Anda di halaman 1dari 9

SISTEM TRANSPORT ELEKTRON

 Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob.
 Transpor elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi
terminal.
 Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria.
 Molekul yang berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang
dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs.
 Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q
(Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.

 Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi
yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q.
 Energi yang dihasilkan ketika NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar
untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP.
 Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim
Q juga melepaskan 2 ion H+.
 Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c.
 Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga
menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP.
 Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor
elektron.
 Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan zat
yang paling elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir
elektron.
 Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion
H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O).
 Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat
menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP.
 Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan ATP.

 Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH sebanyak 10 dan
FADH2 2 molekul.
 Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua molekul FADH2
tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.

 Setiap oksidasi NADH


menghasilkan kira-kira 3 ATP
 Dan kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2.
 Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP.
 Ditambah dari hasil Glikolisis (2ATP) dan siklus Krebs (2 ATP), maka secara
keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP
 Jadi dari satu molekul glukosa menghasilkan total 38 ATP.
 Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih
dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP. (lihat gambar)

Sistem transportasi electron terjadi di membrane metokondria. Pada tahap ini, elektron-
elektron yang di bawa oleh produk glikolisis dan siklus krebs (NADH dan FADH2) di
pindahkan melwati beberapa molekul yang sebagian besar berupa protein. Transportasi electron
menghasilkan 90% ATP dari keseluruhan ATP hasil respirasi aerobik sel. Pembentukan ATP
pada tahap ini terjadi melalui trasnsfer electron dengan penerima penerima electron terakhir
yaitu oksigen, sehingga di sebut fosforilasi oksidatif. Molekul pertama yang menerima lektron
berupa flavoprotein, di namakan flain mononukeotida atau (FMN). Selanjutnya, elektron di
pindahkan berturut-turut melewati molekul protein besi sulfur (Fe/S), ubiquenon (Q/CoQ) dan
sitokrom (Cyst). Elektron melewati sitokrom b, Fe-S, sitokrom c1, sitokrom c, sitokrom a3,
dan oksigen sebagai penerima electron terakhir. Akhirnya terbentuklah molekul H2O. Pada
system transportasi electron, NADH, dan FADH2 masing-masing menghasilkan rata-rata 3 ATP
dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2 NADH hasil dekarbosilasi oksidatif
masing-masing menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6 NADH dan 2 FADH2 hasil siklus krebs
menghasilkan masing-masing 18 ATP dan 4 ATP. Jadi, system transportasi electron
menghasilkan masing-masing 34 ATP.
thpn system transportasi electron

molekul atp hasil respirasi aerobic 1


molekul glukosa.

Inilah konsepnya pembentukan ATP dengan menggunakan Sistem Transport Elektron


pada mitokondria :

1. Energi yang dihasilkan oleh sistem transport elektron menghasilkan sistem transport
aktif untuk mengeluarkan H+
2. Sistem transport aktif memompa proton (H+) dari matriks ke ruang intermembran
3. Gradient proton terbentuk dengan pH di luar lebih rendah dibanding di dalam, proton
yang ada di luar harus kembali lagi ke dalam matriks untuk menyamakan kondisi pH.
4. Ketika proton kembali ke dalam matriks melewati enzim ATP sintase, maka energi bebas
terbentuk (21kj/mol untuk tiap H) dan digunakan untuk menyatukan 1 molekul ADP
dengan 1 molekul phosphat yang ada di matriks mitokondria untuk membentuk 1
molekul ATP.

Komponen bergerak sistem transport elektron pada membran adalah : koenzim Q dan sitokrom
C

Komponen yang terlibat dalam sistem transport elektron adalah:

NAD+ dan NADH

Nicotinamide Adenine Dinucleotide, dibentuk oleh penambahan inti Hidrogen dan dua elektron
hydride ion ke NAD+. Cincin Nicotinamide akan kurang stabil saat menerima ion hidrida,
akibatnya elektron ion hidrida dari NADH dapat dengan mudah ditransfer.

Protein Fe-S(Besi Sulfur)

Berikatan dengan flavoprotein (metaflavoprotein) dan dengan sitokrom b

Ubiquinone/Coenzyme Q
Terdapat dalam mitokondria dalam bentuk kuinon teroksidasi (aerob) dan kuinol tereduksi
(anaerob), merupakan unsure pembentuk lipida, rumus bangun mirip vitamin K dan E,
menyerupai plastokuinon (pada kloroplas), rantai samping poliisosprenoid, pengumpul ekivalen
pereduksi dari suksinat kolinn, gliserol-3-fosfat, sarkosin, dimetilglisin, asilkoa, yang berikatan
langsung dengan rantai respirasi lewat enzim (Flavoprotein dehidrogenase), menerima aliran
ekivalen pereduksi dari NADH Dehidrogenase, mengalirkan elektron melewati rangkaian
sitokrom menuju molekul Oksigen.

==========================

Pelepasan atom H pada waktu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Kreb’s jika tdak
ditangkap oleh NAD atau FAD akan menyebabkan peningkatan ion H di bagian dalam sel dan
akan menyebabkan sel keracunan. NAD ataupun FAD bisa berikatan dengan atom H adalah
karena sifat dari kedua molekul tersebut (NAD/FAD) bersifat sebagai oksidator yang kuat
sehingga sangat mudah untuk berikatan dengan H.

selanjutnya NAD atau FAD harus tetap tersedia di dalam sel sebagai oksidator, oleh karenanya
NAD/FAD yang sudah berikatan dengan atom H menjadi bentuk NADH/FADH harus segera
melepas/membuang ion H tersebut. NADH/FADH akan melepaskan atom H sebagai elektron
pada suatu sistem yang disebut Sistem Trasnport Elektron.

Alasan harus digunakan Sistem Transport Elektron adalah karena sistem ini akan melepas energi
yang besar secara bertahap. Jika atom H langsung dilepaskan dari NAD/FAD dan diterima oleh
oksigen tanpa melalui Sistem Transport Elektron maka akan terjadi ledakan energi di dalam sel.
oleh karenanya agar tidak terjadi ledakan dilepaskanlah energi itu perlahan-lahan dalam sistem
ini.

ATP dapat dibentuk pada waktu elektron dipindahkan dari NADH dan FADH2 ke O2 adalah
karena ada pembebasan energi yang cukup besar untuk menyatukan 1 gugus phosphat dengan 1
molekul ADP antara senyawa penerima elektron sebelum dan sesudahnya. Untuk lebih jelasnya
lihat perhatikan gambar Sistem Transport Elektron berikut ini:

keterangan gambar:
1. ENZIM NADH DEHIDROGENASE –>kompleks enzim I
2. KOMPLEKS PROTEIN-SITOKROM (BC1 KOMPLEKS) –>kompleks enzim III
3. KOMPLEKS SITOKROM OKSIDo reduktase –> kompleks enzim IV

Ketiga protein tersebut memiliki kelebihan untuk memindahkan elektron ke aseptor elektron
berikutnya dan mengeluarkan ion H+ dari matriks (yang dilepaskan NADH kematriks
mitokondria) ke ruang antar membran pada mitokondria. Akibatnya ruang antar membran lebih
kaya ion hidrogen dibandingkan dengan matriks mitokondria. sedangkan protein yang palaing
kanan adalah ATP-sintase yang berfungsi menggabungkan ADP dengan P untuk membentuk
ATP.

inilah mekanismenya:

I. Pengikatan NADH pada kompleks enzim I, dan diikuti pelepasan 2 elektron. elektron
memasuk kompleks enzim I via gugus prostetik FMN yang melekat pada kompleks enzim I.
penempelan tersebut mengubah FMN menjadi dalam bentuk tereduksi FMNH2 yang berarti
merupakan oksidator yang kuat dan akan diteruskan ke rangakaian cluster besi dan sulfur (gugus
prostetic berikutnya) sepanjang kompleks enzim I.

Setelah elektron melewati kompleks enzim I, maka 4 proton akan dipompa dari matriks
mitokondria ke ruang antar membran. Secara pasti penjelasan peristiwa ini masih belum jelas
dalam dunia ilmiah., tetapi untuk sementara dijelaskan dengan keterlibatan perubahan
komformasi bentuk kompleks enzim I yang menyebabkan protein mengikat proton pada sisi-N
dari membran dan membebaskan mereka pada sisi-P membran. Akhirnya, elektron ditransfer
dari rantai cluster besi-sulfur ke molekul ubikuinon(Q) di membran dalam. Reduksi ubikuinon
juga memberi kontribusi untuk menciptakan gradient proton dengan cara mengeluarkan dari
matriks pada saat tereduksi menjadi ubikuinol(QH2)

II..Succinate-Q oxidoreductase, dikenal juga sebagai kompleks enzim II/ suksinat


dehidrogenase,adalah entri point kedua dalam sistem transport elektron. kompleks enzim II
terdiri dari 4 sub unit dan mengandung ikatan kofaktor flavin adenin dinukleotida(FAD), klaster
besi-sulfur, dan sebuah gugus heme yang tidak berpartisipasi pada transfer elektron ke koenzim
Q. kompleks enzim II mengoksidasi suksinat menjadi fumarat dan mereuksi ubikuinon.
pembebasan energi yang dihasilkan lebih kecil daripada oksidasi NADH, komleks II tidak
memindahkan elektron melewati membran dan tidak memberikan kontribusi membentuk
gradien proton.

Q-cytochrome c oxidoreductase iii. Q-sitokrom c oksidoreduktase juga dikenal dengan,


kompleks sitokrom bc1, atau kompleks III. setiap kompleks mengandung 11 subunit protein ,
sebuah[2Fe-2S] klaster besi-sulfur dan 3 cytochromes: 1 cytochrome c1 and 2 b cytochromes.[35]
Sitokrom adalah semacam protein yang bisa mentransfer elektron yang mengandung sekurang-
kurangnya gugus heme. atom besi yang terdapat pada kompleks III memberikan bentuk
alternatif antara ferro yang tereduksi dan feri yang teroksidasi karena elektron yang ditranser
sepanjang membran.

Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks III adalah mengoksidasi satu molekul ubikuinol dan
mereduksi 2 molekul sitokrom c., Sebuah protein heme kehilangan hubungan dengan
mitokondria. Tidak sperti koenzim Q, yang membawa 2 elektron, sitokrom c hanya
memwabawa 1 elektron saja.

Karena hanya bisa mengangkut satu elektron saja dari OH2 ke sitokrom c dalam sekali waktu
makaharus terjadi dalam 2 tahap yang disebut siklus Q. Kemudian karena koenzim Q tereduksi
menjadi ubikuinol pada sisi dalam membran dan teroksidasi menjadi bentuk ubikuinon di bagian
luar, pengeluaran proton terjadi lagi sehingga menambahkan kekuatan gradient proton.[3]

sitokrom c oksidase (kompleks IV)

info detail silahkan klik link berikut: cytochrome c oxidase.

Complex IV: cytochrome c oxidase.

Cytochrome c oxidase, dikenal juga sebagai kompleks IV, merupakan kompleks protein yang
terakhir dalam STE. [38] mengandung 13 subunits protein, 2 gugus heme, 3 atoms ion metal yaitu
1 copper, 1 magnesium and 1 zinc.[39]

Enzim ini berfungsi mentransfer elektron ke oksigen, sementara memompa proton melewati
membran sehingga berkontribusi dalam menciptkan gradien proton.[40] Oksigen sebagai aseptor
elektron terakhir akan direduksi menjadi air pada tahap ini. reaksinya yaitu mengkatalisis
oksidasi sitokrom c dan reduksi oksigen.

dehidrogenase), menerima aliran ekivalen pereduksi dari NADH Dehidrogenase, mengalirkan


elektron melewati rangkaian sitokrom menuju molekul Oksigen.

RESPIRASI SELULER: GLIKOLISIS, SIKLUS KREBS, DAN TRANSPORT


ELEKTRON

Sumber energi yang paling utama di dunia ini adalah matahari. Energi tersebut ditangkap oleh
tumbuhan dan organisme fotosintetik lainnya untuk dijadikan energi kimia yang mampu
dimanfaatkan oleh organisme non-fotosintetik, seperti hewan dan manusia.
Energi hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk energi kimia yang terdapat dalam beberapa
senyawa seperti glukosa. Sebagian glukosa dan berbagai produk fotosintesis dimanfaatkan
langsung oleh tumbuhan. Selain itu, glukosa dan produk fotosintesis yang disimpan oleh
tumbuhan akan terakumulasi pada bagian-bagian tumbuhan, yang dimakan oleh herbivora.
Proses makan tersebut menyebabkan energi dari matahari dapat dipindahkan ke organisme non-
fotosintetik melalui proses herbivori. Selain dari tumbuhan, hewan juga bisa membentuk
senyawa gula sumber energi melalui proses glukoneogenesis. Baik hasil fotosintesis, herbivori,
maupun glukoneogenesis, semuanya merupakan senyawa yang dapat dijadikan sebagai sumber
energi.
Tumbuhan dan hewan memanfaatkan berbagai senyawa sumber energi melalui proses yang
dinamakan dengan respirasi seluler. Respirasi seluler merupakan serangkaian reaksi bertahap di
dalam sel yang digunakan untuk memecah senyawa sumber energi dan memindahkan energi
tersebut ke senyawa berenergi yang bisa dimanfaatkan oleh hewan dan tumbuhan dalam
aktivitas kehidupannya.
Respirasi seluler sebenarnya sangat kompleks dan rumit. Respirasi pada dasarnya dapat terjadi
baik ada dengan memanfaatkan oksigen bebas maupun tidak memanfaatkan oksigen. Respirasi
yang mana oksigen bebas berperan dinamakan respirasi aerobik. Sebaliknya, respirasi yang tidak
menggunakan oksigen bebas, bisa oksigen terikat dalam senyawa atau tidak ada oksigen sama
sekali, dinamakan dengan respirasi anaerobik.
Seperti sudah disinggung sedikit di atas, respirasi memiliki tujuan untuk membentuk senyawa
berenergi, yang paling banyak ditemukan dalam bentuk ATP. ATP (Adenosin tri-phosphate)
merupakan molekul yang tersusun oleh Adenin dan tiga gugus posfat inorganik. Energi
tersimpan dalam ikatan posfodiester, yaitu ikatan antara gugus-gugus posfat inorganik dalam
senyawa ATP.
Respirasi seluler memiliki bahan dasar yaitu glukosa. Glukosa merupakan salah satu
monosakarida (gula tunggal) yang terdiri atas enam atom karbon. Glukosa akan mengalami
pemecahan yang membebaskan elektron, elektron tersebutlah yang nantinya digunakan untuk
membentuk ATP pada tahapan terakhir respirasi seluler.
Dalam konteks kali ini, akan dibahan respirasi seluler aerobik pada organisme eukariotik.
Respirasi seluler aerobik terdiri dari glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs, dan
Transport elektron. Adapun tahapan-tahapan adalah sebagai berikut:
A. GLIKOLISIS
Glikolisis berasal dari dua kata, yaitu glukosa (gliko-) yang berarti gula, dan lisis yang berarti
pemecahan. Jadi, glikolisis merupakan serangkaian reaksi pemecahan glukosa menjadi senyawa
produk glikolisis yang disebut asam piruvat. Reaksi pemecahan glukosa tersebut terjadi di
sitoplasma.
Gula merupakan senyawa berkarbon 6, sedangkan asam piruvat merupakan senyawa berkarbon
3. Asam piruvat yang dihasilkan dari pemecahan satu molekul glukosa adalah 2 molekul asam
piruvat.
Reaksi glikolisis terdiri dari dua tahapan utama, yaitu:
1. Reaksi Tahap I
Reaksi tahap I terdiri dari lima reaksi spesifik yang digunakan untuk memecah glukosa menjadi
dua molekul gliseraldehid-3-posfat. Glukosa pertama kali akan diposforilasi menjadi glukosa-6-
posfat. Proses tersebut merupakan reaksi paling awal yang terjadi dalam glikolisis.
Tahap I dalam reaksi glikolisis merupakan reaksi yang membutuhkan energi. Dua molekul ATP
dibutuhkan untuk menjalankan reaksi tahapan I glikolisis.
Hasil dari reaksi tahap I sebenarnya adalah gliseraldehid-3-posfat (G3P) dan
dehidroksiasetonposfat (DHAP). Akan tetapi, molekul DHAP tersebut diubah oleh enzim
isomerase menjadi gliseraldehid3-posfat, sehingga total G3P yang dihasilkan menjadi dua buah.
2. Reaksi Tahap II
Reaksi tahap II juga terdiri dari lima seri reaksi. Hasil dari reaksi tahap II adalah molekul asam
piruvat. Dua molekul G3P masing-masing diubah menjadi asam piruvat, sehingga produk dari
glikolisis adalah asam piruvat.
Berbeda dengan reaksi tahap I, reaksi tahap II menghasilkan energi berupa 4 molekul ATP. Oleh
karena itu, hasil bersih ATP dari glikolisis adalah 2 molekul ATP, karena tahapan I
membutuhkan 2 molekul ATP sedangkan reaksi tahap II menghasilkan 4 molekul ATP.
Selain itu, glikolisis juga menghasilkan NADH (Nicotinamid adenin dinucleotid tereduksi) yang
berasal dari awal reaksi tahap II sebanyak 2 molekul. NADH merupakan molekul yang
berfungsi untuk membawa elektron hasil reaksi dehidrogenasi. Elektron tersebut akan dibawa
oleh NADH menuju tahapan transport elektron pada akhir tahapan reaksi oksidatif.
Notes!
“Glikolisis menghasilkan produk akhir: 2 asam piruvat, 2 ATP, dan 2 NADH”
B. DEKARBOKSILASI OKSIDATIF
Dekarboksilasi oksidatif merupakan reaksi antara yang terjadi antara glikolisis dan siklus Krebs.
Dekarboksilasi oksidatif merupakan reaksi antara senyawa koenzim A dengan asam piruvat.
Produk reaksi tersebut adalah 2 molekul asetil-CoA (asetil koenzim-A) dan gas karbondioksida.
Pelepasan satu atom karbon berupa karbondioksida tersebutlah yang digunakan untuk
memberikan nama rekasi dekarboksilasi, yaitu reaksi penghilangan atom karbon.
C. SIKLUS KREBS
Siklus Krebs merupakan serangkaian reaksi yang memindahkan elektron dalam produk
glikolisis ke NADH, FADH2, dan membentuk ATP. Siklus ini bisa diberi nama siklus asam tri
karboksilat atau TCA cycle (daur TCA). Siklus Krebs tarjadi di dalam matriks mitokondria.
Asetil-CoA akan memasuki serangkaian reaksi berkelanjutan. Tahapan pertama kali adalah
reaksi antara asetil-CoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat. Setelah itu, serangkaian reaksi
lanjutan akan terjadi dan siakhiri dengan pembentukan kembali oksaloasetat yang berguna untuk
menangkap asetil-CoA lain sehingga siklus tetap berlangsung.
Hasil dari siklus Krebs adalah 6 molekul NADH, 2 molekul FADH2, serta pembentukan 2
molekul ATP. Karbondioksida yang dibebaskan setiap satu molekul asetil-CoA dari siklus
Krebs sebanyak 2 molekul, jadi ada total 4 molekul karbondioksida dibebaskan dari Siklus
Krebs dari satu molekul glukosa.
D. TRANSPORT ELEKTRON
Transport elektron disebut sebagai reaksi pemanenan energi kimia. Hal tersebut disebabkan
karena transport elektron menghasilkan molekul ATP sebanyak 30 molekul dari elektron yang
dibawa oleh NADH dan FADH2. Reaksi transport elektron terjadi pada membran dalam
mitokondria.
Transport elektron merupakan reaksi yang membutuhkan oksigen sebagai akseptor elektron
terakhir. Reaksi penangkapan elektron oleh oksigen akan menyebabkan terbentuknya molekul
air (H2O).
Kompleks transport elektron tersusun atas lima kompleks protein, yang masing-masing memiliki
fungsi spesifik.
1. Kompleks I
Kompleks I dinamakan NADH reduktase. Fungsi dari kompleks I adalah memecah NADH
menjadi NAD+ dan H+. Pemecahan tersebut akan menyebabkan elektron dibebaskan dari
NADH. Setiap elektron yang dibebaskan akan bergerak melintasi kompleks I, yang
mengakibatkan ion H+ bergerak dari matriks menuju ruang intermembran. Elektron yang
melintasi kompleks I selanjutnya akan ditangkap oleh ubiquinon da dibawa menuju kompleks
III.
2. Kompleks II
Kompleks II dinamakan suksinat dehidrogenase. Fungsi dari kompleks II adalah membebaskan
elektron yang ada pada FADH2, diikuti dengan reaksi perubahan suksinat menjadi fumarat.
Elektron yang melintasi kompleks II tidak menyebabkan pergerakan ion hidrogen menuju ruang
intermembran. Elektron juga akan ditangkap oleh ubiquinon, yang akan dibawa menuju
kompleks III.
3. Kompleks III
Kompleks III dinamakan dengan sitokrom reduktase. Elektron dari ubiquinon akan dilalukan
melalui kompleks ini. Pergerakan elektron melintasi kompleks ini menyebabkan ion hidrogen
bergerak dari matriks menuju ruang intermembran. Elektron selanjutnya akan dibawa oleh
sitokrom C menuju kompleks IV.
4. Kompleks IV
Pergerakan ion pada kompleks IV menyebabkan aliran ion hidrogen dari matriks menuju ruang
intermembran. Selain itu, elektron akan dikembalikan ke matriks. Proses ini membutuhkan
oksigen. Oksigen berperan sebagai penangkap elektron terakhir. Reaksi penangkapan tersebut
menyebabkan terbentuknya molekul air (H2O).
5. Kompleks V
Kompleks V merupakan enzim ATP sintase. Enzim tersebut berfungsi untuk membentuk
molekul berenergi, ATP, dari ADP dan Pi.
Ion hidrogen yang dibergerak menuju ruang intermembran menimbulkan gradien elektrokimia
dari ruang intermembran dengan matriks mitokondria. Matriks kehilangan ion hidrogen karena
bergerak ke ruang intermembran menyebabkan konsentrasi ion H+ yang lebih rendah.
Akibatnya, ion hidrogen akan bergerak menuju kembali ke matriks untuk menyeimbangkan
konsentrasi. Akan tetapi, membran dalam mitokondria impermeabel (tidak bisa dilalui) terhadap
ion H+. Satu-satunya lintasan yang ada adalah kompleks V.
Pergerakan ion H+ melintasi kompleks V digunakan untuk membentuk ATP. Setiap ion
hidrogen masuk, maka akan dibentuk ATP. Jadi, ada kaitannya antara proses lewatnya elektron
dalam kompleks-kompleks sebelumnya dengan pembentukan ATP. Aliran elektron
menyebabkan ion H+ bergerak ke ruang intermembran, akibatnya konsentrasi berbeda dan ion
hidrogen yang kembali ke matriks melalui Kompleks V digunakan untuk membentuk ATP.
Info!
NADH dan FADH2 Jumlah ATP Berbeda!
Dalam berbagai buku disebutkan bahwa NADH bisa menghasilkan 3 ATP, sedangkan FADH2
hanya 2 ATP. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pertama kali NADH dan
FADH2 dipecahkan.
NADH akan masuk pertama kali di kompleks I, yang menyebabkan transport ion H+ dari
matriks ke ruang intermembran. Setelah itu, transport ion H+ dari aliran elektron yang
dibebaskan NADH juga terjadi di kompleks III dan Kompleks IV. Akan tetapi, FADH2 pertama
kali akan dipecah di kompleks II, yang tidak menyebabkan pergerakan ion H+ menuju ruang
intermembran. Akibatnya, transport hidrogen ke ruang intermembran dari elektron yang
dibebaskan FADH2 hanya terjadi di kompleks III dan IV saja.
Perbedaan jumlah ion hidrogen yang dipindahkan, NADH dan FADH adalah 3 kali berbanding
2 kali. Akibatnya, jumlah ATP yang dihasilkan pun 3 : 2. Secara mudah, elektron dari NADH
melintasi 3 kali sistem transport (kompleks I, III, dan IV), sedangkan elektron dari FADH2
hanya melintasi 2 kali sistem transport (III, dan IV). Hal itulah yang menyebabkan perbedaan
hasil dari FADH2 dan NADH.
Info!
Jumlah ATP yang dihasilkan itu 36 atau 38?
Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang sangat bagus. Ya, memang kadang orang
menyebutkan begitu saja. Akan tetapi, jumlah 36 dan 38 itu memiliki perbedaan mendasar.
Jumlah ATP total 36 terjadi pada eukariotik, sedangkan jumlah total ATP respirasi 38 terjadi
pada organisme prokariotik.
Eukariotik memiliki jumlah ATP hasil respirasi lebih sedikit 2 molekul karena dua ATP
digunakan untuk memindahkan asam piruvat dari sitoplasma menuju matriks mitokondria. Di
lain pihak, organisme prokariotik yang tidak memiliki mitokondria tidak memerlukan proses
tersebut. Akibatnya, jumlah ATP yang seharunsya ada 38 pada eukariotik dikurangi untuk
penggunaan ketika transport asam piruvat dari sitoplasma menuju matriks mitokondria melintasi
membran mitokondria.

Anda mungkin juga menyukai