PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Disinilah akhir dari respirasi aerob molekul glukosa. Respirasi ini akan menghasilkan energi
sebanyak 36 / 38 ATP dengan hasil akhir berupa CO 2 dan H2O yang akan dikeluarkan dari
tubuh sebagai zat sisa respirasi. Satu molekul glukosa dengan 6 atom C, ketika mengalami
respirasi aerob akan melepaskan 6 molekul CO2. Karbondioksida tersebut dibebaskan pada
tahap dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs.
2. Kadar O2 udara
Pengaruh kadar O2 dalam atmosfir terhadap kecepatan respirasi akan berbeda-beda
tergantung pada jaringan dan lama perlakuan, tetapi meskipun demikian makin tinggi kadar O2
di atmosfir maka makin tinggi kecepatan respirasi
4. Cahaya
Cahaya dapat meningkatkan respirasi pada jaringan tanaman yang berklorofil karena
cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi yang dihasilkan dari proses fotosintesa.
BAB III
PEMBAHASAN
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor
elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan
penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah
molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi
yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika
NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat
anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan
elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh
sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga
menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP.
Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor
elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan
zat yang paling elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron.
Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+
yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O). Oksidasi yang
terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan
gugus fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor
elektron yang menghasilkan ATP.
Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2
sebanyak 10 dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua
molekul FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.
Transport elektron merupakan reaksi yang membutuhkan oksigen sebagai akseptor elektron
terakhir. Reaksi penangkapan elektron oleh oksigen akan menyebabkan terbentuknya molekul
air (H2O).
Kompleks transport elektron tersusun atas lima kompleks protein, yang masing-masing
memiliki fungsi spesifik.
1. Kompleks I
Kompleks I dinamakan NADH reduktase. Fungsi dari kompleks I adalah memecah NADH
menjadi NAD+ dan H+. Pemecahan tersebut akan menyebabkan elektron dibebaskan dari
NADH. Setiap elektron yang dibebaskan akan bergerak melintasi kompleks I, yang
mengakibatkan ion H+ bergerak dari matriks menuju ruang intermembran. Elektron yang
melintasi kompleks I selanjutnya akan ditangkap oleh ubiquinon da dibawa menuju kompleks
III.
2. Kompleks II
Kompleks II dinamakan suksinat dehidrogenase. Fungsi dari kompleks II adalah
membebaskan elektron yang ada pada FADH2, diikuti dengan reaksi perubahan suksinat
menjadi fumarat. Elektron yang melintasi kompleks II tidak menyebabkan pergerakan ion
hidrogen menuju ruang intermembran. Elektron juga akan ditangkap oleh ubiquinon, yang
akan dibawa menuju kompleks III.
3. Kompleks III
Kompleks III dinamakan dengan sitokrom reduktase. Elektron dari ubiquinon akan
dilalukan melalui kompleks ini. Pergerakan elektron melintasi kompleks ini menyebabkan ion
hidrogen bergerak dari matriks menuju ruang intermembran. Elektron selanjutnya akan dibawa
oleh sitokrom C menuju kompleks IV.
4. Kompleks IV
Pergerakan ion pada kompleks IV menyebabkan aliran ion hidrogen dari matriks menuju
ruang intermembran. Selain itu, elektron akan dikembalikan ke matriks. Proses ini
membutuhkan oksigen. Oksigen berperan sebagai penangkap elektron terakhir. Reaksi
penangkapan tersebut menyebabkan terbentuknya molekul air (H2O).
5. Kompleks V
Kompleks V merupakan enzim ATP sintase. Enzim tersebut berfungsi untuk membentuk
molekul berenergi, ATP, dari ADP dan Pi. Ion hidrogen yang dibergerak menuju ruang
intermembran menimbulkan gradien elektrokimia dari ruang intermembran dengan matriks
mitokondria. Matriks kehilangan ion hidrogen karena bergerak ke ruang intermembran
menyebabkan konsentrasi ion H+ yang lebih rendah. Akibatnya, ion hidrogen akan bergerak
menuju kembali ke matriks untuk menyeimbangkan konsentrasi. Akan tetapi, membran dalam
mitokondria impermeabel (tidak bisa dilalui) terhadap ion H+. Satu-satunya lintasan yang ada
adalah kompleks V. Pergerakan ion H+ melintasi kompleks V digunakan untuk membentuk
ATP. Setiap ion hidrogen masuk, maka akan dibentuk ATP. Jadi, ada kaitannya antara proses
lewatnya elektron dalam kompleks-kompleks sebelumnya dengan pembentukan ATP. Aliran
elektron menyebabkan ion H+ bergerak ke ruang intermembran, akibatnya konsentrasi berbeda
dan ion hidrogen yang kembali ke matriks melalui Kompleks V digunakan untuk membentuk
ATP.
Rantai transpor elektron membawa baik proton maupun elektron, mengangkut proton
dari donor ke akseptor, dan mengangkut proton melawati membran. Proses ini menggunakan
molekul yang larut dan terikat pada molekul transfer. Pada mitokondria, elektron ditransfer
dalam ruang antarmembran menggunakan protein transfer elektron sitokrom c yang larut dalam
air. Ia hanya mengangkut elektron, dan elektron ini ditransfer menggunakan reduksi dan
oksidasi atom besi yang terikat pada protein pada gugus heme strukturnya. Sitokrom c juga
ditemukan pada beberapa bakteri, di mana ia berlokasi di dalam ruang periplasma.
Dalam membran dalam mitokondria, koenzim Q10 pembawa elektron yang larut
dalam lipid membawa baik elektron maupun proton menggunakan siklus redoks. Molekul
benzokuinon yang kecil ini sangat hidrofobik, sehingga ia akan berdifusi dengan bebas ke
dalam membran. Ketika Q menerima dua elektron dan dua proton, ia menjadi bentuk tereduksi
ubikuinol (QH2); ketika QH2 melepaskan dua elektron dan dua proton, ia teroksidasi kembali
menjadi bentuk ubikuinon (Q). Akibatnya, jika dua enzim disusun sedemikiannya Q direduksi
pada satu sisi membran dan QH2 dioksidasi pada sisi lainnya, ubikuinon akan
menggandengkan reaksi ini dan mengulang alik proton melewati membran. Beberapa rantai
transpor elektron bakteri menggunakan kuinon yang berbeda, seperti menakuinon, selain
ubikuinon.
Dalam protein, elektron ditransfer antar kofaktor flavin, gugus besi-sulfur, dan
sitokrom. Terdapat beberapa jenis gugus besi-sulfur. Jenis paling sederhana yang ditemukan
pada rantai transfer elektron terdiri dari dua atom besi yang dihubungkan oleh dua atom sulfur;
ini disebut sebagai gugus [2Fe–2S]. Jenis kedua, disebut [4Fe–4S], mengandung sebua kubus
empat atom besi dan empat atom sulfur. Tiap-tiap atom pada gugus ini berkoordinasi dengan
asam amino, biasanya koordinasi antara atom sulfur dengan sisteina. Kofaktor ion logam
menjalani reaksi redoks tanpa mengikat ataupun melepaskan proton, sehingga pada rantai
transpor elektron ia hanya berfungsi sebagai pengangkut elektron. Elektron bergerak cukup
jauh melalui protein-protein ini dengan cara meloncat disekitar rantai kofaktor ini.
Pada eukariota, enzim-enzim pada sistem transpor ini menggunakan energi yang
dilepaskan dari oksidasi NADH untuk memompa proton melewati membran dalam
mitokondria. Hal ini menyebabkan proton terakumulasi pada ruang antarmembran dan
menghasilkan gradien elektrokimia di sepanjang membran. Energi yang tersimpan sebagai
energi potensial ini kemudian digunakan oleh ATP sintase untuk menghasilkan ATP.
Mitokondria terdapat pada hampir semua eukariota, dengan pengecualian pada protozoa
anaerobik seperti Trichomonas vaginalis yang mereduksi proton menjadi hidrogen
menggunakan hidrogenosom.
Berbeda dengan banyaknya kemiripan dalam struktur dan fungsi rantai transpor elektron
pada eukariota, bakteri dan arkaea memiliki banyak jenis enzim transfer elektron yang sangat
bervariasi. Enzim-enzim yang bervariasi ini pula menggunakan senyawa kimia yang bervaruasi
sebagai substrat. Walau demikian, terdapat kesamaan dengan rantai transpor elektron eukarita,
yaitu transpor elektron prokariotik juga menggunakan energi yang dilepaskan dari oksidasi
substrat untuk memompa ion keluar masuk membran dan menghasilkan gradien elektrokimia.
Fosforilasi oksidatif bakteri, utamanya bakteri Escherichia coli telah dipahami secara
mendetail, manakala pada arkaea, hal ini masih belum dipahami dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
IV. Kesimpulan
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor
elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan
penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah
molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Rantai transpor elektron membawa baik proton maupun elektron, mengangkut
proton dari donor ke akseptor, dan mengangkut proton melawati membran. Proses ini
menggunakan molekul yang larut dan terikat pada molekul transfer. Pada mitokondria, elektron
ditransfer dalam ruang antarmembran menggunakan protein transfer elektron sitokrom c yang
larut dalam air. Ia hanya mengangkut elektron, dan elektron ini ditransfer menggunakan
reduksi dan oksidasi atom besi yang terikat pada protein pada gugus heme strukturnya.
Sitokrom c juga ditemukan pada beberapa bakteri, di mana ia berlokasi di dalam ruang
periplasma.
Daftar Pustaka
http://sukabio.wordpress.com/2009/07/30/transpor-elektron/
http://www.scribd.com/doc/40541303/Transport-Elektron
biologigonz.blogspot.com/2009/12/sistem-transport-elektron.html
halimah-arni.blogspot.com/2010/.../sistem-rantai-traspor-elektron
e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd.../view&id=348