proses ini menggunakan
molekul yang larut dan terikat pada molekul transfer. Pada mitokondria, elektron ditransfer
dalam ruang antarmembran menggunakan protein transfer elektron sitokrom c yang larut dalam
air. Ia hanya mengangkut elektron, dan elektron ini ditransfer menggunakan reduksi dan
oksidasi atom besi yang terikat pada protein pada gugus heme strukturnya. Sitokrom c juga
ditemukan pada beberapa bakteri, di mana ia berlokasi di dalam ruang periplasma.

Dalam membran dalam mitokondria, koenzim Q10 pembawa elektron yang larut
dalam lipid membawa baik elektron maupun proton menggunakan siklus redoks. Molekul
benzokuinon yang kecil ini sangat hidrofobik, sehingga ia akan berdifusi dengan bebas ke
dalam membran. Ketika Q menerima dua elektron dan dua proton, ia menjadi bentuk tereduksi
ubikuinol (QH2); ketika QH2 melepaskan dua elektron dan dua proton, ia teroksidasi kembali
menjadi bentuk ubikuinon (Q). Akibatnya, jika dua enzim disusun sedemikiannya Q direduksi
pada satu sisi membran dan QH2 dioksidasi pada sisi lainnya, ubikuinon akan
menggandengkan reaksi ini dan mengulang alik proton melewati membran. Beberapa rantai
transpor elektron bakteri menggunakan kuinon yang berbeda, seperti menakuinon, selain
ubikuinon.

Dalam protein, elektron ditransfer antar kofaktor flavin, gugus besi-sulfur, dan
sitokrom. Terdapat beberapa jenis gugus besi-sulfur. Jenis paling sederhana yang ditemukan
pada rantai transfer elektron terdiri dari dua atom besi yang dihubungkan oleh dua atom sulfur;
ini disebut sebagai gugus [2Fe–2S]. Jenis kedua, disebut [4Fe–4S], mengandung sebua kubus
empat atom besi dan empat atom sulfur. Tiap-tiap atom pada gugus ini berkoordinasi dengan
asam amino, biasanya koordinasi antara atom sulfur dengan sisteina. Kofaktor ion logam
menjalani reaksi redoks tanpa mengikat ataupun melepaskan proton, sehingga pada rantai
transpor elektron ia hanya berfungsi sebagai pengangkut elektron. Elektron bergerak cukup
jauh melalui protein-protein ini dengan cara meloncat disekitar rantai kofaktor ini.

III.3 Rantai transpor elektron eukariotik


Banyak proses katabolik biokimia, seperti glikolisis, siklus asam sitrat, dan oksidasi
beta, menghasilkan koenzim NADH. Koenzim ini mengandung elektron yang memiliki
potensial transfer yang tinggi. Dengan kata lain, ia akan melepaskan energi yang sangat besar
semasa oksidasi. Namun, sel tidak akan melepaskan semua energi ini secara bersamaan karena
akan menjadi reaksi yang tidak terkontrol. Sebaliknya, elektron dilepaskan dari NADH dan
dipindahkan ke oksigen melalui serangkaian enzim yang akan melepaskan sejumlah kecil
energi pada tiap-tiap enzim tersebut. Rangkaian enzim yang terdiri dari kompleks I sampai
dengan kompleks IV ini disebut sebagai rantai transpor elektron dan ditemukan dalam
membran dalam mitokondria. Suksinat juga dioksidasi oleh rantai transpor elektron, namun ia
terlibat dalam lintasan yang berbeda.

Pada eukariota, enzim-enzim pada sistem transpor ini menggunakan energi yang
dilepaskan dari oksidasi NADH untuk memompa proton melewati membran dalam
mitokondria. Hal ini menyebabkan proton terakumulasi pada ruang antarmembran dan
menghasilkan gradien elektrokimia di sepanjang membran. Energi yang tersimpan sebagai
energi potensial ini kemudian digunakan oleh ATP sintase untuk menghasilkan ATP.
Mitokondria terdapat pada hampir semua eukariota, dengan pengecualian pada protozoa
anaerobik seperti Trichomonas vaginalis yang mereduksi proton menjadi hidrogen
menggunakan hidrogenosom.

III.4 Rantai transpor elektron Prokariotik

Berbeda dengan banyaknya kemiripan dalam struktur dan fungsi rantai transpor elektron
pada eukariota, bakteri dan arkaea memiliki banyak jenis enzim transfer elektron yang sangat
bervariasi. Enzim-enzim yang bervariasi ini pula menggunakan senyawa kimia yang bervaruasi
sebagai substrat. Walau demikian, terdapat kesamaan dengan rantai transpor elektron eukarita,
yaitu transpor elektron prokariotik juga menggunakan energi yang dilepaskan dari oksidasi
substrat untuk memompa ion keluar masuk membran dan menghasilkan gradien elektrokimia.
Fosforilasi oksidatif bakteri, utamanya bakteri Escherichia coli telah dipahami secara
mendetail, manakala pada arkaea, hal ini masih belum dipahami dengan baik.
BAB IV
PENUTUP

IV. Kesimpulan

Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor
elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan
penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah
molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Rantai transpor elektron membawa baik proton maupun elektron, mengangkut
proton dari donor ke akseptor, dan mengangkut proton melawati membran. Proses ini
menggunakan molekul yang larut dan terikat pada molekul transfer. Pada mitokondria, elektron
ditransfer dalam ruang antarmembran menggunakan protein transfer elektron sitokrom c yang
larut dalam air. Ia hanya mengangkut elektron, dan elektron ini ditransfer menggunakan
reduksi dan oksidasi atom besi yang terikat pada protein pada gugus heme strukturnya.
Sitokrom c juga ditemukan pada beberapa bakteri, di mana ia berlokasi di dalam ruang
periplasma.
Daftar Pustaka

http://sukabio.wordpress.com/2009/07/30/transpor-elektron/
http://www.scribd.com/doc/40541303/Transport-Elektron
biologigonz.blogspot.com/2009/12/sistem-transport-elektron.html
halimah-arni.blogspot.com/2010/.../sistem-rantai-traspor-elektron
e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd.../view&id=348

Anda mungkin juga menyukai